Anda di halaman 1dari 4

PEMERIKSAAN LIABILITAS JANGKA PENDEK

(CURRENT LIABILITIES)

A. SIFAT DAN CONTOH LIABILITAS JANGKA PENDEK


Menurut SAK ETAP (IAI,2009:172)
Liabilitas (obligation) kini entitas yang timbul dari peristiwa lalu, penyelesainnya diharpkan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.
Penyelesaian liabilitas masa kini biasanya melibatkan pembyaran kas, penyerahan asset
lain, pemberian jasa, penggantian liabilitas tersebut dengan liabilitas lain, atau konversi
liabilitas menjadi ekuitas. Liabilitas juga dapat dihapuskan dengan cara lain, seperti kreditur
membebaskan atau mebatalkan haknya.
Menurut PSAK (IAI,2009:1.8)
Suatu liabilitas diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek, jika:
a. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan; atau
b. Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal laporan posisi keuangan
(neraca).
Menurut Penulis
Liabilitas jangka pendek adalah liabilitas perusahaan kepada pihak ketiga, yang jatuh tempo
atau harus dilunasi dalam jangka waktu kurang atau sama dengan satu tahun, atau dalam satu
siklus operasi normal perusahaan, biasanya dengan menggunkan asset lancer (current assets)
perusahaan.
Beberapa contoh liabilitas jangka pendek adalah sebagai berikut:
1. Utang usaha (Accounts Payable)
2. Pinjaman dari Bank (Short Term Loan)
3. Bagian dari Kredit Jangka Panjang yang Jatuh Tempo dalam Waktu Kurang atau Sama
dengan Satu Tahun (Current Portion of Long Term Loan)
4. Utang Pajak (Taxes Payable)
5. Biaya yang Masih Harus Dibayar (Accurued Expenses)
6. Voucher Payable (dalam hal digunakan voucher system)
7. Utang Dividen (Dividend Payable)
8. Pendapatan yang Diterima di Muka (Unearned Revenue)
9. Uang Muka Penjualan
10. Utang Pemegang Saham
11. Utang Leasing (Kewajiban Sewa) yang Jatuh Tempo Satu Tahun yang Akam Datang
12. Utang Bunga
13. Utang Perusahaan Afiliasi (Utang dalam Rangka Hubungan Khusus)
Ada beberapa hal yang harus diperhatiakn dalam liabilitas jangka pendek adalah sebagai
berikut :
1. Kecenderungan perusahaan untuk mencatat liabilitasnya lebih rendah dari yang
sebenarnya (understatement of liabilities) dengan tujuan untuk melaporkan laba lebih
besar dari jumlah yang sebenarnya.
Misalnya dengan tidak mencatat sebagian biaya dan pembelian barang dagangan/bahan
baku yang belum dibayar.
2. Perbedaan antara accounts payable dan accrued expenses.
Accounts payable angkanya lebih pasti karena perusahaan mencatat kewajibannya
berdasarkan invoice yang diterimanya dari supplier.
Accrued expenses angkanya didasarkan pada estimasi, sehingga jumlahnya kurang pasti
dibandingkan accounts payable.

B. TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJECTIVE) LIABILITAS JANGKA PENDEK


Tujuan pemeriksaan liabilotas jangka pendek adalah untuk memeriksa apakah:
1. Terdapat internal control yang baik atas liabilitas jangka pendek;
2. Liabilitas jangka pendek yang tercantum di laporan posisi keuangan (neraca) di dukung
oleh bukti-bukti yang lengkap dan berasal dari transaksi yang betul-betul terjadi;
3. Semua liabilitas jangka pendek perusahaan sudah tercatat per tanggal laporan posisi
keuangan (neraca);
4. Accrued expenses jumlahnya reasonable (masuk akal/wajar) atau tidak, dalam arti terlalu
besar dan terlalu kecil. Karena kalau jumlahnya terlalu besar berarti laba akan dilaporkan
terlalu kecil (understated) dan kalau accrued expenses terlalu kecil berarti laba akan
dilaporkan terlalu besar (overstated);
5. Kewajiban sewa (leasing), jika ada, sudah dicatat sesuai dengan standar akuntansi sewa
guna usaha (PSAK No 30 Revisi 2007 tentang Sewa);
6. Seandainya ada liabilitas jangka pendek dalam mata uang asing per tanggal laporan posisi
keuangan (neraca), sudah dikonvesikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs
tengah Bank Indonesia per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan selisih kurs yang
terjadi sudah dibebankan/dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan;
7. Biaya bunga dan bunga terutang dari liabilitas jangka pendek telah dicatat per tanggal
laporan posisi keuangan (neraca);
8. Biaya bunga dan bunga yang terutang dari liabilitas yang tercatat pada tanggal laporan
posisi keuangan (neraca) betul telah terjadi, dihitung secara akurat dan merupakan beban
perusahaan;
9. Semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti oleh perusahaan sehingga tidak
terjadi bank default;
10. Penyajian liabilitas jangka pendek di dalam laporan posisi keuangan (neraca) dan catatan
atas laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia ETAP/
SAK/ IFRS.
Penjelasan atas Tujuan Pemeriksaan Liabilitas Jangka Pendek
1. Memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas liabilitas jangka pendek.
Jika internal control atas liabilitas jangka pendek disimpulkan oleh auditor cukup baik
maka ruang lingkup pemeriksaan atas liabilitas jangka pendek dapat dipersemppit dan
sebaliknya jika disimpulkam lemah, ruang lingkup pemeriksaan arus diperluas.
2. Memeriksa apakah liabilitas jangka pendek yang tercantum di laporan posisi
keuangan (neraca) didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan berasal dari
transaksi yang betul-betul terjadi.
Jika liabilitas jangka pendek merupakan utang usaha, yang berasal dari pembelian secara
kredit, maka utang tersebut harus dikung oleh bukti-bukti yang lengkap,. Selain itu
pembelian tersebut harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang, misalnya
manajer pembelian, dan manajer akuntansi dan keuangan. Jika liabilitas jangka pendek
berupa utang dividen, maka harus didukung olrh notulen rapat umum pemegang saham
yang memberikan otorisasi untuk pembagian dividen.
3. Memeriksa apakah semua liabilitas jangka pendek perusahaan sudah tercatat pada
tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
Dalam hal ini auditor harus meyakinkan diri bahwa tidak ada unrecorded liabilities. Untuk
itu auditor harus memeriksa semua perjanjian yang dibuat perusahaan dengan pihak
ketiga, auditor harus memeriksa semua perjanjian yang dibuat perusahaan dengan pihak
ketiga, memeriksa notulen rapat direksi dan pemegang saham dan mengirim konfirmasi ke
penasihat hukum (legal consultant/lawyer) perusahaan.
4. Memeriksa apakah kewajiban accrued expenses jumlahnya reasonable, dalam arti
tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
Untuk itu auditor harus memeriksa dasar perhitungan accrued expenses yang dibuat
perusahaan, apakah masuk akal dan konsisten dengan tahun sebelumnya.
5. Memeriksa apakah kewajiban leasing (sewa), jika ada, sudah dicatat sesuai dengan
standar akuntansi sewa (PSAK 30 Revisi 2007 tentang Sewa).
Misalnya jika ada utang leasing untuk pembelian mesin pabrik, maka harga perolehan
mesin dan utang leasing harus dicatat sebesar nilai tunainya. Selain itu, bagian dari utang
leasing yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun yang akan datang harus dicatat sebagai
liabilitas jangka pendek. Sedangkan yang jatuh temponya lebih dari satu tahun yang akan
datang harus dicatat sebagai liabilitas jangka panjang.
6. Memeriksa apakah seandainya ada liabilitas jangka pendek dalam mata uang asing
per tanggal laporan posisi keuangan (neraca), sudah dikonversikan ke dalam rupiah
dengan menggunakn kurs tengah Bank Indonesia per tanggal laporan posisi
keuangan (neraca) dan selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan/ dikreditkan
pada laba rugi tahun berjalan.

Anda mungkin juga menyukai