Anda di halaman 1dari 36

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjuan Umum Tentang Asuhan Keperawatan


2.1.1 Pengertian
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian

kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung

kepada klien/pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan.

Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu

profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat

humanistic,dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk

mengatasi masalah yang dihadapi klien.


Praktik Keperawatan adalah tindakan mandiri perawat

professional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan

tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan Asuhan Keparawatan.

Praktik Keperawatan sebagai tindakan keperawatan professional

menggunakan pengetahuan teoritik yang mantap, kokoh dalam

berbagai ilmu dasar, ilmu keperawatan dasar, klinik dan komunitas

sebagai landasan untuk melakukan Asuhan Keperawatan (Nursalam,

2008)
Keperawatan sebagai profesi merupakan suatu bentuk

pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu dan kiat

keperawatan yang berbentuk pelayanan kesehatan baik biopsikososial

dan spiritual yang komprehensif, yang ditujukan pada individu,

kelompok, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang

mencakup kehidupan manusia. Seorang perawat dapat menggunakan


8

proses keperawatan sebagai pedoman dalam memecahkan masalah

pasien, dapat menunjukkan masalah profesionalitas yang tinggi, serta

dapat memberikan kebebasan pada pasien untuk mendapatkan

pelayanan yang cukup sesuai dengan kebutuhannya. Pasien juga akan

merasakan adanya kebebasan dalam menyampaikan kebutuhan akan

dirinya sehingga proses penyembuhan akan semakin cepat dan pasien

akan merasa diperhatikan akan kebutuhan pelayanan keperawatan

yang berkualitas dan efesien (Hidayat, 2009)


Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

asuhan keperawatan merupakan seluruh rangkaian proses keperawatan

yang diberikan kepada pasien yang berkesinambungan dengan kiat-

kiat keperawatan yang di mulai dari pengkajian sampai dengan

evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun memelihara derajat

kesehatan yang optimal.


2.1.2 Tujuan asuhan keperawatan
Adapun tujuan dalam pemberian asuhan keperawatan antara

lain (admin, 2012) :


2.1.2.1 Membantu individu untuk mandiri
2.1.2.2 Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang kesehatan
2.1.2.3 Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara kesehatan

secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam memelihara

kesehatannya
2.1.2.4 Membantu individu memperoleh derajat kesehatan yang optimal
Tujuan Asuhan Keperawatan menurut Hidayat (2009), antara lain :
2.1.2.1 Memberikan bantuan secara efektif kepada semua orang yang

memerlukan pelayanan kesehatan sesuai dengan Sistem

Kesehatan Nasional (SKN).


9

2.1.2.2 Menjamin bahwa semua bantuan diarahkan untuk memenuhi

kebutuhan pasien dan mengurangi atau menghilangkan

kesenjangan.
2.1.2.3 Mengembangkan standar Asuhan Keperawatan yang ada.
2.1.2.4 Memberikan kesempatan pada semua tenaga perawatan yang

untuk mengembangkan tingkat kemampuan professional


2.1.2.5 Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua

anggota tim kesehatan.


2.1.2.6 Melibatkan pasien dalam perencanaan dan pelaksanaan

pelayanan keperawatan.
2.1.2.7 Menciptakan iklim yang menunjang proses belajar mengajar

dalam kegiatan pendidikan bagi perkembangan keperawatan.


2.1.2.8 Menunjang program pendidikan berkelanjutan bagi

pertumbuhan dan perkembangan pribadi keperawatan.


2.1.3 Falsafah Keperawatan
Dalam melakukan Asuhan Keperawatan perawat harus meyakinkan

bahwa (Mubarak & Chayatin, 2009) :


2.1.3.1 Manusia adalah indivudu yang memiliki kebutuhan

biopsikososial dan spiritual yang unik.


2.1.3.2 Kepercayaan adalah bantuan bagi manusia yang bertujuan

untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal kepada

semua yang membutuhkan dengan tidak membeda-bedakan

bangsa, suku, agama, kepercayaan dan statusnya disetiap

tempat pelayanan kesehatan.


2.1.3.3 Tujuan dapat dicapau dengan melakukan usaha bersama

dengan anggota tim kesehatan, tim, pasien dan keluarga.


2.1.3.4 Dalam memberikan Asuhan Keperawatan, perawat

menggunakan proses dengan lima tahapan dalam memenuhi

kebutuhan kesehatan pasien atau keluarga.


10

2.1.3.5 Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat, memiliki

wewenang melakukan Asuhan Keperawatan secara utuh

berdasarkan standar asuhan keperawatan.


2.1.3.6 Pendidikan keperawatan berkelanjutan harus dilaksanakan

secara terus menerus untuk pertumbuhan dan perkembangan

staf dalam pelayanan keperawatan.


11

2.1.4 Peran dan Fungsi Perawat


2.1.4.1 Peran Perawat
Berdasarkan Konsorsium Ilmu Kesehatan, (1983)

yang dikutip dalam Mubarak dan Chayatin, (2009) Peran

perawat di indonesia terdiri atas :


2.1.4.1.1 Pemberi asuhan keperawatan
Hal ini dapat dilakukan oleh perawat dalam

mempertahankan keadaan kebutuhan dasar

manusia melalui pemberian pelayanan keperawatan

dengan menggunakan proses keperawatan. Asuhan

keperawatan yang diberikan mulai dari hal yang

sederhana sampai dengan masalah yang kompleks.


2.1.2.1.2 Advokat
Peran ini dilakukan perawat dalam

membantu klien, keluarga dalam

menginterpretasikan berbagai informasi dari

pemberi layanan atau informasi lain, khususnya

dalam pengambilan persetujuan atas tindakan

keperawatan yang diberikan kepada klien. Selain

itu juga dapat mempertahankan dan melindungi

hak-hak klien, yang meliputi hak atas pelayanan

yang sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang

penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk

menentukan nasibnya sendiri, dan hak untuk

menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan.


2.1.2.1.3 Educator
12

Peran ini dilakukan dalam membantu klien

dalam meningkatkan pengetahuan kesehatannya,

gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan,

sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien

setelah diberikan pendidikan kesehatan.


2.1.2.1.4 Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan,

merencanakan, dan mengorganisasi pelayanan

kesehatan dari tim kesehatan, sehingga pemberian

pelayanan kesehatan terarah, serta sesuai dengan

kebutuhan klien.
2.1.2.1.5 Collaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja

melalui tim kesehatan yang terdiri atas dokter,

fisioterapis, ahli gizi, radiologi, laboratorium, dan

lain-lain. Dengan berupaya mengidentifikasi

pelayanan keperawatan yang diperlukan, termasuk

diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan

bentuk pelayanan selanjutnya.


13

2.1.2.1.6 Konsultan
Peran perawat sebagai konsultan yaitu

sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau

tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan.

Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap

informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan

yang diberikan.
2.1.2.1.7 Pembaharu
2.1.2.1.8 Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan

mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan

yang sistematis, dan terarah sesuai dengan metode

pemberian pelayanan keperawatan.


Sedangkan berdasarkan Lokakarya Keperawatan,

(1983) dikutip dalam Mubarak dan Chayatin, (2009), peran

perawat dibagi menjadi empat, yaitu


2.1.2.1.1 Pelaksana pelayanan keperawatan
2.1.2.1.2 Pengelolah pelayanan dan institusi keperawatan
2.1.2.1.3 Pendidik dalam keperawatan
2.1.2.1.4 Peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan.
2.1.4.1 Fungsi Perawat
Fungsi adalah suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan

sesuai dengan peranan seseorang. Fungsi dapat berubah dari

suatu keadaan ke keadaan lain. Menurut Mubarak dan

Chayatin, (2009) Dalam menjalankan perannya, perawat akan

melaksanakan berbagai fungsi, antara lain :


2.1.4.1.1 fungsi independen
Fungsi independen perawat adalah fungsi di

mana perawat melaksanakan perannya secara

mandiri, tidak bergantung pada orang lain atau tim


14

kesehatan lainnya. Perawat harus dapat

memberikan bantuan terhadap penyimpangan atau

tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, baik

bio-psiko-sosio-kultural, maupun spritual, mulai

dari tingkat individu yang utuh mencakup seluruh

siklus kehidupan, sampai pada tingkat masyarakat.


Kebutuhan dasar pada tingkat sistem organ

fungsional sampai molekuler, seperti pemenuhan

kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan

oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan

elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi,

pemenuhan kebutuhan aktivitas dan istrahat,

pemenuhan kebutuhan alvi dan uri), pemenuhan

kebutuhan rasa aman dan nyaman, pemenuhan

kebutuhan rasa cinta dan mencintai, pemenuhan

kebutuhan harga diri, sampai pada pemenuhan

kebutuhan yang paling atas, yaitu aktualisasi diri.

Kegiatan ini dengan diprakarsai oleh perawat

dimana perawat bertanggung jawab serta

bertanggung gugat atas rencana dan keputusan

tindakannya.
2.1.4.1.2 Fungsi dependen
Kegiatan ini dilaksanakan oleh seorang

perawat atas instruksi dari tim kesehatan lain atau

tindakan pelimpahan tugas yang diberikan, seperti


15

pelimpahan dari dokter, ahli gizi, radiologi dan

sebagainya.
2.1.4.1.3 Fungsi interdependen
Fungsi interdependen berupa kerja tim yang

sifatnya saling ketergantungan, baik dalam

keperawatan maupun kesehatan. Fungsi ini dapat

terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan

kerja sama tim dalam memberikan pelayanan

seperti dalam memberikan asuhan keperawatan

pada penderita yang mempunyai penyakit

kompleks. Keadaan tersebut di atas tidak dapat di

atasi hanya oleh perawat, tetapi juga kerja sama

dengan tim kesehatan lainnya (Mubarak &

Chayatin, 2009).
Pada kenyataannya, perawat dalam

menjalankan peran dan fungsinya masih jauh dari

harapan, yaitu sebagai perawat yang mampu

mandiri dan profesional dalam tatanan praktik

keperawatan secara langsung di rumah sakit

ataupun puskesmas. (Mubarak & Chayatin, 2009).


2.1.5 Tahapan Proses Keperawatan
Tahapan proses keperawatan menurut Mubarak & Chayatin, (2009),

adalah sebagai berikut :


2.1.5.1 Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap

dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah

kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik,


16

mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan. Tahap ini

mencakup tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data,analisis

data,dan penentuan masalah kesehatan serta keperawatan.


2.1.5.1.1 Pengumpulan data
Tujuan :
Diperoleh data dan informasi mengenai masalah

kesehatan yang ada pada pasien sehingga dapat

ditentukan tindakan yang harus di ambil untuk

mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek

fisik,mental,sosial dan spiritual serta faktor

lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut

harus akurat dan mudah di analisis.


Jenis data antara lain Data objektif, yaitu data yang

diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan,

dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah,

serta warna kulit. Data subjekyif, yaitu data yang

diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau

dari keluarga pasien/saksi lain misalnya,kepala

pusing,nyeri,dan mual.
Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi :
2.1.5.1.1.1 Status kesehatan sebelumnya dan

sekarang
2.1.5.1.1.2 Pola koping sebelumnya dan sekarang
2.1.5.1.1.3 Fungsi status sebelumnya dan sekarang
2.1.5.1.1.4 Respon terhadap terapi medis dan

tindakan keperawatan
2.1.5.1.1.5 Resiko untuk masalah potensial
2.1.5.1.1.6 Hal-hal yang menjadi dorongan atau

kekuatan klien
17

2.1.5.1.1 Analisa data


Analisa data adalah kemampuan dalam

mengembangkan kemampuan berpikir rasional sesuai

dengan latar belakang ilmu pengetahuan.


2.1.5.1.2 Perumusan masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan

beberapa masalah kesehatan. Masalah kesehatan

tersebut ada yang dapat diintervensi dengan asuhan

keperawatan (masalah keperawatan) tetapi ada juga

yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis.

Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan sesuai

dengan prioritas. Prioritas masalah ditentukan

berdasarkan criteria penting dan segera. Penting

mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan

menimbulkan komplikasi, sedangkan segera

mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang

tidak sadar maka tindakan harus segera dilakukan

untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau

kematian. Prioritas masalah juga dapat ditentukan

berdasarkan hirarki kebutuhan menurut Maslow :

yaitu : Keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan

yang mengancam kesehatan, persepsi tentang

kesehatan dan keperawatan.


2.1.5.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang

menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko


18

perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat

secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan

intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan

menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah, Perumusan

diagnosa keperawatan (Carpenito, 2002) :


2.1.5.2.1 Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai

dengan data klinik yang ditemukan.


2.1.5.2.2 Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan

terjadi jika tidak di lakukan intervensi.


2.1.5.2.3 Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data

tambahan untuk memastikan masalah keperawatan

kemungkinan.
2.1.5.2.4 Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu,

keluarga atau masyarakat dalam transisi dari tingkat

sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih

tinggi.
2.1.5.2.5 Syndrom : diagnosa yang terdiri dar kelompok

diagnose keperawatan actual dan resiko tinggi yang

diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian

atau situasi tertentu.


2.1.5.3 Perencanaan Keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk

membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini kestatus

kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di harapkan

(Gordon, 2001 dalam Carpenito, 2002). Merupakan pedoman

tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi

sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi


19

tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan

keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi

konyinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat

lainnya.
Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan

untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten.

Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran

informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas.

Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien

jangka panjang (Potter, 2005).


2.1.5.4 Implementasi
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah

rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders

untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh

karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk

memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah

kesehatan klien.
Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah

sebagai berikut (Potter, 2005) :


2.1.5.4.1 Tahap 1 : persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut

perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi

pada tahap perencanaan.


2.1.5.4.2 Tahap 2 : intervensi
Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah

kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan


20

untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.

Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan :

independen, dependen dan interdependen.


2.1.5.4.3 Tahap 3 : dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh

pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu

kejadian dalam proses keperawatan


2.1.5.5 Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan

proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan

proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses

dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan

keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan

antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari

dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah

di rumuskan sebelumnya.Sasaran evaluasi adalah sebagai

berikut. (Potter, 2005) :


2.1.5.5.1 Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/

rencana yang telah disusun.


2.1.5.5.2 Hasil tindakan keperawatan, berdasarkan criteria

keberhasilan yang telah di rumuskan dalam rencana

evaluasi.
Hasil evaluasi
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
2.1.5.5.1 Tujuan tercapai, apabila pasien telah menunjukan

perbaikan/kemajuan sesuai dengan criteria yang telah

di tetapkan.
21

2.1.5.5.2 Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak

tercapai secara maksimal, sehingga perlu di cari

penyebab dan cara mengatasinya.


2.1.5.5.3 Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak

menunjukan perubahan/kemajuan sama sekali bahkan

timbul masalah baru. Dalam hal ini perawat perlu

untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah

terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-

faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab

tidak tercapainya tujuan.


Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses

keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi kepada

pasien, Seluruh tindakannya harus di dokumentasikan dengan

benar dalam dokumentasi keperawatan.


2.1.6 Standar Asuhan Keperawatan
Standar rencana asuhan keperawatan merupakan acuan dalam

melaksanakan asuhan keperawatan. Standar rencana asuhan

keperawatan bertujuan untuk mengurangi waktu perawat untuk

menulis, sehingga waktu yang tersedia lebih banyak dilakukan dalam

melaksanakan tindakan sesuai dengan kebutuhan pasien. Adanya

standar asuhan keperawatan menunjukkan asuhan keperawatan yang

diberikan secara konsep dan teori keperawatan yang kukuh, merupakan

salah satu karakteristik palayanan professional. (Sitorus, 2009).


Format standar asuhan keperawatan yang biasa digunakan

terdiri dari bagian tindakan keperawatan : diagnose keperawatan dan

data penunjang, tujuan, tindakan keperawatan dan kolom keterangan.


22

Panduan manfaat standar asuhan keperawatan, antara lain (Sitorus,

2009) :
2.1.6.1 Rencana asuhan keperawatan ditetapkan paling lambat 24 jam

setelah pasien masuk berdasarkan standar rencana asuhan

keperawatan yang sudah dikembangkan.


2.1.6.2 Rencana asuhan keperawatan ditetapkan dipapan yang telah

disediakan disisi tempat tidur pasien.


2.1.6.3 Rencana tindakan yang terdapat pada rencana asuhan

keperawatan merupakan pedoman dalam melakukan tindakan.


2.1.6.4 Pada 24 jam pertama, perewat menetapkan minimal dua

diagnosis keperawatan utama (prioritas) yang dievaluasi setiap

hari dan ditetapkan diagnosis lainnya sesuai dengan kondisi

klien.
2.1.6.5 Rencana asuhan keperawatan dievaluasi setiap hari dengan

menggunakan metode SOAP.


2.1.7 Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak

yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang

berwenang (Potter, 2005). Juga menjelaskan tentang tujuan dalam

pendokumentasian yaitu :
2.1.7.1 Komunikasi
Sebagai cara bagi tim kesehatan untuk mengkomunikasikan

(menjelaskan) perawatan klien termasuk perawatan individual,

edukasi klien dan penggunaan rujukan untuk rencana

pemulangan.
2.1.7.2 Tagihan financial
Dokumentasi dapat menjelaskan sejauhmana lembaga

perawatan mendapatkan ganti rugi (reimburse) atas pelayanan

yang diberikan bagi klien.


23
24

2.1.7.3 Edukasi
Dengan catatan ini peserta didik belajar tentang pola yang

harus ditemui dalm berbagai masalah kesehatan dan menjadi

mampu untuk mengantisipasi tipe perawatan yang dibutuhkan

klien.
2.1.7.4 Pengkajian
Catatan memberikan data yang digunakan perawat untuk

mengidentifikasi dan mendukung diagnose keperawatan dan

merencanakan intervensi yang sesuai.


2.1.7.5 Riset
Perawat dapat menggunakan catatan klien selama studi riset

untuk mengumpulkan informasi tentang faktor-faktor tertentu.


2.1.7.6 Audit dan pemantauan
Tinjauan teratur tentang informasi pada catatan klien memberi

dasar untuk evaluasi tentang kualitas dan ketepatan perawatan

yang diberikan dalam suatu institusi.


2.1.7.7 Dokumentasi legal
Pendokumentasian yang akurat adalah salah satu pertahanan

diri terbaik terhadap tuntutan yang berkaitan dengan asuhan

keperawatan.
Dokumentasi penting untuk meningkatkan efisiensi dan

perawatan klien secara individual. Ada enam penting penting dalam

dokumentasi keperawatan yaitu, (Sitorus, 2009) :


2.1.7.1 Dasar factual
Informasi tentang klien dan perawatannya harus berdasarkan

fakta yaitu apa yang perawat lihat,dengar dan rasakan.


2.1.7.2 Keakuratan
Catatan klien harus akurat sehingga dokumentasi yang tepat

dapat dipertahankan klien.


2.1.7.3 Kelengkapan
25

Informasi yang dimasukan dalam catatan harus

lengkap,mengandung informasi singkat tentang perawtan

klien.
2.1.7.4 Keterkinian
Memasukan data secara tepat waktu penting dalam perawatan

bersama klien.
2.1.7.5 Organisasi
Perawat mengkomunikasikan informasi dalam format atau

urutan yang logis. Contoh catatan secara teratur

menggambarkan nyeri klien,pengkajian dan intervensi perawat

dan dokter.
2.1.7.6 Kerahasiaan
Informasi yang diberikan oleh seseorang keorang lain dengan

kepercayaan dan keyakinan bahwa informasi tersebut tidak

akan dibocorkan.

Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh

mana peran dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

pada klien. Hal ini akan bermanfaat bagi peningkatan mutu pelayanan

dan bahan pertimbangan dalam kenaikan jenjang karir/kenaikan

pangkat. Selain itu dokumentasi keperawatan juga dapat

menggambarkan tentang kinerja seorang perawat.

2.1.8 Sistem Pencatanan dan Pelaporan


Sistem pencatatan dan pelaporan adalah sebagai berikut (Sitorus,

2009) :
2.1.8.1 Pencatatan Tradisional
Pencatatan tradisional adalah berorientasi pada pemberian

palayanan yang berarti setiap tenaga yang memberikan


26

pelayanan kesehatan harus membuat catatan sendiri. Catatan

pasien secara tradisional terdiri dari enam bagian, yaitu :


2.1.8.1.1 Lembar penerimaan
2.1.8.1.2 Lembar muka
2.1.8.1.3 Lembar instruksi/pesanan dokter
2.1.8.1.4 Lembar riwayat penyakit
2.1.8.1.5 Lembar catatan perawat
2.1.8.1.6 Lembar catatan untuk hal-hal lain.
Kentungan dari penggunaan sisitem ini adalah

pencatatan dan pelaporan secara sederhana, sedangkan

kerugiannya, data tentang pasien tidak menyeluruh, koordinasi

antara tim kesehatan tidak ada dan pelayanan yang tuntas sulit

dilakukan.
2.1.8.2 Pencatatan Nontradisional
Pencatatan nontradisional adalah pencatatan yang

berorientasi pada Problem orirnted record (POR). Pada sistem

ini, kerjasama antar tim kesehatan diutamakan untuk menunjang

pembenahan asuhan keperawatan dengan menggunakan sistem

pendekatan proses keperawatan. Komponen POR ini meliputi,

data dasar, masalah, rencana tindakan dan pencatatan

perkembangan pasien. Masing-masing isi komponen dijelaskan

sebagai berikut :
2.1.8.2.1 Data dasar berisi informasi tentang pasien yang

diperoleh dari pengkajian langsung atau tidak kepada

pasien.
2.1.8.2.2 Masalah yang didapat dari data dasar tersebut lalu

dianalisis dan ditentukan diagnoas keperawatan yang

mencakup kebutuhan biologis, psikologis, sosial dan

spiritual bagia pasien. Masalah yang ditemui


27

diurutkan berdasarkan prioritas atau berdasarkan berat

ringan masalah, diatasi dengan tindakan keperawatan

dan ketersediaan sumber daya.


2.1.8.2.3 Rencana tindakan ditulis dengan masalah yang

ditemukan dalam batas kewenangan perawat yang

melakukan tindakan tersebut.


2.1.8.2.4 Pencatatan perkembangan pasien berisi semua

informasi tentang respond an perilaku sebelum,

selama dan sesudah dilakukan tindakan keperawatan.


Istilah yang digunakan dalam pencatatan nontradisional ini

adalah SOAP atau SOAPIER, adalah singkatan dari :


S : Subjektif, yaitu keluhan-keluhan pasien (apa yang dikatakan

oleh pasien)
O : Objektif, yaitu apa yang dilihat, dicium, diraba dan diukur oleh

perawat
A : Assessment, yaitu kesimpulan perawat tentang kondisi klien
P : Plan of Care, yaitu tindakan yang dilakukan oleh perawat

untuk memenuhi kebutuhan pasien


I : Intervensi, yaitu tindakan yang akan dilakukan oleh perawat

untuk memenuhi kebutuhan pasien


E : Evaluasi, yaitu respon pasien terhadap tindakan keperawatan
R : Revisi, yaitu mengubah rencana tindakan yang diperlukan.
2.1.8.2.1 Pedoman Pencatatan
2.1.8.1.1.2 Sistimatis, jelas, singkat dan mengacu

pada respon pasien


2.1.8.1.1.3 Ditulis dengan tinta, bila terdapat

kesalahan dicoret dan diberi tanda tangan


2.1.8.1.1.4 Ditulis segera setelah melakukan asuhan

keperawatan dan disertai dengan nama

yang jelas dan tanda tangan.


28

2.1.8.1.1.5 Ditulis secara rinci menganai apa,

bagaimana, kapan, dimana dan siapa

yang melakukan asuhan keperawatan.


2.1.8.1.2 Pedoman Pelaporan
Pelaporan merupakan cara komunikasi yang

dapat dilakukan secara tertulis maupun tidak tertulis.

Pedoman pelaporan sama dengan pediman

pencatatan, sedangkan untuk pedoman pelaporan

tidak tertulis, maka pelapor harus :


2.1.8.1.3 Dimulai dengan nama pasien
2.1.8.1.4 Berisi informasi yang disusun secara

sistimatis, singkat dan jelas


2.1.8.1.5 Menggunakan istilah yang mudah

dimengerti lawan bicara


2.1.8.1.6 Tepat waktu
29

2.1.9 Jenis Laporan


Adapun jenis-jenis laporan adalah (Sitorus, 2009) :
2.1.9.1 Laporan Rutin, berisi informasi tentang perkembangan pasien,

laporan ini biasnya dibuat pada setiap pergantian tugas untuk

kesinambungan asuhan keperawatan dan dibuat juga secara

berkala, misalnya, mingguan atau bulanan yang dilaporkan

kepada seksi atau pengawas perawat


2.1.9.2 Laporan kejadian luar biasa, yaitu laporan yang dibuat jika terjadi

situasi yang tidak biasa atau member dampak negatif terhadap

pasien.
30

2.2 Tinjauan Umum Kepuasan


2.2.1 Pengertian Kepuasan

Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan

merupakan faktor penting dalam mengembangkan suatu sistem

penyediaan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan pasien

(Triatmojo, 2006). Perasaan aman, terjamin, senang dan lega adalah

pengertian kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia. Kepuasan

diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu

memadai.

Kotler (2007) mendefinisikan kepuasan adalah tingkat perasaan

seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang

dirasakannya dengan harapannya. Tingkat kepuasan merupakan fungsi

dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila

kinerja dibawah harapan, maka pasien akan merasa tidak puas.

Apabila kinerja tidak sesuai dengan sebagian besar harapan, maka

pasien akan merasa kurang puas. Apabila kinerja sesuai atau melebihi

harapan secara keseluruhan maka pasien akan merasa puas dan sangat

puas. Pasien yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitif terhadap

harga dan memberi komentar yang baik tentang pelayan yang

diberikan tersebut karena tingkat kepuasan mempengaruhi

kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan.

Kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi

antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan


31

yang diberikan (Anjaryani, 2009). Memahami kebutuhan dan

keinginan pasien adalah hal penting yang mempengaruhi kepuasan

pasien. Menciptakan kepuasan pasien di rumah sakit maupun pusat

kesehatan lainnya harus menciptakan dan mengelola suatu sistem

untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan kemampuan untuk

mempertahankan kepercayaan pasiennya (Triatmojo, 2006).

2.2.2 Faktor yang mempengaruhi kepuasan

Budiastuti (2002) mengemukakan bahwa pasien dalam

mengevaluasi kepuasan terhadap jasa pelayanan yang diterima

mengacu pada beberapa faktor, antara lain:

2.2.2.1 Kualitas produk atau jasa

Adanya bentuk pelayanan yang berkualitas oleh petugas

kesehatan dalam hal ini terfokus pada perawat akan

memberikan rasa puas kepada pasien. tingkat kepuasan

kemudian akan mempengaruhi kepercayaan yang dimiliki oleh

pasien kepada perawat sehingga pasien akan lebih terbuka

dalam memberikan informasi yang diperlukan dalam proses

penyembuhan pasien.

2.2.2.2 Faktor emosional


32

Banyak pasien yang beranggapan bahwa rumah sakit mahal

akan memberikan pelayanan yang lebih dibandingkan dengan

rumah sakit pada umumnya dan memiliki kebanggaan

tersendiri jika rumah sakit yang ditempati harganya mahal.

Pasien yang memiliki keyakinan demikian akan memilih

rumah sakit yang harganya lebih mahal untuk memenuhi

standar kepuasan yang dimilikinya.

2.2.2.3 Harga dan biaya

Faktor harga mempengaruhi tingkat kepuasan pasien dalam hal

harapan yang dimiliki oleh pasien. pasien yang memilih untuk

dirawat di rumah sakit yang mahal cenderung memiliki

harapan yang tinggi terhadap rumah sakit tersebut dalam

memenuhi kepuasan pasien saat dirawat dan memperoleh

pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut. Sedangkan dalam

hal biaya, pada beberapa pasien yang memperoleh jasa atau

produk pelayanan kesehatan (perawat) tanpa harus

mengeluarkan banyak biaya tambahan dalam memperoleh jasa

cenderung merasa puas terhadap pelayanan kesehatan

khusunya pada golongan ekonomi menengah ke bawah.

Zahrotul (2008) merangkum indikator yang akan digunakan

sebagai skala dari kepuasan pasien yaitu indikator tinggi rendahnya

kepuasan pasien yang meliputi:


33

2.2.2.1 Sikap dan pendekatan petugas rumah sakit kepada pasien yaitu

sikap petugas rumah sakit kepada pasien ketika pasien pertama

kali datang di rumah sakit, keramahan yang ditunjukkan

petugas rumah sakit, dan kecepatan penerimaan pasien yang

datang ke rumah sakit

2.2.2.2 Kualitas pelayanan perawatan yang diterima oleh pasien yaitu

apa saja yang telah dilakukan oleh pemberi layanan kepada

pasien berupa pelayanan perawatan yang berkaitan dengan

proses kesembuhan penyakit yang diderita pasien dan

kelangsungan perawatan pasien selama berada di rumah sakit

2.2.2.3 Prosedur administrasi yaitu berkaitan dengan pelayanan

administrasi pasien mulai masuk rumah sakit, selama

perawatan berlangsung, dan ketika keluar dari rumah sakit,

kecekatan petugas dalam melayani pasien, dan penjelasan

rincian biaya yang digunakan pasien selama berada di rumah

sakit.

2.2.2.4 Fasilitas-fasilitas yang disediakan rumah sakit yaitu fasilitas

ruang inap, kualitas makanan, kebersihan ruangan,

kenyamanan ruangan, dan lokasi rumah sakit.

Hidayat (2009) mengklasifikasikan empat aspek yang dapat

diukur dalam menilai tingkat kepuasan pasien yaitu:

2.2.2.1 Kenyamanan
34

Dijabarkan dalam pertanyaan tentang lokasi rumah sakit,

kebersihan, kenyamanan ruangan, makanan dan minuman,

peralatan ruangan, tata letak, penerangan, kebersihan WC,

pembuangan sampah, kesegaran ruangan dan sebagainya.


35

2.2.2.2 Hubungan pasien dengan petugas Rumah Sakit

Dijabarkan dalam pertanyaan yang menyangkut keramahan,

informasi yang diberikan, sejauh mana tingkat komunikasi,

responatif, support, seberapa tanggap perawat di ruangan IGD,

rawat jalan, rawat inap, farmasi, kemudahan perawat

dihubungi, keteraturan pemberian makanan, obat, pengukuran

suhu dan sebagainya.

2.2.3 Kompetensi petugas

Dijabarkan dalam pertanyaan kecepatan pelayanan pendaftaran,

keterampilan dalam penggunaan teknologi, pengalaman petugas

medis, gelar medis yang dimiliki, terkenal, keberanian mengambil

tindakan, dan sebagainya.

2.2.4 Biaya

Dijabarkan dalam pertanyaan kewajaran biaya, kejelasan

komponen biaya, biaya pelayanan, perbandingan dengan rumah sakit

yang sejenis lainnya, tingkat masyarat yang berobat, ada tidaknya

keringan bagi masyarakat miskin dan sebagainya. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Mitayani (2008) dalam Hidayat (2009)

menunjukkan kesimpulan bahwa biaya berpengaruh terhadap

pemanfaatan kembali jasa pelayanan kesehatan sebagai wujud dari

kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan.


36

Penelitian yang dilakukan oleh Wiyono dan Wahyuddin (2005)

dalam Anjaryani, (2009)menunjukkan bahwa ketidakpuasan pasien

yang paling sering diungkapkan dalam kaitannya dengan sikap dan

perilaku petugas rumah sakit, antara lain keterlambatan pelayanan

dokter dan perawat, dokter sulit ditemui, perawat kurang komunikatif

dan informatif, lamanya proses masuk rawat inap, tutur kata, keacuhan

serta ketertiban dan kebersihan di lingkungan rumah sakit.

Anjaryani (2009) menguraikan beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi persepsi pasien tentang kepuasan yang dirasakan

antara lain lingkungan, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, kondisi

penyakit, dan pengalaman pasien terhadap pelayanan kesehatan yang

diterima. Sedangkan umur, jenis kelamin, lama perawatan tidak

mempengaruhi persepsi pasien tentang kepuasan.

Kepuasan yang dirasakan oleh pasien selalu dikaitkan dengan

lingkungan rumah sakit, suhu udara, kenyamanan, kebersihan,

kecepatan pelayanan, ramahnya perawat dan perhatian dari perawat

(Widyaratna, 2001) mengidentifikasi kepuasan pasien yang

dipengaruhi oleh karakteristik pasien yaitu: pendidikan, pekerjaan,

etnis, sosial ekonomi, dan diagnosis penyakit.

Anjaryani (2009) menguraikan mengenai alasan pasien tidak

puas dikarenakan informasi yang disampaikan disebabkan oleh

beberapa hal yaitu pasien sering tidak tahu istilah yang disampaikan

tim medis, pasien mempunyai gagasan sendiri atas penyakitnya


37

misalnya dengan pengobatan alternatif, pasien sering gagal mengerti

bahasa yang diberitahukan mereka dari tenaga perawat, pasien enggan

bertanya lebih lanjut. Mengenai karakteristik pendidikan pasien yang

mempengaruhi kepuasan, Laksono (2005) menyebutkan bahwa

peningkatan tingkat pendidikan masyarakat menjadikan masyarakat

selaku pengguna jasa kesehatan menjadi semakin kritis dalam menilai

pelayanan kesehatan yang diterimanya.

Faktor lain yang mempengaruhi pelayanan kesehatan adalah

sosial ekonomi. Pasien dengan sosial ekonomi rendah cenderung akan

lebih pasrah dalam menerima pelayanan kesehatan yang diberikan

kepadanya karena ketidakmampuan mereka dalam masalah dana,

berbeda dengan pasien dengan tingkat ekonomi menengah ke atas

yang akan merasa puas apabila seluruh kehendaknya terpenuhi

(Anjaryani, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Widyawati (2004)

menjelaskan mengenai status ekonomi yang mempengaruhi kinerja

perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien rawat

inap. Pasien dengan status ekonomi rendah sering mendapatkan

perlakuan yang tidak adil dari perawat seperti pelayanan perawat

seadanya bahkan tidak jarang, pasien ditelantarkan. Berbeda dengan

pasien dengan status ekonomi menengah ke atas, perawat cenderung

berusaha memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan pada

pasien.
38

Arifuddin (2009) menguraikan mengenai harapan konsumen

terhadap kualitas pelayanan sangat dipengaruhi oleh informasi yang

mereka peroleh. Sumber informasi bisa berasal dari internal maupun

eksternal. Sumber informasi internal misalnya pengalaman pembelian

masa lalu dan pengamatan. Sumber informasi eksternal merupakan

informasi dari luar konsumen, misalnya dari konsumen lain melalui

informasi dari mulut ke mulut atau informasi dari pemasar melalui

promosi yang disampaikan dengan media tertentu (Anjaryani, 2009).

Memberikan kualitas yang tinggi dan pelayanan yang prima adalah

suatu keharusan apabila ingin mencapai tujuan pelanggan yang puas

dan setia.

Ayuningtiyas dkk (2005) mengemukakan bahwa kepuasan

konsumen merupakan faktor dasar yang menentukan proses

pembelian selanjutnya. Kepuasan dibentuk dari harapan atau

kepercayaan pasien atas apa yang akan diterimanya dari jasa yang

dipilihnya. Kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan oleh pasien

akan mempengaruhi pemikiran pasien dalam menggunakan rumah

sakit yang sama di masa yang akan datang. Hal ini juga didukung oleh

pernyataan Swastha dan Handoko (2004) dalam Ayuningtiyas dkk

(2005) yang menyatakan bahwa kepuasan konsumen akan

mempengaruhi dalam pengambilan ulang atau pembelian yang

sifatnya terus menerus terhadap pembelian jasa yang sama dan juga
39

akan mempengaruhi ucapan konsumen kepada pihak lain atau pihak

luar tentang jasa yang dihasilkan.

Pasien yang puas merupakan aset yang sangat berharga karena

mereka akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya,

tetapi jika pasien merasa tidak puas mereka akan memberitahukan dua

kali lebih hebat kepada orang lain tentang pengalaman buruknya

(Silalahi, 2007). Untuk menciptakan kepuasan pasien, rumah sakit

maupun pusat kesehatan lainnya harus menciptakan dan mengelola

suatu sistem untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan

kemampuan untuk mempertahankan kepercayaan pasiennya dengan

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan (Triatmojo, 2006).

2.2.5 Penilaian Kepuasan

Ayuningtyas (2005) mengemukakan beberapa metode yang

dapat digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan, metode

tersebut antara lain:

2.2.5.1Sistem pengaduan
Sistem ini memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk

memberikan saran, keluhan dan bentuk ketidak puasan lainnya

dengan cara menyediakan kotak saran. Setiap saran dan

keluhan yang masuk harus menjadi perhatian bagi perusahaan,

sebab saran dan keluhan itu pada umumnya dilandasi oleh

pengalaman mereka dan hal ini sebagai bentuk kecintaan

mereka terhadap perusahaan.


40

2.2.5.2 Survei pelanggan


Survei pelanggan merupakan cara yang umum digunakan

dalam mengukur kepuasan pelanggan misalnya, melalui surat

pos, telepon, lembar kuesioner atau wawancara secara

langsung.
2.2.5.3 Panel pelanggan
Perusahaan mengundang pelanggan yang setia terhadap produk

dan mengundang pelanggan yang telah berhenti membeli atau

telah pindah menjadi pelanggan perusahaan lain. Dari

pelanggan yang setia akan diperoleh informasi tingkat

kepuasan yang mereka rasakan dan dari pelanggan yang telah

berhenti membeli, perusahaan akan memperoleh informasi

mengapa hal itu dapat terjadi. Apabila pelanggan telah berhenti

membeli (customer loss rate) meningkat hal ini menunjukkan

kegagalan perusahaan dalam memuaskan pelanggan.

Penjelasan di atas menguraikan beberapa metode yang dapat

digunakan untuk menilai tingkat kepuasan konsumen atau pelanggan

dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap. Metode yang digunakan

untuk menilai kepuasan pasien rawat inap dalam penelitian ini adalah

survei pelanggan yaitu tingkat kepuasan pasien rawat inap yang dinilai

dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner berdasarkan

Balanced Score Card (Nursalam, 2008).


41

2.3 Tinjauan Umum Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)


2.3.1 Pengertian
Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan

kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini

diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam

rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi

masyrakat miskin (Depkes, RI, 2008).


Dalam UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 1 No.15

disebutkan bahwa jaminan pemeliharaan kesehatan adalah suatu cara

penyelenggaran pemelliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan

azas usaha bersama dan kekeluargaan, yang berkesinambungan dan

dengan mutu yang terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan secara

praupaya. (Depkes, RI, 2008).


2.3.2 Tujuan jamkesmas
Depkes (2008) menyatakan bahwa penyelanggaran program

Jamkesmas mempunyai dua tujuan yakni tujuan umum meningkatnya

akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat

miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat

yang optimal secara efektif dan efisien. Dan tujuan khusus yang ingin

di capai adalah Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak

mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta

jaringannya dan di Rumah Sakit, meningkatnya kualitas pelayanan

kesehatan bagi masyarakat miskin dan terselenggaranya pengelolaan

keuangan yang transparan dan akuntabel.


2.3.3 Sasaran Jamkesmas
Sasaran program ini adalah seluruh masyarakat miskin dan tidak

mampu di seluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk


42

yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya, yang membutuhkan

pelayanan kesehatan di pemerintah dan swasta yang ditunjuk (Depkes,

2008).
2.3.4 Ruang Jamkesmas
Depkes (2008) Ruang lingkup dari jaminan kesehatan masyrakat

meliputi: pelayanan kesehatan dasar di puskesmas dan jaringannya,

pelayanan kesehatan rujukan di Rumah Sakit, balai pengobatan

penyakit paru (BP4), balai kesehatan mata masyarakat (BKMM).


Ruang lingkup Progaram Jamkesmas tersebut, meluputi

(Depkes, RI, 2008) :


2.3.4.1 Pelayanan rawat jalan tingkat primer
2.3.4.2 Pelayanan rawat inap tingkat primer
2.3.4.3 Pelayanan pertolongan persalinan
2.3.4.4 Palayanan spesialistik
2.3.4.5 Pelayanan rujukan
2.3.4.6 Upaya kesehatan yang bersifat pencegahan sekunder
2.3.4.7 Managemen pengelolaan

Anda mungkin juga menyukai