A. Judul Penelitian
Uji Aktivitas Antibakteri Infusa Buji Buah Langsat (Lansium domesticum Cor.)
terhadap Streptococcus pneumoniae
B. Latar Belakang
Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara,
obat dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman, keterampilan turun
temurun, dan/atau pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma
yang berlaku dalam masyarakat (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2003). Obat
tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran bahan
tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2012).
Tanaman obat merupakan salah satu pengobatan tradisional yang semakin
menunjukan peran dan eksistensinya dalam mewujudkan kesehatan global.
Tanaman obat berperan dalam strategi pengobatan severe acute respiratory
syndrome (SARS) di China (WHO). Hingga saat ini pengobatan tradisional
masih dipertahankan sebagai pengobatan primer oleh 80% penduduk di Negara
berkembang di dunia (Verma dan Singh, 2008).
Indonesia adalah negara yang sangat potensial untuk mengembangkan
tanaman obat (Korompis et al., 2010). Hutan tropis Indonesia merupakan tempat
tumbuh 80% dari tanaman obat yang ada di dunia (Pribadi, 2009). Langsat
(Lansium domesticum Cor.) merupakan salah satunya. Data empiris menunjukan
air rebusan batang, daun, biji, kulit buah dan kulit kayu langsat (Lansium
domesticum Cor.) digunakan sebagai obat disentri, antidiare, penurun panas,
obat cacing, antikolik, dan malaria oleh masyarakat Jawa, Kalimantan, dan
Malaya (Arbiastutie dan Muflihati, 2008 dan Lim, 2012). Pemanfaatannya
sebagai obat disentri mengindikasikan langsat memiliki aktivitas antibakteri.
1
Antibakteri adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan penyakit
infeksi yang disebabkan oleh bakteri (Oktavianti, 2009). Identifikasi metabolit
sekunder dalam ekstrak biji langsat (Lansium domesticum Cor.) menunjukan
adanya kandungan alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan saponin yang memiliki
daya antibakteri dengan aktivitasnya pada dinding sel, membran sel, protein,
metabolism sel, dan sintesis asam nukleat (Tanaka et al., 2002; Arbiastutie dan
Muflihati, 2008; Dong et al., 2010). Ekstrak etanol biji buah langsat memiliki
aktivitas antibakteri terhadap Escericia coli, Vibrio cholera, dan Staphylococcus
aureus (Korompis et al., 2010). Penelitian lain membuktikan ekstrak etanol biji
buah langsat hasil pengeringan memiliki aktivitas antibakteri lebih kuat
dibanding ampisilin terhadap Staphylococcus aureus dan Salmonella typhii serta
aktivitas antibakteri yang kuat melawan Bacillus cereus walaupun tidak sebaik
ampisilin (Chaisawadi). Keterbatasan eksplorasi pada bakteri gram positif serta
belum dilakukannya uji terhadap bakteri patogen pada sistem pernapasan
menjadi ketertarikan tersendiri untuk melakukan uji terhadap Streptococcus
pneumoniae.
Streptococcus pneumoniae adalah bakteri gram positif penyebab tersering
infeksi saluran pernapasan oleh bakteri yang terjadi di komunitas, meningitis,
bakteremia, dan otitis media khususnya pada anak di bawah 2 tahun dan lanjut
usia (WHO, 2011). Beragam dan beratnya penyakit yang ditimbulkan
dikarenakan oleh faktor virulensi yang bervariasi yang terdapat pada struktur
kapsul, dinding sel, maupun komponen protein intraselular (Velasco, et al.,
1995). Maka dari itu, untuk melawan infeksi diperlukan substansi yang dapat
bekerja pada komponen virulensi tersebut.
Beban penyakit, resistensi, dan efek samping antibiotik untuk terapi
Streptococcus pneumoniae merupakan masalah besar lain yang menjadi
tantangan. Centre for Disease Control and Prevention (CDC) melaporkan
hingga tahun 2000 terdapat 100.000-135.000 pasien dirawat karena pneumonia,
6 juta karena otitis media, dan 60.000 karena penyakit invasif termasuk 3.300
karena meningitis (CDC, 2008). Terdapat 151,8 juta kasus baru pneumonia
setiap tahunnya. Kawasan dengan jumlah kasus baru per tahun terbanyak adalah
South East Asia Region (SEAR) sebanyak 60,95 juta kasus. Sekitar 74% (115,3
juta) kejadian pneumonia terkonsentrasi pada 15 negara, termasuk di dalamnya
Indonesia (6 juta kasus baru per tahun) menduduki peringkat ke lima setelah
India, China, Bangladesh dan Nigeria (Rudan, 2008). Pneumonia adalah
penyebab kematian tertinggi kedua setelah diare diantara balita (15,5%) dan
selalu menduduki 10 besar penyakit terbanyak di Indonesia (Buletin Jendela
Epidemiologi, 2010). Beban ekonomi yang harus ditanggung akibat resistensi
Streptococcus pneumoniae terhitung EUR 150 juta per tahun (Norrby, 2009).
Disamping itu, resistensi terhadap penisilin dan antibiotik golongan -laktam
lainnya telah ditemukan sejak tahun 1967 dan tahun 1978 telah berkembang
multi drug resistant Streptococcus pneumoniae yang resisten terhadap makrolid
dan beberapa golongan antibiotik lainnya (Chiou, 2006). Penemuan agen
terapeutik juga semakin urgen seiring efek samping antibiotik pilihan yang
menimbulkan efek samping seperti hipersensitivitas, diare, nefritis, dan hepatitis
kolestatik (Golan et al., 2008 dan Pharm et al., 2009).
Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri infusa biji buah
langsat (Lansium domesticum Cor.) yang berasal dari daerah Kalimantan Barat
terhadap Streptococcus pneumoniae yang belum pernah diteliti sebelumnya,
yang menjadi masalah kesehatan dunia akibat beban penyakit, ancaman
resistensi, efek samping antibiotik pilihan. Pemilihan pelarut akuades
dilatarbelakangi oleh penggunaan biji buah langsat (Lansium domesticum Cor.)
sebagai obat di masyarakat dengan cara rebusan. Pemilihan biji dilakukan
berdasarkan pertimbangan kandungan zat aktif yang telah teridentifikasi,
penyediaan bahan dasar yang mudah, dan adanya fungsi pemanfaatan limbah.
C. Rumusan Masalah
1. Apa saja metabolit sekunder yang terkandung dalam infusa biji buah langsat
(Lansium domesticum Cor.)?
2. Apakah infusa biji buah langsat (Lansium domesticum Cor.) memiliki
aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus pneumoniae?
D. Hipotesis
1. Tujuan
a. Mengetahui kandungan metabolit sekunder infusa biji buah langsat
(Lansium domesticum Cor.).
b. Mengetahui aktivitas antibakteri infusa biji buah langsat (Lansium
domesticum Cor.) terhadap Streptococcus pneumoniae.
2. Manfaat
a.Bagi masyarakat:
Memberikan informasi pembuktian tentang potensi infusa biji buah
langsat (Lansium domesticum Cor.) sebagai tanaman obat yang diyakini
masyarakat memiliki aktivitas antibakteri.
b. Bagi lembaga pendidikan:
1) Memperkaya khasanah penelitian tanaman obat endemik Kalimantan
Barat, terutama tanaman yang memiliki aktivitas antibakteri.
2) Memperkaya literatur penelitian tanaman langsat (Lansium
domesticum Cor.) yang dapat dijadikan acuan penelitian selanjutnya.
c.Bagi penulis:
Sempit (Narrow)
Bakterisid
2. Kerangka Konsep
KHM KBM
Variabel bebas:
Variabel terikat:
biji buah langsat 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,56%, 0,78%, 0,39%, 0,19%
Pertumbuhan bakteri Streptococcus pneumonia
Variabel terkendali:
Suhu inkubasi
Waktu
pH
Media
Sterilitas
G. Metodologi Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni (true experimental
design) dengan rancangan postest only control group design yang dilakukan
di laboratorium (Imron, 2010).
Rangkaian penelitian meliputi pembuatan infusa biji buah langsat
(Lansium domesticum Cor.), skrining fitokimia, dan uji aktivitas antibakteri
terhadap Streptococcus pneumoniae. Variabel yang diukur dalam penelitian
ini adalah pertumbuhan bakteri pada setiap konsentrasi infusa yang diberikan
untuk kemudian dianalisis secara statistik. Selain itu, melalui metode dilusi
ditetapkan pula konsentrasi hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh
minimum (KBM).
(t-1) (r-1) 15
(15-1) (r-1) 15
14 (r-1) 15
14 r 14 15
14r 15+14
r 29:14
r 2,07
6. Variabel dan Definisi Operasional
a.Variabel
1) Variabel bebas: konsentrasi infusa biji buah langsat (Lansium
domesticum Cor.) yang terdiri atas 10 kelompok.
2) Variabel tergantung: pertumbuhan bakteri uji dalam satuan colony
forming unit per ml.
3) Variabel terkendali: suhu inkubasi, waktu, sterilitas, dan media.
b. Definisi Operasional
1) Konsentrasi infusa biji buah langsat: terdiri atas 12 konsentrasi yaitu
200%, 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25 %, 3,125%, 1,56%, 0,78%,
0,39%, 0,19%, dan 0,095%. Konsentrasi infusa berupa skala
kategorik.
2) Pertumbuhan bakteri: bakteri yang tumbuh pada setiap konsentrasi,
dihitung secara manual dengan colony counter, dinyatakan dalam
colony forming unit. Pertumbuhan bakteri berupa skala numerik.
3) Konsentrasi hambat minimum: konsentrasi terkecil yang
memperlihatkan kejernihan.
4) Konsentrasi bunuh minimum: konsentrasi terendah yang tidak ada
pertumbuhan bakteri.
5) Kontrol positif: sebagai kontrol kekeruhan dan pertumbuhan bakteri.
6) Kontrol negatif: sebagai kontrol kejernihan dan tidak adanya
pertumbuhan bakteri.
7) Kontrol pelarut: kontrol aktivitas antibakteri pelarut.
7. Cara Penelitian
a.Determinasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Meliaceae
Genus : Lansium
Spesies : Lansium domesticum Cor.
b. Pemanenan
Pemanenan dilakukan di pagi hari saat buah dipastikan matang yaitu
saat usia buah enam bulan, terhitung sejak bunga mekar (Lim, 2012).
Langsat (Lansium domesticum Cor.) diambil dari kebun yang terletak di
Jl. Parit Banjar, Desa Punggur, Kecamatan Sei Kakap, Kalimantan Barat.
c.Pembuatan Simplisia
1) Sortasi basah, dilakukan pembebasan buah langsat dari tangkai atau
bagian tanaman lainnya, dari kotoran, dan benda asing lainnya
(Gunawan, 2004).
2) Pengupasan kulit dan daging buah, dilakukan sebelum pencucian
(Gunawan, 2004)
3) Pencucian dilakukan menggunakan air PAM (Gunawan, 2004).
4) Pengubahan bentuk (perajangan), dilakukan dengan pisau atau mesin
perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan
ukuran tertentu (Agoes, 2009).
5) Pengeringan, dilakukan degan teknik pengeringan di bawah sinar
matahari selama tiga hari dari pukul 10.00 hingga 15.00 (Mamun et
al., 2006).
6) Sortasi kering, dilakukan dengan membebaskan dari biji-biji yang
gosong saat pengeringan (Gunawan, 2004).
7) Penggilingan, dilakukan untuk memperluas permukaan. Ukuran
simplisia diperkecil, namun tidak sampai menjadi serbuk (Agoes,
2009).
8) Pengepakan menggunakan plastik bersih (Gunawan, 2004).
e.Pembuatan Infusa
Langkah pembuatan infusa adalah sebagai berikut (Syamsuni, 2006;
Saputra, 2012; Pratiwi, 2012):
1) Masukan 10 gr serbuk simplisia ke dalam tabung Erlenmeyer.
2) Tambahkan akuades steril sebanyak 100 ml. penambahan jumlah
akuades adalah hingga dua kali bobot simplisia.
3) Panaskan di atas water bath selama 15 menit terhitung mulai suhu
mencapai 90C sambil sesekali dikocok.
4) Saring air rebusan dengan menggunakan kertas flannel steril selagi
panas ke dalam tabung Erlenmeyer steril lainnya.
5) Jika infusa yang dihasilkan kurang dari 100 ml, maka ditambahkan
akuades steril hingga 100 ml sehingga konsentrasi infusa yaitu 100%.
6) Tutup tabung dengan kapas dan aluminiom foil yang sebelumnya
telah disterilkan sampai infusa digunakan dalam pengujian.
7) Infusa 200% dibuat dengan perbandingan 20 gr simplisia dalam 100
ml akuades. Langkah pembuatan sama seperti di atas.
f. Skrining Fitokimia
1) Pemeriksaan Alkaloid
Sampel sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu
ditambahkan 5 tetes kloroform dan beberapa tetes pereaksi Mayer.
Terbentuknya endapan putih mengindikasikan adanya alkaloid
(Lailatul et al., 2010). Pemeriksaan alkaloid dilakukan triplo.
2) Pemeriksaan Fenol
Sampel sebanyak 1 ml dimasukan ke dalam tabung reaksi,
ditambahkan beberapa tetes air panas dan beberapa tetes pereaksi
FeCl3 1%. Perubahan warna larutan menjadi warna hijau, biru atau
ungu menunjukkan adanya senyawa fenol (Atmoko dan Maruf,
2009). Pemeriksaan fenol dilakukan triplo.
3) Pemeriksaan Flavonoid
Sampel sebanyak 1 ml dimasukan ke dalam tabung reaksi,
ditambahkan dengan serbuk Mg sebanyak 1 gram dan larutan HCl
pekat. Perubahan warna larutan menjadi warna kuning menandakan
adanya flavonoid (Lailatul et al., 2010). Pemeriksaan flavonoid
dilakukan triplo.
4) Pemeriksaan Saponin
Sampel sebanyak 2 ml dimasukan ke dalam tabung reaksi, lalu
ditambahkan 10 mL air, setelah itu dikocok dengan kuat selama 10
menit. Buih yang terbentuk menunjukkan adanya saponin (Lailatul et
al., 2010). Pemeriksaan saponin dilakukan triplo.
6) Pemeriksaan Tannin
Sampel sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu
ditambahkan beberapa tetes FeCl3 5%. Bila terbentuk warna biru tua
menunjukkan adanya tanin (Lailatul et al., 2010). Pemeriksaan tanin
dilakukan triplo.
g. Pembuatan Media
1) Tryptic Soy Broth
a) Timbang 0,75 gr media tryptic soy broth lalu masukan ke dalam
tabung Erlenmeyer.
b) Tambahkan 25 ml akuades yang sudah disaring.
c) Homogenkan media dan akuades dengan menggunakan water
bath hingga larutan menjadi jernih.
d) Masukan ke dalam 5 tabung reaksi yang masing-masing berisi 5
ml.
e) Tutup tabung reaksi dengan menggunakan kapas dan aluminium
foil.
f) Ikat penutup tabung dengan menggunakan karet gelang.
g) Letakan tabung pada rak tabung dan masukan ke dalam autoklaf.
h) Sterilkan media dengan metode sterilisasi uap.
i) Setelah dingin media dapat segera digunakan atau disimpan
dalam lemari pendingin untuk penggunaan berikutnya.
2) Mueller Hinton Agar dengan 5% Darah Kambing
a) Timbang 38 gr media mueller hinton agar lalu masukan ke dalam
tabung Erlenmeyer.
b) Tambahkan 1 liter akuades yang sudah disaring.
c) Homogenkan media dan akuades dengan menggunakan water
bath hingga larutan menjadi jernih.
d) Tutup tabung reaksi dengan menggunakan kapas dan aluminium
foil.
e) Ikat penutup tabung dengan menggunakan karet gelang.
f) Sterilkan media dengan metode sterilisasi uap.
g) Keluarkan media dari autoklaf dan dinginkan hingga suhu
mencapai 40-50oC.
h) Masukan 50 ml darah kambing yang telah didefibrinasi ke dalam
larutan media.
i) Tuang media ke dalam plate steril dengan cara asepsis, dilakukan
di dalam laminary air flow cabinet. Masing-masing plate berisi
20 ml media.
j) Ratakan penyebaran media di dalam plate dengan cara digoyang
di atas lantai yang rata.
k) Biarkan media membeku.
l) Setelah beku, balik plate, bungkus dengan menggunakan kertas
koran dan plastik untuk kemudian disimpan di lemari pendingin
untuk penggunaan di kemudian hari.
3) Cation Adjusted Mueller Hinton Broth (CAMHB) dengan 2-5%
Lysed Horse Blood
a) Saring 200 ml akuades dan masukan ke dalam tabung Erlenmeyer
bervolume 250 ml.
b) Larutkan 3 gram ekstrak daging ke dalam 200 ml akuades
tersebut.
c) Tambahkan kasein sebanyak 8,75 gram dan starch sebanyak 0,75
gram.
d) Panaskan dengan menggunakan water bath sambil sesekali
dikocok hingga larutan menjadi homogeny dan jernih.
e) Sterilkan media Mueller Hinton Broth dengan metode sterilisasi
uap.
f) Keluarkan media dari autoklaf dan biarkan mendingin.
g) Buat larutan kation Mg+2 dan Ca+2 dengan cara sebagai berikut:
Timbang 0,1672 gr MgCl2.6H2O menggunakan gelas arloji
steril dan masukan ke dalam tabung berisi 10 ml akuades
steril. Kandungan akhir larutan ini adalah Mg+2 dengan kadar
2 mg per ml.
Timbang 0,0736 gr CaCl2.2H2O menggunakan gelas arloji
steril dan masukan ke dalam tabung berisi 10 ml akuades
steril. Kandungan akhir larutan ini adalah Ca+2 dengan kadar
2 mg per ml.
h) Setelah media Mueller Hinton Broth dingin, tambahkan 1 ml
larutan Mg+2 dan 2 ml larutan Ca+2 dengan cara asepsis.
i) Tambahkan 2-5% lysed horse blood yang dibuat dengan cara:
Sediakan 50 ml darah kambing segar yang telah terdefribinasi
di dalam tabung Erlenmeyer 250 ml.
Secara aseptic, tambahkan 50 ml akuades steril sehingga
konsentrasinya menjadi 50%.
Dinginkan dan cairkan larutan darah kambing lisis 50%
tersebut sehingga lisis sempurna, sekitar 5 hingga 8 siklus.
Lakukan sentrifugasi pada kecepatan 12000 x g selama 20
menit.
Tuang supernatant dan lakukan sentrifugasi ulang jika
diperlukan.
i. Pengujian Antibakteri
1) Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
a) Siapkan sebanyak 13 tabung, labeli, dan susun pada rak tabung
seperti gambar berikut:
20 10
0 0
% %
500%
Kontrol -
12,5%
6,25%
25%
3,125%,
1,56%
0,78%
0,39%,
0,19%
0,095%
Kontrol +
K. pelarut
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
H. Personalia Penelitian
Kegiatan I II II IV
I II III IV I II III IV
I
Penyiapan simplisia *
Pemeriksaan kadar
*
air
Skrining fitokimia * *
Pembuatan laporan *
penelitian
Keterangan:
Mei dan Juni tidak ada jadwal penelitian dikarenakan harus mengantre untuk
penggunaan laboratorium periode II.
Jumlah Waktu : Penelitian dimulai bulan Maret 2013 hingga Juli 2013
2. Pembimbing I
Nama : Isnindar, S. Si., M. Sc., Apt.
NIP : 19780911 200801 2 011
Bidang Ilmu :
Program Studi/Fakultas : Farmasi/ Kedokteran
Universitas : Tanjungpura
3. Pembimbing II
Nama : dr. Ita Armyanti
NIP : 19811004 200801 2 011
Bidang Ilmu : Farmakologi
Program Studi/Fakultas : Pendidikan Dokter/ Kedokteran
Universitas : Tanjungpura
LEMBAR PENGESAHAN