Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Diplomasi adalah seni bernegosiasi yang biasanya mewakili sebuah negara atau
organisasi. Biasanya orang menganggap diplomasi sebagai cara mendapatkan keuntungan
dengan kata-kata yang halus. Perjanjian internasional umumnya dirundingkan oleh para
diplomat terlebih dahulu sebelum disetujui oleh pembesar negara. orang yang dikirim oleh
suatu negara untuk berdiplomasi disebut dengan diplomat. Meskipun diplomasi berhubungan
dengan hal yang bersifat damai, dapat juga terjadi dalam kondisi perang atau konlfik
bersenjata. Para diplomat Indonesia harus dapat bernegosiasi dengan negara lain agar
Indonesia baik di mata dunia. Apapun caranya itu, karena diplomat adalah orang jujur/baik
yang di utus oleh negaranya untuk berbohong.
Fungsi utama diplomat berkisar pada representasi dan perlindungan kepentingan dan
warga negara dari negara pengirim, serta promosi informasi dan hubungan persahabatan.
Diplomat memegang peran penting dalam hubungan antara negaranya dengan negara lain.
Penting bagi seorang diplomat untuk mengetahui apa yang harus ia lakukan, apa dampaknya,
dan bagaimana pengaruhnya bagi negaranya. Dalam rangka peningkatan kualitas kerjasama
internasional, Indonesia harus mampu meningkatkan kualitas dan kinerja aparatur luat negeri
agar mampu melakukan diplomasi, dalam segala bidang untuk membangung citra positif
Indonesia di mata dunia. Oleh karena itu, peran para diplomat Indonesia di luar negri harus
benar-benar memberikan informasi yang luas kepada dunia bagaimana Indonesia sebagai
negara yang baik.
Saya sebagai seorang mahasiswa yang bercita-cita menjadi diplomat Indonesia ingin
memberikan gambaran apabila saya menjadi diplomat yang mewakili Indonesia di makalah
ini. Makahal ini diharapkan dapat berguna bagi bangsa dan negara, terutama bagi saya
sebagai penulis agar bisa mencapai cita cita menjadi seorang diplomat Indonesia yang handal.
1.3 Tujuan
1. Periode pertama yang terjadi adalah pada tahun 476-1475. Pada masa ini dikatakan
sebagai periode kegelapan ketika diplomasi belum terorganisir.
2. Periode kedua 1473-1914, di mana dikenal juga sebagai sistem negara Eropa.
3. Periode ketiga dimulai setelah diplomasi terbuka yang diperkenalkan oleh Presiden
Woodrow Wilson di tahun 1918. Pidato Presiden Amerika Serikat tersebut
menandakan era yang dikenal sebagai era diplomasi yang demokratis. Akan tetapi,
diplomasi yang berkembang pada masa itu masih merupakan diplomasi jalur pertama
atau first track diplomacy. Beberapa kalangan menyebutnya sebagai era diplomasi
klasik ataupun konvensional.
Diplomasi merupakan aktifitas yang sudah dimulai sejak dahulu, namun tahap
diplomasi yang paling menonjol terjadi ketika abad ke-19, di mana praktik-praktik diplomasi
diformalkan, dan berbagai kegiatan diplomasi dilakukan secara rahasia. Diplomasi dipahami
sebagai hubungan bilateral, yang terjadi langsung antara dua negara. Banyak pihak
beranggapan, diplomasi abad ke-19 inilah yang menyebabkan terjadinya Perang Dunia I; di
mana Perang Dunia I sering dipandang sebagai bentuk perselisihan antara diplomasi lama
yang cenderung elitis, rahasia, penting, dan melibatkan dua negara dengan diplomasi modern
yang menekankan kompetensi, keterbukaan, dan hubungan multilateral. Melihat pengalaman,
diplomasi lama yang dikatakan menjadi penyebab Perang Dunia I, kini berbagai negara
cenderung mengaplikasikan diplomasi modern, yang berciri terbuka, multilateral, dan tidak
lagi berpusat pada dutabesar. Diplomasi terbuka menjadi pilihan, karena diplomasi yang
tertutup memungkinkan timbulnya perjanjian-perjanjian rahasia, yang diduga menjadi cikal-
bakal Perang Dunia I.
Seiring perkembangannya, diplomasi kemudian memiliki hukum internasional
sebagai sisi lainnya. Setiap pihak yang berdiplomasi, mereka akan mengacu pada hukum
internasional. Oleh karena itu diplomasi dan hukum internasional merupakan dua inti yang
menyatu. Lalu apa kaitan diplomasi dengan perwakilan diplomatik dalam hubungan
internasional? Dalam diplomasi, mengapa negara perlu mengadakan perwakilan di luar
negeri? Hal tersebut dapat kita lihat pada Pasal 3 Konvensi Wina:
Sebagaimana juga di atur dalam UU RI nomor 37 tahun 1999 tentang hubungan luar
negri Pasal 16 yang berbunyi Pemberian kekebalan, hak istimewa, dan pembebasan dari
kewajiban tertentu kepada perwakilan diplomatik dan konsuler, misi khusus, perwakilan
Perserikatan Bangsa-Bangsa, perwakilan badan-badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa,
dan organisasi internasional lainnya, dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan nasional serta hukum dan kebiasaan internasional.
Namun jika dikembangkan, fungsi dan tugas diplomat juga mencakup hal-hal sebagai
berikut:
1. Menjalin kerjasama yang baik dengan negara dimana ia ditugaskan, menciptakan dan
membangun citra positif negara sehingga negara tersebut berhak untuk dihormati oleh
negara lain,
2. Membangun hubungan yang baik dengan para duta dari negara lain yang ditempatkan
dinegara yang sama,
3. Bersosialisasi ke lembaga-lembaga terkait di negara di tempat ia ditugaskan sesuai
dengan jabatannya di lembaga perwakilan itu,
4. Pro-aktif meningkatkan citra dan turut membantu pemulihan ekonomi melalui
promosi di luar negeri,
5. Mampu memenangi semua pertarungan, konflik dan persetujuan antar Negara,
6. Implementasi mimpi-mimpi bangsa,
7. Memantulkan kapasitas, kondisi dan konsekuensi situasional domestik yang dapat
dimainkan dalam potensi peran internasional,
8. Memformulasikan konsep kepentingan nasional,
9. Memberikan interpretasi mengenai kebijakan yang dikeluarkan oleh negaranya,
10. Menyampaikan informasi seputar perkembangan mutakhir yang terjadi dibelahan
dunia kepada negara asalnya.
Menurut UU RI nomor 37 tahun 1999 tentang hubungan luar negri Pasal 19 yang
menjelaskan bahwa Perwakilan Republik Indonesia berkewajiban :
Menurut ketentuan pasal 43 Konvensi Wina tahun 1961 tentang hubungan diplomatik.
Berakhirnya tugas atau fungsi seseorang diplomat :
1. Atas pemberitahuan oleh negara penerima kepada negara pengirim bahwa negara
penerima menolak mengakui agen diplomatik itu sebagai seorang anggota misi.
2. Atas pemberitahuan oleh negara pengirim kepada negara penerima bahwa fungsi agen
diplomatik tersebut berakhir.
3. Tujuan misi tersebut telah terpenuhi
4. Berakhirnya masa berlaku-laku Surat-surat Kepercayaan yang diberikan hanya untuk
waktu terbatas.
Menjadi diplomat bukan lah sebuah perkara yang mudah, apalagi melihat tugasnya
yang memikul citra negaranya. Maka dari itu mempelajari hubungan internasional untuk
menjadi diplomat itu penting, karena kita diberi basic tentang ilmu yang berhubungan dengan
dunia internasional.
2.2 Hal yang dilakukan untuk mempromosikan Indonesia
Apabila saya menjadi diplomat Indonesia, hal pertama yang saya lakukan adalah
bersyukur kepada Tuhan YME yang telah mengabulkan cita-cita saya untuk menjadi seorang
diplomat. Bahkan ketika sedang di atas pun kita harus ingat kepada Tuhan yang di atas
segalanya.
Saya akan mengabdikan diri saya sebaik-baiknya kepada Negara dan berusaha
melakukan yang terbaik bagi Negara dan masyarakat Indonesia diluar negeri. Tentu saya juga
akan memanfaatkan jabatan saya dengan baik dan bersungguh-sungguh. Banyak persoalan
yang harus saya hadapi sebagai diplomat Indonesia. Yang tentu tidak akan mudah bila
dilakukan tanpa rasa ikhlas. Saya akan melakukan suatu perubahan yang baik mengenai
berbagai bidang di negara tersebut.
Saya menargetkan untuk menjadi salah satu staff Kedutaan Besar RI di Italia yang
berada di kota Roma. Kedutaan ini sekaligus merangkap Malta, Siprus, San Marino serta
FAO, IFAD, WFP, UNIDROIT. Pergi ke Itali merupakan mimpi saya sejak kecil yang kala itu
ingin menjadi pemain sepak bola di Negeri Pizza ini. Hubungan resmi antara Indonesia dan
Italia diawali dengan pengakuan Italia terhadap kemerdekaan Indonesia pada tanggal 29
Desember 1949. Pemerintah Indonesia membuka Perwakilan RI di Roma pada tahun 1952,
setelah Italia membuka Perwakilannya di Jakarta pada tahun 1951. Hubungan dan kerjasama
bilateral telah memiliki landasan yang kuat di mana kedua negara telah menyepakati kurang
lebih 60 perjanjian internasional di berbagai bidang. Tercatat saling kunjung Kepala
Pemerintahan dan Menteri yang menunjukkan intensitas hubungan kedua negara yaitu; dari
pihak Italia tercatat kunjungan Perdana Menteri Italia Romano Prodi (20 21 Oktober 1997),
dan Menlu Italia, Giulio Terzi di SantAgata (23 -24 April 2012) ke Indonesia. Dari pihak
Indonesia juga tercatat antara lain kunjungan Wakil Presiden RI, BJ Habibie (30 -31 Maret
1998), kunjungan Presiden Abdurrahman Wahid (2000), Presiden Megawati Soekarnoputri
(2002, dalam rangka FAO), Menteri Pertahanan RI (2007) dan Menlu RI (5 Maret 2009) ke
Italia. Pertemuan terakhir Kepala Pemerintahan kedua negara, Presiden Soesilo Bambang
Yudhoyono dan PM Mario Monti berlangsung di New York pada tanggal 26 September 2012.
Menlu Italia H.E. Giulio Terzi di SantAgata berkunjung ke Indonesia pada tanggal
22-24 April 2012. Dalam kunjungan tersebut telah disepakati upaya peningkatan hubungan
bilateral kedua negara melalui berbagai kerjasama konkrit ke depan antara lain di bidang
ekonomi, perdagangan, investasi, industri pertahanan, peacekeeping, pendidikan dan
kebudayaan, penanggulangan bencana (MOU Penanganan Bencana yang ditandatangani oleh
kedua Menlu pada 23 April 2012) dan kerjasama dalam fora internasional. Juga telah
disepakati Joint Statement on Bilateral Cooperation and Comprehensive Partnership between
the Republic of Indonesia and the Republic of Italy.
Indonesia saat ini merupakan salah satu mitra strategis Italia di kawasan Asia. Hal ini
disampaikan oleh Under Secretary Menteri Luar Negeri Italia, Benedetto Della Vedova, di
depan para Duta Besar negara-negara sahabat dalam kesempatan resepsi diplomatik RI pada
bulan September 2014.
Pada tanggal 15 November 2014, juga telah dilakukan pertemuan bilateral antara
Presiden RI dengan PM Italia, Matteo Renzi, di sela-sela pertemuan KTT G-20 di Brisbane.
Hal ini memperlihatkan pentingnya Indonesia sebagai salah satu mitra strategis Italia di
kawasan Asia.
Kondisi politik yang relatif stabil di bawah pemerintahan PM Renzi akan menjadi
modal utama Italia guna untuk semakin berkonsentrasi melakukan upaya perbaikan
perekonomian, termasuk menyehatkan neraca perdagangan internasionalnya.
Italia mengakui peran besar Indonesia di ASEAN termasuk peran dalam memelihara
stabilitas di kawasan. Atas inisiatif Indonesia, 6 negara anggota ASEAN di Roma mendirikan
ASEAN Committee in Rome tahun 2011, yang sejak itu aktif mempromosikan ASEAN
Awareness di Italia. Dalam konteks ini, Pemerintah Italia melihat potensi pengembangan
kerjasama dengan negara-negara di kawasan ini dan telah menyelenggarakan ASEAN
Awareness Forum (tanggal 22-23 April 2012) guna menggugah perhatian sektor swasta Italia
pada kawasan ASEAN khususnya Indonesia.
Terlihat akrabnya hubungan bilateral Indonesia-Italia ini. Sebagai diplomat
perwakilan dari Indonesia, merupakan tugas saya untuk menjaga hubungan kerjasama ini
tetap akur dan tidak sampai terputus apalagi menyatakan perang.
Saya akan membantu WNI diluar negeri semampu saya, mengatasi berbagai macam
masalah yang mereka hadapi demi membantu keluarga mereka serta saya juga akan
membantu mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang bersekolah diluar negeri apabila mereka
mendapat masalah seperti misalnya kehabisan uang, makanan, dan sebagainya. Karena
tentunya dalam bidang pendidikan ini, tidak akan pernah ada ujungnya dan selalu maju,
sehingga sangat diperlukan bibit-bibit unggul generasi masa depan yang harus berkualitas.
Sehingga saya tidak ingin bangsa Indonesia mengalami kegagalan dalam generasi
penerus bangsanya, hati saya sangat miris melihat masih banyaknya para pelajar/mahasiswa
di Indonesia yang gagal akan banyaknya melakukan penyimpangan-penyimpangan norma,
melihat kondisi seperti itu, yaitu kondisi dimana masih banyaknya para siswa atau mahasiswa
yang gagal didalam negara Indonesia, membuat saya untuk tidak menyia-nyiakan para
pelajar/mahasiswa yang bersekolah atau sedang menuntut ilmu di negeri saya ditempatkan.
Oleh karena itu, saya akan selalu menjaga baik-baik para pelajar/mahasiswa tersebut agar
selalu bersemangat menuntut ilmu dinegara asing, namun akan memajukan kemampuan dan
mengembangkan motivasinya untuk Indonesia.
Di bidang budaya, saya akan memperkenalkan budaya-budaya Indonesia di Negara
yang saya ditugaskan. Mulai dari yang sudah terkenal sampai yang masih belum terkenal.
Seperti mengundang pementasan kesenian dari Saung Angklung Udjo yang ada di Jalan
Padasuka, Bandung. Saung ini sering di kunjungi turis-turis yang ingin melihat uniknya salah
satu budaya Indonesia yaitu Angklung. Tidak hanya Angklung, tarian-tarian dari Jawa Barat
dapat diperkenalkan oleh mereka contohnya seperti Jaipong, Merak, dan lain lain.
Tentu saja menjadi seorang diplomat ini adalah sebuah tugas dimana departemen
pemerintahan luar negeri membrikan kepercayaan/amanah kepada saya untuk menjadi
perwakilan Indonesia yang harus dijaga dengan baik dan benar, dengan begitu saya
mempunyai tanggung jawab besar akan tugas itu. Jika dalam bertugas, saya tidak mampu
menjalankan tugas dengan baik dan benar, atau jika saya menjadi seorang diplomat ada
tindakan-tindakan yang tidak sesuai norma/hukum, maka saya sangat siap untuk menerima
konsekuensinya, apapun itu, baik pencopotan jabatan atau lainnya. Dengan melaksanakan
tugas-tugas diatas, saya yakin, apabila semua diplomat melakuakan apa yang saya lakukan,
maka hal tersebut dapat meingkatkan citra positif bagi Indonesia di mata dunia Internasional
dengan cepat dan pesat. Tetapi melihat perkembangan dan kondsisi saat ini, Indonesia sudah
cukup banyak menarik perhatian wisatawan asing untuk datang ke Indonesia. Hal tersebut
juga dimungkinkan akibat kinerja para diplomat dinegara-negara mereka. Karena
diplomatnya telah memperkenalkan akan budaya dan kesenian-kesenian yang sangat amat
beranekaragam yang ada di Indonesia.
Itulah yang akan saya lakukan apabila saya menjadi seorang diplomat dalam usaha
meningkatkan citra positif di mata dunia Internasional, yang saya kira sudah cukup untuk
meninkatkan citra Indonesia beberapa bidang yang ada di negara saya ditempatkan. Semoga
dengan adanya angan-angan seperti ini, akan menjadi kenyataan dan jikalau tidak, saya harap
ada diplomat lainnya yang melakukan hal yang sama seperti apa yang saya paparkan diatas,
karena dengan demikian tentu akan membuat bangsa Indonesia terlihat lebih baik di mata
dunia Internasional.
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Demikian makalah tugas Pengantar Ilmu Hubungan Internasional yang berjudul
Andai Saya Menjadi Seorang Diplomat Indonesia: Apa Yang Akan Saya Lakukan Untuk
Meningkatkan Citra di Mata Dunia Internasional. Menjadi seorang diplomat memegang
sebuah tanggung jawab besar yang memikul sebuah citra Negara di mata Negara lain.
Apabila jabatan menjadi diplomat ini disalahgunakan akan berdampak buruk pada Negara
pengirim nya. Saya akan menggunakan jabatan saya dengan baik dan benar. Saya akan selalu
menjaga nama baik Indonesia di negara yang saya tempati. Saya akan melaksanakan tugas-
tugas menjadi seorang diplomat dengan baik, dengan berusaha semaksimal mungkin untuk
selalu menjaga para pelajar atau mahasiswa dan TKI yang ada dinegara tersebut, memberikan
perlindungan yang utuh terhadap sesama rakyat Indonesia. Berusaha menjalankan diplomasi
dengan negara-negara lain dengan baik. Meingkatkan citra positif Indonesia untuk negara-
negara lain, dengan cara bersikap menghormati dan menghargai antarnegara di dunia.
Menjalin hubungan yang harmonis terhadap bangsa-bangsa lain. Dengan demikian, akan
terciptalah citra positif Indonesia di dunia internasional.
3.2 Rekomendasi
Saran saya dalam meningkatkan citra di mata dunia internasional, seorang diplomat
harus senantiasa bersemangat dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Semangat dan ikhlas
adalah salah satu cara agar setiap persoalan dapat menjadi mudah. Lalu studi lah ilmu HI,
karena di ilmu ini memberikan basic kepada Anda yang ingin menjadi diplomat. Dengan
begitu, jika anda ingin menjadi seorang diplomat, berkerjalah dengan sepenuh hati, buatlah
negara-negara lain bangga akan negara kita, jadikanlah negara kita sebagai contoh terhadap
negara lain, perkenalkanlah budaya-budaya yang ada dinegara kita, mengayomi dan
menolongi masyarakat Indonesia yang ada dinegara lain. kerjakanlah tugas-tugas dan fungsi
seorang diplomat dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Soekanto Soerjono. 2001. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang No.37 Tahun 1999 Tentang Hubungan Luar
Negeri. Lembaran Negara RI Tahun 1999. Sekretariat Negara. Jakarta