Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Imunitas merupakan suatu mekanisme untuk mengenal suatu zat
atau bahan yang dianggap sebagai benda asing terhadap dirinya,
selanjutnya tubuh akan mengadakan tanggapan (respon imun) dengan
berbagai cara, seperti netralisasi atau melenyapkan, dengan akibat tidak
selalu menguntungkan bagi tubuh yaitu terjadinya kerusakan jaringan
tubuh sendiri (Subowo, 2009).
Respon imun adalah respon tubuh berupa satu urutan kejadian
yang kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut.
Respon imun ini dapat melibatkan berbagai macam sel dan protein,
terutama sel makrofag, sel limfosit, komplemen, dan sitokin yang saling
berinteraksi secara kompleks. Mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas
mekanisme pertahanan non spesifik dan mekanisme pertahanan spesifik
(Akip, dkk., 2010).
Respon imun non spesifik (innate immunity) merupakan imunitas
alamiah yang telah ada sejak lahir. Imunitas ini tidak ditujukan hanya
untuk satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen, jadi bukan
merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu. Respon imun
spesifik merupakan mekanisme pertahanan yang ditujukan khusus
terhadap satu jenis antigen, karena itu tidak dapat berperan terhadap
antigen jenis lain. Imun spesifik mampu mengenali kembali antigen yang
pernah dijumpainya (memiliki memory), sehingga paparan berikutnya
akan meningkatkan efektifitas mekanisme pertahanan tubuh (Kresno,
2003).

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa pengertian sistem imun?
b. Apa fungsi sistem imun?
c. Apa macam-macam sistem imun?
d. Bagaimana respon imunitas dalam tubuh?

1.3. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dari sistem imun
b. Untuk mengetahui fungsi dari sistem imun
c. Untuk mengetahui macam-macam dari sistem imun
d. Untuk mengetahui respon imunitas di dalam tubuh

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sistem Imun


Tubuh manusia memiliki suatu sistem pertahanan terhadap benda
asing dan patogen yang disebut sebagai sistem imun. Respon imun timbul
karena adanya reaksi yang dikordinasi sel sel, molekul molekul
terhadap mikroba dan bahan lainnya. Sistem imun terdiri atas sistem imun
alamiah atau non spesific (natural/innate/native) dan di dapat atau
spesifik (adaktif/acquired). Baik sistem imun non spesific maupun
spesific memiliki peran masing masing, keduanya memiliki kelebihan
dan kekurangan namun sebenarnya kedua sistem tersebut memiliki kerja
sama yang erat.

2.1.1.Sistem Imun non Spesifik


Sistem imun non spesifik bekerja dengan memberi respon
pada antigen meskipun tidak ada ingatan mengenai antigen
tersebut. Sistem ini bersifat alami dengan pengertian bahwa sistem
ini didapatkan sejak lahir dan tidak diakibatkan oleh kontak
terlebih dahulu dengan agen penular penyakit (Delves et al., 2011).
Sistem imun non spesifik bekerja dengan memberikan respon
langsung, dan biasanya cepat, apabila terjadi infeksi oleh patogen
potensial yang banyak terdapat di lingkungan tanpa menunjukkan
spesifitas terhadap patogen tertentu.
Jalan yang termudah menghindari infeksi adalah mencegah
mikroorganisme-mikroorganisme berhasil masuk ke dalam tubuh.
Garis pertahanan utama adalah kulit, yang apabila utuh, tidak dapat
ditembus oleh hampir seluruh agen-agen penular penyakit (Delves
et al., 2011). Kebanyakan mikroba tidak dapat menembus kulit
yang sehat, namun beberapa dapat masuk tubuh melalui kelenjar
sebaseus dan folikel rambut. pH asam keringat dan sekresi
sebaseus, berbagai asam lemak yang dilepas kulit mempunyai efek
denaturasi terhadap protein membran sehingga dapat mencegah
infeksi yang dapat terjadi melalui kulit (Kresno, 1996). Pertahanan
lain terdapat pada saluran pernafasan, pencernaan dan saluran
urogenital. Pada saluran pernafasan terdapat mukosa dan sel-sel
silia yang dapat rusak karena pengaruh lingkungan, ataupun karena
kerusakan bawaan. Pada saluran pencernaan, terdapat banyak
enzim dan juga empedu yang menyebabkan sebagian besar bakteri
tidak mampu bertahan dari kerusakan. Saluran urogenital bertahan
dengan adanya mukos pada vagina dan uretra (Flaherty, 2011).
Apabila mikroorganisme berhasil masuk ke dalam tubuh,
dua cara pertahanan utama berperan yaitu penghancuran
mikroorganisme oleh senyawa penghancur seperti enzim
bakterisidal dan mekanisme fagositosis yang arti sesungguhnya
dimakan oleh sel (Delves et al., 2011). Fagosit, sel Natural
Killer (NK), sel mast dan eosinofil berperan dalam sistem imun
non spesifik untuk pertahanan selular. Sel-sel imun tersebut dapat
ditemukan dalam sirkulasi atau jaringan. (Baratawidjaja &
Rengganis, 2009). Beberapa komplemen serta mediator sistem
imun, seperti interferon dan interleukin juga berperan dalam sistem
imun non spesifik (Burmester & Pezzutto, 2003). Komplemen
merupakan glikoprotein yang dapat secara langsung berinteraksi
dengan permukaan bakteri tanpa adanya keterlibatan dari antibodi.
Jalur alternatif yang melibatkan faktor komplemen, seperti
misalnya C3, dapat menyebabkan kerusakan jaringan secara
signifikan akibat adanya inflamasi akut. Interferon (IFN),
kumpulan glikoprotein antiviral , diklasifikasikan menjadi IFN-,
IFN- dan IFN-. IFN- dihasilkan oleh limfosit dan makrofag.
(Shen & Louie, 1999).
Inflamasi merupakan salah satu respon imun akibat
masuknya agen penginfeksi. Mekanisme respon akibat adanya
inflamasi adalah sebagai berikut : terjadi pelepasan mediator sistem
imun, menyebabkan pembuluh darah melebar dan menjadi lebih
mudah ditembus. Granulosit kemudian muncul pada lokasi
terjadinya inflmasi, yang disusul oleh makrofag sebagai salah satu
komponen respon imun non spesifik untuk difagositosis
(Burmester & Pezzutto, 2003).
Sistem imun nonspesifik dibagi menjadi :
1. Pertahanan Fisik
2. Pertahanan Biokimia
pH asam keringat, sekresi sebaseus, berbagai asam lemak yang
dilepas kulit, lizosim dalam keringat, ludah, air mata, dan air
susu ibu, enzim saliva, asam lambung, enzim proteolitik,
antibodi, dan empedu dalam usus halus, mukosa saluran nafas,
gerakan silia.
3. Pertahanan Humoral
Pertahanan humoral terdiri dari komplemen, protein fase akut,
mediator asal fosfolipid, sitokin IL-1, IL-6, TNF-.
Komplemen terdiri atas sejumlah besar protein yang bila
diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap infeksi dan
berperan dalam respons inflamasi. Komplemen berperan
sebagai opsonin yang meningkatkan fagositosis, sebagai faktor
kemotaktik dan juga menimbulkan destruksi/lisis bakteri dan
parasit.
Protein fase akut terdiri dari CRP, lektin, dan protein fase akut
lain 1-antitripsin, amyloid serum A, haptoglobin, C9, faktor B
dan fibrinogen.

4. Pertahanan Selular
a. Sel Fagosit
Sel utama yang berperan dalam pertahanan nonspesifik
adalah sel mononuklear (monosit dan makrofag) serta sel
polimorfonuklear (neutrofil). Sel fagosit menghancurkan
antigen dengan mekanisme fagositosis. Fagositosis
merupakan suatu proses atau cara untuk memakan bakteri
atau benda asing yang dilakukan setelah benda asing
melekat pada permukaan makrofag dan makrofag akan
membentuk sitoplasma dan melekuk kedalam membungkus
bakteri tersebut.
b. Natural Killer Cell (NK Cell)
c.

2.1.2. Sistem Imun Spesifik


Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk
mengenal partikel, molekul atau benda yang dianggap asing oleh
tubuh. Hal yang membedakan antara sistem imun spesifik dan non
spesifik antara lain adalah dalam hal spesifitas dan pembentukan
memori terhadap antigen tertentu. Sistem imun spesifik akan
segera mengingat benda/partikel yang dianggap asing yang
masuk ke tubuh dan menimbulkan sensitisasi. Dari ingatan
tersebut, apabila terdapat antigen yang sama kembali masuk ke
dalam tubuh, sistem imun spesifik akan mengenali dan segera
menghancurkannya (Baratawidjaja & Rengganis, 2009).
Dalam hal spesifisitas, sistem imun spesifik mampu
membedakan antara 1 molekul dengan molekul lainnya. Perbedaan
antar molekul ini terkadang hanya disebabkan perbedaan satu asam
amino saja. Selain spesifisitas, kemampuan mengingat dan
kemampuan mengenali ribuan struktur berbeda, sistem imun
spesifik juga mampu membedakan antara antigen self dengan
nonself (Kindt et al., 2006). Sistem imun spesifik terdiri atas sistem
humoral dan sistem selular :
a) Sistem Imun Spesifik Humoral
Dalam sistem imun spesifik humoral, limfosit yang
berperan adalah limfosit B atau sel B. Sel B yang dirangsang
oleh benda asing akan berproliferasi, berdiferensiasi, dan
berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi
(Baratawidjaja & Rengganis, 2009). Sel B akan memproduksi
antibodi yang berbeda-beda. Supaya limfosit B berdiferensiasi

dan membentuk antibodi, diperlukan bantuan limfosit T-helper


(CD4+ T cell/ Th) yang atas sinyal-sinyal tertentu baik melalui
Major Histocompatibility Complex (MHC) maupun sinyal yang
dilepaskan oleh makrofag merangsang produksi antibodi. Sel Th
juga membantu menghasilkan antibodi yang memiliki afinitas
tinggi pada antigen. Proses ini membantu meningkatan kualitas
dari respon imun humoral (Abbas et al., 2011). Selain oleh sel
Th, produksi antibodi juga diatur oleh sel-sel T-supressor,
sehingga produksi antibodi seimbang dan sesuai dengan yang
dibutuhkan (Kresno, 1996).
Sel B dan sel T dibedakan berdasarkan pada jenis protein
dan lipid yang berada pada permukaannya yang disebut cluster
of differentiation (CD) markers. Secara morfologi sel T dan sel
B sulit dibedakan karena morfologinya mirip. Seluruh sel B
mengekspresikan penanda CD19-21 (Flaherty, 2011).
Sistem imun spesifik humoral oleh sel B terdiri dari :

Kelas Letak Fungsi


Antibodi ini pertama kali dilepaskan ke
Permukaa aliran darah pada saat terjadi infeksi
IgM
n sel B yang pertama kali (respons kekebalan
primer)
Antibodi IgA dapat ditemukan dalam
airmata, air ludah, keringat dan
membrane mukosa (ludah). IgA
ASI, air
berfungsi untuk mencegah infeksi pada
mata,
IgA permukaan epitelium. IgA juga terdapat
ludah,
didalam kolostrum yang berfungsi untuk
lendir
mencegah kematian bayi akibat infeksi
saluran pencernaan (pembentuk
kekebalan pasif bayi)
Antibodi ini paling banyak terdapat
didalam darah dan diproduksi saat terjadi
Jaringan, infeksi kedua (respons kekebalan
IgG
darah sekunder). IgG juga mengalir melalui
plasentan dan memberi kekebalan pasif
dari ibu kepada janin
Antibodi ini ditemukan pada permukaan
Permukaa limfosit atau sel B sebagai reseptor dan
IgD
n sel B berfungsi merangsang pembentukan
antibodi oleh sel B plasma

Antibodi ini ditemukan terikat pada


basofil didalam sirkulasi darah dan sel
IgE Jaringan mast didalam jaringan yang berfungsi
mempengaruhi sel untuk melepaskan
histamine dan terlibat dalam reaksi alergi

b) Sistem Imun Spesifik Selular


Limfosit yang lebih berperan dalam sistem imun ini adalah
Limfosit T atau Sel T. Sel T bermaturasi di organ timus. Sel T
berdiferensiasi menjadi 2 macam sel T, yaitu sel T-penolong (T-
helper/Th) dan sel T-sitotoksik (CTL/Tc). Sel T-penolong akan
mengenali suatu antigen melalui ikatan dengan MHC kelas II
yang terdapat pada permukaan sel makrofag. Sementara sel Tc
menghancurkan mikroorgansme intrasel yang disajikan melalui
MHC kelas I secara langsung (cell to cell) (Kresno, 1996). Sel
Th yang teraktivasi akan berproliferasi menjadi beberapa sel
efektor. Kemudian dapat menghasilkan sitokin-sitokin,
menghasilkan substansi yang membantu fagositosis,
menstimulasi pembentukan antibodi dan juga limfosit. Sel Tc
berproliferasi dan bertanggung jawab untuk membunuh mikroba
dalam sitoplasma (Abbas et al., 2011).
Sistem imun spesifik selular oleh sel T terdiri dari :

Kelas Fungsi
Mensekresi sitokin seperti interferon gamma, yang
meningkatkan efisiensi dalam membunuh
makrofag, dan meningkatkan efisiensi proliferasi
Th1
sel T sitotoksik. Ini respon imun tipe 1 di produksi
sebagai hasil dari infeksi virus dan pathogen
intraseluler lainnya.
Mengeluarkan berbagai interleukin, yang
merangsang proliferasi sel B, dan merangsang
Th2 produksi antibody. Respon tipe 2 ini di produksi
sebagai respon terhadap bakteri ekstraseluler dan
racun
Berperan dalam toleransi oral dan regulator
imunitas mukosa, imunoregulasi dengan menekan
Ts/Th3 sejumlah respons imun seperti respons terhadap
self-antigen, aloantigen, antigen tumor dan
patogen
Tdth
Menyingkirkan sel terinfeksi virus,
menghancurkan sel ganas dan histoin kompatibel
yang menimbulkan penolakan pada transplantasi.
CTL/Tc
Dalam keadaan tertentu, CTL/Tc dapat juga
menghancurkan sel yang terinfeksi bakteri
intraseluler
NKT Sel NKT yang diaktifkan dapat dengan cepat
melepas sejumlah besar sitokin yang diperlukan
untuk membantu produksi antibody, inflamasi dan
ekspansi sel Tc
Sel Th17 terutama memproduksi family IL-17 (IL-
17A dan IL-17F) yang berperan dalam pengerahan
Th17 aktivasi dan migrasi neutrophil. Sel ini terlibat
dalam autoimunitas, infeksi berbagai bakteri dan
fungus
2.2. Respon Imun

2.2.1. Respon Imun Nonspesifik


Respon imun nonspesifik merupakan imunitas bawaan
(innate imunity) dimana respon imun terhadap zat asing dapat
terjadi walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar oleh zat
tersebut (Kresno, 1996). Imunitas nonspesifik berperan paling awal
dalam pertahanan tubuh melawan mikroba patogen yaitu dengan
menghalangi masuknya mikroba dan dengan segera mengeliminasi
mikroba yang masuk ke jaringan tubuh (Abbas et al., 2014).
Respon imun jenis ini akan selalu memberikan respon yang sama
terhadap semua jenis agen infektif dan tidak memiliki kemampuan
untuk mengenali agen infektif meskipun sudah pernah terpapar
sebelumnya. Yang termasuk dalam respon imun nonspesifik adalah
pertahanan fisik, biokimia, humoral dan seluler (Baratawidjaja &
Rengganis, 2009).

2.2.2. Respon Imun Spesifik


Respon imun spesifik merupakan respon yang didapat dari
stimulasi oleh agen infektif (antigen/imunogen) dan dapat
meningkat pada paparan berikutnya. Target dari respon imun
spesifik adalah antigen, yaitu suatu substansi yang asing (bagi
hospes) yang dapat menginduksi respon imun spesifik (Benjamini
et al., 2000). Antigen bereaksi dengan T-cell Receptor (TCR) dan
antibodi. Antigen dapat berupa molekul yang berada di permukaan
unsur patogen maupun toksin yang diproduksi oleh antigen yang
bersangkutan.
Ada tiga tipe sel yang terlibat dalam respon imun spesifik
yaitu sel T, sel B dan APC (makrofag dan sel dendritik) (Benjamini
et al., 2000). Respon imunspesifik meliputi aktivasi dan maturasi
sel T, sel mediator dan sel B untuk memproduksi antibodi yang
cukup untuk melawan antigen (Kresno, 1996). Pada hakekatnya
respon imun spesifik merupakan interaksi antara bebagai
komponen dalam sistem imun secara bersama-sama.
Respon imun spesifik terdiri dari respon imun seluler (cell-
mediated immunity) dan respon imun humoral. Perbedaan kedua
respon imun tersebut terletak pada molekul yang berperan dalam
melawan agen infektif, namun tujuan utamanya sama yaitu untuk
menghilangkan antigen (Benjamini et al., 2000). Respon imun
seluler diperlukan untuk melawan mikroba yang berada di dalam
sel (intraseluler) seperti virus dan bakteri. Respon ini dimediasi
oleh limfosit T (sel T) dan berperan mendukung penghancuran
mikroba yang berada di dalam fagosit dan membunuh sel yang
terinfeksi. Beberapa sel T juga berkontribusi dalam eradikasi
mikroba ekstraseluler dengan merekrut leukosit yang
menghancurkan patogen dan membantu sel B membuat antibodi
yang efektif (Abbas et al., 2015).
Agen infektif yang berada di luar sel dapat dilawan dengan
respon imun humoral. Respon ini dimediasi oleh serum antibodi,
suatu protein yang disekresikan oleh sel B (Benjamini et al., 2000).
Sel B berdiferensiasi menjadi satu klon sel plasma yang
memproduksi dan melepaskan antibodi spesifik ke dalam darah
serta membentuk klon sel B memori (Kresno,1996). Sel B
menghasilkan antibodi yang spesifik untuk antigen tertentu.
Antibodi ini berikatan dengan antigen membentuk suatu kompleks
antigen-antibodi yang dapat mengaktivasi komplemen dan
mengakibatkan hancurnya antigen tersebut (Kresno, 1996).
Respon imun humoral ada dalam darah dan cairan sekresi
seperti mukosa, saliva, air mata dan ASI. Elemen lain yang
berperan penting dalam respon imun humoral adalah sistem
komplemen. Sistem komplemen diaktivasi oleh reaksi antara
antigen dan antibodi. Ketika aktif sistem komplemen akan
melisiskan sel target atau meningkatkan kemampuan fagositosis sel
fagosit (Benjamini et al., 2000).
Interaksi respon imun seluler dengan humoral disebut
antibody dependent cell mediated cytotoxicity (ADCC) karena
sitolisis baru terjadi bila dibantu antibodi. Dalam hal ini antibodi
berfungsi melapisi antigen sasaran sehingga sel NK dapat melekat
pada sel atau antigen sasaran dan menghancurkannya
(Kresno,1996).
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
a. Tubuh manusia memiliki suatu sistem pertahanan terhadap benda
asing dan patogen yang disebut sebagai sistem imun. Respon
imun timbul karena adanya reaksi yang dikordinasi sel sel,
molekul molekul terhadap mikroba dan bahan lainnya.
b. Sistem imun terdiri atas sistem imun alamiah atau non spesific
(natural/innate/native) dan di dapat atau spesifik
(adaktif/acquired).
c. Sistem imun non spesifik bekerja dengan memberi respon pada
antigen meskipun tidak ada ingatan mengenai antigen tersebut.
d. Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal
partikel, molekul atau benda yang dianggap asing oleh tubuh. Hal
yang membedakan antara sistem imun spesifik dan non spesifik
antara lain adalah dalam hal spesifitas dan pembentukan memori
terhadap antigen tertentu. Sistem imun spesifik sendiri dibagi
menjadi 2 yaitu: a) Sistem imun spesifik humoral; dan b) Sistem
imun spesifik selular.
e. Respon imun nonspesifik merupakan imunitas bawaan (innate
imunity) dimana respon imun terhadap zat asing dapat terjadi
walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar oleh zat
tersebut.
f. Respon imun spesifik merupakan respon yang didapat dari
stimulasi oleh agen infektif (antigen/imunogen) dan dapat
meningkat pada paparan berikutnya. Target dari respon imun
spesifik adalah antigen, yaitu suatu substansi yang asing (bagi
hospes) yang dapat menginduksi respon imun spesifik

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Abul K; Lichtman, Andrew H; Pillai, Shiv. 2011. Cellular and


molecular immunology. 6th ed. Philadelphia: Saunders.
Baratawidjaja K, Rengganis I. 2009. Imunologi Dasar. Edisi Kedelapan.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Burmester GR, Pezzuto A. 2003. Respiratory diseases In: Color Atlas of
Immunology. Jerman: Georg Thieme Verlag.
Flaherty, D.K. 2011. Immunology For Pharmacy. China: Elsevier
Kresno, S. 1996. Imunologi Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta:
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Shen WC, Louie SG. 1999. Immunology for Pharmacy Student. USA:
Harwood Academic Publisher.

Anda mungkin juga menyukai

  • Pra Proposal
    Pra Proposal
    Dokumen8 halaman
    Pra Proposal
    Asna Mufidah
    Belum ada peringkat
  • Badan Eksekutif Mahasiswa
    Badan Eksekutif Mahasiswa
    Dokumen1 halaman
    Badan Eksekutif Mahasiswa
    Asna Mufidah
    Belum ada peringkat
  • Lirik Lagu
    Lirik Lagu
    Dokumen1 halaman
    Lirik Lagu
    AdiTya Pradana Jbm
    100% (1)
  • BAB I.docx Tugas Bu Prima 1
    BAB I.docx Tugas Bu Prima 1
    Dokumen19 halaman
    BAB I.docx Tugas Bu Prima 1
    Asna Mufidah
    Belum ada peringkat
  • Isi Baja Kriuk
    Isi Baja Kriuk
    Dokumen18 halaman
    Isi Baja Kriuk
    Asna Mufidah
    Belum ada peringkat
  • TBC
    TBC
    Dokumen8 halaman
    TBC
    Elda Jaziyah Rhadyallah
    Belum ada peringkat
  • Buruh Tani Mahasiswa Rakyat Miskin Kota
    Buruh Tani Mahasiswa Rakyat Miskin Kota
    Dokumen2 halaman
    Buruh Tani Mahasiswa Rakyat Miskin Kota
    Fian D'javu
    Belum ada peringkat
  • G
    G
    Dokumen1 halaman
    G
    Asna Mufidah
    Belum ada peringkat
  • Stigma. Dox
    Stigma. Dox
    Dokumen8 halaman
    Stigma. Dox
    Asna Mufidah
    Belum ada peringkat
  • BAB I Ppok
    BAB I Ppok
    Dokumen9 halaman
    BAB I Ppok
    Asna Mufidah
    Belum ada peringkat
  • Buruh Tani Mahasiswa Rakyat Miskin Kota
    Buruh Tani Mahasiswa Rakyat Miskin Kota
    Dokumen2 halaman
    Buruh Tani Mahasiswa Rakyat Miskin Kota
    Fian D'javu
    Belum ada peringkat
  • Disa Dur
    Disa Dur
    Dokumen1 halaman
    Disa Dur
    Asna Mufidah
    Belum ada peringkat
  • Badan Eksekutif Mahasiswa
    Badan Eksekutif Mahasiswa
    Dokumen1 halaman
    Badan Eksekutif Mahasiswa
    Asna Mufidah
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen1 halaman
    Bab Iv
    Asna Mufidah
    Belum ada peringkat
  • BAB I Ppok
    BAB I Ppok
    Dokumen9 halaman
    BAB I Ppok
    Asna Mufidah
    Belum ada peringkat
  • SAMPUL
    SAMPUL
    Dokumen1 halaman
    SAMPUL
    Asna Mufidah
    Belum ada peringkat
  • Disa Dur
    Disa Dur
    Dokumen1 halaman
    Disa Dur
    Asna Mufidah
    Belum ada peringkat
  • Kelompok KKN 2017 Fix
    Kelompok KKN 2017 Fix
    Dokumen3 halaman
    Kelompok KKN 2017 Fix
    Asna Mufidah
    Belum ada peringkat
  • BAB I Ppok
    BAB I Ppok
    Dokumen9 halaman
    BAB I Ppok
    Asna Mufidah
    Belum ada peringkat
  • KKN MMD 1
    KKN MMD 1
    Dokumen26 halaman
    KKN MMD 1
    Asna Mufidah
    Belum ada peringkat
  • Lirik Lagu
    Lirik Lagu
    Dokumen1 halaman
    Lirik Lagu
    AdiTya Pradana Jbm
    100% (1)
  • Chandra Askep
    Chandra Askep
    Dokumen13 halaman
    Chandra Askep
    Asna Mufidah
    Belum ada peringkat
  • IKTERUS
    IKTERUS
    Dokumen9 halaman
    IKTERUS
    Asna Mufidah
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen27 halaman
    Bab I
    Asna Mufidah
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen27 halaman
    Bab I
    Asna Mufidah
    Belum ada peringkat
  • IKTERUS
    IKTERUS
    Dokumen9 halaman
    IKTERUS
    Asna Mufidah
    Belum ada peringkat
  • Kurang Energi Protein
    Kurang Energi Protein
    Dokumen13 halaman
    Kurang Energi Protein
    ririnsme
    Belum ada peringkat
  • Gerak Anatomis
    Gerak Anatomis
    Dokumen7 halaman
    Gerak Anatomis
    Asna Mufidah
    Belum ada peringkat
  • Upaya Vitamin A
    Upaya Vitamin A
    Dokumen2 halaman
    Upaya Vitamin A
    Asna Mufidah
    Belum ada peringkat