Anda di halaman 1dari 7

Nama Kelompok :

1.

2.

3.

4.

5.

Nematoda dalam Darah dan Jaringan

Nematoda adalah hewan multiseluler yang paling banyak jumlahnya


di bumi dan terdapat hampir di seluruh habitat dan beberapa juga
terdapat di tempat yang tidak biasa seperti sumber mata air panas, es,
laut dalam, dan lingkungan berasam dan dengan kadar oksigen rendah.
Kelimpahannya mencapai jutaan individu per m2 tanah pada tanah dan
sedimen dasar perairan.

Nematoda memiliki fungsi yang sangat penting dalam menjaga


kelestarian tanah, salah satunya adalah sebagai dekomposisi material
racun atau secara istilah disebut bioremediasi. Nilai nematoda sebagai
bioremediasi tanah ini sangatlah penting. Jika dihitung dengan rupiah
maka akan didapatkan seberapa pentingnya hewan kecil ini bagi tanah
dan tentunya bagi manusia.

Nematoda yang hidup sebagai parasit di dalam darah dan jaringan


manusia terdiri atas tiga kelompok, yaitu :
1. Cacing Filaria dan Dracunculus
2. Invasi larva migrans di dalam kulit, jaringan bawah kulit serta alat
dalam.
3. Nematode yang jarang didapat, di dalam jaringan hati, ginjal, paru-
paru, mata, dan subkutis.
Parasit Filaria pada manusia yaitu : Wuchereria bancrofti, Brugia
malayi, Brugia timori, Loa loa, Onchocerca volvulus, Acanthocheilonema
perstans, Mansonella ozzardi.

Morfologi Umum dan Siklus Hidup


Habitat : sistem peredaran darah, limpha, otot, jaringan ikat atau rongga
serosa.
Morfologi : Cacing dewasa, cacing yang langsing seperti benang,
panjangnya 2-70 cm.
*Cacing betina panjangnya lebih kurang dua kali cacing jantan.
Biasanya tidak mempunyai bibir yang jelas, ,mulutnya sederhana,
rongga mulut tidak nyata. Esophagus berbentuk seperti tabung,
tanpa bulbus esophagus, biasanya bagian anterior berotot
sedangkan bagia posterior berkelenjar.
*Cacing jantan memiliki dua spikula untuk kopulasi, kadang-kadang
pada bagian ekor memiliki alae.
Siklus Hidup :
Filaria membutuhkan insekta sebagai vector, misalnya nyamuk
Anopheles, Aedes, Mansonia, Culex bias juga Simulium, Chrysops atau
Culicoides, tergantung jenis spesiesnya.
Periode laten atau prepaten ialah waktu antara seseorang
mendapatkan infeksi sampai ditemukannya microfilaria di dalam
darahnya, sesuai dengan pertumbuhan cacing hingga dewasa dan
melahirkan microfilaria ke dalam darah dan jaringan.
Microfilaria yang dilahirkan sampai ke dalam darah dengan menembus
dinding saluran limfe ke dalam pembuluh darah kecil yang berdekatan
atau melalui ductus thoracicus.
Microfilaria ini tidak tumbuh lebih lanjut kecuali apabila terhisap oleh
vector yang sesuai, beberapa jamkemudian menembus dinding usus
tengah dan bergerakke otot thorax untuk mengadakan metamorfosa
menjadi stadium infektif dalam waktu 1-3 minggu. Apabila serangga
tersebut menggigit seseorang, larva meninggalkan ujung proboscis
serangga ke kulit dekat dengan lubang gigitan, kemudian memasuki
tubuh hospes melalui luka gigitan tersebut.

1. Wuchereria bancrofti
Morfologi dan siklus hidup :
Habitat : saluran dan kelenjar limfe terutama di bawah difragma,
microfilaria tedapat di dalam darah.
Hospes : manusia merupakan tuan rumah definitive.
Morfologi :
Cacing dewasa, berwarna putih kekuning-kuningan, diliputi kutikula
halus, berbentuk silindris seperti benang, kedua ujung tumpul, bagian
anterior membengakak, mulut berupa lubang sederhana tanpa bibir
ataupun alat lainnya, langsung menuju esophagus dengan sebuah rongga
bukal tetapi tanpa tonjolan maupun kontriksi seperti tanda khas yang
terdapat pada beberapa nematoda.
1. Cacing jantan, lebih kurang 40 mm x 0,4 mm, ujung kaudal
melengkung ke ventral terdapat 12 pasang papilla perianal, terdiri atas 8
pasang preanal dan 4 pasang posanal. Terdapat dua spikula dengan
gubaernakulum yang berbentuk bulan sabit.
2. Cacing betina, 80-100 mm x 0,24-0,30 mm, vulva terletak di daerah
servikal, vagina pendek dengan sebuah segmen keluar dari uterus
selanjutnya organ genitalia ini berpasangan. Embrio yang masih muda
terdapat di bagian dalam uterus dilapisi lapisan hialin yang tipis, lebih
kurang 38x25 . Apabila terdorong ke bagian uterus, bungkusnya
memanjang menyesuaikan dengan bentuk embrio sampai embrio lahir
tetap terbungkus sarung, embrio ini disebut microfilaria.
Siklus hidup :
1. Sesuai dengan perioditasnya, mikrofilaria ini sampai di pembuluh darah
perifer, darah dihisap oleh nyamuk yang bertindak sebagai vector,
mikrofilaria ikut terisap, sampai di lambung nyamuk.
2. Disini mikrofilaria melepaskan sarungnya, terjadi 1-6 jam setelah
berada di dalam tubuh nyamuk.
3. Kemudian dengan ujung cephalicnya, dinding lambung nyamuk
ditembus dan menuju ke otot thorax.
4. Dengan melalui 3 kali metamorfosa pada hari ke 10-11 menjadi larva
kecil, langsing, infektif, dan meuju kelenjar liur nyamuk.
5. Melalui luka tusukan nyamuk, larva bergerak aktif menembus kulit
hospes menuju kelenjar limph perifer.
6. Larva, disini tumbuh kemudian bermigrasi menuju pembuluh limph
untuk menjadi dewasa yang dapat bertahan hidup selama 10-18 tahun.
Penyebaran
Daerah katulistiwa
Parasit ini di tularkan melalui gigitan nyamuk sebagai vektor
Gejala
Periode asimptomatik : tanpa ada gejala yang nyata
Stadium akut : diawali dg limpangitis, kadang bersama dengan
limpadenitis, disertai dengan demam filaria, daerah yang mengalami lesi
terjadi pembengkakan , terdapat sindroma malaise, depresi mental, sakit
kepala frontal.
Stadium kronis : ditandai dengan adanya pembengkakan organ
bersangkutan dalam suatu tipe elephantoid atau terjadinya
perkembangan lymphocele kadang d seritai ruptur atau terjadinya suatu
fibrosis
Pencegahan
1. Dengan pengobatan diethylcarbamazine
2. Penggunaan insektisida :
a. Penyemprotan d dalam rumah dan d skitar rumah dengan DDT,
dieldrine atau organophosphat baytex
b. Penggunaan larvisidal dengan penyemprotan di atas tempat perindukan
nyamuk.
Diagnosa
Dengan menemukan mikrofilia W.brancofti dalam darah perifer yang
diambil pada malam hari antara jam 22.00 02.00.

2. Brugia malayi
Morfologi dan siklus hidup :
Habitat : cacing dewasa pada saluran dan kelenjar limphe,
mikrofilaria terdapat di dalam darah.
Hospes : berbeda dengan W. bancrofti, pada B. malayi selain
ditemukan pada manusia, juga ditemukan pada kera, anjing, kucing.
Morfologi :
Cacing dewasa, banyak kesamaaan dengan W bancrofti, putih
kekuning-kuningan, silindris menyerupai benang,didapatkan berpasangan
dalam saluran limph yang berdilatasi. Ujung anterior terdapat mulut tanpa
bibir diliputi dua baris papilla. Baris sebelah dalam 6 dan sebelah luar 4
buah seperti juga pada W.bancrofti hanya pada B. malayi sedikit lebih
besar.
1. Cacing jantan, diliputi kutikula halus, pada bagian kaudal terdapat
papilla adanal (3-4) buah dengan ukuran berbeda, di belakang anus
terdapat sepasang papilla, (3-4) pasang papilla adanal lateral serta papilla
preanal yang tidak berpasangan. Pada ujung ekor terdapat (4-6) papilla
yang kecil. Diantara papilla ini dengan papilla adanal didapat (0-2) papilla.
Terdapat dua spikula yang panjangnya tidak sama dengan gubernakulum
yang kurang berbentuk bulan sabit dari pada W.bancroft. ukurannya
(13,5-23,5)mm x (70-80).
2. Cacing betina, vulva merupakan alur transversal berhubungan denagn
vagina sebagai saluran yang panjang dengan dua lapis dinding.
Lumennya sempit. Kemudian berhubungan dengan uterus sebelah distal
yang tunggal dimana ke sebelah proksimalnya bercabang dua. Ukurannya
(43,5-55)mm x (120-170).
Siklus hidup :
Siklus hidupnya mirip dengan W banrofti. Waktu yang diperlukan
untuk perkembangan vector 6,8-8,5 hari.
Penyebaran
Banyak terdapat di Asia
Nyamuk anopheles barbirostris yang banyak terdapat di sawah, oleh
karena itu mreka filariasis banyak ditemukan di luar kota
Gejala
Demam limphangitis dan limphadenitis
Pencegahan
Di india vektor utamanya adalah mansonia annulifera, dan tempat
perindukannya di kolam yang banyak d tumbuhi tumbuhan air piatia
stratioides, maka dengan membasmi tumbuhan ini dapat mengurangi
jumlah infeksi baru
Diagnosa
Menemukan mikrofilia malayi dalam darah perifer yang di ambil sesuai
dengan perioditasnya. Pada tahap awal tidak di temukan mikrofilia pada
darah, sehingga dilakukan pemeriksaan dari biopsi kelenjar limph yang
bengkak

3. Brugia timori
Habitat : cacing dewasa biasa ditemukan pada kelenjar limph. Tetapi
pada binatang percobaan jird ditemukan pada paru-paru, jantung, dan
pembuluh darah besar seperti limphatik dari testis.
Morfologi :
*Pada kedua jenis kelamin, ujung anteriornya melebar pada kepalanya
yang membulat. Ekornya berbentuk seperti pita dan agak bundar. Pada
tiap sisi terdapat 4 papil sirkum oral yang teratur pada bagian luar dan
bagian dalam membentuk lingkaran, esophagus panjangnya lebih kurang
1 mm dengan ujung yang kurang jelas diantara otot dan kelenjar.
*Cacing jantan, ekornya melengkung dengan 4 sampai 5 papila adanal
terdiri atas subventral, sebuah preanal yang besar serta satu pasang
posanal yang lebih kecil. Terdapat pula satu pasang papilla intermediate
subventral serta satu pasang papilla kaudal terminal. Pada daerah anus
terdapat papilla lateral. Spikula tidak sama panjang seperti pada B.
malayi, panjangnya yang sebelah kiri 400 mm dan sebelah kanan 142 mm
berbentuk seperti bulan sabit, gubernakulum 30 x 4 mm.
*Cacing betina, vulva sebelah anterior dari dasar esophagus. Ovejektor
menyerupai buah pir dengan ukuran 160 x 58 mm. vagina terletak
disamping ovejektor berbentuk celah. Ekor panjangnya lebih dari 196 mm
ditumbuhi beberapa kutikulum bosses.
Mikrofilaria B.timori dibandingkan dengan B.malayi terdapat beberapa
perbedaan :
a. Pada pewarnaan dengan giemsa, sarung tidak terlihat.
b. Perbedaan panjang dan lebar dari ruang sefalik 3 : 1.
c. Ukurannya lebih panjang pada B.timori.
d. Pada preparat darah apus dengan pewarnaan giemsa, mikrofilaria
B.timori panjangnya 310 mm dibandingkan denagn B.malayi yang bersifat
periodic dan subperiodik 264 dan 247 mm.
e. Perbedaan lainnya pada jumlah inti di ekornya, B.timori 5-8 buah
sedangkan pada B,malayi 2-5 buah dengan inti pada ekor sebelah distal
lebih kecil pada B.timori.
Penyebaran
Pertama kali ditemukan di pulau timor
Gejala
Bersifat periodik
Menimbulkan lesi ringan dan sedang, elephantiasis terbatas pada oedem
kaki bawah lutu
Diagnosa, pencegahan, dan pengobatan
Pengobatan dan pencegahan, dan diagnosa sama seperti pada B.malayi

4. Loa loa
Morfologi :
-Cacing dewasa menyerupai benang berwarna keputihan, hidup di dalam
jaringan ikta, menegmbara ke jaringan subkutis, kadang-kadang
ditemukan dalam jaringan subconjunctiva.
-Cacing jantan, 30-34 mm, diameter 0,35-0,43 mm, di daerah kaudal
terdapat 8 pasang papilla perianal (5 pasang papilla preanal yang besar, 3
pasang paila postanal yang kecil). Terdapat 2 buah spikula, tidak sama
panjang.
-Cacing betina, 50-70 mm, diameter lebih kurang 0,5 mm, vulva terbuka
di daerah cervical.
Penyebaran
Ditemukan di afrika barat
Vektornya lalat dari genus Chrysops yaitu C.silacea dan C.dimidiata
Gejala
Penyakitnya disebut loaiasis
Cacing pada jaringan subkutis menimbulkan reaksi radang dan terjadi
pembengkakan, gejala beratnya yaitu demam, gatal, insufisien ginjal,
gangguan neurologik, reaksi berat ini terjadi karena reaksi jaringan
terhadap cacing yang telah mati.

Diagnosa
Pemeriksaan darah perifer atau pengangkatan cacing dewasa dari bawah
kulit atau jaringan lain,seperti punggung, axilla, lipat paha, mammae,
penis, kulit kepala, kelopak mata, conjunctiva
Pengobatan
Penyembuhan sempurna apabila dapat mengangkat cacing dewasa dari
jaringan
Keadaan alergi diobati dengan epinephrine, antihistami
Pencegahan
-Mencegah digigit lalat (chysops) terutama di daerah endemik dengan
menggunakan repellent dimethyl phthalate pada kulit.
-Penggunaan insektisida antilarva pada tempat perindukan lalat
-Pengobatan penderita dengan dithylcarbamazine, membunuh mikrofilia
dalam darah.

Anda mungkin juga menyukai