Monograf Adiksi Psikiatri
Monograf Adiksi Psikiatri
PENDAHULUAN
fungsi sosial dan okupasional. Istilah NAPZA (Narkotika, psikotropika, dan Zat
Adiktif lainnya) lebih tepat dibandingkan dengan istilah Narkoba karena di dalarn
dampak buruk bagi fisik, mental, emosional serta sosial bagi penggunanya.
Dampak buruk yang lebih luas, penyalahgunaan zat ini dapat merusak masa depan
pesat. Prevalensi HIV di Indonesia sebesar 0,16% dari populasi penduduk dengan
berisiko tinggi seperti LSL, pekerja seks, waria dan penasun. Laporan
1
usia produktif (Ditjen PP & PL kemenkes RI 2012). Persentase kumulatif HIV
paling banyak ditemukan kasus pada kelompok umur 20 49 tahun (87,4%) dan
pada kasus AIDS paling banyak terdeteksi pada kelompok umur 20 29 tahun
pengguna narkoba. Hal ini sesuai dengan data yang dilaporkan oleh ditjen P2PL
tahun 2014 menyatakan bahwa pengguna NAPZA suntik menduduki posisi kedua
Narkoba dengan cara suntik yang dipakai bersama yaitu heroin, menjadi isu
penting saat ini, karena menjadi jalur pintu masuk penularan berbagai penyakit
2014, jumlah kumulatif kasus AIDS menurut faktor resiko kelompok pengguna
narkoba suntik (penasun) pada tahun 2013 menempati urutan kedua yaitu
sebanyak 8.462 kasus (Kemenkes RI, 2013; Damayanti, 2015; Pratiwi, et al.,
2014).
Provinsi Bali sebagai pulau wisata merupakan salah satu provinsi yang
Berdasarkan data dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Bali tahun
2009, estimasi jumlah penasun di Provinsi Bali pada tahun 2010 adalah 700 800
orang dan pada tahun 2012 adalah 1.959 penasun. Jumlah kumulatif kejadian
2
HIV/AIDS dari tahun 1987 sampai dengan Desember 2014 yang disebabkan
faktor resiko kelompok penasun berdasarkan data dari KPA Provinsi Bali adalah
819 kasus. Faktor risiko penularan HIV/AIDS melalui penasun di provinsi Bali
Umum Pendidikan (RSUP) Sanglah Denpasar, berdiri sejak tahun 2003. Data lima
tahun terakhir menunjukkan penurunan jumlah klien metadon aktif, dimana pada
awal berdiri tahun 2003 berjumlah kurang lebih 80-an orang, tahun 2004 sampai
2005 naik menjadi kurang lebih 100-an orang, namun data terakhir tahun 2015
metadon suatu terapi jangka panjang sehingga perlu pengawasan ketat dari
petugas kesehatan, karena resiko untuk putus terapi atau drop out cukup tinggi.
Kepatuhan klien sangat diperlukan dalam terapi rumatan metadon, agar retensi
atau bertahannya dalam proses terapi cukup tinggi. Secara umum ketidakpatuhan
3
Persepsi dan sikap pada masyarakat dan pemberi pelayanan kesehatan
tenaga kesehatan terhadap gangguan jiwa dan NAPZA itu sendiri. Banyak tenaga
kesehatan yang masih menganggap bahwa masalah kesehatan jiwa dan NAPZA
identik dengan gangguan jiwa berat atau skizofrenia yang dikenal dengan orang
gila hanya bisa ditangani oleh psikiater di RS Jiwa. (Directorate of Mental Health
Care, 2006)
disebabkan karena ketidaktahuan serta pengertian yang salah dari keluarga atau
(Sulistyorini 2013).
dialami oleh klien selama mendapatkan pelayanan yang dirasa cukup berpengaruh
terhadap outcome klien. Secara luas, sebagai sumber informasi bagi praktisi
kesehatan di PTRM Sandat RSUP Sanglah, yang dapat digunakan sebagai dasar
dalam memberikan pendekatan atau penanganan yang lebih optimal dan efektif,
4
BAB II
berdasarkan penilaian sosial yang diberikan pada beberapa orang atau kelompok
yang tercemar atau lebih rendah. (Pescosolido, Martin, Lang, dan Olafsdottir ,
2008 )
Stigma juga dipikir seperti atribut stereotip yang tidak menguntungkan dan
stereotip, pemisahan, penurunan status, dan diskriminasi (Link & Phelan, 2001)
hal meresap dan global devaluasi dari karakteristik dasar yang dimiliki
seseorang, terkait untuk keanggotaan dalam sebuah kelompok yang tanpa belas
Diterapkan khusus pada penyakit mental. Stigma mengacu pada penilaian sosial,
degradasi, atau devaluasi dari individu karena mereka memiliki gejala penyakit
mental atau telah berlabel memiliki penyakit mental (Abdullah & Brown,2011)
Terkadang, pengidap penyakit mental diberi stigma. Masyarakat umum kerap kali
tidak tahu tentang penyakit mental karena kurang informasi atau salah informasi.
5
Stigma adalah stempel negatif terhadap sekelompok orang karena adanya
berbeda dan terpisah dari kelompok masyarakat lainnya. Stigma, atribut buruk
yang dilekatkan pada suatu individu atau sekelompok orang, sehingga individu
atau kelompok tersebut tidak lagi dikenali sebagai individu atau kelompok yang
utuh dengan berbagai sifat yang dimiliki, melainkan hanya berdasarkan sifat atau
VCT ataupun rehabilitasi. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Meiberg
NAPZA suntik untuk menerima stigma dan ketakutan untuk mengetahui status
HIV positif merupakan penghambat utama seseorang melakukan tes HIV dan
mereka yang pernah melakukan perilaku berisiko tinggi tertular HIV-AIDS masih
Amerika Serikat harus diperluas untuk lebih menjelaskan peran budaya. Artikel
ini meneliti hubungan antara stigma penyakit mental dan kebudayaan Indian
Amerika bagi Amerika Serikat dari, Asia, Afrika, Latino, Timur Tengah, dan
keturunan Eropa. Dalam tinjauan ini, budaya mengacu pada keyakinan, nilai-nilai,
6
dan norma dari ras atau etnis. Kepustakaan yang ditinjau ulang menunjukkan
bahwa masih ada perbedaan stigma di antara berbagai kelompok budaya; namun,
kualitatif dan kuantitatif nilai budaya itu penting berkenaan dengan stigma,
terutama bagi Asia Amerika dan Afrika Amerika. Kurang diketahui mengenai
interaksi antara nilai budaya dan stigma penyakit mental untuk kelompok
jauh lebih positif terhadap orang dengan masalah kesehatan mental. Usia muda,
kulit putih, perempuan, berada pada tingkat empat universitas, yang akrab dengan
masyarakat terkait gangguan jiwa dan pengguna NAPZA itu sendiri. Prasangka
merupakan masalah dari sikap, baik itu dari penderita yang mengarah pada stigma
Sedangkan diskriminasi merupakan masalah dari perilaku, baik itu dari penyedia
7
Selama ini banyak mitos yang mempengaruhi masyarakat dengan stigma
stigma negatif tentang penderita gangguan jiwa akibat NAPZA atau pengguna
stigma adalah pengguna NAPZA yang disertai dengan gangguan jiwa yang
maksimal, drop out dari pengobatan, pemasungan dan pemahaman yang berbeda
berguna.
8
Dikenal istilah stigma eksternal atau disebut juga stigma sosial, yaitu
pekerjaan.
label yag diberikan oleh individu atau kelompok lain yang berhubungan
berinteraksi di lingkungannya.
9
Sedangkan stigma internal adalah penilaian atau sikap terhadap dirinya sendiri
berhubungan dengan keadaannya yang disebut juga dengan self stigma, yang
dengan tilikan dan kognitif yang mulai membaik, yang cenderung low self
sebagian besar orang pengguna NAPZA yang melakukann rehabilitasi. Stigma ada
berbagai jenis : public stigma, self-stigma, dan label avoidance, yang masing-
setelah penyakit didiagnosis tapi juga sebelum itu, tetapi juga sejak ekspresi
yang cost effective dalam mengurangi resiko kekambuhan dan outcome yang
buruk yang dipapar secara rutin oleh stigma. Di samping itu, akan memberikan
10
keuntungan untuk meningkatkan kualitas hidup, Jika secara rutin menerima
informasi seputar stigma, dan juga bila diajarkan menggunakan strategi sederhana
11
BAB III
reduction), dan pengurangan dampak buruk (harm reduction). Salah satu kegiatan
sediaan cair, dengan cara diminum. Pendekatan ini dikenal sebagai Program
Rumatan Metadon (PRM). PRM merupakan salah satu terapi pengganti opiat
2015).
12
Tujuan akhir secara umum yang diharapkan dari PTRM adalah:
Memperbaiki fungsi sosial dan kualitas hidup; 7) Menjaga kehamilan dan proses
yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa yang terjadi atau dialami
individu pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi
Pengalaman klien atau pasien bisa menjadi cara yang efektif bagi sarana
pelayanannya. Pengalaman dalam mengakses layanan oleh klien atau pasien bisa
menjadi informasi penting karena hal tersebut terjadi saat pasien mendapatkan
pengguna NAPZA suntik untuk memutuskan tes HIV. Dengan populasi target ini
13
dapat diidentifikasi berbagai isu yang terlibat sehingga lebih memahami motivasi
layanan oleh penasun diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan di Rhode Island
terhadap tes HIV, pengobatan serta vaksinasi hepatitis dan HIV. Penelitian
terhadap isu yang unik serta sikap mereka terhadap pengobatan untuk hepatitis
karena itu, hasil penelitian ini menekankan pentingnya kerjasama antara rumah
Waria dan LSL yang dapat menghambat akses ke layanan VCT(Pisani E, et al.,
2014).
14
3.3 Motivasi klien
Secara etimologis, motif atau dalam bahasa inggrisnya motive berasal dari
motivation, yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Jadi istilah motif erat
kaitannya dengan gerak, yakni gerakan yang dilakukan oleh manusia atau disebut
rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku.
Motivasi merupakan istilah yang lebih umum yang menunjuk pada seluruh proses
gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri
individu, tingkah laku yang ditimbulkannya dan tujuan atau akhir dari gerakan
motif, membangkitkan daya gerak atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri
untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau tujuan.
Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan perilaku
artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan
1. Motivasi Ekstrinsik
lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik ini sering dipengaruhi oleh
2. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu
15
Untuk dapat memotivasi pengguna NAPZA suntik agar mau memanfaatkan
layanan PTRM Sandat, diperlukan adanya dukungan dari semua pihak baik itu
2011).
Penelitian di Long Island New York tahun 2013 yang bertujuan untuk
2013).
program pelayanan. Hal ini dikarenakan ada rasa takut dan cemas jika mereka
16
motivasi seringkali diikuti dengan tindakan. Ketika motivasi seseorang rendah
maka seseorang tersebut akan lebih diam dan ketika motivasi seseorang tinggi
halangan atau rintangan.Hambatan memiliki arti yang sangat penting dalam setiap
melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan. Suatu tugas atau pekerjaan tidak akan
dalam kehidupan sehari-hari, baik dari diri manusia itu sendiri ataupun dari luar
beberapa hal yang menjadi penghambat tercapainya tujuan, baik itu hambatan
yang masih rendah menjadi faktor utama serta terdapat kecemasan dan rasa takut
Terdapat beberapa hambatan yang didapatkan oleh para penasun baik yang
Odha maupun yang HIV negatif selama memanfaatkan layanan VCT dan CST
17
serat rehabilitasi yaitu masih tingginya stigma dan diskriminasi dari petugas di
secara langsung serta waktu dilakukannya pelayanan yang tidak sesuai dengan
waktu luang mereka untuk melakukan kunjungan langsung ke layanan, hal inilah
18
BAB IV
ILUSTRASI KASUS
klien yang melakukan terapi rumatan metadon, pada LSM yang melakukan
wawancara juga dilakukan pada petugas konselor yang bertugas membantu klien
dalam terapi di PTRM. Untuk melihat stigma yang dirasakan oleh klien kami juga
Kuesioner yang kami gunakan berupa Skala Stigma Internalisasi Burger untuk
PTRM setelah tertangkap dalam kasus NAPZA dan memulai rehabilitasi pada
Pas keluar dari situ diajaklah oleh kalima, kalima itu yayasan juga kaya
yakeba. Diajak oleh dia bayar 20 juta supaya bisa rawat jalan, karena
sebelumnya aku disuruh milih mau rehab di Bogor bayar 2 juta sampai 3
juta selama 2-3 bulan karena oleh polisinya ga dikasi kalau ga bayar,
awalnya emang ga pengen rehab. Setelah itu ikut metadon karena di
Jakarta sebelum ke Bali. .
(Klien PTRM 27 th)
19
Hal tersebut sejalan dengan hasil wawancara pada Konselor PTRM yang
berikut kutipannya :
Klien di PTRM beberapa melanjutkan terapi metadon nya bisa itu dari
kota lain atau dari luar seperti Australia.
(Konselor PTRM 47 th)
karena harus antri, terkadang kalau mau mendapatkan resep obat harus lama
Dari hasil wawancara dengan klien tersebut, hal ini sejalan dengan
wawancara kepada LSM yang mengatakan bahwa beberapa kejadian yang sering
dikeluhkan oleh klien adalah bila harus menunggu konsultasi dokter residen
wawancaranya :
20
Kemarin sempat ada masalah ketika temen-temen ga faham kalau dokter
harus konsultasi dengan dokter yang lebih senior, nah hal menunggu
resep itu yang kadang-kadang ndak sabaran, ngamuk di depan sampai
berenti minum metadon.
(LSM 38 th)
Dari kutipan hasil wawancara dengan klien PTRM, dapat dilihat bahwa
sikap pasif klien terhadap layanan dikarenakan pengalaman yang pernah dirasakan
Klien memiliki sikap tidak sabaran dan emosional saat akses langsung ke
merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku
suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Biasanya sikap diperoleh dari
sikap dapat terbentuk atau berubah melalui empat cara : adopsi yaitu melalui
21
dengan suatu objek, trauma yaitu pengalaman yang meninggalkan kesan
Dari hasil wawancara ini dapat disimpulkan sikap klien terhadap layanan
penyebab enggan mengakses layanan PTRM secara mandiri. Menurut (Daehler &
Bukatko, 1985 dalam Syah, 2003), pengalaman dapat diartikan sebagai memori
episodic yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa yang terjadi atau
dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi
otobiografi.
dengan yang tidak minum metadon ternyata menurut partisipan yang minum
metadon rutin lebih sehat, selain itu dukungan keluarga dan berpikir tentang anak
muncul untuk memanfaatkan layanan karena pendampingan rutin oleh LSM dan
ada tempat untuk menyampaikan masalah yang klien alami. Berikut kutipannya :
22
Kan saya punya anak, umurnya 8 bulan saya mau berenti make dan
semoga 2018 sudah bisa ga minum metadon lagi. Jadi pas itu saya udah
klin semua obat-obatan boty juga. Saya mau lulus kuliah dan kerja
besarin anak. Motivasi lain karena dibantu temen LSM untuk berenti.
(Klien PTRM 27 th)
berikut kutipannya :
dapat dipengaruhi oleh sistem kesehatan yang berlaku, seperti sistem rujukan dan
kutipan wawancaranya :
23
Sedangkan wawancara mendalam dengan Konselor PTRM menjelaskan bahwa
membangkitkan daya gerak atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk
berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau tujuan. Motivasi
adalah proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan perilaku artinya
perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan
lama.
motivasi klien ada dari luar diri (motivasi ekstrinsik) berupa dukungan LSM
konselor yaitu memberikan konseling mulai dari awal terapi dan evaluasi berkala,
24
bahwa rujukan sosial merekomendasikan untuk melakukan suatu perilaku maka
orang tersebut akan cenderung merasakan tekanan sosial untuk berniat melakukan
perilaku tersebut dan sebaliknya. Hal ini sejalan dengan penelitian Saptari (2013)
yang menyatakan bahwa kontrol diri seseorang dikategorikan menjadi kontrol diri
lemah dan kuat. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan seseorang
yang memiliki kontrol diri yang kuat akan lebih bersikap positif sehingga ada
Selain motivasi ekstrinsik diatas didapatkan juga motivasi dari dalam diri
rutin minum metadon ternyata hidupnya lebih sehat dibandingkan yang tidak
minum metadon. Hal ini sejalan dengan penelitian Saptari (2013) yang
menyatakan bahwa seseorang dengan persepsi kontrol diri yang kuat akan
karena masih adanya pembatasan waktu layanan PTRM, hal ini menjadikan
akses layanan, selain itu terkait masalah dosis bawa pulang merupakan hal yang
25
sering menjadi hambatan dalam kenyamanan akses layanan, berikut petikan
pernyataan partisipan :
Dulu waktu di Jakarta metadon buka dari jam 9 sampe jam 1 kalo disini
bukanya lebih bagus dari jam 8 sampe jam 3 jadi ya masih lebih enak di
Bali, tapi yang bikin agak gak nyaman kalo sabtu ma minggu bukanya
sampe jam 12, ya kalau bisa disamain aja sampe jam 3.
(Klien PTRM 27 th)
Trus kalau dosis bawa pulang sering susah dok, karena harus make surat
padahal itu saya karena sabtu dan minggu ga bsia datang pas bukanya
metadon, atau pas lagi saya keluar kota
(Klien PTRM 27 th)
Terdapat pandangan yang sering menimbulkan rasa tidak nyaman bagi klien
mengenai statusnya, terdapat stigma dan ketakutan yang berat dalam diri
26
Klien menyatakan bahwa hambatan yang selama ini dirasakan berasal dari waktu
konselor PTRM yang mengatakan bahwa hambatan yang selama ini dirasakan
oleh klien yaitu waktu mereka yang sangat sedikit dalam mengakses layanan, dan
Dari hasil wawancara dengan klien didapatkan informasi bahwa dokter lama
layanan yang diatur oleh rumah sakit sering menimbulkan kendala karena
sebagaian partisipan berkerja pada pagi hingga siang hari dimana layanan
27
Kadang temen-temen ga sabar kalau harus menunggu konsultasi dokter
residen ke spesialinya dok, ya mungkin temen-temen lagi pengen segera
balik kerja kan jam buka metadon biasanya bentrok sama kerja mereka
(LSM, 38 th)
masih ada stigma menjadi salah satu penyebab kesulitan klien dalam
Odha di Kota Pontianak berbeda-beda. Stigma yang dialami Odha dari kalangan
Odha dari kalangan Gay, Waria dan LSL yang dapat menghambat akses ke
melakukan terapi di PTRM, stigma ini tidak di tampakkan namun lebih cenderung
dirasakan sehingga dengan mengatahui apa saja yang dirasakan oleh klien selama
yang sering dirasakan dan dipikirkan oleh klien PTRM. Penyebaran kuesioner
28
kami lakukan secara random dengan mengambil 11 orang klien untuk mengisi
29
Stigma internalisasi yang kami dapat dalam kuesioner 5 tertinggi yaitu :
30
P9 : Klien merasa perlu berhati-hati bila bercerita mengenai dirinya sebagai
pengguna NAPZA.
menjauh.
sendiri.
BAB V
31
PEMBAHASAN
NAPZA dan mengakses layanan banyak dipengaruhi oleh stigma baik yang
lingkungan karena kondisi mereka sebagai pengguna NAPZA hal ini di perkuat
dengan stigma Internalisasi yang mereka rasakan bahwa orang orang yang
berada di sekitar mereka menjadi menjauh. Hal ini cukup berpengaruh dalam
hukuman bagi pengedar dan pengguna NAPZA dengan melibatkan pemuka adat
awig awig desa yang di buat untuk melaksanakan kerja sama ini akan memberikan
hukuman kepada pengguna berupa meminta maaf kepada desa dan denda beras,
hal ini ditekankan untuk tidak ada sangsi kesepakang (dikucilkan). Bentuk sangsi
dan informasi yang cukup luas banyak menimbulkan stigma eksternalisasi berupa
internalisasi. Stigma internalisasi akan menekan motivasi yang telah dibina oleh
klien hal ini muncul dalam stigma internalisasi yang dominan dirasakan oleh klien
muncul dikarenakan rasa khawatir karena stigma ekternalisasi yang dibentuk oleh
32
aparat, dan saat ini oleh desa. Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara klien
mengatakan harus membayar dana yang cukup besar kepada aparat untuk
Para klien merasakan stigma yang mereka rasakan sangat terbantu dengan
adanya dukungan dari keluarga dan orang sekitar termasuk petugas yang
membantu dalam rehabilitasi NAPZA yang mereka lakukan, namun tidak jarang
perasaan atau stigma internalisasi seperti merasa bahwa mereka sakit saat ini
karena kesalahan sendiri sering menjadi hambatan dalam pengobatan yang mereka
jalani, perasaan stigma internalisasi berupa hal tersebut tertuang dalam hasil
evaluasi kami pada klien, dalam wawancara klien didapatkan bahwa outcome ini
juga terpengaruh oleh stigma eksternalisasi berupa labelisasi yang dilakukan oelh
media massa dan lingkungan kerja dengan mengatakan bahwa pecandu atau
Pada tahun 1996, the World Psychiatric Association (WPA) memulai program
di seluruh dunia untuk memerangi stigma dan diskriminasi disebut Open the
diskriminasi.
33
keberhasilan sebuah program anti-stigma. Karena mereka dapat menjelaskan
sebuah sudut pandang yang sangat penting untuk semua diskusi. Pengalaman
mereka sebagai klien NAPZA dapat membuat para ahli dalam mengidentifikasi
masalah yang paling mendesak. Oleh karena itu, cara pandang mereka sangat
penting dalam memutuskan intervensi pada jenis anti-stigma. Oleh karena itu
juga, setiap program harus memiliki sebuah mekanisme yang dibangun pada klien
kegiatan program dan sasaran. Penderita dan anggota keluarga juga harus bersedia
(Stuart,2009)
Mengapa program anti Stigma penting. Inti stigma adalah sikap negatif dan
orang-orang dengan gangguan jiwa diperlakukan tidak adil, atau ditolak hak-hak
mereka karena gangguan jiwa mereka. Di zaman Yunani, stigma adalah tindakan
mereka. Orang-orang dengan gangguan jiwa yang dipandang memiliki nilai sosial
kurang. Sikap berlanjut sampai saat ini dan dinyatakan dalam cara yang berbeda
34
sejarah panjang dan tidak mudah diselesaikan. Oleh karena itu, melakukan
dipelajari secara luas, beberapa penelitian telah dilakukan mengenai hubungan ini,
merupakan salah satu prediktor kuat dari kepatuhan. Dukungan sosial adalah suatu
informasi dari orang lain bahwa dia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri
dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban
bersama. Sumber dukungan sosial selain keluarga adalah teman dekat atau akrab
komunikasi yang terjadi lebih kecil dibandingkan dari bukan teman sesama.
Dukungan teman sesama efektif dalam mendukung perubahan sikap kearah yang
pengobatan adalah melalui orang yang berarti bagi klien, seperti suami atau istri,
orang tua, saudara kandung, dan anak. Keluarga dapat menjadi kunci untuk
35
mengetahui beberapa teman sesama klien metadon tidak seberuntung mereka,
tidak ada dukungan keluarga yang cukup, sehingga tidak heran ada yang tidak
BAB VI
36
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
sebagai berikut :
dan mengakses layanan banyak dipengaruhi oleh stigma baik yang bersifat
NAPZA, stigma Internalisasi yang mereka rasakan bahwa orang orang yang
berada di sekitar mereka menjadi menjauh. Hal ini cukup berpengaruh dalam
metadon.
2. Bentuk sangsi dan informasi yang cukup luas oleh pemerintah dan Desa adat
3. Stigma internalisasi seperti merasa bahwa mereka sakit saat ini karena
jalani, ini juga terpengaruh oleh stigma eksternalisasi berupa labelisasi yang
37
dilakukan oelh media massa dan lingkungan kerja dengan mengatakan bahwa
hubungan ini, merupakan salah satu prediktor kuat dari kepatuhan. Dukungan
sosial adalah suatu informasi dari orang lain bahwa dia dicintai dan
diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari
6.2 Saran
Untuk mengatasi stigma internalisasi dan eksternalisasi yang dialami oleh klien
38
ini. Hal ini bisa disampaikan melalui media social ataupun dalam bentuk
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T., & Brown,T. L. 2011. Mental Ilness Stigma and Ethnocultural
Beliefs, value, and norms: An integrative review. Department of Psychology,
University of Kentucky, United State
Andita, L. 2012. Dukungan Sosial terhadap Pasien Program Terapi Rumatan
Metadon (PTRM) (Studi Kasus pada Tiga Orang Pasien PTRM di Rumah
Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Cibubur). Tesis.Universitas Indonesia.
Anggreni, D. 2015. Dampak bagi Pengguna Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif (NAPZA) di Kelurahan Gunung Kelua Samarinda Ulu. eJournal
Sosiatri-Sosiologi, 3(3):37-51.
Baxter, J. 2014. Changing the Market Culture for Methamphetamines Models of
Demand Reduction An Australian Perspective.Drug Free Australia, pg.1-
8.
Budiyani, P. I. R., Mahkota, R. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Ketidakpatuhan pada Pengguna NAPZA Suntik yang Mengikuti Program
39
Terapi Rumatan Metadon di Rumah Sakit Ketergantungan Obat di Cibubur
Jakarta Timur Tahun 2013.FKM UI, pg 1-20.
Corker,E. Hamilton,S. Henderson,C. Weeks,C. Pinfold,V. Rose,D. Williams,P.
Flach,C. Gill,C. Lewis-Holmes,E. and Thornicroft,G. 2013. Experience of
discrimination among people using mental health services in England 2008-
2011. The British Journal of Psychiatry 202, 558-563. Doi:
10.1192/bjp.bp.112.112912
40
Idaiani,S. Yunita,I. Prihatini, S. & Indrawati,L. 2013 . Riset Kesehatan Dasar:
Kesehatan Jiwa. Badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI tahun.
41
Sulistyorini, N. 2013. Hubungan Pengetahuan tentang Gangguan Jiwa di
wilayah Kerja Puskesmas Colomadu I (skripsi ) Surakarta: Universitas
Muhammadiyah
Sun, H-M., Li, X-Y., Chow, E. P. F., Li, T., Xian, Y., Lu, Y-H., Tian, T., Zhuang,
X., Zhang, L 2015. Methadone Maintenance Treatment Programme Reduce
Criminal Activity and Improves Social Well-being of Drug Users in China: a
Systematic Review and Meta-analysis. BMJ Open, pg. 1-12.
Temes,R 2011. Hidup Optimal dengan Skizofrenia. Penerbit PT Bhuana Ilmu
Populer.
UNODC. 2015. World Drug Report 2015, pg. 1-75. New York: United Nations
publication.
supaya Anda menyatakan bahwa Anda telah memahami informasi ini dan
PERNYATAAN SUBYEK
Saya menyatakan telah memahami penjelasan tujuan wawancara ini dan bersedia
memberikan informasi yang saya ketahui dengan sejujurnya.
42
Tanda Tangan :
PERNYATAAN PENELITI
Tanda Tangan :
Tanggal :
Nama : __________________________
Waktu : ____________s/d____________
Tempat : __________________________
Catatan : __________________________
43
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM KEPADA PENGGUNA NAPZA
SUNTIK (PENASUN) OPIOID DENGAN TERAPI METADON
A. KARAKTERISTIK PARTISIPAN
1. Jenis kelamin?
B. PERTANYAAN PENELITIAN
- Oral/diminum
menggunakan narkotika?
10. Apa saja yang sudah Anda lakukan untuk mencegah risiko tersebut?
Probing :
- Dimana
- Datang sendiri
- Diantar LSM
- Dijangkau
16. Hal hal apa yang memudahkan dalam mengakses layanan metadon?
Probing :
- Petugas
- Keamanan/jaminan kerahasiaan
- Kenyamanan
- Pelayanan
Probing :
- Petugas
45
- Keamanan /jaminan kerahasiaan
- Kenyamanan
- Pelayanan
anda!
19. Adakah hal yang ingin diperbaikidari layanan metadon yang telah ada?
Probing :
- Petugas
- Lokasi tes
- Kenyamanan
- Pelayanan
21. Apakah menurut anda layanan ini dapat membantu mendapatkan informasi
yang dibutuhkan?
46
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM KEPADA LEMBAGA SWADAYA
MASYARAKAT (LSM) /DUKUNGAN SEBAYA YANG MENAUNGI KHUSUS
PENASUN
A. KARAKTERISTIK PARTISIPAN
1. Jenis kelamin ?
B. PERTANYAAN PENELITIAN
Probing :
- Kegiatan
- Waktu
- Tenaga
- Biaya
Probing :
47
4. Bagaimana proses pendampingan pada partisipan yang dijangkau oleh LSM?
Probing :
- Kesulitan/hambatan
5. Apa yang dilakukan oleh LSM dan respon yang dilakukan untuk mengatasi
Probing :
48
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM KEPADA PETUGAS MEDIS
LAYANAN PTRM SANDAT RSUP SANGLAH
A. KARAKTERISTIK PARTISIPAN
1. Jenis kelamin ?
B. PERTANYAAN PENELITIAN
Probing :
- Dijangkau ke lapangan
penasun?
Probing :
- Kegiatan
- Waktu
- Tenaga
- Biaya
Probing :
49
- Waktu
- Tenaga
- Biaya
Probing :
Probing :
- Kesiapan
50
IDENTITAS & SITUASI WAWANCARA:
Tanggal :
Nama : __________________________
Waktu : ____________s/d____________
Tempat : __________________________
Catatan : __________________________
N0 PERTANYAAN YA TIDAK
(1) (2)
1 Apakah beberapa orang yang tahu anda
pengguna NAPZA makin manjauhi
anda?
2 Apakah anda menyesal telah bercerita
kepada beberapa orang bahwa anda
pengguna NAPZA?
3 Apakah orang yang anda sayangi
berhenti menghubungi setelah
mengetahui anda pengguna NAPZA?
4 Apakah anda kehilangan teman setelah
menyampaikan kepada mereka bahwa
anda pengguna NAPZA?
5 Apakah beberapa orang menghindari
menyentuh anda ketika tahu anda
tertular hiv aids?
6 Apakah orang secara fisik menjauhi
anda ketika tahu anda mengalami hiv
aids?
7 Apakah orang bertindak seakan-akan
anda mengalami hiv aids karena
kesalahan anda?
8 Apakah orang sepertinya takut kepada
anda saat mereka tahu anda pengguna
NAPZA?
9 Apakah anda berhati-hati kepada siapa
anda bercerita bahwa anda pengguna
NAPZA?
10 Apakah anda merasa perlu
menyembunyikan pengguna NAPZA ?
11 Apakah bercerita kepada sesorang
bahwa anda mengalami hiv aids
berisiko?
51
12 Apakah anda khawatir orang akan
menilai anda tidak baik ketika mereka
mendengar anda terapi metadon?
13 Apakah anda merasa bersalah karena
anda mengalami hiv aids?
14 Apakah anda merasa tidak sebaik orang
lain karena anda mengalami hiv aids?
15 Apakah anda merasa malu karena anda
pengguna terapi metadon?
16 Apakah saat mengalami hiv aids
membuat anda merasa tidak bersih?
17 Apakah sejak mengetahui anda
pengguna NAPZA, anda merasa
dipisahkan dan diasingkan dari
masyarakat?
18 Apakah disaat anda mengalami hiv
aids membuat anda merasa menjadi
orang yang tidak baik?
19 Apakah orang yang terkena hiv aids
dan pengguna NAPZA kehilangan
pekerjaannya ketika majikannya tahu?
20 Apakah orang yang pengguna NAPZA
diperlakukan seperti seorang
penggangu masyarakat?
21 Apakah kebanyakan orang berpendapat
bahwa seseorang yang terkena penyakit
hiv aids menjijikan?
22 Apakah kebanyakan orang merasa tidak
nyaman berada di sekitar orang yang
terkena hiv aids dan pengguna
NAPZA?
52