Anda di halaman 1dari 37

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jembatan mempunyai arti penting bagi setiap orang. Akan tetapi tingkat
kepentingannya tidak sama bagi tiap orang, sehingga akan menjadi suatu bahan
studi yang menarik. Jembatan mungkin tidak ada artinya bagi orang-orang yang
bertempat tinggal di daerah dataran yang rata, tidak didapati adanya sungai,
jurang, tebing, ataupun keadaan dimana kita akan berpindah tempat namun ada
penghalang di depan kita. Sebaliknya, jembatan dirasa sangat dibutuhkan oleh
orang-orang yang bertempat tinggal di daerah yang sangat sulit dijangkau,
sehingga jembatan sangat di butuhkan sebagai alat penghubung dari satu tempat
ke tempat lain.
Dengan perkembangan zaman maka jembatan tidak hanya dipandang
sebagai alat penghubung antara tempat satu dengan tempat yang lain, melainkan
sebagai sarana untuk memperlancar kegiatan manusia, serta membantu
berkembangnya suatu daerah yang selama ini sulit di akses, apalagi Indonesia ini
sebagai negara yang berkembang, akses ke daerah-daerah ataupun ke kota sangat
dibutuhkan, dengan adanya jembatan ini sangat membantu hal tersebut.
Ada banyak jenis dan bentuk jembatan yang kita kenal, namun pada
proposal ini saya akan memfokuskan pembahasan pada jembatan dengan
tipe Arch Bridge .

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan jembatan Arch Bridge ?
2. Apa saja komponen jembatan Arch Bridge ?
3. Bagaimana Idealisasi Struktur pada jembatan Arch Bridge ?

C. Tujuan
Tujuan dari proposal ini adalah untuk:
1. Mengetahui yang dimaksud dengan jembatan Arch Bridge.
2. Mengetahui idealisasi struktur pada elemen jembatan Arch Bridge.
BAB II
DESAIN JEMBATAN UKURAN SEBENARNYA

(Jembatan Rangka Rotan Pejalan Kaki Bentang 100cm)

1 Dasar Teori Perancangan

1 Jembatan busur
Jembatan merupakan suatu elemen atau bagian dari jalan. Menurut sejarah,
jembatan yang pertama dibangun adalah pada tahun 2650 SM oleh Raja Manes
dari Mesir untuk menyeberangi sungai Nil.

Pada tahun 783 SM dibangun oleh Ratu Semirawis dari Babilonis untuk
melintasi sungai Efhrat.

2 Fungsi Jembatan
Jembatan berfungsi sebagai penghubung dua ruas atau beberapa ruas jalan yang
dipisahkan oleh sungai atau melintasi ruas jalan yang tak sebidang.

3 Bentuk struktur jembatan.


Jembatan menurut bentuk struktur:

Jembatan pelengkung/busur (arch bridge):


4 rotan
Rotan adalah sekelompok palma dari puak (tribus) Calameae yang
memiliki habitus memanjat, terutama Calamus, Daemonorops, dan
Oncocalamus. Puak Calameae sendiri terdiri dari sekitar enam ratus
anggota, dengan daerah persebaran di bagian tropis Afrika, Asia dan
Australasia. Ke dalam puak ini termasuk pula marga Salacca
( misalnya salak), Metroxylon (misalnya rumbia/sagu), serta Pigafetta
yang tidak memanjat, dan secara tradisional tidak digolongkan sebagai
tumbuhan rotan.

Batang rotan biasanya langsing dengan diameter 25 cm, beruas-ruas


panjang, tidak berongga, dan banyak yang dilindungi oleh duri-duri
panjang, keras, dan tajam.Duri ini berfungsi sebagai alat pertahanan
diri dari herbivora, sekaligus membantu pemanjatan, karena rotan
tidak dilengkapi dengan sulur.Suatu batang rotan dapat mencapai
panjang ratusan meter. Batang rotan mengeluarkan air jika ditebas dan
dapat digunakan sebagai cara bertahan hidup di alam bebas.

Sebagian besar rotan berasal dari hutan di Indonesia, seperti Sumatra,


Jawa, Borneo, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Indonesia memasok 70%
kebutuhan rotan dunia.Sisa pasar diisi dari Malaysia, Filipina, Sri
Lanka, dan Bangladesh.

Rotan cepat tumbuh dan relatif mudah dipanen serta ditransprotasi.Ini


dianggap membantu menjaga kelestarian hutan, karena orang lebih
suka memanen rotan daripada kayu.

Sifat Mekanik Rotan antara lain:

1 Keteguhan Tarik

Keteguhan tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-


gaya yang berusaha menarik kayu. Terdapat 2 (dua) macam
keteguhan tarik yaitu :

a Keteguhan tarik sejajar arah serat dan

b Keteguhan tarik tegak lurus arah serat.

Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik


sejajar arah serat. Kekuatan tarik tegak lurus arah serat
lebih kecil daripada kekuatan tarik sejajar arah serat.

2 Keteguhan tekan / Kompresi

Keteguhan tekan/kompresi adalah kekuatan kayu untuk


menahan muatan/beban. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan
tekan yaitu :

a Keteguhan tekan sejajar arah serat dan

b Keteguhan tekan tegak lurus arah serat.

keteguhan tegak lurus serat lebih kecil daripada keteguhan


kompresi sejajar arah serat.
3 Keteguhan Geser

Keteguhan geser adalah kemampuan Rotan untuk menahan


gaya-gaya yang membuat suatu bagian kayu tersebut turut
bergeser dari bagian lain di dekatnya. Terdapat 3 (tiga) macam
keteguhan yaitu :

a Keteguhan geser sejajar arah serat

b Keteguhan geser tegak lurus arah serat dan

c Keteguhan geser miring

Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar dari pada
keteguhan geser sejajar arah serat.

4 Keteguhan lengkung (lentur)

Keteguhan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menahan


gaya-gaya yang berusaha melengkungkan Rotan atau untuk
menahan beban mati maupun hidup selain beban pukulan.
Terdapat 2 (dua) macam keteguhan yaitu :

a Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan Rotan menahan


gaya yang mengenainya secara perlahan-lahan.

b Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan Rotan menahan


gaya yang mengenainya secara mendadak.

5 Kekakuan

Kekakuan adalah kemampuan Rotan untuk menahan perubahan


bentuk atau lengkungan.Kekakuan tersebut dinyatakan dalam
modulus elastisitas.

6 Keuletan

Keuletan adalah kemampuan Rotan untuk menyerap


sejumlah tenaga yang relatif besar atau tahan terhadap
kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang berulang-ulang
yang melampaui batas proporsional serta mengakibatkan
perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan sebagian.

7 Kekerasan

Kekerasan adalah kemampuan rotan untuk menahan gaya


yang membuat takik atau lekukan atau kikisan (abrasi).
Bersama-sama dengan keuletan, kekerasan merupakan suatu
ukuran tentang ketahanan terhadap pengausan Rotan.

Ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat kekuatan


Rotan atau sifat mekaniknya dinyatakan dalam kg/cm2. Faktor-
faktor yang mempengaruhi sifat mekanik rotan secara garis
besar digolongkan menjadi dua kelompok :

a Faktor luar (eksternal): pengawetan rotan, kelembaban


lingkungan, pembebanan dan cacat yang disebabkan oleh
jamur atau serangga perusak Rotan.

b Faktor dalam Rotan (internal): BJ (Berat Jenis), cacat rotan,


serat miring dan sebagainya.

8 Pembangunan Konstruksi Rangka Batang


Rangka batang merupakan suatu bagan yang terdiri dari sejumlah
batang-batang yang disambung satu dengan yang lain pada kedua ujungnya,
sehingga membentuk suatu kesatuan yang kokoh. Untuk rangka batang dapat
bermacam-macam sesuai dengan fungsi konstruksi, seperti konstruksi untuk
jembatan, gading-gading atap, derek, menara dan sesuai dengan konstruksi
bahan yang digunakan, baja atau kayu. 1

Dalam pembuatan jembatan busur rotan, pasti memerlukan sambugan-


sambungan yang digunakan untuk menyambungkan batang-batang yang
ada.Sambungan-sambungan ini dalam analisis hitungan dianggap sebagai sendi
bebas, yaitu suatu sambungan sendi yang licin dan bebas geseran.Sambungan
ini selanjutnya disebut simpul. Berdasarkan anggapan tersebut, maka batang-
batang pada rangka batang bersifat seperti tumpuan pendel, sehingga padanya
hanya timbul gaya aksial saja. Hal tersebut akan terjadi apabila gaya-gaya
tersebut menangkap pada simpul. Dengan demiian suatu konstruksi rangka

1
batang jika dibebani gaya pada simpul akan hanya mengalami Gaya Normal,
yang selanjutnya disebut gaya batang. Gaya batang ini bersifat tarik atau
tekan.

Struktur rangka batang adalah struktur yang disusun dari batang-


batang yang diletakkan pada suatu bidang dan dihubungkan melalui
sambungan sendi pada ujungujungnya.

2 Kriteria Perancangan
1 Spesifikasi Jembatan

1 Nama Jembatan:
2 Peruntukan :
3 Jenis Jembatan :
4 Sistem struktur : rangka batang dengan girder ganda
5 Lebar Jembatan : 7 cm.
6 Bentang Jembatan : 100 cm.
7 Tinggi Jembatan : 18 cm.
8 Perletakan : Rol dan sendi.
9 Dimensi Penampang (b;h) :

a Gelagar Induk Memanjang (Girder) :


(Double)
b Rangka Atas (Horizontal) :
(Double)
c Rangka Diagonal dan Vertikal :
(Single)
d Gelagar Melintang (Diafragma) :
(Double)
10 Lantai jembatan : PapanMultipleks 7 cm.

2 Spesifikasi Material Struktur Utama yang Digunakan


1 Jenis : rotan
2 Berat jenis kering udara : g/cm3
3 Elastisitas : kg/cm2
BAB III

DESAIN MODEL JEMBATAN

3.1 Dasar Teori Perancangan

3.2 Kriteria perancangan

Kriteria perancangan secara umum didasarkan pada persyaratan yang dimuat pada
pedoman BDF YCE INNOFEST Tahun 2016 yang tercantum,sebagai berikut :

a) Panjang Jembatan : cm (jarak as ke as tumpuan/ perletakan pada


kepala jembatan) yang terdiri dari bentang, dengan tinggi busur puncak
cm (dari tepi atas puncak busur ke tepi bawah balok pengikat.Catatan :
cm = x cm (jarak antara kabel penggantung) cm (jarak as ke as
tumpuan/ perletakan pada kepala jembatan) yang terdiri dari 1
bentang, dengan tinggi busur puncak cm (dari tepi atas puncak busur ke
tepi bawah balok pengikat.
Catatan : cm = x cm (jarak antara batang tegak rotan)

b) Lebar lantai Jembatan : 7 cm dihitung dari as busur ke as busur. Di


tengah bentang harus ada gelagar melintang/cross girder sebagai tempat
pengujian lendutan. Lantai terbuat dari triplek tebal 3 mm. Lantai
dibuat secara menerus dan harus terpisah dari balok pengikat
(batang tarik/tied beam), namun boleh menyatu dengan balok
melintang dan balok memanjang (opsional). Balok melintang, balok
memanjang, dan bresing terbuat dari bahan rotan.
c) Tinggi dek Jembatan : Dek merupakan kombinasi antara balok
pengikat
rotan berdiameter maksimal cm disisi kiri dan kanan jembatan dengan

balok melintang yang berjarak cm (posisi batang tegak). Adapun

diameter balok melintang maksimal adalah cm.

d) Jenis Jembatan : Jembatan Busur (stiffned deck arch) pejalan kaki.

e) Tumpuan/ perletakan : Sistem perletakan dikedua sisi jembatan


adalah
sendi dan rol yang harus dibuat TERPISAH dari struktur jembatan busur

dan perletakan tersebut hanya bertumpu pada kepala jembatan.

f) Tinggi Busur : Ketinggian busur maksimum adalah 18 cm dari tepi


atas
puncak busur ke tepi bawah balok pengikat. Bentuk busur adalah parabola

atau bentuk-bentuk lengkungan tunggal lainnya.

g) Bahan Konstruksi : Bahan struktur pelengkung/busur terbuat dari


Rotan
yang sudah diserut, dengan diameter maksimum adalah cm.

Jenis dan bahan sambungan : Jenis sambungan antara batang tegak dan dek sesuai
dengan rencana desain,serta sambungan antaa batang tegak dan busur jembatan.Lokasi
batang tegak terletak pada sumbu pelengkung/ busur dan balok pengikat. Sambungan antara
pelengkung dengan daerah perletakan dibuat dengan bahan yang disediakan oleh panitia.
Bahan sanbungan yang disediakan panitia adalah paku, kulit, dan perekat. Peserta wajib
membawa peralatan (bor tangan/bukan bor listrik/bukan bor baterai, pahat dan palu, gergaji,
alat ukur, sipat, alat tulis/marker/spidol, mata bor kayu, cutter, gunting, perekat untuk
ornament/aksesories, ragum) dan jika peserta memilih sambungan pasak maka pasak dibuat
dilokasi kompetisi.
h) Bahan yang disediakan oleh panitia : 2 busur rotan 20 mm dengan
panjang 150 cm, 2 balok pengikat (tie beam) 20 mm dengan panjang
155 cm, 2 batang tegak 10 mm dengan panjang 200 cm, 1 batang balok
melintang 10 mm dengan panjang 150 cm, dan 1 batang bresing 10
mm dengan panjang 120 cm, triplek 3 x 70 x 140 mm, tali kulit rotan 800
cm, paku 5 cm dan paku 1,25 cm masing-masing 100 buah, 1 kaleng
perekaty (merk fox), dan area kerja.
i) Beban pengujian menggunakan beban statis vertical sebesarb 5 kg yang
diletakan ditengah bentang secara bertahap setiap 2 kg dengan lendutan
maksimum pada tengah jembatan sebesar 2 mm.
3.2.1 Material

Material yang digunakan pada jembatan Mukhadorotul afkar yaitu rotan. Rotan
memiliki sifat yang cenderung mirip dengan kayu. Untuk perhitungan dan
perancangannya kami mengasumsikan rotan yang digunakan oleh
Mukhadorotul afkaryaitu rotan mandola dengan berat jenis 0,5899. Pada bagian
dek menggunakan triplek atau polywood.Tripleks memiliki sifat yang fleksibel,
murah, dapat dibentuk, dapat didaurulang dan tidak memiliki teknik
pembuatan yang rumit. Tripleks biasanyadigunakan karena lebih tahan
retak, susut atau bengkok. Plywood sendiri saat ini tersedia dalam berbagai
ketebalan, dengan tingkatkualitas yang berbeda-beda. Dalam perancangan

jembatan ini kami menggunakanplywood dengan ketebalan 2 mm. berdasarkan


pedoman, desain jembatan ini dibuat dengan menggunakan bahan-bahan
sebagai berikut :

1.Busur jembatan menggunakan material rotan seuti diameter 2,5cm.

2.Gelagar memanjang menggunakan material rotan diameter 2,5 cm.

3.Gelagar melintang menggunakan material rotan diameter 1 cm.

4.Balok pengikat mengggunakan material rotan diameter 2,5 cm.

5.Lantai jembatan menggunakan material triplek dengan tebal 3 mm.

6.Balok ikatan angin menggunakan material rotan diameter 1 cm

3.2.2 Alat Sambungan


Sambungan merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan pada saat
perancangan konstruksi jembatan. Penyambungan pada Mukhadorotul afkar
dibuat sama dengan sambungan pada furniture rotan biasanya ,hal ini dilakukan
dengan cara pencoakan dan paku
tembak beserta merekatkan dengan alat
perekat berupa fox. Berikut adalah beberapa
alat yang akan digunakan pada
penyambungan rancangan jembatan
model busur :

Paku tembak (stapler) tipe F


Paku tembak tipe U
Sekrup
Pensil
Palu
Pisau serut

Penggaris besi dan meteran

Gambar 3.1 Sambungan paku pada rotan

BUAT GAMBAR PERALATAN


3.2.3. Beban Uji

Pengujian jembatan dilakukan menggunakanbeban uji. Adapun beban uji


berupa beban statis bertahap yang diletakkan di tengah bentang jembatan.
Beban pengujian menggunakan beban statis vertikal seberat maksimum 10
kg dengan lendutan maksimum pada tengah jembatan sebesar 3 mm.

3.2.4 Metodologi Perancangan Model Jembatan

Perancangan model jembatan hanya didasarkan pada persyaratan


perlombaan dimana yang disyaratkan adalah lendutan sebesar maksimum 3 mm
dengan beban pengujian sebesar 500 kg di tengah bentang. Sehingga
perencanaan hanya direncanakan pada kondisi daya layan model jembatan rotan
saja.

Tahapan perencanaan pada model jembatan model sama persis dengan


tahapan pada jembatan ukuran sebenarnya. Permasalahan

-permasalahan yang dihadapi pada saat dilakukannya tahapan tersebut


adalah sebagai berikut :

1.Rotan adalah material yang belum banyak digunakan


sebagaielemen struktur, sehinga belum banyak informasi dan data yang
dapat dipakai untuk memodelkan struktur sebenarnya (baja) menjadi
pemodelan struktur rotan. Oleh karena itu, kami belum dapat dengan pasti
membuat skala gaya untuk pemodelan beban jembatan model dan
membuat skala penampang untuk pemodelan dimensi elemen struktur
dari jembatan ukuran sebenarnya. Sehingga pemodelan hanya
didasarkan pada kemiripan geometri.

2.Gelagar memanjang pada jembatan sebenarnya digambarkan


menjadi satu kesatuan dengan gelagar melintang, sedangkan pada
model jembatan kedua elemen struktur terpisah, dimana digambarkan
gelagar memanjang menopang pada gelagar melintang. Hal ini
disebabkan oleh kepraktisan dalam menyambung dua elemen yang
mempunyai dimensi yang sama.

3.Pada jembatan ukuran sebenarnya pelat memiliki sifat yang structural,


tetapi dalam model jembatan lantai jembatan yang terbuat dari triplek
diilustrasikan sebagai beban lantai jembatan untuk gelagar memanjang
bukan merupakan elemen yang struktural. Hal ini dikarenakan kekakuan
material triplek yang tidak dapat memberi dukungan struktural.

MULAI

STUDI LITERATUR

PEMBELAJARAN :

1. Dasar Teori Jembatan Busur


2. Peraturan-peraturan yang terkait
3. Memahami Persyaratan Perlombaan
DESAIN AWAL

Penentuan

1. Bentuk Geometri (Model) Jembatan


2. Tipe Elemen Struktur
3. Material Jembatan
4. Dimensi Elemen Struktur
5. Gambar kerja

Struktur
Analisa

PERHITUNGAN

1.SAP 2000 (Perangkat Lunak) Tidak

Desain Akhir

Tahap Akhir

PEMBUATAN

1.Gambar Struktur Jembatan dan detail Jembatan


SELESAI

4. Pemodelan profil elemen baja yang berupa Carbon Steel Pipe Schedule tidak
dapat kami modelkan dengan rotan yang berbentuk kotek berlubang. Hal ini
karena rotan yang ada dipasaran adalah rotan yang berbentuk silinder.
Sebaliknya, jika elemen baja dibuat profil silinder berlubang,maka terdapat
hambatan pada desain yang lebih rumit, sambungan yang lebih sulit, dan
pelaksanaan yang lebih kompleks.

5. Utilitas jembatan pada jembatan ukuran sebenarnya diperhitungkan dalam beban


yang bekerja pada jembatan, sedangkan dalam perencanaan model jembatan,
utilitas tidak diperhitungkan karena berat material model utilitas yang tidak
mempengaruhi lendutan model jembatan secara signifikan.
Perbedaan perencanaan jembatan ukuran sebenarnya dengan model jembatan
hanya terletak pada langkah setelah desain akhir, dimana pada jembatan ukuran
sebenarnya tahapan hanya berhenti sampai pada desain akhir, sedangkan pada
model jembatan langkah dilanjutkan pada tahap akhir. Tahap akhir ini adalah
tahap penggambaran struktur secara lebih detail terkait dengan potongan dan
sambungan elemen struktur, pembuatan rencana anggaran biaya, dan metode
perakitan jembatan model.

3.3 Sistem Struktur

Sistem strukturmodel hamper mirip dengan sistem struktur jembatan ukuran


sebenarnya.Sistemstrukturmodeljembatanbusur adalah sebagai berikut:
1. LantaiJembatan
Lantai jembatan ini bertugas menerima beban pejalan kaki secara langsung, beserta beban
utilitas jembatan. Komponen ini menumpu pada gelagar memanjang dan gelagar melintang
jembatan. Komponen lantai jembatan ini terbuat dari triplek dengan tebal 3 mm.

2. GelagarMemanjangdan GelagarMelintang
Terdapat perbedaaan dengan sistem struktur jembatan ukuran sebenarnya bahwa pada model
jembatan ini, gelagar memanjang menerima beban langsung dari lantai jembatan kemudian
diteruskan ke gelagar melintang. Hal ini dapat dilihatdengan bertumpunya gelagar
memanjang pada gelagar melintang.Komponen ini terbuat darirotan dengan diameter 1
cm pada gelagarmelintang dan diameter 2,5 cm pada gelagar memanjang.

3. BatangTegak
Batang tegak berfungsi untuk menyalurkan beban kepada busur jembatan. Batang tegak
menghubungkan balok pengikat bawah dengan busur jembatan, Komponen terbuat dari rotan
Manau dengan diameter 1,5 cm.

4. Busur
Busur jembatan berfungsi sebagai tempat pengikat hangers, sehingga busur menerima beban
dari hangers kemudian diteruskan ke perletakan jembatan. Komponen busur ini terbuat dari
rotan diameter 2,5 cm.

3.4 Modelisasi Struktur

Berdasarkan kriteria perancangan di atas maka model jembatan busur dibuat


dengan menggunakan perangkat lunak STAAD PRO. Tahapan dalam modelisasi
jembatan model adalah sebagai berikut:
1. Membuat file baru dan mengatur grid data. Grid data yang dimasukkan merupakan titik-
titik koordinat dari persamaan elips yang membentuk busur jembatan. Mengubah satuan
ke dalam Kgf, cm, C.
Gambar 3.5 Langkah awal menentukan model dan satuan dalam SAP 2000 V14 (atas),
menentukan grid data (bawah)

Gambar 3.6 Pengaturan Koordinat Busur Jembatan Model

Kompetisi Jembatan Indonesia (KJI) ke-10 Tahun 2014 128


2. Mendefinisikan material rotan.

Gambar 3.7 Mendefinisikan Material Rotan Manau


3. Mendefinisikan frame, dan area section. Dimana pada tahap ini dimensi struktur
yang ingin diperiksa pada analisa struktur nantinya dimasukkan ke dalam property
SAP 2000.

Tabel 3.2 Tabel Dimensi Komponen Struktur Jembatan Ukuran Model

No Komponen SectionProperties

1 GelagarMemanjang Diameter 2,5 cm

2 GelagarMelintang Diameter 1 cm

3 BusurJembatan Diameter 2,5 cm

4 BresingAtas Diameter 1 cm

5 BatangTegak Diameter 1,5 cm


Gambar 3.9 Mendefinisikan Ukuran Penampang Rotan diameter 1dan 2 cm

Gambar 3.8 Mendefinisikan Ukuran Penampang Rotan


4. Membuat bentuk jembatan busur

5. Mendefinisikan beban yang bekerja pada jembatan model

6. endefinisikan kombinasi beban untuk pengecekan lendutan

7. Penambahan beban uji5 kg pada gelagarme lintangdi tengah bentang

Gambar 3.10 Tampak Samping Jembatan Model

Gambar 3.11 Tampak Atas Jembatan Model


Gambar 3.14 Tampak 3D Jembatan Model

Gambar 3.15 Pendefinisian beban yang bekerja pada jembatan model


Gambar 3.17 Kombinasi beban
Gambar 3.18 Pembebanan 5 kg untuk beban uji di tengah bentang
3.5 AnalisaStruktur

Analisa struktur dilakukan terhadap kombinasi yang terdiri dari beban mati,

beban uji dan beban mati tambahan. Hasil analisa digunakan untuk melihat lendutan yang
terjadi, apakah memenuhi syarat maksimum 2 mm atau tidak.

Gambar 3.23 Hasil lendutan yang diperoleh dari STAAD PRO akibat beban 5 kg
Analisa kombinasi beban untuk lendutan menunjukkan bahwa lendutan yang terjadi
pada tengah bentang adalah akibat beban 5 kg akibat kombinasi 1 yang menunjukkan bahwa
struktur telah memenuhi persyaratan kondisi batas maksimum lendutan yang diizinkan pada
kompetisi ini sebesar 2 mm.

Gambar 3.25 Hasil reaksi perletakan jembatan model yang diperoleh dari STAAD PRO.

Anda mungkin juga menyukai