Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM KONSTRUKSI JALAN

PENGUJIAN PENETRASI ASPAL

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Konstruksi
Jalan di Laboratorium Konstruksi Jalan

Mata Kuliah:
Praktikum Konstruksi Jalan

Dosen Pengampu:
Faqih Maarif, A.Md.T., S.Pd.T., M.Eng.

LAPORAN

Disusun oleh :
Tunggul Pratonggopati (14505241056)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT karena


berkat rahmat dan hidayah serta karunianya sehingga Laporan Pengujian Penetrasi
Aspal ini dapat terselesaikan. Laporan ini disusun sebagai tugas terstruktur untuk
Mata Kuliah Praktikum Konstruksi Jalan. Pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Faqih Maarif, A.Md.T., S.Pd.T., M.Eng., selaku Dosen Praktikum
Konstruksi Jalan, Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan, Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Saudara Muhammad Nuruzzaman, S.Pd., selaku Asisten Dosen yang
membersamai kami selama praktikum berlangsung.
3. Bapak Kimin Triono, S.Pd., selaku teknisi Laboratorium Konstruksi Jalan,
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Yogyakarta.
4. Teman-teman sekelompok yang telah bekerja sama dengan baik dalam
melaksanakan praktikum ini.
5. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan. Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak, agar penulisan laporan
berikutnya dapat lebih sempurna. Penulis mengharapkan, semoga laporan ini
dapat berguna khususnya bagi diri sendiri dan para pembaca umumnya. Tak lupa
penulis mengucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 08 Maret 2017


Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii

2
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR iv
A. Jenis Pengujian 1
B. Kajian Teori 1
C. Alat dan Bahan 3
D. Langkah Kerja 11
E. Penyajian Data 13
F. Pembahasan 14
G. Kesulitan Pelaksanaan Praktikum 19
H. Kesimpulan 20
I. Saran-Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN 23

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi Aspal Berdasarkan Penetrasi 3


Tabel 2. Data Pengamatan 14

3
Tabel 3. Toleransi/Ketentuan Hasil Pembacaan Arloji Penetrometer (SNI
2456-2011) 15
Tabel 4. Pengujian A 16
Tabel 5. Pengujian B 17
Tabel 6. Pengujian C 17
Tabel 7. Nilai Koefisien Varians 18

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pemeriksaan Penetrasi Aspal 1


Gambar 2. Penetration Test/Penetrometer 4
Gambar 3. Cawan Kosong (Kiri) dan Cawan Isi Aspal (Kanan) 4
Gambar 4. Termometer 5
Gambar 5. Stopwatch 5
Gambar 6. Palu 6
Gambar 7. Baskom 6
Gambar 8. Penjepit Cawan 7
Gambar 9. Kain Lap 7
Gambar 10. Alat Tulis 8
Gambar 11. Kompor listrik 8
Gambar 12. Sendok 9
Gambar 13. Piring 9
Gambar 14. Kamera handphone 10
Gambar 15. Aspal 10
Gambar 16. Minyak Tanah 11
Gambar 17. Es Batu 11
Gambar 18. Sket Hasil Uji Penetrasi 14
Gambar 19. Grafik Hubungan Suhu dengan Hasil Penetrasi Aspal 19
Gambar 20. Grafik Hubungan Suhu dengan Koefisien Varian pada Pengujian
Penetrasi Aspal 19

4
5
A. JENIS PENGUJIAN
Pada minggu ke empat tepatnya hari Selasa, 7 Maret 2017, pengujian
kedua yang dilakukan pada Praktikum Konstruksi Jalan adalah Pengujian
Penetrasi Aspal. Aspal yang digunakan dalam praktikum adalah aspal padat
yang telah dipanaskan pada pengujian pemanasan bahan bitumen di
Laboratorium Konstruksi Jalan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri
Yogyakarta.

B. KAJIAN TEORI
Menurut SNI 06-2456 (2011:iii), aspal merupakan bahan utama
pembentuk jalan yang difungsikan sebagai pengikat agregat yang mutu dan
jumlahnya sangat menentukan keberhasilan suatu campuran beraspal.
Penetrasi merupakan salah satu pemeriksaan dalam menentukan mutu aspal
yaitu sifat kekerasannya. Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan
dalam hal pengendalian mutu aspal atau tar untuk keperluan pembangunan,
peningkatan atau pemeliharaan jalan.
Selain itu, pengujian ini juga dipengaruhi oleh banyak faktor seperti:
a) Berat beban total; b) Ukuran sudut; c) Kehalusan permukaan jarum; d)
Temperatur; dan e) Waktu. Maka dari itu, pengujian harus dilakukan dengan
teliti dengan memenuhi persyaratan ukuran peralatan, waktu dan beban yang
digunakan dalam pengujian penetrasi. Dalam SNI 06-2456 (2011:iii), juga
diatur tentang tata cara pengujian penetrasi aspal sebagai pengendalian mutu
aspal agar diperoleh hasil pengujian yang akurat dan valid. Hal ini
dimaksudkan agar pengujian dapat dilakukan secara seragam. Diharapkan
SNI ini dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan praktikum.
Menurut Sukirman (1999:70), Aspal merupakan hasil produksi dari
bahan-bahan alam, sehingga sifat-sifat aspal harus selalu diperiksa di
laboratorium dan aspal yang memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan
dapat dipergunakan sebagai bahan pengikat perkerasan lentur.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk aspal keras adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Penetrasi
2. Pemeriksaan titik lembek
3. Pemeriksaan titik nyala dan titik bakar dengan cleveland open cup
4. Pemeriksaan penurunan berat aspal
5. Kelarutan aspal dalam karbon tetraklorida
6. Daktilitas
7. Berat jenis aspal
8. Vikositas kinematik
Menurut Sukirman (1999:71), Tujuan dari pemeriksaan penetrasi
adalah untuk memeriksa tingkat kekerasan aspal. Untuk prosedur
pemeriksaannya mengacu pada PA-0301-76 atau AASHTO T49-80. Langkah-
langkah pokok dalam pengujian ini adalah memasukkan jarum penetrasi
berdiameter 1 mm dengan dibebani seberat 50 gram sehingga diperoleh beban
total 100 gram (berat jarum+beban). Pembebanan dilakukan selama (50,5)
detik pada suhu (255)oC dan besar penetrasi diukur dan dinyatakan dalam
angka dalam kelipatan 0,1 mm.

Gambar 1. Pemeriksaan Penetrasi Aspal


(Sukirman, 1999:71)

Aspal keras dapat diklasifikasikan kedalam tingkatan berdasarkan


tiga sistem yang berbeda, yaitu viskositas, viskositas setelah penuaan dan
penetrasi. Masing-masing sistem mengelompokkan aspal dalam tingkatan
yang berbeda. Tabel dibawah ini menunjukkan klasifikasi aspal keras
berdasarkan uji penetrasi (Nyoman, 2002: 25).
Tabel 1. Klasifikasi Aspal Keras Berdasarkan Penetrasi (KPTS/II/3/1973)
Tingkat Penetrasi Aspal
Sifat Fisik Satuan
Pen. 40 Pen. 60 Pen. 80
o
Penetrasi 25 C,
100 gram, 5 0,1 mm 40-59 60-79 80-99
detik
Titik Lembek, o
C 51-63 50-58 46-54
25oC
Titik Nyala >200 >200 >225
Daktilitas, 25oC o
C >100 >100 >100
Kelarutan dalam
Tricholoroethylen cm >99 >99 >99
e
Penurunan berat % <0,8 <0,8 <1,0
Berat Jenis % >1,0 >1,0 >1,0
Penetrasi
Residu, 25 oC,
0,1 mm >58 >54 >50
100 gram, 5
detik
Daktilitas oC, cm cm - >50 >75

C. ALAT DAN BAHAN


Untuk dapat melakukan pengujian secara maksimal, maka pengadaan alat dan
bahan secara lengkap sangat diperlukan. Pada praktikum pengujian penetrasi
aspal ini, alat-alat dan bahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
1. Alat
Alat dalam praktikum berfungsi untuk mempermudah pelaksanakan
praktikum. Alat-alat itu antara lain sebagai berikut:
a. Penetration Test/Penetrometer
Penetration test merupakan seperangkat alat yang digunakan
untuk pengujian penetrasi aspal. Alat tersebut terdiri dari jarum
penetrasi, pemberat, dan dial indikator. Jarum adalah alat yang
nantinya digunakan untuk menusuk aspal. Pemberat digunakan agar
jarum mampu menusuk aspal dan dial indikator digunakan sebagai
alat yang memberitahukan jarum tersebut telah menusuk aspal
sedalam berapa milimeter. Dalam penggunaannya, Penetration test
dioperasikan oleh salah satu anggota praktikan yang bertugas
menekan dan melonggarkan pengereman alat. Dalam melakukan
tugasnya, penekanan dan pelonggaran rem alat disesuaikan dengan
waktu penetrasi yaitu (50,5) detik.

Gambar 2. Penetration Test/Penetrometer

b. Cawan
Dalam praktikum penetrasi, cawan digunakan sebagai wadah aspal
yang akan diuji penetrasi. Cawan yang digunakan cukup 1 buah.

Gambar 3. Cawan Kosong (Kiri) dan Cawan Isi Aspal (Kanan)

c. Termometer
Termometer yang digunakan adalah jenis tabung kaca. Sensor
termometer yang digunakan adalah air raksa. Ketelitian termometer
yang dipakai hingga mencapai suhu 200 oC. Pada pengujian ini
termometer digunakan untuk memastikan suhu aspal pada (255) oC
ketika di masukkan kedalam air es. Setelah itu, termometer juga
digunakan lagi untuk mengukur suhu menjelang aspal dilakukan uji
penetrasi, dan mengukur suhu pemanasan aspal ketika praktikum telah
usai pada suhu yang sama dengan sebelumnya yaitu 112oC.

Gambar 4. Termometer

d. Stopwatch
Stopwatch digunakan untuk pengukur waktu dalam
praktikum. Untuk itu, stopwatch yang digunakan harus akurat dan
praktikan yang menggunakannya juga harus profesional. Sebagaimana
yang disyaratkan dalam (SNI 2456:2011:3), untuk penetrometer yang
dijalankan secara manual dapat digunakan pengukur waktu apa saja
seperti stopwatch atau pengatur waktu elektrik yang terkalibrasi dan
mempunyai skala terkecil 0,1 detik atau kurang dengan kesalahan
tertinggi 0,1 detik setiap 60 detik.
Gambar 5. Stopwatch

e. Palu
Palu digunakan untuk memecahkan es batu agar dapat letakkan dalam
baskom.

Gambar 6. Palu

f. Baskom
Pada praktikum ini, baskom yang digunakan berjumlah 2 buah yang
semuanya diperuntukkan sebagai wadah air es.
Gambar 7. Baskom

g. Penjepit Cawan
Penjepit ini berbentuk seperti gunting dengan ujung yang
menggigit. Ujung penjepit ini adalah besi dan pengangannya dilapisi
dengan plastik agar tidak merambatkan panas. Dalam praktikum ini,
penjepit ini digunakan untuk menjepit cawan ketika suhu aspal
diturunkan (255)oC. Penjepit digunakan untuk mempermudah
memegang cawan saat dicelupkan ke dalam air es.

Gambar 8. Penjepit Cawan

h. Kain Lap
Dalam praktikum ini, kain lap digunakan untuk membersihkan jarum
dari kotoran yang menempel seperti aspal. Pembersihan tersebut
bertujuan agar jarum tetap bersih ketika praktik sehingga tidak
mempengaruhi penetrasi terhadap aspal.
Gambar 9. Kain Lap

i. Alat Tulis
Dalam praktikum kali ini, alat tulis digunakan untuk mencatat suhu
awal, suhu akhir, label cawan, laporan sementara dan hal-hal penting
lainnya. Alat-alat tulis yang digunakan antara lain adalah pensil, dan
pulpen.

Gambar 10. Alat Tulis

j. Kompor Listrik
Kompor yang digunakan adalah kompor bertenaga listrik
merek Maspion tipe S-302. Kompor ini berdaya cukup besar yaitu 600
Watt. Akan tetapi kompor ini juga memiliki kelebihan yaitu pengaman
temperatur dan ring pemanas anti lengket. Kompor ini difungsikan
sebagai alat pemanas aspal/bitumen.
Gambar 11. Kompor Listrik

k. Sendok
Sendok digunakan untuk pengaduk aspal ketika dipanaskan kembali
setelah melalui tahap penetrasi.

Gambar 12. Sendok

l. Piring
Piring yang digunakan terbuat bahan berupa dari besi. Hal ini
bertujuan agar piring dapat merambatkan panas dari kompor ke
cawan. Piring digunakan untuk pelapis antara cawan dengan kompor.

Gambar 13. Piring


m. Kamera Handphone
Dalam praktikum kali ini, kamera handphone memiliki fungsi utama
yaitu digunakan untuk mengambil dokumentasi alat bahan, dan proses
pelaksanaan baik berupa pengambilan gambar maupun video.

Gambar 14. Kamera Handphone

2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum antara lain sebagai berikut:
a. Aspal
Bitumen atau aspal adalah bahan utama yang digunakan dalam
praktikum kali ini. Aspal yang digunakan adalah bahan yang telah
dipanaskan pada praktikum sebelumnya. Banyak aspal yang
digunakan adalah sebanyak 1 cawan.

Gambar 15. Bitumen (Aspal)


b. Kerosene (Minyak Tanah)
Dalam praktikum ini juga disediakan minyak tanah atau kerosene
sebagai pembersih aspal yang menempel pada jarum penetrasi, cawan,
maupun meja.

Gambar 16. Minyak Tanah

c. Es Batu/Air Es
Air es yang disiapkan memiliki suhu (51)oC. Dalam praktikum ini, es
batu digunakan untuk menurunkan suhu aspal hingga (255)oC.

Gambar 17. Es batu

D. LANGKAH KERJA
Langkah kerja merupakan tahap-tahap yang dilakukan dalam pengujian pada
praktikum. Penyusunan langkah kerja yang baik adalah untuk memperoleh
hasil maksimal dalam praktikum.
Untuk langkah kerja pengujian penetrasi aspal adalah sebagai berikut:
1. Doa dibacakan sebelum praktikum dimulai.
2. Alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu.
3. Karena kondisi pengujian tidak ditentukan maka temperatur, berat total
dan waktu pengujian adalah 25C, 100 gram dan 5 detik.
4. Kemudian es dipecah dengan palu dan dimasukkan kedalam baskom.
5. Lalu, cawan aspal disiapkan dan dimasukkan kedalam baskom hingga
suhunya turun menjadi (255)C.
6. Jarum penetrasi dibersihkan dengan minyak tanah atau pelarut lain yang
sesuai kemudian dikeringkan dengan lap bersih dan dipasang pada
pemegang jarum. Apabila nilai penetrasi lebih besar dari 350 disarankan
menggunakan jarum penetrasi yang panjang.
7. Pemberat 50 gram diletakkan pada pemegang jarum untuk memperoleh
berat total (1000,1) gram kecuali disyaratkan berat total yang lain.
8. Penetrometer dipastikan kerataannya.
9. Jika suhu benda uji telah ada pada kisaran (255)C, benda uji diletakkan
dipenetrometer, kemudian jarum diturunkan perlahan-lahan hingga
menyentuh benda uji.
10. Ketika jarum diletakkan menyentuh benda uji, arloji penetrometer
diposisikan pada titik nol oleh praktikan yang lain.
11. Pemegang jarum dilepaskan selama waktu yang disyaratkan (50,1)
detik. Apabila wadah bergerak, pengujian dianggap gagap.
12. Setelah waktu dihentikan, secara besama-sama pemegang jarum ditekan
kembali, dan arloji penetrometer yang menunjukkan kedalaman tusukan
ditulis.
13. Kegiatan ini diulang sebanyak 9 kali dengan ketentuan jarak antar titik
penetrasi 10mm, jarak antara titik penetrasi dengan pinggiran cawan
10mm, dan wilayah aspal dicawan dibagi menjadi 3 bagian yaitu, A, B
dan C. Setiap bagian diuji penetrasi sebanyak 3 kali.
14. Jarum yang bersih selalu digunakan dalam setiap kali pengujian.
15. Proses pengujian didokumentasikan oleh salah satu praktikan dengan
cara memfoto menggunakan kamera handphone.
16. Hasil pengujian, cuaca, dan waktu dituliskan dilaporan sementara
kemudian dimintakan tanda tangan kepada dosen/asisten dan teknisi
laboratorium.
17. Setelah itu, cawan aspal yang selesai diuji dipanaskan kembali hingga
suhu 112oC dan disimpan untuk praktikum selanjutnya.
18. Alat serta bahan yang lain dikembalikan ke tempatnya dan laboratorium
dibersihkan.
19. Lalu laporan disusun sesuai format yang disyaratkan dan dikonsultasikan
minimal 1 kali serta dikumpulkan Selasa minggu depan setelah disetujui.

E. PENYAJIAN DATA
Hal-hal perlu diperhatikan dalam praktikum ini adalah ketelitian
dalam mengoperasikan penetrometer yang disesuaikan secara bersama-sama
dengan pemutaran waktu stopwatch. Maka dari itu, dalam proses praktikum
mahasiswa harus konsentrasi dan fokus. Hasil akhir dari praktikum ini adalah
kedalaman jarum dalam aspal ketika penetrasi selama (50,1) detik. Data
pengujian pemanasan aspal adalah sebagai berikut:
1. Waktu Pengujian
a. Hari/Tanggal : Selasa, 07 Maret 2017
b. Waktu : 11.00 sampai dengan 13.30 WIB
c. Cuaca : Berawan
2. Tempat Pengujian
Praktikum dilaksanakan pada hari di ruang Laboratorium Konstruksi
Jalan, Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Yogyakarta.
3. Hasil Pengujian
Praktikum dilakukan dengan cuaca di luar ruangan sukup terik, akan
tetapi cuaca tersebut tidak berpengaruh terhadap suhu di dalam ruang
laboratorium. Oleh karena itu, faktor pengaruh dari cuaca dapat diabaikan
dalam praktikum ini.
Tabel 2. Data Pengamatan

Nilai Penetrasi Waktu


No Notasi Suhu (oC)
(mm) (Detik)

1 A1 27,4 32 5,1
2 A2 28,7 53 5,0
3 A3 29,2 73 5,0
4 B1 26,0 18,5 5,0
5 B2 26,8 28 4,9
6 B3 27,7 56 5,0
7 C1 25,0 25 5,1
8 C2 27,0 35 5,1
9 C3 27,6 36 5,1

Gambar 18. Sket Hasil Uji Penetrasi

F. PEMBAHASAN
Dari praktikum pemanasan bahan bitumen yang telah dilakukan pada
minggu sebelumnya, aspal yang telah mencair karena dipanaskan hingga suhu
112oC didinginkan pada suhu ruangan. Aspal dicawan yang telah mendingin
sesuai dengan suhu ruangan siap digunakan untuk pengujian penetrasi aspal.
Benda uji yang mempunyai rata-rata 30oC direndam air es agar suhunya
menurun hingga (255)oC. Karena cuaca di luar ruangan berawan dan di
dalam ruangan tidak terdapat AC, maka suhu ruangan ikut meningkat
sehingga perendaman benda uji dilakukan sedikit lebih lama.
Suhu (255)oC dipakai karena pada keadaan itu aspal akan optimal
jika diuji. Setelah suhu benda uji telah mendekati ataupun tepat dengan suhu
optimal tersebut, maka pengujian dapat segera dilakukan. Pelaksaan
pengujian menggunakan penetrometer disesuaikan dengan syarat-syarat yang
telah ditentukan sebelumnya, seperti jarum uji harus selalu bersih, jarak
antara titik dengan titik maupun titik dengan pinggir cawan sebesar 1 mm,
dan lama pengujian (50,5) detik. Pembacaan jarum pada penetrometer
dilakukan mengacu pada ketentuan bahwa hasil hasil pembacaan tidak
melampui ketentuan/toleransi sebagai berikut:
Tabel 3. Toleransi/Ketentuan Hasil Pembacaan Arloji Penetrometer (SNI 2456-2011)
Hasil Penetrasi 0-49 50-149 150-249 250
Toleransi 2 4 6 8
Pengujian dilakukan selama 3 siklus dan setiap siklus terdapat 3 kali
penetrasi. Adapun pelaksanaan praktikum yang telah dilaksanakan, diperoleh
data yang sangat bervariasi yaitu sebagai berikut:
1. Pengujian Siklus A
Dalam pengujian ini suhu yang dipakai bervariasi. Pada titik 1
uji penetrasi terbaca sedalam 32 mm pada suhu 27,4 oC, titik 2 terbaca
sedalam 53 mm pada suhu 28,7oC, dan titik 3 terbaca sedalam 73 mm
pada suhu 29,2oC. Antara titik 1 dengan titik 2 terdapat selisih bacaan
penurunan sebesar 21, dan titik 2 dengan titik 3 terdapat selisih bacaan
penurunan sebesar 20. Dari kedua pengujian telah melewati bacaan
toleransi toleransi pada interval 0-49 dengan toleransi 2 dan interval 50-
149 dengan toleransi 4.
2. Pengujian Siklus B
Sama halnya dengan pengujian siklus pertama, dalam pengujian
ini juga suhu yang dipakai bervariasi. Pada titik 1 uji penetrasi terbaca
sedalam 18,5 mm pada suhu 26,0oC, titik 2 terbaca sedalam 28 mm pada
suhu 26,8oC, dan titik 3 terbaca sedalam 56 mm pada suhu 27,7 oC. Antara
titik 1 dengan titik 2 terdapat selisih bacaan penurunan sebesar 9,5, dan
titik 2 dengan titik 3 terdapat selisih bacaan penurunan sebesar 28. Dari
kedua pengujian telah melewati bacaan toleransi toleransi pada interval 0-
49 dengan toleransi 2 dan interval 50-149 dengan toleransi 4.
3. Pengujian Siklus C
Sama halnya dengan pengujian pada siklus sebelumnya, dalam
pengujian ini juga suhu yang dipakai bervariasi. Pada titik 1 uji penetrasi
terbaca sedalam 25 mm pada suhu 25,0oC, titik 2 terbaca sedalam 35 mm
pada suhu 27,0oC, dan titik 3 terbaca sedalam 36 mm pada suhu 27,6oC.
Antara titik 1 dengan titik 2 terdapat selisih bacaan penurunan sebesar 10,
yang berarti telah melewati bacaan toleransi toleransi pada interval 0-49
dan titik 2 dengan titik 3 terdapat selisih bacaan penurunan sebesar 1,
yang berarti masuk dalam kriteria yaitu dibawah angka toleransi yaitu 2.
Perhitungan varians, simpangan baku (standard deviation), dan koefisien
varians adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Pengujian A
Titik Bacaan ( y ) y - yy ( y - yy )2

1 32 -20,67 427,111

2 53 0,34 0,111

3 73 20,34 413,445
y = 158
0 ( y - yy )2 = 840,67
yy = 52,34

Rata rata ( yy ) = 158/3 = 52,34


(y y ) 2
Varians = n-1

840,67
= 2

= 420,34
Standar Deviasi = varian

= 420,34
= 20,50203
Standar Deviasi
Koefisien Varians = rata-rata x 100%

20,50203
= 52,34 x 100%

= 38,92791%

Tabel 5. Pengujian B
Titik Bacaan ( y ) y - yy ( y - yy )2

1 18,5 -15,67 245,45

2 28 -6,167 38,0278

3 58 21,834 476,6944
y = 102,5
0 ( y - yy )2 = 760,167
yy = 34,167

Rata rata ( yy ) = 102,5/3 = 34,167


2
(y y )
Varians = n-1

760,167
= 2

= 380,083

Standar Deviasi = varian

= 420,34
= 19,49573
Standar Deviasi
Koefisien Varians = rata-rata x 100%
19,49573
= 34,167 x 100%

= 57,06066%

Tabel 6. Pengujian C
Titik Bacaan ( y ) y - yy ( y - yy )2

1 25 -7 49

2 35 3 9

3 36 4 16
y = 96
0 ( y - yy )2 = 74
yy = 32

Rata rata ( yy ) = 96/3 = 32


2
(y y )
Varians = n-1

74
= 2

= 37

Standar Deviasi = varian

= 37
= 6,082763
Standar Deviasi
Koefisien Varians = rata-rata x 100%

6,082763
= 32 x 100%
= 19,00863%
Tabel 7. Nilai Koefisien Varians
Pengujian Suhu (C) Nilai Koefisien Varians (%)
I 28,433 38,92791
II 26,833 57,06066
III 26,533 19,00863

30
29
28
27

Temperatur (OC) 26
25
24
23
22
10 20 30 40 50 60 70 80

Nilai Penetrasi (mm)

SIKLUS A SIKLUS B SIKLUS C

Gambar 19. Grafik Hubungan Suhu dengan Hasil Penetrasi Aspal

29
28.44
28
27= 0.01x + 26.8826.88
Suhu (oC)f(x) 26.53
R26
= 0.04
25
10 20 30 40 50 60
Koefisien Varians (%)

Gambar 20. Grafik Hubungan Suhu dengan Koefisien Varians pada Pengujian
Penetrasi Aspal

G. KESULITAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM


Praktikum pertama berjalan cukup lancar. Hampir tidak ada kendala yang
berarti yang terjadi ketika persiapan maupun proses praktikum berlangsung.
Namun ada sedikit kesulitan dalam pelaksanaan antara lain:
1. Suhu ruangan
Karena keterbatasan laboratorium sehingga tidak dapat diciptakannya
atmosfer atau suhu ruangan yang baik pada proses pendinginan aspal
sehingga kurang tepat dalam penentuan suhu dan keterbatasan waktu juga
yang tidak dapat mendapatkan hasil yang optimal pada benda uji.
2. Alat bekerja kurang baik
Alat yang digunakan untuk praktikum tidak berfungsi optimal karena
pengaturan lock screw (pengunci jarum) sudah tidak bekerja dengan baik.
3. Keterbatasan alat
Alat yang digunakan terbatas sehingga dalam melakukan praktikum,
setiap kelompok harus berhantian. Hal ini tentu berpengaruh dan terlalu
banyak waktu yang terbuang.
4. Ketelitian
Dalam praktikum ini, untuk mentepatkan antara waktu penetrasi dan
pengaturan alat sangat sulit. Maka dari itu dibutuhkan konsentrasi dan
keseriusan dalam praktikum agar dapat berjalan dengan efisien.

H. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum penetrasi aspal yang telah dilakukan dapat di simpulkan
sebagai berikut:
1. Praktikum penetrasi dilakukan untk menguji keras atau lembeknya (padat
atau semi padat) aspal dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran 1 mm,
beban 100 gram dan waktu (50,5) detik ke dalam aspal pada suhu yaitu
(255)C.
2. Dari hasil pengujian penetrasi di atas didapat bahwa rata-rata dari penetrasi
adalah 39,611 mm termasuk jenis Aspal Pen 40, sehingga semakin besar
nilai penetrasi maka makin lunak aspal yang di uji, maka pada pengujian
ini aspal tergolong aspal keras.
I. SARAN-SARAN
Ada beberapa saran yang diberikan agar praktikum berikutnya dapat berjalan
dengan lancar, antara lain:
1. Penataan Alat dan Bahan Praktikum
Sebenarnya sangat disayangkan praktikum seperti ini dilakukan
ditempat yang kurang luas, karena hal ini akan berdampak pada ruang
gerak praktikan. Dalam ruang yang kurang luas dan pada suhu yang
cukup panas, praktikan rawan melakukan kesalahan dan lalai terhadap
K3. Oleh karena itu, untuk mengakali ruang yang terbatas adalah dengan
melakukan penataan alat dan bahan yang lebih terkoordinasi. Diusahakan
untuk memberikan space antar kelompok yang sedang praktik sehingga
memberikan ruang gerak yang lebih untuk anggota kelompoknya
melakukan praktek dengan maksimal. Selain itu, kelompok yang
menunggu giliran praktek juga harus dikondisikan agak berjauhan agar
tidak mengganggu kelompok yang sedang praktek.
2. Fasilitas Ruang
Praktikum konstruksi jalan merupakan salah satu pengujian
yang cukup sulit dilakukan. Ada banyak faktor yang harus diperhatikan
agar proses pelaksanaannya berjalan dengan lancar. Salah satu faktor yang
berpengaruh ada suhu. Kegiatan praktikum akan mudah terpengaruh oleh
perubahan suhu jika cuaca terlalu ekstrim. Selain akan mempengaruhi
hasil pengujian, hawa panas yang dihasilkan juga akan berpengaruh
terhadap fokus praktikan saat pengujian. Oleh karena itu, dengan adanya
AC memungkinkan suhu ruang lebih stabil dan meningkatkan kinerja
praktikan.
3. Aktivitas Praktikan
Untuk praktikum selanjutnya, asisten dosen ataupun dosen harus
mengkondisikan praktikan untuk kerja lebih serius, teliti dan
mengutamakan kesehatan serta keselamatan kerja. Hal itu dikarenakan
pada praktikum pertama masih terlihat mahasiswa yang terlihat main-
main dan mengesampingkan K3.
DAFTAR PUSTAKA

Standar Nasional Indonesia 06-2456-2011. Cara Uji Penetrasi Aspal. Jakarta:


Badan Standarisasi Nasional

Suaryana, Nyoman, dkk. (2002). Pekerjaan Campuran Beraspal Panas.


Departemen Pekerjaan Umum: Jakarta

Sukirman, Silvia. (1999). Perkerasan Lentur Jalan Raya. Nova: Bandung.

TIM TAS FT UNY. (2013). Pedoman Penyusunan Tugas Akhir Skripsi Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta
LAMPIRAN
1. Laporan Sementara
2. Dokumentasi Praktikum
Gambar 1. Aspal direndam Es

Gambar 2. Praktikan Mencatat Hasil Praktikum

Gambar 3. Aspal setelah diuji Penetrasi


3. Lembar Konsultasi
LEMBAR KONSULTASI PRAKTIKUM KONTRUKSI JALAN
NAMA : TUNGGUL PRATONGGOPATI
KELAS : 6B1
NIM : 14505241056

NO. TANGGAL KONSULTASI PARAF


Pra ACC.

Anda mungkin juga menyukai