Anda di halaman 1dari 6

BAB 2

ILUSTRASI KASUS

Seorang pasien perempuan berumur 56 tahun datang dengan keluhan:

Keluhan Utama:

Mata kanan merah disertai nyeri sejak 5 hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang:

Mata merah disertai nyeri dirasakan sejak 5 hari yang lalu. Awalnya

pasien mengeluhkan sakit kepala, kemudian mata merah dan nyeri.


Penglihatan mata kanan kabur sejak 4 hari yang lalu. Pandangan seperti

berkabut.
Mata kanan silau (+)
Mata berair (-)
Sekret (-)
Riwayat trauma pada mata (-)
Riwayat mengkonsumsi obat dalam waktu lama (-)
Pasien berobat ke puskesmas, diberi obat salep mata, namun tidak

berkurang. Pasien tidak mengetahui obat salep apa yang diberikan.

Kemudian pasien pergi berobat ke dokter bedah, diberikan obat tetes mata

yang juga tidak diketahui obatnya, pasien mengeluhkan mata menjadi

lebih sakit. Kemudian berobat ke RS tentara diberikan obat Glaucon 4x1,

Aspar K 2x1, Timol 0,5%.


Pasien menggunakan kacamata sejak 3 tahun ini, namun pasien tidak

mengetahui berapa visus nya. Kacamata tidak berfungsi lagi sejak pasien

merasakan keluhan pada mata kanan.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat Hipertensi (+)


Riwayat Diabetes Melitus (-)

1
Riwayat Katarak (-)
Riwayat Glaukoma (-)
Riwayat Konjungivitis (+)

Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak ada anggota keluarga dengan penyakit yang sama.


Tidak ada anggota keluarga dengan penyakit mata lainnya.

Status Oftalmikus pada tanggal 15 April 2015:

Status Oftalmikus OD OS
Visus Tanpa Koreksi 5/15 5/10
Visus dengan Koreksi S +1,00 5/7 S+0,15 5/5
Refleks Fundus + menurun +
Silis/Supersilia Madarosis (-) Madarosis (-)

Trikisasis (-) Trikisasis (-)


Palpebra Superior Edema (-) Edema (-)
Palpebra Inferior Edema (-) Edema (-)
Aparat Lakrimalis Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal
Konjungtiva Tarsalis Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Konjungtiva Forniks Hiperemis (+) Hiperemis (-)
Konjungtiva Bulbi Injeksi Konjungtiva Injeksi Konjungtiva

(+) (-)

Injeksi Siliar (+) Injeksi Siliar (-)


Sklera Putih Putih
Kornea Edema (+) Edema (-)

Kps (+)
Kamera Okuli Anterior Hipopion 2 mm Cukup dalam
Iris Flare (+) Coklat (+), Rugae

Sinekia Posterior (+) (+)


Pupil Semi Midriasis Bulat

Diameter 3mm Diameter 3 mm

Refleks fovea +/+ Refleks fovea +/+

2
Lensa Keruh subskapular Bening

posterior Posterior
Korpus Vitreus Relatif Jernih Jernih
Fundus:
Media Keruh Bening
Papil Optikus Tidak bisa di nilai Bulat, batas tegas,

c/d 0,3 0,4


Retina Tidak bisa di nilai aa : vv = 2 : 3
aa:vv Tidak bisa di nilai Perdarahan (-),

Eksudat (-)
Makula Tidak bisa di nilai Refleks fovea (+)
Tekanan Bulbus Okuli 15 mmHg 12 mmHg
Posisi Bulbus Okuli Ortho Ortho
Gerak Bulbus Okuli Bebas Bebas

Diagnosis:

Uveitis Anterior non granulomatosa OD

Diagnosis Banding:

Keratitis/Keratokonjungtivitis

Pemeriksaan Anjuran:

Pemeriksaan darah
Pemeriksaan urin
Skin test

Terapi:

SA ed 2x1 OD
Levofloxacin ed tiap jam OD
Posop ed tiap jam OD

Rencana Terapi Lanjutan:

- Operasi rekonstruksi pupil

3
BAB 3

DISKUSI

Pasien datang ke RSUP M. Djamil Padang dengan keluhan utama mata

kanan merah disertai nyeri sejak 5 hari yang lalu. Keluhan mata merah ini

disertai dengan perih pada mata terutama saat melihat cahaya dan melihat dekat,

silau bila terkena cahaya, penglihatan kabur, serta sakit kepala. Berdasarkan teori

gejala klinis subjektif tersebut diatas sesuai dengan gejala uveitis

anterior/iridosiklitis yaitu mata merah disertai nyeri, fotofobia, penglihatan

kabur.4,5 Terdapatnya reaksi radang pada uveitis menyebabkan melebarnya

pembuluh darah konjungtiva dan perikorneal akibat proses inflamasi, sehingga

timbul mata merah/konjungtiva hiperemis. Selain itu, fungsi iris dalam

mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk kedalam mata terganggu akibat

peradangan, sehingga menyebabkan terjadinya fotofobia.2,6 Pada kasus ini pasien

juga merasakan perih pada mata terutama saat melihat cahaya dan melihat dekat

hal ini disebabkan fungsi akomodasi terganggu akibat peradangan pada iris dan

korpus sillier. Diketahui bahwa untuk melihat suatu objek dalam jarak dekat,

maka mata akan melakukan akomodasi, yaitu terjadinya kontraksi dari otot

siliar yang berguna agar zonula zinnii mengendor, sehingga lensa menjadi

4
cembung. Keluhan mata berair dan bersekret tidak ada pada pasien ini.6-8 Pasien

tidak ada riwayat trauma pada mata, namun pasien sudah menggunakan kacamata

sejak 3 tahun ini. Pasien pernah mengalami konjungtivitis saat masih berada di

bangku sekolah dasar. Pasien mendertia hipertensi sejak 10 tahun ini.

Dari anamnesis riwayat penyakit keluarga, pada keluarga tidak ditemukan

anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama. Dan tidak ada anggota

keluarga yang mengalami penyakit pada mata. Dari hasil pemeriksaan fisik

diperoleh penurunan visus pada mata kanan yakni 5/15.

Pada pemeriksaan inspeksi, penyinaran oblik dan slit lamp OD ditemukan

tanda khas dari uveitis anterior yaitu: pada konjungtiva terdapat konjungtiva

hiperemis, injeksi perikorneal. Pada kornea yaitu kornea keruh, keratik

presipitat (deposit putih halus) merupakan deposit seluler dari sel-sel radang yang

melekat pada endotel kornea.4,8,9 Temuan pada BMD antara lain terdapat flare atau

sel yaitu partikel-partikel kecil dengan gerak Brown (efek tyndall) yang bisa

ditemukan jika memakai slit lamp, BMD kesan dangkal akibat adanya sinekia

posterior. Temuan pada iris antara lain: sinekia posterior yaitu perlengketan iris

dengan kapsula lensa bagian anterior. Temuan pada pupil antara lain: pupil

unround akibat adanya sinekia posterior dan pada lensa yaitu lensa keruh

kemungkinan akibat telah terjadinya komplikasi berupa katarak.8,11-2

Laboratorium sangat dibutuhkan untuk mendapatkan sedikit gambaran

mengenai penyebab uveitis anterior. Pada pemeriksaan darah yaitu diffential

count, eosinofilia (kemungkinan penyebab parasit atau alergi), VDRL, FTA,

autoimun marker (ANA, Rematoid Factor), serum ACE level (sarkoidosis),

toxoplasma serologis, dan serologis TORCH lainnya.

5
Pada kasus ini pasien diberikan terapi dengan antibiotik topikal yaitu

levofloxacin yang merupakan antibiotik golongan kuinolon yang berspektrum

luas. Pada pasien ini juga diberikan antiinflamasi steroid yaitu posop (topikal)

bertujuan untuk mengurangi peradangan okular, yaitu mengurangi produksi

eksudat, menstabilkan membran sel, dan menghambat pelepasan lysozim oleh

granulosit. Selain itu, diberikan midriatikum/siklopegik berupa sulfas atropine ED

2x1 gtt OD. Tujuan pemberian midriatikum adalah agar otot-otot iris dan badan

sillier relaks, sehingga dapat mengurangi nyeri, memberi istirahat pada iris yang

meradang dan mempercepat penyembuhan. Midriatikum sangat bermanfaat untuk

mencegah terjadinya sinekia ataupun melepaskan sinekia yang telah ada.4,10-3

Prognosis dari uveitis anterior ini tergantung dari etiologi atau gambaran

histopatologinya. Pada uveitis anterior non granulomatosa gejala klinis dapat

hilang dalam beberapa hari hingga beberapa minggu dengan pengobatan, tetapi

sering terjadi kekambuhan. Pada uveitis anterior granulomatosa inflamasi dapat

berlangsung berbulan-bulan hingga tahunan, kadang-kadang terjadi remisi dan

eksaserbasi. Pada kasus ini dapat timbul kerusakan permanen walaupun dengan

pemberian terapi terbaik.8, 12

Anda mungkin juga menyukai