Rini Lesmana
102015034
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
No. Telp (021) 5694-2061, e-mail: rini_lesmana@hotmail.com
Abstrak
Abstract
Pendahuluan
Dalam tubuh manusia, sistem gerak dapat bekerja dengan baik karena adanya kerja sama
antara beberapa organ. Organ-organ itu sendiri juga tidak terlepas dari hasil kerjasama dari
jaringan-jaringan yang memiliki struktur dan fungsi yang berbeda tetapi saling membantu dalam
1
melaksanakan tugasnya. Sistem gerak pada manusia dikerjakan oleh beberapa bagian yaitu otot
tulang rangka dan sendi.
Tulang merupakan sistem penunjang utama. Tulang juga merupakan bentuk khusus
jaringan ikat dan terdiri dari sel, serat, dan matrik ekstraselular. Tulang berfungsi sebagai
kerangka tubuh yang kaku, dan memberikan tempat perlekatan bagi otot dan organ. Tulang juga
memiliki fungsi untuk pembentukan sel darah dan sebagai tempat penyimpanan kalsium, fosfat,
dan mineral lainnya. 1 Tiap manusia memiliki kepadatan tulang yang berbeda-beda. Kepadatan
tulang bisa menurun akibat beberapa faktor dan penyebab. Gangguan kepadatan tulang menurun
ini disebut dengan osteoporosis.
Osteoporosis adalah suatu penurunan massa tulang yang berasal dari kekurangan
pembentukan tulang atau dari peningkatan resorpsi tulang. 2,3 Kelainan ini terjadi umumnya pada
usia lanjut karena turunnya hormon pertumbuhan dan pada wanita pasca-menopause karena
menurunnya sekresi estrogen. Selanjutnya, estrogen berikatan ke reseptor pada osteoblas
merangsang sekresi matriks tulang. Tanpa estrogen yang mencukupi, aktivitas osteoklas
mengurangi massa tulang tanpa diikuti pembentukan tulang, sehingga membuat tulang lebih
mudah fraktur. 2
Skenario 10
Seorang laku-laki berumur 60 tahun melakukan tes kepadaran massa tulang. Hasilnya
mengindikasikan osteoporosis.
Rumusan Masalah
Hipotesis
Kepadatan massa tulang dapat dipengaruhi oleh kandungan kalsium dan fosfat penyusun
matriks tulang.
Tulang
Tulang adalah jaringan hidup yang strukturnya dapat berubah sebagai akibat tekanan
yang dialaminya. Tulang selalu diperbaharui dengan pembentukan tulang baru dan resorpsi.
Tulang bersifat keras karena matriks ekstraselulernya mengalami klasifikasi, dan mempunyai
2
derajat elastisitas tertentu akibat adanya serabut-serabut organic. Tulang terdiri atas hampir 50%
air, bagian padat selebihnya terdiri berbagai bahan mineral, terutama garam kalsium 67% dan
bahan seluler 33%. 4 Ada 2 jenis tulang yaitu tulang keras (osteon) dan tulang rawan (cartilago).
Tulang rawan dapat diklasifikasikan secara regional atau berdasarkan bentuk umumnya. 5
1. Tulang panjang
3
Tulang panjang ditemukan pada extremitas, contohnya: humerus, femur, ossa
metacarpi, ossa metatarsi, dan phalanges. Panjangnya lebih besar dari lebarnya. 5
2. Tulang pendek
Tulang pendek ditemukan pada tangan dan kaki, contohnya os scaphoideum, os
lunatum, talus, dan calcaneus. Bentuk tulang ini umumnya segiempat dan terdiri atas
tulang spongiosa yang dikelilingi oleh selapis tipis tulang kompakta. 5
3. Tulang pipih
Tulang pipih ditemukan pada tempurung kepala, contoh os frontale dan os
parietale. Bagian dalam dan luar tulang ini terdiri atas lapisan tulang kompakta disebut
tabula, yang dipisahkan oleh selapis tulang spongiosa, disebut diploe. 5
4. Tulang irregular
Tulang iregular ini merupakan tulang yang tidak termasuk di dalam kelompok
yang telah disebutkan diatas, contohnya tulang-tulang tengkorak, vertebrae, dan os coxae.
Tulang ini tersusun dari selapis tipis tulang kompakta di bagian luar dan bagian dalamnya
dibentuk oleh tulang spongiosa. 5
5. Tulang sesamoid
Tulang seasmoid merupakan tulang kecil yang ditemukan pada tendo-tendo
tertentu di mana terdapat pergeseran tendo pada permukaan tulang. Tulang sesamoid
yang terbesar adalah patell, yang terdapat pada tendo musculus quadriceps femoris.
Contoh lainnya dapat ditemukan pada tendo musculus flexor pollicis brevis dan musculus
flexor halluces brevis. Fungsi tulang sesamoid adalah mengurangi friksi pada tendo, dan
merubah arah tarikan dari tendo. 5
4
Gambar 2. Penampang berbagai jenis tulang. A. Tulang panjang (humerus). B.
Tulang Iregular (calcaneus). C. Tulang pipih (dua buah os parietale dipisahkan oleh
sutura sagitalis). D. Tulang sesamoid (patella). E. Perhatikan susunan trabecular yang
bekerja sebagai penyanggah untuk menahan gaya kompresi dan tarikan dari ujung
proksimal femur. 5
Tulang rawan atau tulang rawan merupakan bentuk jaringan ikat yang sel-sel dan serabut-
serabutnya tertanam di dalam matriks yang berbentuk agar. Matriks bertanggung jawab atas
kekuatan dan kekenyalan tulang rawan. Kecuali pada permukaan sendi, tulang rawan diliputi
oleh selapis membran fibrosa yang dinamakan perichondrium. Terdapat tiga jenis cartilago,
yaitu:
1. Cartilago Hyalin
Cartilago hyalin mempunyai banyak matriks amorf yang mempunyai indeks bias
yang sama dengan serabut-serabut yang terbenam di dalamnya. Selama masa anak-anak
dan remaja, cartilago hyaline berperan penting pada pertumbuhan tulang panjang
(lempeng epiphysis terdiri dari tulang rawan hyalin). Cartilago ini sangat tahan
terhadap robekan dan meliputi hampir semua permukaan sendi sinovial. Cartilago
5
hyalin tidak dapat diperbaiki bila mengalami fraktur; tempat kerusakan diisi oleh
jaringan fibrosa. 1,5
2. Cartilago Fibrosa (Fibrocartilago)
Cartilago fibrosa mempunyai banyak serabut kolagen yang tertanam di dalam
sedikit matriks dan ditemukan di dalam discus articularis (misalnya pada articulatio
temporo-mandibularis, articulatio stemoclavicularis, dan articulatio genu) dan pada
permukaan sendi clavicula dan mandibula. Bila rusak, fibrocartilago dapat
memperbaiki dirinya sendiri secara lambat dengan cara yang sama dengan jaringan
fibrosa lainnya di dalam tubuh. Discus articularis mempunyai sedikit aliran darah, oleh
karena itu tidak dapat memperbaiki dirinya sendiri bila mengalami kerusakan. 1,5
3. Cartilago Elastis
Cartilago elastis mempunyai banyak serabut elastis yang tertanam di dalam
matriks. Seperti yang dapat diduga, tulang rawan ini sangat fleksibel dan ditemukan
pada auricula meatus acusticus extemus, tuba auditiva, dan epiglottis. Bila mengalami
kerusakan tulang rawan ini dapat memperbaiki dirinya sendiri dengan jaringan fibrosa. 1,5
Struktur Tulang
Tulang tersusun oleh jaringan tulang kompakta (kortikal) dan kanselus (trabecular atau
spongiosa). Tulang kompakta secara makroskopis terlihat padat. Matriks tulang dihasilkan oleh
6
osteoblas yaitu sel-sel yang berasal dari sel pendahulunya yang belum berdiferensiasi yaitu sel
2
osteogenik. Karena osteoblas membentuk matriks tulang. Akan tetapi, jika diperiksa dengan
mikroskop terdiri dari sistem Havers. Sistem Havers terdiri dari kanal Havers. Sebuah kanal
Havers mengandung pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfe, lamela (lempengan tulang
yang mengelilingi kanal sentral), kaluna (ruang di antara lamella yang mengandung sel-sel
tulang atau osteosit dan saluran limfe), dan kanalikuli (saluran kecil yang menghubungkan
lacuna dan kanal sentral. Saluran ini mengandung pembuluh limfe yang membawa nutrien dan
oksigen ke osteosit. 3
Tulang kanselus juga keras seperti tulang kompakta, tetapi secara makroskopis terlihat
berlubang-lubang (spons). Jika dilihat dengan mikroskop kanal Havers, tulang kanselus terlihat
besar dan mengandung lebih sedikit lamela. Sel-sel penyusun tulang terdiri dari:
7
Gambar 4. Jaringan tulang. A. Penampilan makroskopik tulang panjang. B. Sistem haversian
tulang kompak
Metabolisme Tulang
1. Kalsium dan fosfor. Jumlah Ca dalam tuang 99% dan fosfor 90% Konsentrasi kalsium
dan fosfor mempunyai ikatan yang erat. Jika kadar Ca meningkat, jumlah fosfor berubah.
Keseimbangan kalsium dan fosfor dipertahankan oleh kalsitonin dan hormon paratiroid
(PTH). 3
2. Kalsitonin diproduksi oleh kelnejar tiroid dan menurunkan konsenteasi Ca sentrum. Jika
jumlah kalsitonin meningkat di atas normal, kalsitonin menghambat absorpsi kalsium dan
fosfor dalam tulang serta meningkatkan ekskresi kalsium dan fosfor melalui urin
sehingga dibutuhkan Ca dan fosfor. 3
3. Vitamin D. Tubuh manusia juga dapat menghasilkan vitamin D. Vitamin D ini diperlukan
agar kalsium dan fosfor dapat diabsorpsi dari usus dan digumakan oleh tubuh. Defisiensi
vitamin D mengakibatkan deficit mineralisasi, deformitas, patah tulang, penyakit rikets
pada anak-anak, dan osetomalasia pada orang dewasa. 3
4. Hormon PTH. Pada saat kadar Ca menurun, sekresi PTH menigkat dan menstimulasi
tulang untuk meningkatkan aktivitas osteoblastik dan menyumbangkan kalsium ke darah.
3
8
5. Hormon pertumbuhan. Hormon ini yang bertanggung jawab meningkatkan panjang
tulang dan menentukan jumlah matriks tulang dibentuk sebelum masa pubertas. 3
6. Glukokortikoid. Hormon ini mengatur metabolism protein. Pada saat dibutuhkan, hormon
ini dapat meningkatkan atau menurunkan katabolisme untuk mengurangi dan
mengintesifkan matriks organic di tulang dan membantu dalam pengaturan kalsium di
intestinum dan absorpsi fosfor. 3
7. Hormon seksual :
a. Estrogen menstimulasi aktivitas osteoblastik dan cenderung menghambat peran
hormon paratiroid. Jumlah estrogen menurun saat menopause sehingga penurunan
kadar kalsium pada tulang dalam waktu lama menyebabkan osteoporosis
b. Androgen, seperti testoteron, meningkatkan anabolisme dan massa tulang. 3
Persendian
Pergerakan tidak mungkin terjadi jika kelenturan dalam rnagka tulang tidak ada.
Kelenturan dimungkinkan oleh adanya persendian. Sendi adalah suatu ruangan, tempat satu atau
dua tulang berasa saling berdekatan. Fungsi utama sendi adalah memberi pergerakan dan
fleksibilitas dalam tubuh. Bentuk persendian ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe
pergerakannya, sedangkan klasifikasi sendi berdasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan.
3
Menurut klasifikasinya, sendi terdiri dari :
1. Sendi sinartrosis Sendi yang tidak bergerak sama sekali. Contohnya, sutura tulang
tengkorak
2. Sendi amfiartrosis Sendi yang bergerak terbatas. Contohnya pelvik, simfisis, dan tibia
3. Sendi diartrosis/sinovial Sendi yang dapat bergerak bebas. Contohnya, siku, lutut, dan
pergelangan tangan.
Sendi ini dapat membuat berbagai macam gerakan, yaitu:
a. Abduksi adduksi gerakan tungkai menjauhi mendekati tubuh
b. Fleksi ekstensi membengkokkan dan meluruskan tungkai pada persendian
c. Dorofleksi plantarfleksi membengkokkan pergelangan kaki ke atas dan kebawah
d. Pronasi supinasi memutar lengan atas sehingga telapak tangan berada di bawah
dan di atas
e. Inversi eversi memutar ke dalam dan ke luar
f. Sirkumduksi bergerak dalam lingkaran
g. Rotasi internal rotasi eksternal bergerak ke dalam dan ke luar pada sumbu pusat 3
Sendi dapat diklasifikasikan sesuai dengan strukturnya, yaitu fibrosa, kartilago, dan
sinovial. 3,5
9
1. Fibrosa. Sendi yang tidak memiliki lapisan tulang rawan, dan tulang yang satu dengan
yang lainnya dihubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa. Contohnya, sutura
pada tulang tengkorak perlekatan tulang tibia dan fibula bagian distal. 3
2. Kartilago. Sendi yang ujung-ujung tulangnya terbungkus oleh tulang rawan hialin,
disokong oleh ligament dan hanya dapat sedikit bergerak. Sendi ini terbagi 2 yaitu:
a. Sinkondrosis, yaitu sendi-sendi yang seluruh persendiannya diliputi oleh tulang
rawan hialin. Contohnya, sendi-sendi kostokondral. 3
b. Simfisis, yaitu sendi-sendi yang tulang-tulangnya memiliki suatu hubungan
fibrokartilago dan selapis tipis tulang rawan hialin yang menyelimuti permukaan
sendi. Contohnya, simfisis pubis dan sendi tulang punggung. 3
3. Sendi sinovial. Sendi tubuh yang dapat digerakkan, serta memiliki rongga sendi dan
permukaan sendi yang dilapisi tulang rawan hialin. Sendi ini adalah jenis sendi yang
paling umum dalam tubuh. 3 Sendi ini mempunyai struktur anatomi, yaitu:
a. Ball and socket joint (bahu dan pinggul) membuat pergerakan ke segala arah.
b. Hinge joints (siku) membuat pergerakan fleksi dan ekstensi
c. Lutut seringkali diklasifikasikan sebagai hinge joints, tetapi berputar sebaik fleksi
dan ekstensi
d. Pergerakan yang luwes dan lembut dipergelangan tangan dikenal sebagai biaxial
joints.
e. Pivot joint hanya berotasi di daerah radio-ulnar. 3
10
Articulatio condyloidea mempunyai dua permukaan konveks yang bersendi
dengan dua permukaan konkaf. Gerakan yang mungkin dilakukan adalah fleksi,
ekstensi, abduksi, dan aduksi, dan sedikit rotasi. Contoh yang baik dari sendi ini adalah
articulations metacarpophalangeae atau articulationes interphalangeae. 5
5. Articulatio elipsoidea
Pada articulatio elipsoidea, facies articularis berbentuk konveks elips yang sesuai
dengan facies articularis berbentuk konkaf elips. Gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, dan
aduksi dapat dilakukan tetapi rotasi tidak dapat dilakukan. Contoh yang baik adalah
articulatio radiocarpalis. 5
6. Sendi pelana (articulatio sellaris)
Pada articulatio sellaris, facies articularis berbentuk konkaf konveks yang saling
berlawanan dan mirip dengan pelana pada punggung kuda. Sendi ini dapat melakukan
fleksi, ekstensi, abduksi, aduksi, dan rotasi. Contoh yang paling baik dari tipe sendi ini
adalah articulatio carpometacarpalis pollicis. 5
7. Sendi peluru (articulatio spheroidea)
Pada sendi ini, kepala sendi yang berbentuk bola pada satu tulang cocok dengan
lekuk sendi yang berbentuk socket pada tulang yang lain. Susunan ini memungkinkan
pergerakan yang luas, termasuk fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi medial, rotasi
lateral dan sirkumduksi. Contoh yang baik untuk sendi ini adalah articulatio humeri dan
articulatio coxae. 5
11
Gambar 5. Contoh dari berbagai jenis sendi sinovial: A. Articulatio plana (articulatio
sternoclavicularis dan acromioclavicularis). B. Articulatio ginglymus (articulatio cubiti),
C. Articulatio trochoidea (articulatio atlantoaxialis), D. Articulatio condyloidea
(articulatio metacarpophalangea), E. Articulatio ellipsoidea (articulatio radiocarpalis), F.
Articulatio sellaris (articulatio carpometacarpalis pollicis), G. Articulatio spheroidea
(articulatio coxae). 5
12
menjadi saling berhubungan. Ketika trabekula menyatu satu sama lain, maka terbentuklah tulang
spongiosa yang akan diperbaharui untuk nantinya menjadi tulang kompakta. Permukaan
trabekula ditempati oleh banyak osteoblas. Sering ada jenis sel lainnya yaitu tampak
osteoklas.Osteoklas adalah sel yang besar mempunyai banyak inti, berasal dari monosit, terdapat
di lekukan dangkal pada permukaan trabekula (lacuna Howship) dan fungsi meresorbsi tulang.
Melalui kerja sama sel-sel ini dan osteoblas tulang mengalami remodeling. Daerah membran
mesenkim yang tidak ikut serta dalam proses osifikasi akan tetap merupakan unsur tulang yang
lunak (yaitu periosteum, endosteum). Tulang yang baru terbentuk disebut tulang primer atau
tulang tenunan, karena susunan serat-serat kolagennya tidak teratur seperti pada tulang yang
lebih tua. Kerjasama antara osteoblas dan osteoklas bekerja menggantikan tenunan tulang dengan
tulang sekunder atau tulang dewasa. 2
13
Remodeling tulang terjadi secara terus-menerus pada permukaan endosteal (antara
tulang dan sumsum tulang), dan dalam tingkat yang lebih rendah pada permukaan
periosteal. Pada orang dewasa muda normal tulang diresorpsi dan dibentuk pada rangka
dalam jumlah yang sama. 6
14
Gambar 7. Pembentukan tulang endokondral
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pembentukan tulang dimulai dengan
osifikasi dan kepadatan massa tulang dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
berkurangnya kalsium dalam tulang dan memasuki usia lanjut.
Daftar Pustaka
1. Eroschenko VP. Atlas histologi difiore: dengan korelasi fungsional, Edisi 11. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC; 2012. h. 83
2. Snell RS. Anatomi klinis berdasarkan sistem. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2012. h.
281-4; 354-5
15
3. Gartner LP, Hiatt JL. Atlas berwarna histologi edisi kelima. Tangerang: Binarupa Aksara
Publisher; 2012. h. 94-7
4. Suratun, Heryati, Manurung S, Raenah E. Klien gangguan sistem muskulosskeletal: seri
asuhan keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2008. h. 6-11; 73-4
5. Tandra H. Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang osteoporosis mengenal,
mengatasi dan mencegah tulang keropos. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2009. h.
6. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama; 2009. h. 25
7. Davey P. At a galance. Jakarta: Erlangga; 2006. h. 380-1
8. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Lecture note kedokteran klinis edisi keenam. Jakarta:
Erlangga; 2007. h. 198.
16