Anda di halaman 1dari 16

E.

Evaluasi Keperawatan
1. Definisi Evaluasi
Merupakan pernyataan kesimpulan yang menunjukkan tujuan dan
memberikan indikator kualitas dan ketepatan perawatan yang menghasilkan
hasil pasien yang positif. Standar perawatan pasien dapat digunakan oleh
perawat pelaksana untuk referensi bila merawat pasien yang dirawat dirumah
sakit ; perawat primer, manajer kasus, kepala ruangan, atau spesialis klinis
dapat menggunakannya sebagai pedoman untuk rencana perawatan
pasien/pendidikan keluarga; administrator, manajer perawat dan staf quality
assurance harus mengetahui nilai pentingnya dalam menjamin kualitas dan
ketepatan perawatan. Hal ini harus membuktikannya menjadi alat penting
penelitian untuk peserta didik perawat , memberikan pandangan ringkas
tentang standar perawatan yang berhubungan dengan kondisi pasien khusus.
Juga harus bermanfaat untuk perawat yang berhubungan dengan klien diluar
rumah sakit perawatan akut, termasuk perawat trampil dan fasilitas perawatan
luas, serta perawat kesehatan masyarakat, perawat kesehatan dirumah, dan
siapa saja yang menggunakan rencana pulang, tinjauan penggunaan, jaminan
mutu, penuluhan pasien, dan administrasi pelayanan pasien rawat jalan.
Edukator pengembangan staf harus mengetahui standar yang membantu
dalam identifikasi masalah kinerja keperawatan yang teratasi melalui
pengalaman pendidikan terencana. Evaluasijuga dapat dikatakan sebagai
pembandingkan suatu hasil atau perbuatan dengan standar untuk tujuan
pengambilan keputusan yang tepat sejauh mana tujuan tercapai.

Menurut Wilkinson (2007), secara umum evaluasi diartikan sebagai


proses yang disengaja dan sistematik dimana penilaian dibuat mengenai
kualitas, nilai atau kelayakan dari sesuai dengan membandingkan pada
kriteria yang diidentifikasi atau standar sebelumnya. Serta Dalam proses
keperawatan, evaluasi adalah suatu aktivitas yang direncanakan, terus
menerus, aktifitas yang disengaja dimana klien, keluarga dan perawat tenaga
kesehatan professional lainnya menentukan Wilkinson (2007):
a. Kemajuan klien terhadap outcome yang dicapai
b. Kefektifan dari rencana asuhan keperawatan
Evaluasi dimulai dengan pengkajian dasar dan dilanjutkan selama
setiap kontak perawat dengan pasien. Frekuensi evaluasi tergantung dari
frekuensi kontak yang ditentukan oleh status klien atau kondisi yang
dievaluasi. Contohnya adalah pada saat pasien baru datang dari ruang bedah
maka perawat akan mengevaluasi setiap 15 menit. Hari berikutnya mungkin
evaluasi akan dilakukan setiap 4 jam dan seterusnya.
Menurut Wilkinson (2007) juga, evaluasi yang efektif tergantung pada
langkah yang sebelumnya dilakukan. Kegiatan evaluasi tumpang tindih
dengan kegiatan pengkajian. Tindakan untuk mengumpulkan data adalah
sama tetapi yang membedakan adalah kapan dikumpulkan dan bagaimana
dilakukan. Pada tahap pengkajian, perawat menggunakan data untuk
membuat diagnosa keperawatan sedangkan pada tahap evaluasi, data
digunakan untuk mengkaji efek dari asuhan keperawatan terhadap diagnosa
keperawatan.
Meskipun evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan,
evaluasi bukan berarti akhir dari proses karena informasi digunakan untuk
memulai siklus yang baru. Setelah mengimplementasikan asuhan
keperawatan, perawat membandingkan respon pasien terhadap outcome yang
telah direncanakan dan menggunakan informasi ini untuk me-review asuhan
keperawatan.
2. Fungsi Evaluasi
Standar perawatan pasien diberikan untuk meningkatkan kontinuitas,
konsistensi, dan kualitas perawatan dan untuk meningkatkan pemberian
perawatan yang aman, efektif, dan tepat dengan menuntun perawat dalam
mengimplementasikan proses keperawatan dengan menggunakan diagnosa
keperawatan dan memberikan alat untuk mengevaluasi hasil perawatan
pasien. Adapun beberapa fungsi evaluasi yaitu :

a. Menentukan perkembangan kesehatan pasien


b. Menilai efektifitas, efesiensi dan produktifitas.
c. Menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
d. Sebagai umpan balik untuk memperbaiki mutu.
e. Menunjang tanggung gugat dan tanggung jawab.
f. Membandingkan efek atau hasil suatu tindakan keperawatan dengan
norma atau kriteria tujuan yang sudah dibuat.
g. Tahap akhir dari proses keperawatan.
h. Menilai tujuan dalam rencana perawatan tercapai atau tidak.
i. Menilai efektifitas rencana keperawatan atau strategi askep.
j. Menentukan efektif / tidaknyatindakan keperawatan dan perkembangan
pasien terhadap masalah kesehatan.

Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan klien


terhadap pencapaian hasil setiap hari. Evaluasi status dan kemajuan klien
adalah berbeda untuk masalah kolaboratif versus diagnose keperawatan.
Untuk diagnose keperawatan, perawat akan :
a. Mengkaji status klien
b. Membandingkan respon ini pada criteria hasil
c. Menyimpulkan bila klien mengalami kemajuan pada pencapaian hasil.

3. Kriteria Evaluasi
a. Efektifitas: yang mengidentifikasi apakah pencapaian tujuan yang
diinginkan telah optimal.
b. Efisiensi: menyangkut apakah manfaat yang diinginkan benar-benar
berguna atau bernilaidari program publik sebagai fasilitas yang dapat
memadai secara efektif.
c. Responsivitas: yang menyangkut mengkaji apakah hasil kebijakan
memuaskan kebutuhan/keinginan, preferensi, atau nilai kelompok tertentu
terhadap pemanfaatan suatu sumber daya.

4. Tehnik Evaluasi
a. Wawancara
Wawancara adalah menanyakan atau membuat tanya-jawab yang
berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh klien, biasa juga disebut
dengan anamnesa. Wawancara berlangsung untu menanyakan hal-hal
yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan
suatu komunikasi yang direncanakan.
Tujuan dari wawancara adalah untuk memperoleh data tentang
masalah kesehatan dan masalah keperawatan klien, serta untuk menjalin
hubungan antara perawat dengan klien. Selain itu wawancara juga
bertujuan untuk membantu klien memperoleh informasi dan
berpartisipasi dalam identifikasi masalah dan tujuan keperawatan, serta
membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut selama
tahap pengajian.
Semua interaksi perawat dengan klien adalah berdasarkan
komunikasi. Komunikasi keperawatan adalah suatu proses yang
kompleks dan memerlukan kemampuan skill komunikasi dan interaksi.
Komunikasi keperawatan biasanya digunaan untuk memperoleh riwayat
keperawatan. Istilah komunikasi terapeutik adalah suatu teknik yang
berusaha untuk mengajak klien dan keluarga untuk bertuar pikiran dan
perasaan. Teknik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun
non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
Teknik verbal meliputi pertanyaan terbuka atau tertutup, menggali
jawaban dan memvalidasi respon klien. Teknik non verbal meliputi :
mendengarkan secara aktif, diam, sentuhan dan konta mata.
Mendengarkan secara aktif merupakan suatu hal yang penting dalam
pengumpulan data, tetapi juga merupakan sesuatu hal yang sulit
dipelajari. Tahapan wawancara / komunikasi :
1) Persiapan
Sebelum melaukan komunikasi dengan klien, perawat harus
melakukan persiapan dengan membaca status klien. Perawat
diharapkan tidak mempunyai prasangka buruk kepada klien, karena
akan mengganggu dalam membina hubungan saling percaya
dengan klien.
Jika klien belum bersedia untuk berkomunikasi, perawat tidak
boleh memaksa atau memberi kesempatan kepada klien kapan
mereka sanggup. Pengaturan posisi duduk dan teknik yang akan
digunakan dalam wawancara harus disusun sedemikian rupa guna
memperlancar wawancara.
2) Pembukaan atau perkenalan
Langkah pertama perawat dalam mengawali wawancara
adalah dengan memperkenalkan diri : nama, status, tujuan
wawancara, waktu yang diperlukan dan faktor-faktor yang menjadi
pokok pembicaraan. Perawat perlu memberikan informasi kepada
klien mengenai data yang terkumpul dan akan disimpan dimana,
bagaimana menyimpannya dan siapa saja yang boleh
mengetahuinya.
3) Isi / tahap kerja
Selama tahap kerja dalam wawancara, perawat memfokuskan
arah pembicaraan pada masalah khusus yang ingin diketahui. Hal-
hal yang perlu diperhatikan :
a) Fokus wawancara adalah klien
b) Mendengarkan dengan penuh perhatian. Jelaskan bila
perlu.
c) Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien
d) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh
klien
e) Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada
waktunya
f) Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada
klien untuk mengungkapkan perasaannya
g) Sentuhan teraputik, bila diperlukan dan memungkinan.
4) Terminasi
Perawat mempersiapkan untu penutupan wawancara. Untuk itu
klien harus mengetahui kapan wawancara dan tujuan dari
wawancara pada awal perkenalan, sehingga diharapkan pada akhir
wawancara perawat dan klien mampu menilai keberhasilan dan
dapat mengambil kesimpulan bersama. Jika diperlukan, perawat
perlu membuat perjanjian lagi untuk pertemuan berikutnya. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara dengan klien
adalah :
a) Menerima keberadaan klien sebagaimana adanya
b) Memberikan kesempatan kepada klien untuk
menyampaikan keluhan-keluhannya / pendapatnya
secara bebas
c) Dalam melakukan wawancara harus dapat menjamin
rasa aman dan nyaman bagi klien
d) Perawat harus bersikap tenang, sopan dan penuh
perhatian
e) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
f) Tidak bersifat menggurui
g) Memperhatikan pesan yang disampaikan
h) Mengurangi hambatan-hambatan
i) Posisi duduk yang sesuai (berhadapan, jarak
tepat/sesuai, cara duduk)
j) Menghindari adanya interupsi
k) Mendengarkan penuh dengan perasaan
l) Memberikan kesempatan istirahat kepada klien

b. Pengamatan/observasi
Pengamatan adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk
memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.
Observasi dilakukan dengan menggunakan penglihatan dan alat indra
lainnya, melalui rabaan, sentuhan dan pendengaran. Tujuan dari
observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi
klien melalui kepekaan alat panca indra.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi adalah :
1) Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara
terinci kepada klien (meskipun komunikasi terapeutik tetap harus
dilakukan), karena terkadang hal ini dapat meningkatkan
kecemasan klien atau mengaburkan data (data yang diperoleh
menjadi tidak murni). Misalnya : Pak, saya akan menghitung
nafas bapak dalam satu menit. Kemungkinan besar data yang
diperoleh menjadi tidak valid, karena kemungkinan klien akan
berusaha untuk mengatur nafasnya.
2) Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual klien
3) Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat dibaca
dan dimengerti oleh perawat yang lain.
c. Studi Dokumentasi
5. Komponen Evaluasi
Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 komponen (Pinnell dan
Meneses, 1986, hlm. 229-230) :
a. Menentukan kriteria, standar praktik, dan pertanyaan evaluatif.
1) Kriteria
Kriteria digunakan sebagai pedoman observasi untuk
pengumpuln data dan sebagai penentuan kesahihan data yang
terkumpul. Semua kriteria yang digunakan pada tahap evaluasi ditulis
sebagai kriteria hasil. Kriteria hasil menandakan hsil akhir asuhan
keperawatan. Sedangkan standar keperawatan digunakan sebagai dasar
untuk evaluasi praktik keperawatan secara luas. Kriteria hasil
didefinisikan sebagai sandar untuk menjelaskan respons atau hasil dari
rencana asuhan keperawatan. Hasil tersebut akan menjelaskan
bagaimana keadaan klien setelah dilakukan observasi.
Kriteria hasil dinyatakan dalam istilah prilaku (behaviour)
sebagaiman disebutkan dalam bab terdahulu, supaya dapat diobservasi
atau diukur dan kemudian dijelaskan dalam istilah yang mudah
dipahami. Idealnya, setiap hasil dapat dimengerti oleh setiap orang
yang terlibat dalam evaluasi.
2) Standar Praktik
Standar asuhan keperawatan dapat digunakan untuk mengevaluasi
praktik keperawatan secara luas. Standar tersebut menyatakan hal yang
harus dilaksanakan dan dapat digunakan sebagai suatu model untuk
kualitas pelayanan. Standar harus berdasarkan hasil penelitian, konsep
teori, dan dapat diterima oleh praktik klinik keperawatan saat ini.
Standar harus secara cermat disusun dan diuji untuk menentukan
kesesuaian dalam penggunaannya. Contoh pemakaian standar dapat
dilihat pada Standar praktik Keperawatan yang disusun oleh ANA.

3) Pertanyaan Evaluatif
Untuk menentukan suatu kriteria dan standar, perlu digunakan
pertanyaan evaluative (evaluative questions) sebagai dasar
mengevaluasi kualitas asuhan keperawatan dan respons klien terhadap
intervensi. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi :
Pengkajian : apakah dapat dilakukan pengkajian pada klien?
Diagnosis : apakah diagnosis disusun bersama dengan klien?
Perencanan : apakah tujuan telah diidentifikasi dalam perencanaan?
Implementas : apakah klien mengetahui tentang intervensi yang
akan diberikan?
Evaluasi : apakah modifikasi asuhan keperawatan diperlukan?
b. Mengumpukan data mengenai status kesehatan klien yang baru terjadi.
Pada tahap ini kita perlu mempertimbangkan beberapa pertanyaan.
Siapa yang bertanggung jawab dalam pengumpulan data? Kapan data
tersebut diperoleh? Dan sarana apa yang akan digunakan untuk memperoleh
data?
Perawat professional yang pertama kali mengkaji data klien dan
menyusun perencanaan adalah orang yang bertanggung jawab dalam
mengevaluasi respon klien terhadap intervensi yang diberikan. Perawat lain
yang membantu memberikan intervensi kepada klien harus berpartisipasi
dalam proses evaluasi. Validitas informasi meningkat jika lebih dari satu
orang yang ikut melakukan evaluasi.
c. Menganalisis dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.
Perawat memerlukn ketrampilan dalam berfikir kritis, kemampuan
menyelesaikan masalah, dan kemampuan mengambil keputusan klinik.
Kemampuan ini diperlukan untuk menentukan kesesuaian dan pentingnya
suatu data dengan cara membandingkan data evaluasi dengan kriteria serta
standar dan menyesuaikan asuhan keperawatan yang diberikan dengan
kriteria dan standar yang sudah ada. Pada tahap ini perawat dituntut untuk
dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mungkin dapat memengaruhi
efektifitas asuhan keperawatan.
d. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.
Pertama kali yang perlu dilaksanakan oleh perawat pada tahap ini
adalah menyimpulkan efektivitas semua intervensi yang telah dilaksanakan.
Kemudian menentkan kesimpulan pada setiap diagnosis yang telah dilakukan
intervensi. Yang perlu diingat disini adalah tidak mungkin membuat suatu
perencanaan 100% berhasil oleh karena itu memerlukan suatu perbaikan dan
perubhan-perubahan, sebaliknya tidak mungkin perencanaan yang telah
disusun 100% gagal. Untuk itu diperlukan kejelian dalam menyusun
perencanaan, intervensi yang tepat, dan menilai respon klien setelah
diintervensi seobjektif mungkin.
e. Melaksanakan intervensi yang sesuai berdasarkan kesimpulan.
Pada tahap ini perawat melakukan intervensi berdasarkan hasil
kesimpulan yang sudah diperbaiki dari perencanaan ulang, tujuan, kriteria
hasil, dan rencana asuhan keperawatan. Meskipun pengajian dilaksanakan
secara rutin dan berkesinambungan, aspek-aspek khusus perlu dikaji ulang
dan penambahan data untuk akurasi suatu asuhan keperawatan.
6. Jenis Evaluasi
a. Evaluasi formatif (proses)
Fokus pada evaluasi proses (formatif) adalah aktivitas dari proses
keperawatan dan hasil kualitas peayanan asuhan keperawatan. Evaluasi
proses harus dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan
diimplementasikan untuk membantu menilai efektivitas intervensi tersebut.
Evaluasi proses harus terus menerus dilaksanakan hingga tujuan yang telah
ditentukan tercapai. Metode pengumpulan data dalam evaluasi proses terdiri
atas analisis rencana asuhan keperawatan, pertemuan kelompok, wawancara,
observasi klien, dan menggunakan form evaluasi. Ditulis pada catatan
perawatan. Contoh: membantu pasien duduk semifowler, pasien dapat duduk
selama 30 menit tanpa pusing.
b. Evaluasi Sumatif (hasil)
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan
sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan perkembangan. Focus evaluasi
hasil (sumatif) adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada
akhir asuhan keperawatan. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan
keperawatan secara paripurna.

7. Tujuan Evaluasi

Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan seberapa efektifnya tindakan


keperawatan itu untuk mendegah atau mengobati respon manusia terhadap
prosedur kesehatan.
Tipe-tipe Pernyataan Evaluasi :
a. Pernyataan evaluasi formatif Hasil observasi dan analisa perawat terhadap
respon pasien segera pada saat/setelah dilakukan tindakan keperawatan
dan ditulis pada catatan perawatan. Contoh: membantu pasien duduk
semifowler, pasien dapat duduk selama 30 menit tanpa pusing.
b. Pernyataan evaluasi sumatif Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi
dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan dan ditulis pada
catatan perkembangan

8. Format Evaluasi

Pada format Evaluasi juga terdapat identitas yang juga harus diisi oleh
perawat nama, nomor kamar ,nomor register, umur, kelas,Identitas yang
terdapat diatas berguna agar mempermudah perawat dalam mencari data pasien
dan jelas,serta agar tidak tertukar dengan pasien lain. Ditable Evaluasi juga
terdapat:

a. Tanggal dan Waktu ditulis berdasarkan kapan perawat melakukan tindakan


keperwatan terhadap pasien. Berfungsi agar jelas dalam
pendokumentasiannya serta terperinci.
b. Evaluasi ditulis setiap kali setelah semua tindakan dilakukan terhadap
pasien.
Pada tahap evaluasi dibagi menjadi 4 tahap yaitu SOAP atau SOAPIER:
S = Subyektif : Hasil pemeriksaan terakhir yang dikeluhkan oleh pasien
biasanya data ini berhubungan dengan criteria hasil O = Obyektif : Hasil
pemeriksaan terkhir yang dilakukan oleh perawat biasanya data ini juga
berhubungan dengan criteria hasil. A = Analisa : Pada tahap ini dijelaskan
apakah masalah kebutuhan pasien telah terpenuhi atau tidak P = Plan of
Care : Dijelaskan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan terhadap
pasien. I = Intervensi : tindakan perawat untuk mengatasi masalah yang
ada E = Evaluasi : evaluasi terhadap tindakan keperawatan R = Revisi
c. Paraf harus disertai nama jelas,. Tujuannya untuk pembuktian dan
pertanggung gugat bagi perawat jika suatu saat kondisi pasien memburuk
atau sampai berada ditangan hukum.
Pedoman Pendokumentasian Evaluasi Pernyataan evaluasi perlu
didokumentasikan dalam catatan kemajuan, direvisi dalam rencana perawatan
ataudmasukkan dalam ringkasan khusus dan dalam pelaksanaan dan entu
perencanaan. Pedoman untuk pendokumentasian evaluasi:
1) Sebelum kesimpulan evaluasi dengan data yang mendukung penilaian
perawat. Contoh data pendukung (untuk klien dengan myocar infark) :
tidak ada dispnea. Penilaian perawatannya : toleransi aktifitas meningkat.
2) Mengikuti dokumentasi intervensi keperawatan dengan pernyataan
evaluasi formatif yang menjelaskan respon cepat klien terhadap intervensi
keperawatan atau prosedur. Contohnya mengantuk setelah minum obat
3) Menggunakan pernyataan evaluasi sumatif ketika klien dipindahkan ke
vasilitas lain atau dipulangkan
4) Catatan evaluasi sumatif untuk setiap hasil yang diharapkan
diidentifikasikan pada perencanaan keperawatan klien, bisa berjalan 500
kaki dan menaiki 12 tangga tanpa bantuan. Evaluasi sumatif : dapat
berjalan 200 kaki tanpa alat bantu dan dapat naik turun 6 tangga tanpa
bantuan.
5) Menulis pernyataan evaluasi yang merefleksikan keadaan perkemangan
klien terhadap tujuan, pemasukan yang sesuai dicatat sebagai berikut :
kontrol sakit yang tidak efektif setelah medikasi, terus tanpa henti,
penghilang rasa sakit dari medikasi berlangsung selama 30 menit.
6) Melalui suatu penilaian atau modifikasi intervensi, mengawali dan
mendokumentasikan respon perawat untuk mengubah kondisi klien.
Contoh : kesehatan klien memburuk, : jam 09.00 mengeluh salit di pusat
seperti ditikam.
9. Langkah-langkah Penting dalam Pencatatan Evaluasi
Di dalam pencatatan evaluasi, terdapat langkah-langkah penting yang harus
dilakukan:
a. Pengumpulan data dan pembentukan pernyataan kesimpulan.
b. Kepekaan terhadap kemampuan klien untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan.
c. Kesadaran faktor lingkungan, sosial, dan dukungan keluarga.
d. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.
10. Mengukur Pencapaian Tujuan
Mengukur pencapaian tujuan, meliputi:
a. Kognitif : meliputi pengetahuan klien terhadap penyakitnya, mengontrol
gejala, pengobatan, diet, aktifitas, persediaan alat, resiko komplikasi,
gejala yang harus dilaporkan, pencegahan, pengukuran dan lainnya.
1) Interview : recall knowledge (mengingat), komprehensif
(menyatakan informasi dengan kata-kata klien sendiri), dan
aplikasi fakta (menanyakan tindakan apa yang akan klien
ambil terait dengan status kesehatannya).
2) Kertas dan pensil.
b. Affektif : meliputi tukar-menukar perasaan, cemas yang berurang,
kemauan berkomunikasi, dsb.
1) Observasi secara langsung.
2) Feedback dari staf esehatan yang lainnya.
c. Psikomotor : observasi secara langsung apa yang telah dilakukan oleh
klien.
d. Perubahan fungsi tubuh dan gejala.
11. Hasil Evaluasi
a. Tujuan tercapai : jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian : jika klien menunjukkan perubahan sebagian
dari standar dan kriteria yang telah ditetapan.
c. Tujuan tidak tercapai : jika klien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
Tabel Format Tindakan dan Evaluasi
Hari/Tgl No. Diagnosa Tindakan Evaluasi
Hari/Tgl No. Diagnosa Tindakan Evaluasi
Catatan Perkembangan Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

1. Nurjanah, Intansari.2010.Proses Keperawatan NANDA, NOC &


NIC.Jogjakarta: MocoMedia
2. Nursalam.2008.Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan
Praktik.Jakarta: Salemba Medika
3. Tucker Martin Susan, 1993, Standar perawatan pasien : Proses
keperawatan , diagnosis, dan evaluasi. Vol. 4, Jakarta, Penerbit buku
kedokteran EGC. Halaman 422
4. http://www.kompasiana.com/detra18/dokumentasi-keperawatan-
dokumentasi-keperawatan-implementasi-dan-
evaluasi_551ff2d98133113b719de1be

Anda mungkin juga menyukai