Setelah mempelajari bab ini, Mahasiswa diharapkan mampu:
Mengetahui dan menjelaskan jalan perkotaan Mengetahui dan mampu menjelaskan kecepatan dan waktu tempuh Mengetahui dan menjelaskan tentang kerapatan lalu lintas Mengetahui dan menjelaskan tingkat pelayanan jalan Mengetahui dan menjelaskan arus dan komposisi lalu lintas Mengetahui dan menjelaskan kapasitas jalan raya Mengetahui dan menjelaskan metode peramalan lalu lintas Mendiskusikan penelitian tentang karakteristik lalu lintas Tipe jalan perkotaan: 1. Jalan dua lajur dua arah (2/2 UD). 2. Jalan empat lajur dua arah. Tak terbagi (tanpa median) (4/2 UD). Terbagi (dengan median) (4/2 D). 3. Jalan enam lajur dua arah terbagi (6/2 D). 4. Jalan satu arah (1-3/1). Pengertian dari ketiga kelompok jalan tersebut adalah: Jalan arteri adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata- rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien Jalan kolektor adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan/pembagian dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Derajat Kejenuhan kecepatan dibagi menjadi tiga jenis: Kecepatan setempat (Spot Speed), Kecepatan bergerak (Running Speed) Kecepatan perjalanan (Journey Speed)
Hubungan antara kecepatan (V) dan waktu tempuh (TT),
dinyatakan dalam persamaan berikut ini V = L/TT Dimana: V = Kecepatan rata-rata LV (km/jam) L = Panjang segmen (km) TT = Waktu tempuh rata-rata LV panjang segmen jalan (jam) Kerapatan: Rasio perbandingan arus terhadap kecepatan rata-rata, dinyatakan dalam kendaraan (smp) per kilometer (km). Arus, kecepatan, dan kerapatan merupakan unsur dasar pembentuk aliran lalu lintas. Pola hubungan yang diperoleh dari ketiga unsur tersebut adalah: 1.arus dengan kerapatan, 2.kecepatan dengan kerapatan, 3.arus dengan kecepatan. Hubungan antara kecepatan, arus, dan kerapatan Tingkat Pelayanan Jalan suatu ukuran yang digunakan untuk mengetahui kualitas suatu ruas jalan tertentu dalam melayani arus lalu-lintas yang melewatinya. Hubungan Volume per Kapasitas (Q/C) dengan Tingkat Pelayanan Untuk Lalu Lintas Dalam Kota Semua nilai arus lalu lintas (per arah dan total) diubah menjadi satuan mobil penumpang (SMP) dengan menggunakan ekivalensi mobil penumpang (EMP) 1. Kendaraan ringan (LV), termasuk mobil penumpang, minibus, pick up, truk kecil, jeep. 2. Kendaraan berat (HV), termasuk truk dan bus. 3. Sepeda motor (MC). 4. Kendaraan tidak bermotor (UM). Hambatan Samping: Dampak terhadap kinerja lalu lintas dari aktivitas samping segmen jalan, seperti: 1. pejalan kaki yang berjalan atau menyeberang sepanjang segmen jalan, 2. angkutan umum dan kendaraaan lain yang berhenti dan parkir, 3. kendaraan bermotor yang keluar masuk dari/ke lahan samping/sisi jalan, 4. arus kendaraan yang bergerak lambat. Faktor Jalan Prasarana (Rambu-rambu, Marka jalan, Alat pemberi isyarat lalu lintas, Alat pengawasan, pengendali dan alat pengamanan pemakai jalan) Lokasi Jalan (Dalam kota dan luar kota) Volume Lalu Lintas Kelas Jalan Fasilitas pendukung (fasilitas pejalan kaki, parkir pada badan jalan, halte, tempat istirahat, dan penerangan jalan) Konsep Rekayasa Lalu Lintas Masa Depan Faktor Lingkungan, Lingkungan sebagai sumber informasi Penglihatan Sentuhan Pendengaran Kebisingan Cuaca Masalah Lalu Lintas Kombinasi dua atau lebih faktor yang saling mempengaruhi situasi lalu lintas meliputi: Faktor manusia Faktor Kendaraan Faktor Jalan Faktor Lingkungan Faktor manusia Mental, perilaku, etika, sopan santun, toleransi, kematangan dalam pengendalian emosi serta kepedulian pengguna jalan yang membudaya Pengetahuan dan pemahaman terhadap setiap aturan dan karakteristik kendaraan. Keterampilan mengendalikan kendaraan Faktor Kendaraan Kuantitas Kendaraan Kualitas Kendaraan, pemeliharaan kendaraan diharapkan dapat: a) Mengurangi jumlah kecelakaan b) Mengurangi jumlah korban kecelakaan pada pemakai jalan lainnya c) Mengurangi besar kerusakan pada kendaraan bermotor d) Kendaraan dapat tetap laik jalan e) Komponen kendaraan selalu dalam kondisi siap untuk dioperasionalkan Nilai Normal Komposisi Lalu Lintas EMP Untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi Perhitungan kondisi lalu lintas: 1. Perhitungan pemisah arah dapat dihitung melalui persamaan berikut: SP = QDH.1 / QDH.1+2 (3.2) dimana: SP = Pemisah arah (kend/jam) QDH.1 = Arus total arah 1 QDH.1+2 = Arus total arah 1 + 2 2. Perhitungan faktor satuan mobil penumpang dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut: FSMP = Qsmp / Qkend (3.3) Keterangan : FSMP = Faktor satuan mobil penumpang Qsmp = Arus total kendaraan dalam smp Qkend = Arus total kendaraan Hambatan samping : Dampak terhadap kinerja lalu lintas dari aktivitas samping segmen jalan yang ditunjukkan dengan faktor jumlah berbobot kejadian, yaitu frekuensi kejadian sebenarnya dikalikan dengan faktor berbobot kendaraan. Kelas Hambatan Samping untuk Jalan Perkotaan Jumlah Berbobot Kelas Hambatan Kode Kejadian per 200m Kondisi Khusus Samping (SFC) per jam (dua sisi) Daerah pemukiman: Sangat rendah VL < 100 dengan jalan samping Daerah pemukiman: Rendah L 100 - 299 beberapa kendaraan umum Daerah industri: Sedang M 300 - 499 beberapa toko di sisi jalan Daerah komersial: Tinggi H 500 - 899 aktifitas sisi jalan Daerah komersial: Sangat tinggi VH >900 aktifitas pasar di sisi jalan Kecepatan Arus Bebas FV = (FV0 + FVW) FFVSF FFVCS dimana: FV = Kecepatan arus bebas kendaraan ringan (km/jam) FV0 = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan (km/jam) FVW = Penyesuaian lebar lajur lalu lintas efektif (km/jam) FFVSF = Faktor penyesuaian kondisi hambatan samping FFVCS = Faktor penyesuaian ukuran kota. Kecepatan Arus Bebas Dasar (FV0) Kapasitas (C) C = Co FCw FCsp FCsf FCc (3.5) dimana: C = Kapasitas (smp/jam) Co = Kapasitas dasar (smp/jam) FCw = Faktor penyesuaian lebar lajur FCsp = Faktor penyesuaian pemisah arah FCsf = Faktor penyesuaian hambatan samping FCcs = Faktor penyesuaian ukuran kota Kapasitas Dasar (Co) Kapasitas Dasar Jalan Perkotaan Penyesuaian Lebar Jalur Lalu lintas Efektif (FCW) Tipe Jalan Lebar Jalur Lalu FCw (km/jam) Lintas Efektif (Wc) (m) Per lajur 3,00 -4 Empat lajur 3,25 -2 terbagi/jalan 3,50 0 satu arah 3,75 2 4,00 4 Empat lajur tak Per lajur terbagi 3,00 -4 3,25 -2 3,50 0 3,75 2 4,00 4 Dua lajur tak Per lajur terbagi 5 -9,5 6 -3 7 0 8 3 9 4 10 6 11 7 Faktor Penyesuaian Pemisah Arah (FCsp) Faktor Penyesuaian Kecepatan untuk Hambatan Samping (dengan kereb) (FCSF) Jalan kereb penghalang Wg (m) Kelas Tipe Jalan Hambatan < 0,5 m 1,0 m 1,5 m > 2,0 m Samping (SFC) Sangat rendah 1,02 1,03 1,03 1,04 Rendah 0,98 1,00 1,02 1,03 Empat lajur Sedang 0,94 0,97 1,00 1,02 terbagi 4/2 D Tinggi 0,89 0,93 0,96 0,99 Sangat Tinggi 0,84 0,88 0,92 0,96 Sangat rendah 1,02 1,03 1,03 1,04 Empat lajur Rendah 0,98 1,00 1,02 1,03 tak terbagi Sedang 0,93 0,96 0,99 1,02 4/2 D Tinggi 0,87 0,91 0,94 0,98 Sangat Tinggi 0,80 0,86 0,90 0,95
Dua lajur tak Sangat rendah 1,00 1,01 1,01 1,01
terbagi 2/2 Rendah 0,96 0,98 0,99 1,00 UD atau Sedang 0,90 0,93 0,96 0,99 jalan satu Tinggi 0,82 0,86 0,90 0,95 arah Sangat Tinggi 0,73 0,79 0,85 0,91 Faktor Bobot Untuk Hambatan Samping Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCcs) Metode Peramalan i = P1 + P2 +.+ Pn N Pn = Po (1+i)n (3.7) Dimana: i = Pertumbuhan variabel rata-rata Pn = Jumlah variabel pada tahun ke n Po = Jumlah variabel pada tahun dasar rata rata N = Jumlah tahun yang dihitung n = Tahun ke n Daftar Pustaka
Anonim (1994), Highway Capacity Manual, Washington DC: Transportation
Research Board, National Research Council, Anonim (1997), Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum RI Anonim (2006), Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu lintas di Jalan, Jakarta: Menteri Perhubungan RI Munawar, A, (2006), Manajemen Lalu Lintas Perkotaan, Yogyakarta: Beta Offset Morlok, E. (1995). Pengantar teknik dan perencanaan transportasi. Jakarta: Erlangga Oglesby, E.K, dan Hicks, R.G. (1988), Teknik Jalan Raya, Jakarta: Penerbit Erlangga Indrajaya, Yupiter; Riyanto, Bambang dan Widodo, Dasat (2003), Pengaruh Penyempitan Jalan (Studi Kasus pada Ruas Jalan Kota Demak Kudus Road, Km. 5), Semarang: Jurnal PILAR Volume 12, Nomor 2, September 2003, Universitas Diponegoro Tamin, O.Z. (1997). perencanaan dan permodelan transportasi. Bandung: Penerbit Tarsito. Latihan Soal
Jelaskan apa yang dimaksud dengan kecepatan dan waktu tempuh!
Bagaimana hubungan antara kecepatan, kerapatan dan arus lalu lintas? Berikan contoh pada kondisi lalu lintas di Surabaya ! Apa yang dimaksud dengan derajat kejenuhan ? Dan bagaimana mengatasi hal tersebut? Apa yang dimaksud dengan arus dan komposisi lalu lintas? Berikan contoh tentang hal tersebut ! Bagaimana cara mengaplikasikan metode peramalan yang anda ketahui? Data-data apa saja yang dibutuhkan dan darimana data- data tersebut dapat diperoleh? Apa yang dimaksud dengan kapasitas jalan raya? Berikan contohnya ! Jelaskan konsep tentang hambatan samping dan aplikasinya dalam rekayasa lalu lintas!