Problem Scale
Problem Scale
b. Penurunan Tekanan
Pada saat air formasi mengalir dari reservoir menuju lubang sumur, maka
akan terjadi penurunan tekanan. Penurunan tekanan ini dapat pula terjadi dari
dasar sumur ke permukaan dari well head ke tanki pengumpul. Penurunan tekanan
ini akan menyebabkan terlepasnya CO2 dan ion bikarbonat (HCO3) dari larutan.
Dengan terbebaskannya gas CO2, sehingga akan menyebabkan
berkurangnya kelarutan CaCO3. Hal ini berarti penurunan tekanan pada suatu
sistem akan menyebabkan meningkatnya kemungkinan terbentuknya scale
CaCO3.
c. Perubahan Temperatur
Pada saat terjadi perubahan (kenaikan) temperatur, maka akan terjadi
penguapan, sehingga terjadi perubahan kelarutan, dan hal ini akan mengakibatkan
terjadinya pembentukan scale. Temperatur mempunyai pengaruh pada
pembentukan semua tipe scale, karena kelarutan suatu senyawa kimia sangat
tergantung pada temperatur. Misalnya kelarutan CaCO3 akan berkurang dengan
kenaikan temperatur dan kemungkinan terbentuknya scale CaCO3 semakin besar.
SI = pH pHs .. (4-1)
pHs = K + pCa + pAlk (4-2)
Jika persamaan 4-2 disubstitusikan ke Persamaan 4-1, maka akan
dihasilkan persamaan sebagai berikut :
Gambar 4.3. Contoh Hasil Analisa Air Formasi Menggunakan Diagram Stiff4)
4.1.2. Emulsi
Emulsi adalah campuran dua macam cairan yang dalam keadaan biasa
tidak dapat bercampur (immiscible). Problem emulsi umumnya timbul pada saat
air mulai terproduksi bersama minyak. Air yang tidak dapat bercampur dengan
minyak dinamakan air bebas dan dengan mudah dipisahkan dengan cara
pengendapan. Namun disegi lain ada emulsi yang sulit berpisah, sehingga
diperlukan suatu usaha untuk pemecahannya. Terdapat tiga faktor penting yang
membentuk emulsi stabil, yaitu :
1. Adanya dua macam cairan yang immiscible.
2. Adanya pengadukan/ agitasi yang cukup kuat untuk menyebarkan cairan
yang satu ke dalam cairan yang lainnya.
3. Adanya emulsifying agent yang dapat membuat emulsi menjadi stabil.
Di dalam emulsi cairan dalam bentuk butiran-butiran yang tersebar disebut
dispersed (internal) phase dan cairan yang mengelilingi butiran-butiran itu disebut
continuous (external) phase. Secara umum emulsi dapat diklasifikasikan menjadi
2 (dua), yaitu :
1. Water in oil (W/O) emulsion dimana air sebagai dispersed dan minyak
sebagai continuous phase. Water in oil emulsion inilah yang sering
dijumpai.
2. oil in water (O/W) emulsion, dimana minyak sebagai dispersed phase dan
air sebagai continuous phase.
Ditinjau dari kestabilannya, emulsi juga dapat dibagi 2 (dua) macam, yaitu :
1. Emulsi yang stabil adalah emulsi dimana minyak dan air tidak dapat
memisahkan diri tanpa bantuan dari luar.
2. Emulsi yang tidak stabil adalah emulsi dimana minyak dan air dapat
memisahkan dirinya tanpa bantuan dari luar, cukup hanya diberikan
settling time saja.
Kestabilan emulsi tergantung beberapa faktor, yaitu :
Emulsifying agent, pada emulsi minyak bumi yang stabil. Hal ini terdiri
dari : asphant, resin, oil soluble organic acid dan material-material halus
yang lebih larut atau dapat berpencar dalam minyak daripada dalam air.
Viskositas, jika tinggi maka kecenderungan untuk mengikat butiran air
lebih besar dibanding minyak yang viskositas lebih rendah. Minyak yang
viskositasnya besar memerlukan waktu lebih lama untuk memecahkan
emulsinya.
Specific grafity, bila perbedaannya besar maka akan mempercepat settling.
Minyak yang berat berkecenderungan untuk menahan butiran-butiran air
dalam bentuk suspensi lebih lama.
Prosentase air yang tinggi akan membentuk emulsi yang kurang stabil,
sehingga mudah dipisahkan dari minyaknya.
Umur emulsi, minyak yang mengandung emulsi bila dimasukkan ke
dalam tangki, dan air yang tersisa terpisahkan serta tidak segera dilakukan
treatmen, maka emulsi tersebut menjadi sangat sulit untuk dipisahkan.