Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH HUKUM ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Hukum adalah komponen yang sangat erat hubungannya dengan
masyarakat, dan pada dasarnya hukum itu adalah masyarakat itu sendiri. Setiap
tingkah laku masyarakat selalu di monitor oleh hukum, baik hukum yang tertulis
maupun hukum yang tidak tertulis. Negara Indonesia adalah Negara hukum yang
memiliki penduduk mayoritas beragama islam, secara sengaja maupun tidak
sengaja hal tersebut mempengaruhi terbentuknya suatu aturan hukum yang
berlandaskan atas agama Islam.
Walaupun merupakan bagian integral syariah Islam dan memiliki
peran signifikan, kompetensi dasar yang dimiliki hukum Islam, tidak banyak
dipahami secara benar dan mendalam oleh masyarakat, bahkan oleh kalangan
ahli hukum itu sendiri. Sebagian besar kalangan beranggapan, tidak kurang
diantaranya kalangan muslim, menancapkan kesan kejam, incompatible dan off
to date dalam konsep hukum Islam. Ketakutan ini akan semakin jelas adanya
apabila mereka membincangkan hukum pidana Islam, ketentuan pidana potong
tangan, rajam, salab dan qisas telah off to date dan sangat bertentangan dengan
nilai-nilai kemanusian. Sedikit kita tilik, pada hakikatnya hukum islam sangat adil
(terutama hukum pidana) dan hukumannya pun dapat menimbulkan efek jera bagi
pelaku dan dapat menjadi pelajaran bagi yang lain, tetapi untuk pelaksanaan
hukuman untuk si pelaku cukup sulit, semisal pidana potong tangan bagi yang
mencuri, eksekusi tidak bisa dilaksanakan sebelum mendatangkan 4 saksi, 4 saksi
harus disumpah untuk membuktikan kebenarannya, jadi salah apabila ada orang
yang mengatakan bahwasanya hukum islam itu sangat kejam dan tidak pantas
diterapkan karena tidak manusiawi, hal ini disebabkan ia belum memahami benar
hukum islam secara menyeluruh. Bila kita memahami benar prinsip hukum islam,
kita akan mengetahui betapa adil dan membawa kemaslahatan bagi seluruh
lapisan masyarakat, karena tidak memandang jabatan atau pangkat sekalipun itu
raja apabila bersalah wajib menerima hukuman sesuai ketentuan yang berlaku.
Disini kami membahas dan mengkaji mengenai Hukum Islam beserta
unsur-unsur yang terkandung didalamnya dan penerapannya di
Indonesiadimaksudkan pembaca atau masyarakat terkhusus mahasiswa D3 Teknik
Elektro ITS-PLN 2010 memahami dengan benar konsep dan tidak salah
penafsiran mengenai hukum islam.
1.2 Rumusan Masalah
Apa itu hukum islam dan beserta ruang lingkupnya ?
Apa tujuan hukum islam dan apa saja manfaatnya ?
Berasal dari mana sumber-sumber hukum islam ?
Bagaimana dengan hukum islam yang ada di Indonesia ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan masalah ini selain untuk memenuhi tugas yang
dibebankan oleh H. MASHUDI, Dr., M.Ag. selaku dosen mata kuliah Agama
Islam, dan kami juga akan memberi gambaran tentang Hukum Islam dan
kontribusinya di hukum nasional bagi pembaca atau masyarakat terkhusus
mahasiswa S1 SAINTEK
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Islam


Dalam masyarakat Indonesia berkembang berbagai macam istilah. Istilah
satu dengan yang lainnya mempunyai persamaaan dan sekaligus perbedaan.
Istilah yang dimaksud adalah syariat islam, fikih islam dan hukum islam. Dalam
bahasa Indonesia, istilah syariat islam berarti hukum syariat atau hukum syara,
sedangkan istilah fikih islam berarti hukum fikih atau kadang-kadang hukum
islam. Syariat merupakan landasan fikih, dan fikih merupakan pemahaman orang
yang memenuhi syarat tentang syariat. Oleh karena itu, seseorang yang akan
memahami hukum islam dengan baik dan benar harus dapat membedakan antara
fikih islam dengan syariat islam.
Pada prinsipnya, syariat adalah wahyu Allah yang terdapat pada Al-
Quran dan Sunnah (hadits). Syariat bersifat fundamental, mempunyai ruang
lingkup yang lebih luas dari fikih, berlaku abadi, dan menunjukkan kesatuan
dalam islam. Sedangkan fikih adalah pemahaman manusia yang memenuhi syarat
tentang syariat sebagaimana yang terdapat dalam kitab-kitab fikih. Karena itu
sifatnya instrumental, ruang lingkupnya terbatas, tidak berlaku abadi dapat
berubah dari masa ke masa, dan dapat berbeda antara satu tempat dengan tempat
yang lain. Fikih merupakan elaborasi atau rincian terhadap syariah melalui
kegiatan ijtihad (usaha yang sungguh-sungguh yang menggunakan segenap
kemampuan yang ada dilakukan oleh ahli hukum yang memenuhi syarat untuk
mendapatkan suatu kepastian hukum yang belum jelas atau tidak ada
ketentuannya dalam al-quran ataupun hadits).
Sifat Hukum Islam
Rabbaniyyah
Sumber syariat/hukum dari Allah, artinya musyarri (pembuat syariat) adalah
Allah bukan manusia. Jika manusia pembuat syariat, maka akan terbawah dengan
rasa subyektif, kelompoisme, dan keinginan-keinginan duniawi.
Insaniyyah
Hukum Islam menghargai eksistensi manusia sebagai keturunan Adam pada
posisi yang sama, tidak ada perbedaan dalam strata sosial, hukum, politik,
ekonomi, sosial-kemasyarakatan. Yang membedakan satu dengan yang lain adalah
taqwa.
Syumul
Bahwa hukum Islam shalih li kulli zaman wa makan dan Hukum Islam meliputi
seluruh aspek hidup manusia, mulai dari manusia tidur s.d bangun lagi, baik
sebagai abdullah/individu maupun khalifatullah/kolektif
Wasathiyyah
Hukum Islam memperhatihan aspek al-tawazun/keseimbangan. Qardawi
menyatakan yang dimaksud dengan keseimbangan yaitu, hukum Islam tidak
mengabaikan, meletakkan aspek ruhiyah (spritual) dan maddiyah (materi),
fardiyah dan jamaiyah, waqiiyah (kontekstual) dan mitsaliyah (idealisme), tsabat
(tetap) dan taghayyur (perubahan).
Waqiiyyah
Hukum Islam tidak mengabaikan sunnatullah sepanjang tidak bertentangan
dengan jiwa dan ruh syariat Allah.
Contoh, pada dasarnya sholat harus pada waktunya, akan tetapi konteksnya
musafir bisa di di jamak.
Tatawwur
Hukum Islam selalu dinamis dan berdialog dengan perkembangan zaman dan
teknologi, akan tetapi hukum Islam selalau konsisten pada nilai-nilai syariat.
Tsabat
Hukum Islam konsisten dalam menjaga nilai-nilai Ilahiyah dalam kondisi dan
suasana yang musykil sekalipun.
Wadhu
Mashadir (sumber hukumnya jelas) Karena sumber hukumnya jelas, maka
falsafah nadzariyah ( kajian teoritis/ushul/qaidah fiqhiyah jelas) dan falsafah tasyri
(kerangka operasionalnya jelas). Tujuannya jelas yaitu, pengabdian hanya kepada
Allah semata, menciptakan tatanan min al-zdulamat ilaa al-nuur dalam berbagai
bidang, salaman fi al-dunya wa-alakhirat.

2.2 Ruang Lingkup Hukum Islam


Hukum islam baik dalam pengertian syariat atau fikih dapat dibagi menjadi 2
bagian, yaitu :
Badah : aktifitas seorang mukmin yang bersifat vertikal (hablu min Allah)
secara ritual tata cara dan pelaksanaannya telah diatur dengan rinci oleh Allah dan
Rasulnya (dalam Hadits), yaitu shalat, zakat dan haji. Sifatnya tetap, tidak dapat
dirubah atau dirombak secara asasi mengenai hukum, susunan, cara, dan tata
ibadah itu sendiri, yang mungkin berubah hanyalah sarana penunjang dan alat-alat
modern dalam pelaksanaannya.
Muamalah : Ketetapan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan
lainnya yang terbatas pada aturan-aturan pokok, dan tidak seluruhnya diatur
secara rinci sebagai ibadah. Oleh karena itu sifatnya terbuka untuk dikembangkan
melalui ijtihad manusia yang memenuhi syarat untuk melakukan usaha itu
Hukum islam tidak membedakan dengan tajam antara hukum perdata dengan
hukum publik seperti halnya dalam hukum barat. Karena menurut hukum islam
pada hukum perdata ada segi-segi publik, dan pada hukum publik ada segi-segi
perdatanya.

2.3 Tujuan Hukum Islam


Secara umum, para pakar hukum Islam, merumuskan bahwa tujuan hukum
Islam adalah kebahagiaan hidup manusia dengan jalan mengambil segala yang
bermanfaat dan mencegah atau menolak segala yang mudarat (dan yang
membawa pada mudarat). Dengan kata lain, tujuan hukum dalam Islam adalah
untuk memberikan kemasalahatan hidup bagi manusia, baik rohani maupun
jasmani, individu dan sosial. Kemaslahatan itu tidak hanya untuk kehidupan di
dunia saja, tetapi juga untuk kehidupan di akhirat kelak. Muhammad Ab Zahrah
dalam kaitan ini menegaskan bahwa tujuan hakiki hukum Islam adalah
kemaslahatan. Tak satupun hukum yang disyariatkan dalam al-Qur`an maupun
sunnah kecuali di dalamnya terdapat kemaslahatan.
Berikut 5 tujuan hukum islam :
1. Pemeliharaan Agama
Hal tersebut merupakan tujuan utama dalam hukum Islam sebab agama
merupakan pedoman hidup manusia yang memiliki komponen akidah, sariah dan
akhlak maka hukum Islam wajib melindungi agama yang dianut seseorang dan
menjamin kemerdekan seseorang untuk beribadah menurut keyakinan agamanya.
Hal ini disebutkan dalam Q.S. Al-Baqarah : 256
2. Pemeliharaan Jiwa
Hukum islam wajib memelihara hak manusia untuk hidup dan mempertahankan
kehidupannya dan hukum islam melarang pembunuhan (surat 17 ayat 33)
3. Pemeliharaan Akal
Dengan mempergunakan akalnya menusia dapat berpikir tentang Allah, alam
semesta dan dirinya sehingga manusia dapat mengembangkan IPTEK, oleh sebab
itu hukum islam melarang meminum-minuman yang memabukkan atau khamar
(Q.S : 5 ayat 90) dan menghukum setiap perbuatan yang merusak akal manusia.
4. Pemeliharaan Keturunan
Agar kemurnian darah dapat dijaga dan kelangsungan keturunan dapat diteruskan
maka pemeliharaan keturunan wajib dilaksanakan dan hal tersebut tercermin
dalam hubungan darah menjadi syarat untuk dapat saling mewarisi (Q.S : 4 ayat
11)
5. Pemeliharaan Harta
Harta merupakan pemberian Tuhan kepada manusia dengan tujuan agar dapat
mempertahankan hidup dan kelangsungan hidupnya, oleh karena itu hukum islam
melindungi manusia untuk mempertahankan harta, yaitu meliputi : melindungi
kepentingan harta seseorang masyarakat dan negara dari penipuan (QS 4:29),
penggelapan (QS.4:58), perampasan (QS.5:33), pencurian (QS.5:38), peralihan
harta seseorang setelah meninggal dunia (waris), peralihan harta sebelum
meninggal dunia (wakaf atau hibah), kejahatan-kejahatan harta orang lain baik
perdata maupun pidana.
Jadi hukum islam ditetapkan Allah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia itu
sendiri, baik bersifat primer, sekunder, maupun tersier (dloruri, haaji, tahsini).

Sumber hukum islam adalah asal (tempat pengambilan) hukum Islam.


Sumber hukum islam disebut juga dengan istilah dalil hukum islam atau pokok
hukum islam atau dasar hukum islam. Dilihat dari sumber-sumber hukumnya,
sumber hukum islam merupakan konsepsi hukum islam yang berorientasi kepada
agama dengan dasar doktrin keyakinan dalam membentuk kesadaran hukum
manusia untuk melaksanakan syariat, sumber hukumnya merupakan satu
kesatuan yang berasal dari hanya firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad.

2.4 Sumber Hukum Islam


Al Quran
Al Quran berasal dari kata Qaraa yang artinya membaca, membaca
dengan bersuara. Sehingga makna Al Quran berarti buku yang dibaca atau buku
yang mestinya dibaca atau bila dihubungkan dengan kepercayaan Islam berarti
buku yang selamanya akan tetap dibaca.
Menurut istilah Quran berarti kumpulan wahyu Allah yang diterima oleh
Nabi Muhammad SAW selama menjalankan kenabiannya melalui malaikat Jibril
untuk disebarluaskan kepada umat manusia. Adapun wahyu yang pertama turun
ialah Surat Al Alaq, dan sebagai ayat terakhir ialah Surat Al Maidah ayat ke 3.
Menurut Prof. Mahmud Shaltout bahwa Al-Quran adalah sumber hukum bukanlah
kitab hukum atau lebih tepatnya bukan kitab undang-undang dalam pengertian
biasa. Sebagai sumber hukum ayat-ayat Al-Quran tidaklah menentukan syariat
sampai pada bagian kecil yang mengatur muamalat usaha manusia.
Ciri-ciri khas pembentukan hukum dalam Al-Quran antara lain sebagai berikut:
a) Ayat-ayat al-Quran lebih cenderung untuk memberi patokan-patokan umum
daripada memasuki persoalan sampai detailnya.
b) Ayat-ayat menunjukkan adanya (beban) kewajiban bagi manusia tidak perbah
bersifat memberatkan.
c) Sebagai patokan ditetapkan kaidah
d) Dugaan atau sangkaan tidak boleh dijadikan dasar penetapan hukum
e) Ayat-ayat yang berhubungan dengan penetapan hukum tidak pernah
meninggalkan masyarakat sebagai bahan pertimbangan
f) Penerapan hukum khususnya hukum pidana dan yang bersifat perubahan
hukum tidak mempunyai daya surut.

Hadist atau Sunnah


Hadist menurut logat berarti: kabar, berita atau hal yang diberikan turun-temurun.
Hadist menurut istilah dalam agama berarti: berita turun-temurun tentang
perkataan, perbuatan Nabi atau kebiasaan nabi ataupun hal-hal yang diketahuinya
terjadi diantara sahabat tetapi dibiarkannya. Sunnah menurut logat berarti jalan
atau tabiat atau kebiasaan. Sunnah menurut istilah ialah jalan yang ditempuh atau
kebiasaan yang dipakai atau diperintahkan oleh Nabi.
Sunnah ada tiga macam:
1. Sunnah Qauliah ialah berupa perkataan Nabi mengenai suruhan, larangan atau
mengenai sesuatu keputusan.
2. Sunnah Filiah ialah mengenai perbuatan, sikap atau tindakan Nabi.
3. Sunnah Taqririyah ialah perkataan atau perbuatan salah seorang sahabat di
hadapan Nabi atau diketahui oleh Nabi tetapi dibiarkan.
Perlu ditegaskan pula bahwa ada ucapan-ucapan Nabi yang bukan merupakan
sunnah dan juga bukan merupakan bagian dari Quran yang disebut hadist Qudsi.
Hadist Qudsi merupakan hadist suci yang isinya berasal dari Tuhan, disampaikan
dengan kata-kata Nabi sendiri. Hadist ini merupakan dasar kehidupan spiritual
Islam.
Kedudukan hadist dalam pembinaan hukum:
Mentafsirkan ayat-ayat Quran dan menerangkan makna/artinya Contoh Surat
Al Anam ayat 82:orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri mereka
dengan kedholiman. Arti kedholiman disini ialah sifat sirik.
Menjelaskan dan memberikan keterangan pada ayat-ayat yang MUJMAL atau
yang belum terang. Contoh Surat Al Kausar ayat 2: Maka dirikanlah sembahyang
sholat karena Tuhannmu
Mentachshiskan atau mengkhususkan ayat-ayat bersifat umum. Misalnya ayat
mengenai warisan. Hal ini kemudian dijelaskan dalam hadist bahwa warisan itu
hanyalah dijalankan dengan syarat persesuaian agama, tidak terjadi pembunuhan
dan perbudakan.
Mentaqyidkan atau memberi pembatasan bagi ayat-ayat yang mutlak. Misalnya
ayat mengenai pemotongan tangan bagi pencuri laki-laki dan perempuan.
Kemudian nabi memberikan nisab atau minimal pencurian dan syarat-syarat
pemotongan.
Menerangkan makna yang dimaksud dari suatu nas yang muktamil (menurut
lahirnya boleh ditafsirkan dengan berbagai tafsiran)
Sunnah/hadist membuat berbagai macam hukum baru yang tidak disinggung
Al-Quran.

Royu
Adalah akal pikiran yang memenuhi syarat untuk berusaha, berpikir dengan
seluruh kemampuan yang ada padanya memahami kaidah-kaidah hukum yang
fundamental yang terdapat dalam Al-Quran maupun dalam Hadist dan
merumuskan menjadi garis-garis hukum yang dapat dilaksanakan pada kasus
tertentu.
Yang berupa:
1. Qiyas

Adalah menyamakan hukum suatu hal yang tidak terdapat ketentuannya di dalam
al-Quran dan Sunnah dengan hal (lain) yang hukumnya disebut dalam Quran
dan Sunnah karena persamaan illat (penyebabnya).

Pendapat lain mengatakan bahwa qiyas ialah menetapkan suatu hukum dari
masalah baru yang belum pernah disebutkan hukumnya dengan memperhatikan
masalah lama yang sudah ada hukumnya yang mempunyai kesamaan pada segi
alasan dari masalah baru tersebut. Dalam ilmu hukum qiyas disebut dengan
analogi.
Contoh : larangan meminum khamar dengan menetapkan bahwa semua minuman
keras, apapun namanya, dilarang diminum dan diperjualbelikan untuk umum.

2. Ijma
Adalah persetujuan atau kesesuaian pendapat antara para ahli mengenai suatu
masalah pada suatu tempat di suatu masa. Pendapat lain mengatakan bahwa idjma
ialah kebulatan pendapat para ulama besar pada suatu masa dalam merumuskan
suatu yang baru sebagai hukum islam. Konsesus Idjma ada dua yaitu:

Idjma qauli kalau konsesus para ulama itu dilakukan secara aktif dengan lisan
terhadap pendapat seseorang ulama atau sejumlah ulama tentang perumusan
hukum baru yang telah diketahui umum.
Idjma sukuti kalau konsensus terhadap hukum baru dilakukan secara diam
(tidak memberi tanggapan).

Contoh: di Indonesia ijmak mengenai kebolehan beriteri lebih dari seorang


berdasarkan ayat Quan Surat An-Nisa.

3. Marsalih Al Mursalah
Adalah cara menentukan hukum sesuatu hal yang tidak terdapat ketetuannya baik
dalam Quan maupun Hadist, berdasarkan pertimbangan kemaslahatan
masyarakat atau kepentingan umum. Misalnya pemungutan pajak penghasilan
untuk dalam rangka untuk pemerataan pendapatan dan pemeliharaan fasilitas
umum.

4. Istihsan
Cara menetukan hukum dengan jalan menyimpang dari ketentuan yang ada demi
keadilan dan kepentingan sosial.

Contoh: pencabutan hak milik seseorang atas tanah untuk pelebaran jalan,
pembuatan irigasi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial.
5. Urf atau adat istiadat
Adat istiadat ini tentu saja yang berkenaan dengan soal muammalat. Sepanjang
adat istiadat itu tidak bertentang dengan ketentuan dalam Quran dan Hadist serta
tidak melanggar asas-asas hukum Islam di bidang muammalat, maka menurut
kaidah hukum islam yang menyatakan adat dapat dikukuhkan menjadi hukum
(al-adatu muhakkamah).

Dasarnya:
- Dalam Quran: Apa yang dilihat oleh orang Islam baik, maka baik bagi Allah
juga.
- Dalam Hadist: Nabi menyuruh mereka berbuat baik dan melarang berbuat
mungkar.
Syarat-syarat Urf sebagai sumber Hukum:

Urf harus berlaku terus menerus atau kebanyakan berlaku


Urf yang dijadikan sebagai sumber hukum bagi suatu tindakan harus terdapat
pada waktu diadakannya tindakan tersebut.
Tidak ada penegasan (nas) yang berlawanan denga urf
Pemakaian urf tidak akan mengakibatkan dikesampingkannya nas yang pasti
dari syariat.
Hukum Adat baru boleh berlaku kalau kaidah-kaidahnya tidak ditentukkan
dalam Al-Quran dan Sunnah Rasul, tetapi tidak bertentangan dengan keduanya,
sehingga tidak memungkinkan timbulnya konflik antar sumber-sumber hukum itu.

2.5 Kontribusi Umat Islam dalam Perumusan dan Penegakan Hukum di Indonesia
Nampak jelas setelah indonesia merdeka. Sebagai Hukum yang tumbuh
dan berkembang dalam masyarakat, hukum islam telah menjadi bagian dan
kehidupan bangsa indonesia yang mayoritas beragama islam.
Kontribusi umat islam dalam perumusan dan penegakan hukum semakin nampak
jelas dengan diundangkannya beberapa peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan hukum islam.

a) Undang-undang Nomor 1 Tahun1974 tentang Perkawinan.


b) Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik.
c) Undang-Undang Nomor Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
d) Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam.
e) Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat

Penegakan hukum islam dalam praktik bermasyarakat dan bernegara


memang harus melalui proses, yaitu proses kultural dan dakwah. Apabila Islam
telah memasyarakat (dipahami secara baik), sebagai konsuekuensinya hukum
islam harus ditegakkan melalui perjuangan legalisasi. Didalam negara yang
penduduknya mayoritas muslim, kebebasan mengeluarkan pendapat/berpikir
harus ada. Hal ini diperlukan untuk mengembangkan pemikiran hukum islam
yang benar-benar teruji, baik dari segi pemahaman maupun segi
pengembangannya. Dalam ajaran islam ditetapkan bahwa umat islam mempunyai
kewajiban untuk mentaati hukum yang telah ditetapkan Allah. Persoalannya,
bagaimanakah sesuatu yang wajib menurut hukum islam menjadi wajib pula
menurut perundang-undangan. Hal ini jelas memerlukan proses dan waktu untuk
merealisasikannya

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hukum islam adalah hukum yang mengatur segala aspek kehidupan umat
muslim, sumber-sumbernya berasal dari Al-Quran, Hadits dan Royu, jelas tidak
diragukan lagi, tujuan pun sangat mulia yakni untuk memberikan kemasalahatan
hidup bagi manusia, baik rohani maupun jasmani, individu dan sosial.
Kemaslahatan itu tidak hanya untuk kehidupan di dunia saja, tetapi juga untuk
kehidupan di akhirat kelak
Hukum Islam memiliki banyak kontribusi terhadap hukum nasional Indonesia.
Hal itu dapat dilihat, misalnya, dari produk perundangan yang dibuat pemerintah
dan parlemen untuk mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara

3.2 Saran
Hukum islam adalah hukum yang telah ditetapkan Allah, Allah tau
yang terbaik buat hamba-hambanya, dan tujuan pun sangat mulia yakni untuk
memberikan kemasalahatan hidup bagi manusia, baik rohani maupun jasmani,
individu dan sosial. Kemaslahatan itu tidak hanya untuk kehidupan di dunia saja,
tetapi juga untuk kehidupan di akhirat kelak

Jadi tidak ada salahnya kita mengadopsi hukum islam kedalam hukum nasional
mengingat penduduk di Indonesia mayoritas adalah muslim, tetapi dengan catatan
tidak menimbulkan perpecahan karena agama di Indonesia tidak hanya islam,
seperti contoh pada jaman Nabi Muhammad, hukum islam ditegakkan walaupun
di Arab agama tidak hanya islam, Nabi tetap melindungi dan memberikan hak-
haknya, dan tidak ada pendiskreditan terhadap pemeluk agama lain. Karena dalam
islam tidak ada pemaksaan untuk memeluk agama islam sesuai firman Allah
bagimu agamamu dan bagiku agamaku

DAFTAR PUSTAKA
http://darusnal.blogspot.com/2009/10/hukum-islam.html
http://balianzahab.wordpress.com/makalah-hukum/hukum-islam/
http://nuravik.wordpress.com/2010/08/20/sifat-sifat-hukum-islam/
http://irfanaseegaf.multiply.com/journal/item/3
Buku Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi oleh Wahyuddin, Achmad,
M.Ilyas, M.Saifulloh, Z.Muhibbin

Anda mungkin juga menyukai