MELALUI KULIT
PENDAHULUAN
Pada penelitian efek sistemik, zat aktif harus masuk keperedaran darah dan
selanjutnya dibawa ke jaringan yang kadang-kadang terletak jauh dari tempat
pemakaian dan pada konsentrasi tertentu dapat menimbulkan efek farmakologik.
Kulit merupakan jaringan perlindungan yang lentur dan elastic, menutupi seluruh
permukaan tubuh dan merupakan 5% berat tubuh. Kulit sangat berperan pada
penaturan suhu tubuh dan mendeteksi adanya rangsangan dari luar serta untuk
mengeluarkan kotoran.
Kulit dibentuk dari tumpukan 3 (tiga) lapisan berbeda yang berturutan dari luar
ke dalam yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis yang tersusun atas pembuluh darah
dan pembuluh getah bening, ujung-ujung syaraf dan lapisan jaringan di bawah kulit
yang berlemak atau yang disebut hypodermis. Kulit mempunyai aneksa, kelenjar
keringat dan kelenjar sebum (glandula sebaceous) yang berasal dari lapisan
hypodermis atau dermis dan bermuara pada permukaan dan membentuk daerah yang
tidak berkesinambungan pada epidermis (Gambar 1).
1.1 EPIDERMIS
Sejumlah buku mencurahkan perhatiannya pada studi histologik epidermis;
diantaranya yang terbaru dan perlu dicatat adalah buku karangan Montagna (1) dan
Lobitz (2) dan Jarret (3)
Epidermis merupakan lapisan epitel, tebal rata-rata 200 m. dengan sel-sel yang
berdeferensiasi bertahap dari bagian yang lebih dalam menuju ke permukaan dengan
proses keratinisasi. Epidermis dibedakan atas 2 bagian lapisan malfigi yang hidup,
menempel pada dermis, dan lapisan tanduk yang tesusun atas sekumpulan sel-sel mati
yang mengalami keratinisasi (Gambar 2).
1.1.1 Sel malfigi
Lapisan dasar atau stratum germinativum tersusun atas deretan sel unik
berbentuk kubus dengan sisi 6 m yang saling berhimpitan satu dengan lainnya dan
terletak di atas membrane basal, terpisah dari dermis oleh epidermis. Lapisan sel-sel
ini merupakan pusat kegiatan metabolic yang mengendalikan pembelahan sel dan
pembentukan sel-sel sub-junction lainnya.
Selama perubahan, sel-sel malfigi membuat dua elemen spesifik yaitu
senyawa protein alami : tonofibril, granul keratohialin, atau senyawa lipida ;
lembaran Odland. Tonofibril merupakan benang protein yang miskin belerang,
tergabung membentuk serabut dengan diameter sekitar 100 . Sebagian serabut
tersebut melekat pada dinding sel pada bagian desmosom, yang lainnya bebas dalam
sitoplasma. Berbeda dengan tono-fibril, granul keratohialin merupakan protein amorf
yang kaya akan belerang.Granul lipida ternyata lebih kecil di bandingkan dengan sel-
sel yang menyusun keratohialin, dan hal ini telah dibuktikan. Sel-sel tersebut lebih
sering disebut lembaran Odland atau membrane granul bersalut. Lembaran tersebut
dipenuhi oleh lipida yang tersusun atas lapisan rangkap 2 (dua) yang merupakan
helaian dengan tebal 20 di kelompokkan dan diberi nama berdasarkan struktur
mikroskopik membrane seluler atau myelin (4,5). Secara skematik sel tanduk dan
berbagai perubahan kimia senyawa penyusunannya dapat dilihat pada gambar 3.
Kontak antara sel epidermis berkelok-kelok. Besar ruang antar sel beragam,
diselubungi oleh semen yang yang terdiri atas glukosaminoglikan, tetapi dapat
melewatkan senyawa-senyawa nutritive mulai dari dermis melintasi epidermis yang
tidak berpembuluh darah. Ikatan antar sel terutama ditentukan oleh desmosoma yang
tampak sebagai membrane rangkap dan tebal serta saling berhadapan.
Pada akhir deferensisai sel mucus malfigi yang berlendir, lembaran Odland
bergeser menuju perifer dan mengosongkan isinya melalui eksositosis dalam ruang
seluler yang berisi lembaran lipida, yang sejajar dengan membrane. Pada tahap ini
terbentuk sawar difusi terhadap air dan senyawa-senyawa yang larut dalam air.
2.1 PENYERAPAN
Masalah penyerapan perkutan belum terselesaikan secara tuntas. Pengkajian yang
dilakukan terbatas pada factor-faktor yang dapat mengubah ketersediaan hayati zat
aktif yang terdapat dalam sediaan yang dioleskan pada kulit.
2.1.1 Lokalisasi sawar
Kulit mengandung sejumlah bentukan bertumpuk yang spesifik yang dapat
mencegah masuknya bahan-bahan kimia. Hal tersebut disebabkan oleh adanya
lapisan ti[is lipida pada permukaan, lapisan tanduk dan lapisan epidermis malfigi.
Namun ada suatu celah yang berhubungan langsung dengan kulit bagian dalam yang
dibentuk oleh kelenjar sebasea yang membatasi bagian luar dan cairan ekstraseluler,
juga merupakan sawar tapi kurang efektif, terdiri atas sebum dan deretan sel-sel
germinatif.
Peranan lapisan lipida yang tipis dan tidak beraturan pada permukaan kulit
(0,4 4 m) terhadap penyerapan dapat diabaikan. Peniadaan lapisan tersebut oleh
eter, alcohol atau sabun-sabun tertentu tidak mengubah secara nyata permeabilitas
kulit (9), gejala yang sama juga terlihat setelah pengolesan pada permukaan kulit
yang mempunyai sebum setebal 30 m (10). Lapisan lipida dapat ditembus senyawa-
senyawa lipofilik dengan cara difusi dan adanya kolesterol menyebabkan senyawa
yang larut dalam air dapat teremulsi.
Peniadaan bertahap lapisan seluler pada lapisan tanduk (stratum corneum)
dengan bantuan suatu plester akan membersihkan lapisan malfigi dan secara nyata
menyebabkan peningkatan permeabilitas kulit terhadap air (11), etanol (12) dan
kortikosteroid (13). Peningkatan permeabilitas tersebut tidak terjadi pada semua
senyawa, misalnya perhidroskualen tidak dapat menembus kulit tikus yang lapisan
tanduknya dihilangkan (14).
Jadi lapisan Malfigi menghalangi penembusan senyawa tertentu, tetapi tidak
spesifik. Lapisan ini bersifat seperti membrane biologis lainnya dan menunjukkan
selektivitas tertentu terhadap senyawa yang murni lipofil, misalnya pehidroskualen
(14), atau hidrofil : Natrium dodesil sulfat yang tidak atau sangat sedikit diserap (15).
Sawar kulit disusun terutama oleh lapisan tanduk (stratum corneum), namun
demikian cuplikan lapisan tanduk (stratum corneum) terpisah mempunyai
permeabilitas yang sangat rendah dengan kepekaan yang sama seperti kulit utuh
(16,17). Lapisan tanduk secara keseluruhan berperan melindungi kulit (18,9). Deretan
sel-sel pada lapisan tanduk saling berikatan dengan kohesi yang