Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN
Menentukan kualitas suatu sediaan Tablet Ciproflokxacin 500 mg dengan
berbagai evaluasi fisik dan evaluasi kandungan.

1.2 LATAR BELAKANG


Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang di maksudkan untuk
di gunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau
rohaniah pada manusia atau hewan termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh
manusia.
Meskipun obat dapat menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak juga
orang yang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat
itu akan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu
penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat salah digunakan
dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebih maka akan menimbulkan
keracunan. Dan bila dosisnya kecil maka kita tidak akan memperoleh
penyembuhan.

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet
cetak dan tablet kempa. Tablet merupakan sediaan yang lebih stabil baik secara
fisika, kimia maupun biologi dibandingkan dengan sediaan lainnya. Selain itu
tablet lebih efektif dan efisien penggunaannya dibandingkan dengan bentuk
sediaan lain, seperti larutan. Jika dilihat dari kecepatan timbulnya efek, tablet
merupakan sediaan yang memberikan efek lebih lambat karena harus melewati
beberapa fase sehingga obat dapat dilepaskan dan memberikan efek farmakologi .
Oleh karena itu, dewasa ini telah diperkirakaan paling tidak 40% dari seluruh obat
yang beredar di pasaran di buat dalam bentuk tablet. Pada umumnya sebagian

1
besar bahan obat yang dikenal dalam bidang farmasi dapat diproses menjadi
tablet.

Pada praktikum kali ini, dilakukan pengujian mutu terhadap tablet


Ciproflokxacin 500 mg secara non kimia yang meliputi uji organoleptik, uji
keseragaman bobot, uji keseragaman ukuran, uji kekerasan, uji friabilitas, uji
disintegrasi dan secara analisis yang mencakup uji keragaman bobot Prosedur
penetapan kadar dan pengujian diberikan untuk menetapkan kesesuaian dengan
persyaratan identitas, kadar, mutu dan kemurnian yang tertera dalam Farmakope
dan artikel resmi lainnya.
Pada praktikum kali ini, dilakukan juga prosedur penetapan kadar dan
pengujian yang diberikan untuk menetapkan kesesuaian dengan persyaratan
identitas, kadar, mutu dan kemurnian yang tertera dalam Farmakope dan artikel
resmi lainnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ciproflokxacin

2
Ciproflokxacin adalah antibiotik dalam kelompok obat yang disebut
fluoroquinolones. Obat ini digunakan untuk melawan bakteri dalam tubuh.
Ciprofloxacin digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri.
Ciproflokxacin juga dapat digunakan untuk mencegah atau memperlambat
anthrax setelah paparan.

2.2 Tablet
2.2.1 Definisi
Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung subtansi obat
dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatanya, dapat
diklasifikasikan sebagai tablet atau tablet kompresi.
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan
sebagai tablet cetak dan tablet kempa.
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung satu dosis dari beberapa
bahan aktif dan biasanya dibuat dengan mengempa sejumlah partikel yang
seragam.
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa - cetak berbentuk rata
atau cembung rangkap, umumnya bulat mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau
tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat
pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelican, zat pembasah atau zat lain yang cocok.
(Farmakope ed. III, 1979). Tablet baik digunakan untuk tujuan pengobatan lokal
atau sistemik.

Pengolongan tablet untuk pengobatan lokal misalnya :


- Tablet untuk vagina, berbentuk seperti amandel, oval dan digunakan
sebagai anti infeksi, anti fungi, penggunaan hormon secara lokal.
- Lozenges, trochisci, digunakan untuk efek lokal di mulut dan di
tenggorokan,umumnya digunakan sebagai anti infeksi.
Menurut Syamsuni (2006), penggolongan obat dapat dibedakan berdasarkan
atas :

3
1. Berdasarkan Metode Pembuatan Berdasarkan metode pembuatannya,
dikenal dua jenis tablet, yaitu tablet cetak dan tablet kempa. Tablet cetak dibuat
dari bahan obat dan bahan pengisi yang umumnya mengandung laktosa dan
serbuk sukrosa dalam berbagai perbandingan. Massa serbuk dibasahi dengan etanol
persentase tinggi. Kadar etanol tergantung pada kelarutan zat aktif dan bahan pengisi
dalam sistem pelarut, serta derajat kekerasan tablet yang diinginkan. Massa serbuk
tablet yang lembab ditekan dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan.
Kemudian dikeluarkan dan dibiarkan kering.Tablet kempa dibuat dengan
memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja.
Umumnya tablet kempa mengandung zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, desintegran,
dan lubrikan, tetapi dapat juga mengandung bahan pewrna dan lak (pewarna
yang diabsorpsikan pada aluminium hidroksida yang tidak larut) yang
diizinkan, bahan pengaroma, dan bahan pemanis.
2. Berdasarkan Distribusi Obat dalam Tubuh Berdasarkan distribusi obat dalam
tubuh, tablet dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
- bekerja lokal : misalnya tablet isap untuk pengobatan pada rongga
mulut,ovula untuk pengobatan pada infeksi di vagina.
- bekerja sistemik : per oral. Tablet yang bekerja sistemik dapat dibedakan
menjadi :
short acting jangka pendek) : dalam satu hari memerlukan
beberapakali menelan obat.
long acting (jangka panjang) : dalam satu hari cukup menelan satu tablet
3. Berdasarkan Jenis Bahan Penyalut :
Berdasarkan jenis bahan penyalut, tablet dapat dibedakan menjadi:
- Tablet salut biasa / salut gula (dragee), disalut dengan gula
dari suspensidalam air mengandung serbuk yang tidak larut, seperti pati,
kalsiumkarbonat, talk, atau titanium dioksida yang disuspensikan dengan
gomakasia atau gelatin.
- Tablet salut selaput (film-coated tablet), disalut dengan hidroksi
propilmetil selulosa, metil selulosa, hidroksi propil selulosa, Na-CMC,
dan campuran selulosa asetat ftalat dengan PEG yang tidak mengandung air atau
mengandung air.
- Tablet salut kempa adalah tablet yang disalut secara kempa cetak denganmassa granulat
yang terdiri atas laktosa, kalsium fosfat, dan zat lain yang cocok. Mula-mula dibuat

4
tablet inti, kemudian dicetak lagi bersama granulat kelompok lain sehingga
terbentuk tablet berlapis.
- Tablet salut enteric (enteric-coated tablet), atau lepas tunda, yakni
jikaobat dapat rusak atau menjadi tidak aktif akibat cairan lambung atau
dapatmengiritasi mukosa lambung, maka diperlukan penyalut enterik
yangbertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung.
- Tablet lepas lambat, atau tablet dengan efek diperpanjang, yang dibuatsedemikian
rupa sehingga zat aktif akan tetap tersedia selama jangkawaktu tertentu
setelah obat diberikan.
4. Berdasarkan Cara PemakaianBerdasarkan cara pemakaiannya, tablet dapat dibagi
menjadi:a
- Tablet biasa / tablet telan. Dibuat tanpa penyalut, digunakan per
oraldengan cara ditelan, pecah di lambung.
- Tablet kunyah. Bentuknya seperti tablet biasa, cara pakainya
dikunyahdulu dalam mulut kemudian ditelan, umumnya tidak pahit.
- Tablet isap (lozenges, trochisi, pastiles), adalah sediaan padat
yangmengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan
dasarberaroma dan manis, yang membuat tablet melarut atau hancur
perlahan-lahan dalam mulut.
- Tablet larut (effervescent tablet). Contohnya Ca-D-Redoxon,
tabletefervesen Supradin.
- Tablet implant (pelet). Tablet kecil, bulat atau oval putih, steril, dan
berisihormon steroid, dimasukkan ke bawah kulit dengan cara merobek kulitsedikit,
kemudian tablet dimasukkan, dan kulit dijahit kembali. Zat khasiatakan
dilepas perlahan-lahan.
- Tablet hipodermik (hypodermic tablet). Tablet steril, umumnya
berbobot30 mg, larut dalam air, digunakan dengan cara melarutkan ke dalam airuntuk
injeksi secara aseptik dan disuntikkan di bawah kulit (subkutan).
- Tablet bukal (buccal tablet), digunakan dengan cara meletakkan tablet
diantara pipi dan gusi, sehingga zat aktif diserap secara langsung melaluimukosa mulut.
- Tablet sublingual, digunakan dengan cara meletakkan tablet di
bawahlidah sehingga zat aktif secara langsung melalui mukosa mulut,
diberikansecara oral.
- Tablet vagina (ovula)

2.2.2 Keuntungan Sediaan Tablet

5
Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai
keuntungan :
Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat (merupakan bentuk
sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak), memudahkan
pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan.
Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat
aktif yang tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua
bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas
kandungan yang paling rendah.
Dapat mengandung zat aktif dalam sejumlah besar dengan volume
terkecil.
Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil.
Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air.
Zat aktif yang rasanya tidak enak kan berkurang (tertutupi) rasanya
dalam tablet.
Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan
murah, tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila
menggunakan permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan
timbul.
Tablet bisa dijadikan prosuk dengan profil pelepasan khusus seperti
tablet lepas tunda, lepas lambat, lepasa terkendali.
Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau
yang tidak enak dan untuk terapi local (salut enteric)
Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling mudah diproduksi
secara besar-besaran dengan proses pengemasan yang mudah dan
murah hingga biaya produksi lebih rendah.

2.2.3 Kerugian Sediaan Tablet


Disamping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunyai beberapa
kerugian, antara lain :
1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan
tidak sadar/pingsan).
2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak dan padat,
karena sifat amorf, flokulasi atau rendahnya berat jenis.
Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisinya
cukup besar atau tinggi, absorbs optimumnya tinggi melalui

6
saluran cerna atau kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit atau
tidak mungkin diformulasi dalam bentuk tablet yang masih
menghasilkan bioavabilitas obat cukup (harus diformulasi
sedemikian rupa).
Zat aktif yang rasanya pahit, zat aktif yang bau yang tidak dapat
dihilangkan, atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer,
dan kelembaban udara, memerlukan enkapsulasi atau penyalutan
dahulu sebelum dikempa.

2.2.4 Evaluasi Tablet


Untuk memantau kualitas produk obat yang dihasilkan, evaluasi secara
rutin harus dilakukan. Pengujian kualitas yang perlu dilakukan antara lain
meliputi penampilan umum, ukuran dan bentuk tablet, kekerasan, keseragaman
bobot, friabilitas, waktu hancur dan uji disolusi.
1. Penampilan umum tablet
Penampilan umum dan ciri-ciri visual suatu tablet penting bagi
penerimaan konsumen, pemantauan keseragaman, serta sebagai identitas
dari tablet tersebut. Evaluasi penampilan umum tablet meliputi
pemeriksaan ukuran tablet, bentuk, warna, tekstur permukaan, ada atau
tidak adanya bau, rasa, cacat fisik ataupun pengenal suatu tablet.
2. Ukuran dan bentuk tablet
Ukuran dan bentuk tablet kempa ditentukan oleh peralatan selama
proses pengempaan. Bentuk dan diameter ditentukan oleh punch dan die
yang digunakan untuk mengkompresi tablet. Bila punch-nya kurang
cekung maka tablet yang dihasilkan lebih datar, sebaliknya semakin
cekung punch semakin cembung tablet yang dihasilkan.
3. Kekerasan tablet
Tablet harus mempunyai kekuatan agar dapat bertahan terhadap
berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan, pengemasan dan
pendistribusian. Formulasi tablet harus didisain sedemikian rupa sehingga
menghasilkan tablet yang memiliki kekerasan yang cukup.
Kekerasan tablet sering diartikan sebagai kekuatan untuk
menghancurkan tablet. Kekuatan tablet dipengaruhi oleh isi die dan
tekanan kompresi. Penambahan tekanan kompresi mengakibatkan
meningkatnya kekerasan tablet, sedangkan ketebalan tablet berkurang. Hal

7
ini berlangsung hingga tercapai kekerasan maksimum dan ketebalan
minimum. Bila tekanan terus ditingkatkan tablet akan cenderung untuk
mengalami capping. Pada tekanan kompresi yang tetap, kekerasan tablet
akan meningkat dengan meningkatnya isi die dan berkurang dengan
berkurangnya isi die.

4. Keseragaman bobot
Keseragaman bobot merupakan berat rata-rata tiap tablet dari 20
tablet, dimana tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing
bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata. Berat tablet yang diperoleh
harus secara rutin diukur untuk membantu memastikan bahwa setiap tablet
mengandung bobot tablet yang tepat.
5. Waktu hancur
Supaya komponen obat dapat diabsorpsi dalam saluran pencernaan,
maka tablet harus hancur dan melepaskan obatnya ke dalam cairan tubuh
untuk dilarutkan. Daya hancur tablet juga penting untuk tablet yang
mengandung bahan obat yang tidak dimaksudkan untuk absorpsi tetapi
untuk obat yang bekerja lokal dalam saluran cerna seperti antasida dan anti
diare.
Kelarutan obat dari pecahan-pecahan obat yang hancur dapat
mengontrol bioavailabilitas obat, karenanya waktu hancur dapat digunakan
sebagai petunjuk dalam pembuatan formula optimum obat serta sebagai uji
kontrol dalam proses untuk menjamin keseragaman antar batch. Akan
tetapi uji waktu hancur tidak memberi jaminan bahwa partikel-partikel
akan melepas bahan obat dengan kecepatan yang seharusnya.
6. Keragaman bobot
Persyaratan keragaman bobot dapat diterapkan pada produk yang
mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih
dari bobot satuan sediaan. Uji keragaman bobot dalam tablet dilakukan
untuk menetapkan kadar zat aktif. Dipilih tidak kurang dari 30 tablet
satuan. Ditimbang seksama 10 tablet satu per satu, dan dihitung bobot
rata-rata. Dari hasil penetapan kadar yang diperoleh seperi yang tertera
pada masing-masing monografi, dihitung jumlah zat aktif dari masing-
masing dari 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen.

8
BAB III

ALAT BAHAN DAN PROSEDUR KERJA

3.1 Alat Dan Bahan

3.1.1 Alat
Alat yang digunakan antara lain jangka sorong, hardness tester, friabilitor,
pipet volume 5 ml, pipet gondok 10 ml, labu erlenmeyer 50 ml dan 100 ml, labu
ukur 10 ml, 50 ml dan 100 ml, beaker glass 250 ml dan 500 ml, spatel, pipet tetes,
timbangan analitik, mortir, stamper, friabilator dan spektrofotometer uv-vis.

3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain tablet Ciproflokxacin 500 mg, zat
Ciproflokxacin murni, aqua dest.

3.2 Prosedur Kerja

1. Pengamatan Organoleptis
Dilakukan pengamatan terhadan warna, bau dan rasa.

2. Uji Keseragaman bobot


Sebanyak 20 tablet ditimbang dan dihitung bobot rata-rata tablet. Bila
ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari dua tablet menyimpang dari
bobot rata-rata lebih dari yang ditetapkan pada kolom A pada Tabel 1
terhadap bobot rata-rata. Dan tidak satu tablet pun yang menyimpang dari
bobot rata-rata lebih dari harga yang ditetapkan kolom B pada Tabel 1.

9
Tabel 1 Penyimpangan Keseragaman Bobot

Bobot rata-rata (mg) % Penyimpangan A %Penyimpangan B


<25 15 30
26-150 10 20

151-300 7,5 15
>300 5 10
3. Uji Keseragaman ukuran
Diambil secara acak 20 tablet, lalu diukur diameter dan tebalnya
menggunakan jangka sorong.

4. Uji Kekerasan
Dilakukan menggunakan hardness tester terhadap 20 tablet yang diambil
secara acak. Kekerasan diukur berdasarkan luas permukaan tablet dengan
menggunakan beban yang dinyatakan dalam kg/cm2.

5. Uji Friabilitas
Sebanyak 20 tablet diambil secara acak dan dibersihkan satu-satu dengan
sikat halus lalu ditimbang (w0). Dimasukkan semua tablet ke dalam alat
friabilator lalu diputar sebanyak 100 putaran. Setelah selesai, tablet
dibersihkan lagi dan ditimbang (w1).

W 0W 1
% friabilitas = W0 x 100%

6. Uji Disintegrasi
Dengan menggunakan alat desintegrator, masukkan 6 tablet pada masing-
masing tabung dari keranjang, kemuadian masukkan satu cakram pada tiap
tabung dan alat dijalankan. Digunakan air bersuhu 37 2 sebagai media.
Keranjang dinaik-turunkan secara teratur 30 kali tiap menit. Pada akhir
batas waktu, keranjang diangkat dan diamati semua tablet.

7. Uji Keseragaman bobot


a. Penetapan panjang gelombang maksimum
Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan cara
membuat larutan standar Ciproflokxacin dalam aquadest dengan
konsentrasi 10 (g/mL), kemudian diukur absorbansinya pada panjang

10
gelombang 200 - 400 nm dan ditentukan panjang gelombang serapan
maksimumnya dengan blangko aquadest.
b. Pembuatan kurva baku Ciproflokxacin
Larutan standar Ciproflokxacin dibuat berbagai konsentrasi yaitu 4
ppm, 5 ppm, 6 ppm, 7 ppm, 8 ppm, 10 ppm, Absorbansi diukur pada
panjang gelombang serapan maksimumnya yaitu 253 nm, sehingga
diperoleh regresi linier.
c. Penetapan kadar sampel (tablet Ciproflokxacin 500 mg)
Sampel ditetapkan kadarnya dengan menggunakan Spektrofotometri
UV pada panjang gelombang serapan maksimum ( maks) yaitu 253
nm dengan blangko asam asetat 6 %. Konsentrasi Ciprofokxacin dalam
sampel ditetapkan dengan dilakukan pengenceran terlebih dahulu
menjadi100 ppm.

BAB IV
HASIL

4.1 Hasil Organoleptis


Hasil organoleptis menunjukkan bahwa tablet Ciproflokxacin berwarna putih,
tidak berbau dan rasa pahit.

4.2 Hasil Keseragaman Ukuran

Tabel 4.2 Hasil Keseragaman Ukuran Tablet Ciproflokxacin 500 mg

11
Tablet Ke Tebal Diameter
(mm) (mm)
1 3,8 12,8
2 3,7 12,8
3 3,6 12,8
4 3,8 12,8
5 3,8 12,8
6 3,7 12,8
7 3,7 12,8
8 3,7 12,6
9 3,6 12,7
10 3,6 12,8
11 3,6 12,8
12 3,7 12,7
13 3,6 12,8
14 3,6 12,8
15 3,7 12,7
16 3,6 12,7
17 3,7 12,7
18 3,7 12,7
19 3,7 12,8
20 3,8 12,7
Rata-rata 3,685 12,75

4.3 Hasil Kekerasan


Tabel 4.3 Hasil Kekerasan Tablet Ciproflokxacin 500 mg

Kekerasan
Tablet ke
(kg/cm2)
1 11
2 9
3 11
4 10
5 8
6 9
7 10
8 8
9 9
10 9
Rata-rata 9,4

4.4 Uji Friabilitas

12
Dilakukan terhadap 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu halus dan
ditimbang, dihasilkan bobot awal sebelum uji (a) sebesar 13,3664 gram dan bobot
setelah setelah uji (b) sebesar 13,317 gram. Sehingga dari data tersebut dihasilkan
angka friabilitas sebesar 0,53 %.

4.5 Hasil Keseragaman Bobot


Tabel 4.1 Hasil Keseragaman Bobot Tablet Ciproflokxacin 500 mg

Tablet Bobot Penyimpanga Tablet Bobot Penyimpanga Rata-rata


ke (gram) n ke (gram) n bobot (gram)
(%) (%)
1 0,6556 1,01 11 0,6579 0,67
2 0,6799 2,65 12 0,6612 0.17
3 0,6689 0,99 13 0,6628 0,07
4 0,6787 2,47 14 0,6574 0,74
5 0,6679 0,84 15 0,6473 2,27 0.6623
6 0,6800 2,66 16 0,6696 1,1
7 0,6635 0,17 17 0,6531 1,39
8 0,6657 0,51 18 0,6628 0,07
9 0,6569 0,82 19 0,6478 2,19
10 0,6661 0,57 20 0,6533 1,36

4.6 Uji Keragaman Bobot


4.6.1 uji keragaman bobot
Tablet Absorban Bobot (mg) % Kadar
1 0,412 0,6563 82,3
2 0,420 0,6563 83,5
3 0,415 0,6563 82,6
rata-rata 82,8

4.6.2 Tabel Keragaman Bobot


Tablet keragaman bobot (%) kadar
bobot tablet/bobot rata2 x %(kadar rata2)

13
1 0,6579 / 0,6563 x 82,8 % 83
2 0,6612 / 0,6563 x 82,8 % 83,42
3 0,6628 / 0,6563 x 82,8 % 83,62
4 0,6574 / 0,6563 x 82,8 % 82,94
5 0,6473 / 0,6563 x 82,8 % 81,66
6 0,6696 / 0,6563 x 82,8 % 84,48
7 0,6531 / 0,6563 x 82,8 % 82,4
8 0,6528 / 0,6563 x 82,8 % 82,36
9 0,6478 / 0,6563 x 82,8 % 81,63
10 0,6533 / 0,6563 x 82,8 % 82,42

4.7 Uji Disintegrasi


Dilakukan terhadap 5 tablet menggunakan alat disintegration tester, 6
tablet uji tersebut hancur dalam waktu 30 menit 41 detik, hal ini disebabkan
karena ciprofolkxacin praktis tidak larut dalam air.

14
BAB V
PEMBAHASAN

Dalam pembuatan suatu sediaan farmasi, agar sediaan yang dihasilkan


memiliki kualitas yang bagus baik dari segi fisik maupun kandungan, perlu
dilakukan suatu uji evaluasi sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan
untuk suatu sedian farmasi tertentu. Praktikum ini dilakukan bertujuan untuk
mengevalusi sediaan Tablet Ciproflokxacin 500 mg baik dari segi fisik maupun
kandungannya untuk menentukan kualitas sediaan tersebut. Uji fisik yang
dilakukan meliputi uji organoleptis, uji keseragaman bobot, keseragaman ukuran,
friabilitas, uji kekerasan, dan uji disintegrasi. Uji keseragaman kandungan
dilakukan dengan uji keragaman bobot karena jumlah zat aktif yang terkandung
didalam sediaan lebih dari 50 mg.
Uji keseragaman bobot dilakukan terhadap 20 tablet yang ditimbang satu
persatu dan dihitung bobot rata-ratanya. Penyimpangan dihitung dengan cara
membandingkan bobot masing-masing tablet terhadap bobot rata-rata tablet. Dari
pengamatan yang dilakukan terhadap tablet tersebut, tablet memenuhi persyaratan
keseragaman bobot, dimana tidak ada satupun tablet yang menyimpang dari bobot
rata-rata dan lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A maupun kolom
B.
Uji friabilitas dilakukan untuk mengukur parameter ketahanan permukaan
tablet tersebut terhadap gesekan yang kemungkinan dialami selama proses
pengemasan dan pengiriman. Prinsip dari pengujian friabilitas ini adalah
menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam
friabilator selama waktu tertentu. Dari pengujian didapatkan angka (f) sebesar
0,53% yang berarti memenuhi persyaratan, dimana sediaan tablet yang baik
memiliki angka friabilitas dibawah 10%.
Uji kekerasan dilakukan dengan menggunakan alat hardness tester dan
dinyatakan dengan kg/cm2. Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan
ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan
terjadi keretakan tablet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian.
Kekerasan rata-rata dari tablet uji yang didapatkan adalah 9,4 kg/cm2, hal tersebut

15
memenuhi persyaratan karena berada pada rentang syarat tablet besar yaitu 7-10
kg/cm2.
Pada uji waktu hancur menggunakan disintegration tester, seluruh tablet
hancur dalam waktu 30 menit 41 detik. Waktu hancur tersebut dihitung
berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur. Tablet Ciproflokxacin tidak
memenuhi persyaratan waktu hancur. Hal ini disebabkan karena tablet
cproplokxasin praktis tidak larut dalam air. Persyaratan waktu hancur untuk tablet
tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit.
Pada uji keragaman bobot, sebelumnya dilakukan dahulu pembuatan kurva
kalibrasi dengan pembanding Ciproflokxacin. Pembanding diencerkan hingga
didapatkan serangkaian konsentrasi 4 ppm, 5 ppm, 6 ppm, 7 ppm, 8 ppm dan 10
ppm. Konsentrasi-konsentrasi tersebut diukur dengan menggunakan
spektofotometer UV pada panjang gelombang maksimum 253 nm sehingga
didapatkan persamaan kurva kalibrasi y = 01172x + 0,3596. Untuk menghitung
kadar yang terkandung dalam tablet, dilakukan dengan cara menimbang sampel
setara 500 mg bobot lalu dilakukan serangkaian pengenceran sehingga diharapkan
aborbansinya berada pada rentang absorbansi pembanding. Dari pengujian secara
duplo, didapatkan data absorbansi sampel satu, dua dan tiga berturut-turut 0,412;
0,420 dan 0,415. Dengan memasukkan angka tersebut ke persamaan kurva
kalibrasi sebagai fungsi (y), didapatkan harga (x) sebagai konsentrasi. Sampel satu
memiliki % kadar sebesar 82,3%, sampel dua sebesar 83,5 % dan sampel tiga
sebesar 82,6%. Dari ketiga kadar diatas didapat % rata-rata kadar sebesar 82,8 %.
Dari rata-rata % kadar dihitung keragaman bobot untuk sepuluh tablet dengan cara
bobot sampel dibagi bobot rata-rata sampel dikali dengan persen rata-rata kadar
maka didapat keragaman bobot sepuluh tablet adalah 83%, 83,4%, 83,6%, 82,9%,
81,6%, 84,5%, 82,4%, 82,4%, 81,63%, 82,4%. Syarat suatu tablet Ciproflokxacin
agar memenuhi persyaratan adalah bahwa tablet tersebut harus mengandung
Ciproflokxacin dengan kadar 90% - 110%. Dalam pengujian keragaman bobot ini,
tablet uji memiliki kadar pada rentang yang dipersyaratkan.

16
BAB VI
KESIMPULAN

Dari hasil pengujian evaluasi fisik maupun kandungan pada sampel Tablet
ciproflokxasin 500 mg dapat disimpulkan bahwa tablet tersebut memiliki kualitas
yang kurang baik. tablet tidak memiliki bobot yang menyimpang dari bobot rata-
rata sesuai yang tertera pada persyaratan kolom A maupun kolom B, sampel juga
memiliki angka friabilitas 0,53%, kekerasan rata-rata tablet 9,4 kg/cm2 dan waktu
hancur kurang baik 30 menit 41 detik. Pemantauan kadar dengan keragaman
bobot memberikan kadar kurang baik 82,3 %; 83,03% dan 82,52% yang berarti
tablet tersebut tidak memenuhi persyaratan kandungan Ciproflokxacin suatu tablet
yaitu berada pada rentang 90%-110%.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Anief, M. (2007). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.
2. Departemen Farmakologi Dan Terapeutik Fakultas Kedokteran. (2007).
Farmakologi Dan Terapi. Edisi 5, hal 1. Jakarta: Gaya Baru.
3. Departemen Kesehatan, (1995). Farmakope Indonesia, Edisi IV.
4. Tan Hoan Tjay. (2007). Obat-Obat Penting, Edisi 6, Jakarta: PT Elex
Media Komputindo Kelompok Kompas-Gramedia.
5. Lachman, L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: UI-
Press.
6. Goodman and Gilmans. 1980. The Pharmeological Basic Of
Therapeutics. 6th. Ed.macmilan publishing co, inc
7. John S Lubel, Peter W Angus, Paul J Gow. 2003. Accidental
Ciproflokxacin poisoning. Consultant Department of Gastroenterology,
Austin Health, Melbourne, VIC.
8. Yunita, dkk. (2004). Efek hepatoprotektif rebusan herba putri-malu
(Mimosa pigra) Pada tikus terangsang Ciproflokxacin. Fakultas Farmasi:
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
9. MIMS , 2010-2011.
10. USP 26, Hal 2406.
11. British Pharmakope, 2002.

18
LAMPIRAN

Lampiran 1. Panjang Gelombang Maksimum ( maks) Ciproflokxacin

nm

Lampiran 2. Kurva Kalibrasi Bahan Baku Ciproflokxacin pada 253 nm

Konsentrasi
Larutan (g/mL) Absorban
1 4 0,125
2 5 0,232
3 6 0,311
4 7 0,46
5 8 0,581
6 10 0,82

19
0.9

0.8
f(x) = 0.11x - 0.33
0.7 R = 1
0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0
3 4 5 6 7 8 9 10 11

Lampiran 3. Perhitungan

1. Perhitungan Friabilitas

W 0W 1
% friabilitas = W0 x 100%

13,38713,317
= 13,387 x 100%

= 0,53 %

2. Perhitungan Kadar
a) Sampel 1, A = 0,6563
y = 0,331x 0,331
0,412 = 0,331x 0,331
0,412 + 0,113 = 0,331x
0, 412+ 0,113
x = 0,331

x = 6,57522
100 50
= 6,57522g/mL X 100 X 2 X 4 mL

= 410951.3 g
= 410,951 mg

20
410,951
% Kadar = 500 X 100 %

= 82,19 %.

b) Sampel 2, A = 0,6563
y = 0,331x 0,331
0,420 = 0,331x 0,331
0,412 + 0,113 = 0,331x
0, 420+0,113
x = 0,331

x = 6,646018
100 50
= 6,646018g/mL X 100 X 2 X 4

mL
= 415376,1 g
= 415,3761 mg

415,3761
% Kadar = 500 X 100 %

= 83,08 %.

c) Sampel 3, A = 0,6563
y = 0,331x 0,331
0,420 = 0,331x 0,331
0,412 + 0,113 = 0,331x
0, 415+0,113
x = 0,331

x = 6,60177
100 50
= 6,60177 g/mL X 100 X 2 X 4 mL

= 412610,6 g
= 412,6106 mg

412,6106
% Kadar = 500 X 100 %

= 82,52 %.

21
22

Anda mungkin juga menyukai