A. Pendahuluan
Intelijen Negara (BIN) dan institusi militer negeri ini. Berdasarkan hasil
1
misteri setelah dua belas tahun kematian Pejuang HAM, selain itu
dikaburkan dan jauh dari akses publik, bahkan kini dokumen tersebut
dikabarkan hilang.
aktivis HAM Munir, 7 September 2004, belum terdapat titik terang yang
kasus tersebut, dan pada minggu kedua oktober 2016 publik dikejutkan
2
Widodo. Tentu hal ini menjadi citra buruk bagi pembangunan politik di
3
atas nama keadilan dan kemanusiaan pemerintah Indonesia harus
Negara. Kasus Munir yang sampai hari ini masih menjadi misteri akan
Munir
4
yangdapat menjangkau semua lapisan dalam aspek kehidupan berbangsa
Munir ada kebenaran yang seolah dikaburkan walau proses hukum secara
formal, pada kasus munir masih banyak teka-teki diruang publik yang tak
hukum. Maka, di samping keadilan dan kemanusiaan, satu hal yang juga
misteri masih bertebaran dan kita gelisah akan apa yang sebenarnya ada
MD adalah:4
5
1. Hukum harus memelihara integrasi bangsa baik secara
6
besar bagi mereka yang paling kurang beruntung. Mereka yang
7
dalam kehidupan beragama. Hukum yang tujuannya mengatur
terjadi pada masa lalu baik pada zaman Orde Lama maupun pada
zaman Orde Baru. Pada zaman Orde Lama hukum dijadikan alat
yang dipaksakan.
justru merupakan hakikat dasar dari hukum. Kebenaran itu masih perlu
8
digali lebih lanjut sambil mengerti perimbangan hubungan antara politik
nomor satu.5 Hal ini terkesan seperti memaksa maling untuk mengakui
bahwa dirinya adalah maling di wilayah kekuasaan para maling itu sendiri.
hukum6. Keduanya seperti gambar yang berbeda dari satu mata koin yang
sama, yang jatuh di ruangan gelap, dan hanya meninggalkan bunyi teka-
teki berdencing-dencing.
Usman Hamid, Jokowi dan Kasus Munir, dalam Majalah Tempo Edisi Khusus,
hlm. 118.
9
tabir gelap politik yang menutupi kebenarannya. Tulisan ini berpendapat
keberadaan, dokumen laporan Tim Pencari Fakta (TPF) Munir. Ya, tidak
ada yang aneh. Ini hal biasa saja bagi Indonesia. Dokumen TPF Munir
ekarang. Salah satu contoh yang bisa diajukan adalah hilangnya notulensi
(PPKI).
10
menyebut bahwa BM Diah memungut kertas hasil coret-coretan
rancangan naskah proklamasi tersebut dari tong sampah tak lama setelah
pentingnya kertas itu. Naskah itu baru kembali ke tangan pemerintah atas
butuh 47 tahun bagi negara ini untuk dapat memiliki dokumen luar biasa
Belum lama ini, diminggu kedua bulan oktober 2016, arsip hasil
pernyataan pers di Cikeas, pihak SBY mau membuka diri bahwa pihaknya
Munir?
jelas tidak masuk akal. Itu pembodohan publik. Seharusnya negara punya
dengan kasus pelanggaran HAM yang lain," ujar Fikri saat konferensi pers
11
di kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Menteng, jakarta
Munir.9
kasus Munir. Namun kini dokumen TPF raib entah dimana, kejadian ini
http://suluhbali.co/artikel-cegah-politisasi-kasus-munir/
12
menjadi citra buruk bagi Negara dalam memelihara tatanan administrasi
saja pernah tidak diketahui rimbanya, begitu juga arsip kerja BPUPKI.
Bahkan Surat Perintah kebanggaan Orde Baru juga hilang. Ya, pernah
pernah suatu masa ada arsip yang hilang dan justru menjadi dasar hukum
adalah sejarah menjadi sumir, kabur, atau lebih tepatnya lagi: disumirkan,
kekaburan itu dengan mendesakkan versinya sendiri. Dan versi itu akan
13
sebuah kebohongan. Disinilah pentingnya rumusan Lucian W. Pye yang
dan Hukum.
Todung Mulya Lubis. Presiden SBY sendiri pada saat itu tidak secara
Sebaga
i tindak lanjut atas pertemuan sebelumnya, pada 26
14
menunggu perkembangan penyelidikan yang dilakukan oleh aparat
15
Perkembanga
n menarik terjadi satu hari sesudahnya, 9 Desember
merancang
tim investigasi independen kasus Munir tersebut belum bisa
dalam hal ini KontraS dan Imparsial, sama sekali belum dilibatkan dalam
16
perumusan draft tim independen tersebut yang direncanakan disusun
Agung, dan Departemen Hukum dan HAM) baru melakukan rapat dengan
yang akan dibentuk. Pihak keluarga dan kerabat Munir mendesak agar
Kasus Munir.
17
Tim Pencari Fakta/TPF kasus Munir versi Keppres ternyata
10
Tabel seperti dikutip dari Buku Putih Kontras Bunuh Munir, hal 65,
Januari 2006
18
Tugas dan Wewenang TPF
nama yang memiliki karakter politik yang kuat seperti Ahmad Syafii Maarif
19
(Ketua PP Muhammadiyah) serta Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid
kasus meninggalnya Munir amat tinggi dan sudah dipastikan akan banyak
11
Tabel seperti dikutip dari Buku Putih Kontras Bunuh Munir, hal 65,
Januari 2006
20
Pihak Keluarga dan kalangan NGO pun mempertanyakan
memberi penjelasan resmi atas hal itu, lebih jauh, anggota tim yang
dari tim yang dibentuk Presiden apabila tidak ada penjelasan dari
dari TPF.
yang ada TPF versi Keppres No.111/2004 yang terdiri dari unsur
TPF. Termasuk mereka yang berasal dari unsur non pemerintah yang
Keppres tersebut. Setelah TPF berjalan, dua anggotaTPF dari unsur non-
21
mengambil sikap untuk tidak ikut aktif dalam TPF versi kepresidenan
tersebut.
kasus ini mesti ditangani dengan tujuan negara Indonesia sebagai negara
kesamaan hukum.
rakyat dan unsur siapa saja yang berada dalam kesatuan negara
Indonesia harus berada dalam hukum yang sama. Pemerintah tidak bisa
bebas dari hukum jika bersalah. Ada peraturan yang membatasi setiap
Keadilan di sini sudah terpenuhi jika ada dua orang yang berkasus
merasa sudah puas. Dalam kasus Munir, keluarga dan seluruh aktivis
22
Garuda sudah divonis, hal ini tidak menjadi bahan surutnya pencari
tidak terkontaminasi dari ihwal politik. Tatanan politik yang sehat mesti
23
memenjarakan 1000 orang bersalah, daripada memenjarakan 1 orang tapi
dapat ditegakkan.
F. Penutup
merupakan warisan pemerintahan orde baru yang saat itu lebih bersifat
kebenaran, hak hidup, hak memperoleh keadilan, dan hak atas rasa
masyarakat Indonesia.
mengungkap tabir yang sampai hari ini masih menjadi misteri setelah dua
belas tahun pembunuhan yang dialami sang aktivis HAM agar tak ada
24
mumir-munir lain yang mengalami nasib sama.Selain itu penyelesaian
Indonesia.
25
DAFTAR PUSTAKA
Indoprogress.
Oktober 2016
Persada, Jakarta.
26