Anda di halaman 1dari 42

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekitar 50 juta orang atau 20% dari seluruh populasi Indonesia adalah

remaja (usia 10 - 19 tahun). Dari jumlah tersebut tentunya akan banyak

permasalahan yang dihadapi. Beberapa masalah remaja antara lain kehamilan

yang tidak diinginkan (33,79%) remaja siap untuk melakukan aborsi. Berdasarkan

Sensus Penduduk dari Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010, jumlah remaja

usia 10-24 tahun sekitar 64 juta atau 27,6 persen dari jumlah penduduk sebanyak

237.6 juta jiwa. Besarnya jumlah kelompok usia remaja ini jelas memerlukan

perhatian dan penanganan serius dari seluruh pihak. Apalagi bila dikaitkan dengan

derasnya arus kemajuan teknologi informasi globalisasi. Saat ini remaja dapat

dengan mudah mengakses materi atau produk yang belum sepantasnya mereka

konsumsi, dari sumber yang kurang dapat dipertanggung jawabkan (BKKBN,

2013).

Remaja dan berbagai permasalahannya menjadi perhatian dunia dan

dijadikan isu utama dalam Peringatan Hari Kependudukan Dunia yang jatuh pada

11 Juli 2013. Di Indonesia jumlah remaja berusia 10 hingga 24 tahun sudah


2

mencapai sekitar 64 juta atau 27,6 persen dari total penduduk Indonesia. Jumlah

remaja yang besar itu, akan menjadi sasaran Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN) untuk meningkatkan sosialisasi dan edukasi

mengenai kesehatan reproduksi bagi para remaja di Indonesia (BKKBN, 2013).

Pubertas adalah periode pertumbuhan dan perkembangan yang cepat dimana

seorang anak secara fisik berkembang menjadi dewasa dan mampu melakukan reproduksi

seksual. Proses ini di inisiasi oleh meningkatnya


1 produksi hormon reproduksi,

seperti estrogen, progesteron, dan testosteron. Penelitian membuktikan bahwa

anak-anak dengan status gizi lebih baik cenderung mengalami pubertas lebih cepat

dari pada anak-anak yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa gizi mempunyai

pengaruh terhadap proses pubertas. Pada dasarnya, hal ini disebabkan pada fakta

diperlukannya cadangan kalori minimal untuk memulai proses pubertas.

Sebaliknya, anak-anak dengan gizi kurang cenderung akan mengalami proses

pubertas yang terlambat. Hal inilah yang mendasari fakta bahwadi negara maju,

anak-anak lebih cepat memasuki masa pubertas, mengingat semakin banyaknya

anak-anak dengan status gizi (overweight) (Maringga, 2011).

Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada antara fase anak dan

dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, prilaku, kognitif, biologis dan

emosi. Ditinjau dari segi pubertas, 100 tahun terakhir usia remaja putri

mendapatkan haid pertama semakin berkurang dari 17,5 tahun menjadi 12 tahun,

demikian pula remaja pria. Kebanyakan orang menggolong kan remaja dari usia

12 sampai 24 tahun, dan beberapa literatur menyebutkan 15 sampai 24 tahun. Hal


3

yang terpenting adalah sesorang mengalami perubahan pesat dalam hidupnya dari

berbagai aspek (Efendi, 2009).

Batas usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Pada masa

remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik (organobiologik)

secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan

(mental emosional). Terjadinya perubahan besar ini umumnya membingungkan

remaja yang mengalaminya, dalam hal ini para ahli memandang perlu diadakannya

bimbingan lingkungan sekitar, agar dalam sistem perubahan tersebut terjadi

pertumbuhan dan perkembangan yang sehat, sehingga kelak menjadi remaja yang

sehat secara jasmani, rohani dan sosial (Rahmawati, 2009).

Kecanggungan dan kekakuan dalam cara bergaul yang tidak diketahui

sebabnya justru menambah risau remaja. Terkadang ada yang beranggapan bahwa

perubahan ini menjadi suatu hal yang mengerikan bahkan diantaranya ada yang

mengurung diri di kamar karena merasa minder begitu melihat payudaranya sudah

terlihat, padahal teman-teman se usianya belum menunjukkan adanya tanda-tanda

itu. Semua itu merupakan tahapan memasuki masa pubertas yang tak seorang pun

dapat menghindari. Perlu diketahui orang yang beranggapan seperti itu adalah

mereka yang belum mengetahui dan mempersiapkan diri terhadap perubahan itu,

namun bagaimanapun perasaan yang mengganggu itu harus secepatnya

disingkirkan (Harsono, 2014).

Problematika yang dihadapi oleh remaja tidak lain bersumber pada

kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi. Dalam masa transisi dari anak
4

menuju dewasa, remaja membutuhkan informasi berkaitan dengan perubahan-

perubahan dalam dirinya, baik secara fisik, mental maupun sosial, yang tidak

terlepas dari fungsi, proses dan sistem reproduksinya. Remaja putri yang tidak

paham tentang kesehatan reproduksi, bagaimana pun terkait dengan sistem di

lingkungan yang lebih meminggirkan dalam banyak hal. Sebenarnya remaja

memiliki jaminan perlindungan atas kesehatan reproduksi dan hak atas

reproduksinya. Ketidaktahuan, ketidakpahaman dan belum terpenuhinya hak-hak

reproduksi itu mengakibatkan timbulnya masalah dan bahkan petaka (kematian)

bagi remaja. Ini dapat membawa dampak pada kwalitas generasi penerus (Respati,

2012).

Pengenalan kesehatan reproduksi pada remaja menjadi bekal penting

generasi penerus tersebut untuk mengarungi masa depannya. Remaja menjadi titik

krusial dalam hidup. Masa di mana pencarian jati diri dan rasa ingin tahunya

meluap-luap. Ketika tidak didampingi dengan bekal pengetahuan yang cukup, rasa

ingin mencoba-coba mereka pun tak berlandaskan informasi yang tepat

(Nurcahyani, 2013).

Berdasarkan survey awal yang telah peneliti lakukan pada tangal 10 Juli

2014, dengan mewawancarai 10 orang siswa/siswi kelas 3 mengenai pubertas,

hasilnya dari 6 dari mereka kurang mengerti tentang pubertas, serta mereka sama

sekali tidak mengetahui perubahan yang terjadi pada masa tersebut.


5

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahannya

Bagaimana Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Pubertas Di SMP Negeri 1

Peusangan Kabupaten Bireuen tahun 2014.

C. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada siswa dan siswi kelas III

SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen tahun 2014. Alasan peneliti

mengambil sampel pada siswa dan siswi kelas III adalah karena siswa dan siswi

kelas III sudah pubertas, dan juga sampel di SMP Negeri 1 Peusangan tersebut

representatif dalam sosialisasi terhadap siswa dan siswi lainnya.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Pubertas Di

SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang pengertian masa

pubertas.
6

b. Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang perubahan yang

terjadi pada masa pubertas.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan

menambahkan pengetahuan khususnya mengenai pubertas bagi pembacanya,

dan juga sebagai tambahan referensi bagi peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan bagi pihan Instansi sekolah dalam menentukan

kebijakan dalam bidang kesehatan reproduksi remaja dan tindakan pencegahan

khususnya yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja, dan juga bahan

masukan untuk tenaga kesehatan khusunya Instansi Dinas Kesehatan agar lebih

melibatkan diri dalam hal menuntaskan permasalahan remaja, jadikan remaja

sebagai sahabat agar problema persoalan remaja bisa teratasi.


7

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Remaja
1. Defenisi
Remaja didefenisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke

dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun

(Erfandi, 2009).
Menurut WHO, remaja mencakup individu dengan usia 10-19 tahun.

Sedangkan definisi remaja menurut survei kesehatan reproduksi remaja

Indonesia adalah perempuan dan laki-laki belum kawin yang berusia 15-24

tahun (Sulistyowati,2009).
Masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang

mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.

Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi

wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria (Rumini. dkk, 2004).
Remaja menurut ilmu kedokteran dan ilmu lain yang terkait yaitu

sebagai tahap perkembangan fisik dimana di tandai dengan adanya tanda-tanda

kematangan fungsi seksual; untuk wanita setiap bulan akan mengalami

menstruasi sebagai siklus yang mengeluar sel telur yang sudah siap untuk

dibuahi meliwati batas masa subur sehingga akan keluar berupa darah haid.
8

Sedangkan pada pria dapat berujud mimpi basah yang mengeluarkan sperma

berupa tanda berfungsinya kelamin sekunder. Menurut WHO, remaja adalah

suatu pertumbuhan dan perkembangan, di mana; Individu mengalami

perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi

dewasa, terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh

kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.


2. Ciri-ciri remaja 7
Salah satu kekhususan masa remaja adalah perubahan dalam perasaan.

Persahabatan dan permusuhan mereka tidak memiliki warna yang pasti dan

tidak bisa diperhitungkan. Masamasa remaja adalah masa yang sensitif ,

dimana seseorang pada masa itu mudah terharu dan rapuh. Mereka sangat cepat

terpengaruh dan tidak menyukai kejadian-kejadian dan kenyataan yang tidak

menyenangkan. Sekecil apapun cacian dan pengucilan yang mereka rasakan,

akan membuat mereka merasa tak berarti dan tidak sanggup lagi menghadapi

kondisi2 itu (Samadi, 2004).


3. Batas-batas usia remaja
Batas usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12

hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga,

yaitu 1215 tahun masa remaja awal, 1518 tahun masa remaja pertengahan,

dan remaja akhir adalah 1821 tahun. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono

membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 1012

tahun, masa remaja awal 1215 tahun, masa remaja spertengahan 1518 tahun,

dan masa remaja akhir 18 21 tahun (Deswita, 2006).


4. Tugas Perkembangan Remaja
9

Tugas Perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar

satu periode tertentu dari kehidupan individu dan jika berhasil akan

menimbulkan fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan

tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak

bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.Tugas

perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meningkatkan sikap dan

perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap

dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan remaja

menurut Hurlock adalah :


a) Mampu menerima keadaan fisiknya.
b) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.
c) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan

jenis.
d) Mencapai kemandirian emosional.
e) Mencapai kemandirian ekonomi.
f) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat

diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.


g) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua.
h) Mengembangkan perilaku tanggung jawab social yang diperlukan untuk

memasuki dunia dewasa.


i) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
j) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan

keluarga.

B. Pubertas
1. Pengertian
Pubertas (Puberty) adalah perubahan cepat pada kematangan fisik yang

meliputi perubahan tubuh dan hormonal yang terutama terjadi masa remaja

awal (Santrock, 2006). Pubertas merupakan titik pencapaian kematangan


10

seksual, ditandai keluarnya darah menstruasi pertama kali pada remaja putri,

sedangkan pada remaja putra indikasi kematangan seksualnya kurang jelas

(Wong, 2009). Pubertas merupakan masa terjadinya perubahan fisik anak laki-

laki dan perempuan. Perubahan ini disebabkan ada perubahan hormon.


Pubertas adalah proses pematangan, hormonan dan pertumbuhan yang

terjadi ketika organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan karakteristik seks

skunder mulai muncul. Proses ini umumnya dibagi dalam tiga tahap yaitu: pra

pubertas, yaitu 2 tahun sebelum pubertas, ketika anak pertama kali mengalami

perubahan fisik yang menandakan kematangan seksual, pubertas yang

merupakan titik pencapain kematangan seksual, pasca pubertas merupakan

periode 1 sampai 2 tahun setelah pubertas (Wong, 2009).

2. Perubahan yang Terjadi Pada Masa Pubertas

Saat purbertas, terjadi pematangan system reproduksi dan sejumlah

tulang dan perubahan lain. Pubertas terjadi pada anak perempuan sekitar usia

11-12 tahun dan pada anak laki-laki sekitar 12-14 tahun. Remaja adalah priode

diantara pubertas dan mencapai kehidupan dewasa dalam beberapa tahun

kemudian (Gibson, 2008).


Masa pubertas adalah saat terjadinya perubahan-perubahan dalam tubuh

yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Periodenya terjadi bervariasi

tergantung individu. Dapat terjadi lebih awal atau justru sebaliknya. Biasanya

dimulai antara usia 7-13 tahun untuk perempuan, dan antara usia 9-15 tahun
11

untuk pria. Masa pubertas tidak hanya ditandai dengan haid pada perempuan

atau mimpi basah pada laki-laki. Tahapan masa pubertas dibagi menjadi 3

periode, yaitu (Kartono, 2006) :


a. Masa pra pubertas
Peralihan dari masa akhir kanak-kanak ke masa awal pubertas, ciri-

cirinya : anak tidak sukai diperlakukan layaknya anak kecil lagi, anak mulai

bersikap kritis.
b. Masa pubertas (usia 14-16 tahun)
Merupakan masa remaja awal, ciri-cirinya : mulai cemas dan bingung

tentang perubahan fisiknya, memperhatikan penampilan, sikapnya tidak

menentu/ plin plan dan suka berkelompok dengan teman sebaya.

c. Masa pubertas (17-18 tahun)


Perubahan masa pubertas ke masa adolescence, perubahan fisik remaja

putri, seperti halnya mulai berfungsi tanda kelamin primer (mulai

berfungsinya organ genetalia), sekunder (suara menjadi merdu, payudara

membesar, tumbuh rambut diketiak dan sekitar kemaluan,dll) dan tersier

(keadaan psikis yang berbeda antara laki-laki dan perempuan).


1) Ciri kelamin primer, yaitu ciri-ciri yang pertama nampak dari luar,

diantaranya (Andi, 2012) :

a) Kelenjar bagi anak laki-laki mulai menghasilkan cairan yang terdiri

atas sel-sel sperma dan bagi anak perempuan kelenjar kelaminnya

mulai menghasilkan sel telur.


12

b) Anak laki-laki mengalami mimpi basah sedangkan anak perempuan

mengalami menstruasi.

c) Tubuh mulai berkembang, sehingga tampak pada anak laki-laki

dadanya bertambah dengan otot-otot yang kuat dan anak perempuan,

pinggulnya mulai melebar.

2) Ciri-ciri kelamin sekunder, antara lain :

a) Mulai tumbuhnya rambut-rambut di bagian-bagian tertentu baik anak

laki-laki maupun anak perempuan.

b) Anak laki-laki lebih banyak bernafas dengan perut sedangkan anak

perempuan lebih banyak bernafas dengan dada.

c) Suara mulai berubah menjadi lebih besar atau parau.

d) Wajah anak laki-laki lebih tampak persegi sedangkan wajah anak

perempuan lebih tampak membulat.

3) Ciri-ciri kelamin tertier, antara lain :

a) Motorik anak (cara bergerak) mulai berubah, sehingga cara berjalan

anak laki-laki dan anak perempuan mengalami perubahan. Anak laki-


13

laki tampak lebih kaku dan kasar, sedang anak perempuan tampak

lebih canggung.

b) Mulai menghias diri, baik anak laki-laki maupun anak perempuan

berusaha menarik perhatian dengan memamerkan segala

perkembangannya, tetapi dengan malu-malu.

c) Sikap batinnya kembali mengarah ke dalam, sehingga timbul rasa

percaya diri.

d) Perkembangan tubuhnya mencapai kesempurnaan dan kembali

harmonis.

Menurut Soetioe (2006), ciri-ciri pubertas yang terpenting adalah

sebagai berikut :

1) Mencari pergaulan di luar keluarga, usaha melepaskan diri dari ikatan

keluarga.

2) Minat subyektif dan sosial, timbul ke dalam batin sendiri.

3) Kepribadian tumbuh dan si puber menemukan diri sendiri, ia mulai

meneliti hidupnya.

4) Penemuan nilai-nilai, sikapnya menjadi emosional


14

5) Daya pikir melepaskan sifat-sifat konkrit dan menuju sifat-sifat abstrak.

6) Perkembangan anak laki-laki dan anak perempuan berbeda

7) Anak puber mengalami sikap ketidak-tenangan, tidak seimbang dan

menunjukkan sifat yang bertentangan.

Ada tanda-tanda tertentu bagi anak laki-laki maupun anak perempuan

yang mengalami puber, diantaranya adalah :

1) Pertumbuhan badannya yang pesat dan menyerupai badan orang dewasa

2) Kelenjar kelamin sudah berfungsi dan matang

3) Pada anak laki-laki suaranya membesar dan tumbuh bulu di bagian

tertentu pada tubuhnya

4) Pada anak perempuan pinggul tampak membesar serta buah dadanya

mengembang dan tumbul bulu pada bagian tertentu

5) Perkembangan rohani (jiwanya) belum mencapai kemantapan.

Menurut (Sari, 2013) Perubahan yang terlihat pertama kali pada masa

pubertas adalah :

1) Penonjolan puting susu pada wanita (pada usia 11 - 11 tahun 6 bulan).


2) Pembesaran testes (mulai pada usia 11 tahun - 11 tahun 6 bulan)
15

3) Umumnya pubertas dimulai pada usia yang hampir sama pada kedua jenis

kelamin.

C. Konsep Pengetahuan
1. Pengertian

Pengetahuan (Notoatmodjo, 2010) adalah hasil penginderaan manusia,

atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya

(mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Pengetahuan seseorang terhadap objek

mempunyai itensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Pengetahuan itu sendiri

dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat

hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan

pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang

berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat

bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal

saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal.

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan


16

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Menurut Notoadmodjo (2010) Pengetahuan yang cukup didalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu:

a) Tahu (know)

Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengimplementasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan. Contoh : menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c) Aplikasi (application)
17

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi

disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum

rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau langsung.


d) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya. Kemampuan analisis

ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, dapat menggambarkan,

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari informasi-informasi yang ada. Misalnya dapat

menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan

sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek penilaian berdasarkan suatu kriteria yang

telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek

penelitian kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui.


18

3. Sumber-sumber Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan juga dipengaruhi oleh

sumber informasi. Informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber yaitu :

a) Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar tidak mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, pendidikan

meliputi pembelajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak

dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan

dan kebijaksanaan

b) Minat

Suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu, minat merupakan

kekuatan diri dalam diri sendiri untuk menambah pengetahuan.

c) Intelegensi
19

Pengetahuan yang dipenuhi intelegensi adalah pengetahuan

intelegensi dimana seseorang dapat bertindak secara tepat, cepat dan

mudah dalam pengambilan keputusan, seseorang yang mempunyai

intelegensi yang rendah akan bertingkah laku lambat dalam mengambil

keputusan.

d) Media Massa

Media massa merupakan salah satu perantara yang digunakan oleh

sumber untuk mengirim pesan kepada penerima pesan. Media massa

berupa televisi, radio, koran, tabloid dan lain-lain.

e) Petugas Kesehatan

Pengetahuan dapat diperoleh secara langsung dari petugas

kesehatan.

f) Teman dan Keluarga

Pengetahuan yang dimiliki seseorang bisa juga diperoleh dari

teman. Dengan merasakan manfaat dari suatu ide bagi dirinya, maka

seseorang akan menyebarkan ide tersebut pada orang lain .

g) Keterpaparan Informasi
20

Informasi adalah suatu yang dapat diketahui. Namun ada pula yang

menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah

informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh

Rancangan Undang-undang (RUU) teknologi informasi yang

mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,

memanipulasi, mengumumkan, menganalisa dan menyebarkan informasi

dengan tujuan tertentu.

4. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui

atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

(Notoatmodjo, 2003).

Menurut Nursalam (2003), cara pengukuran pengetahuan dalam

penelitian bisa menggunakan angket dan biasanya dituliskan dalam

prosentase. Baik = 76-100%; Cukup = 56-75%; Kurang <55%. Sedangkan

menurut Machfoedz (2009) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu : Baik : hasil

presentase 76 100%, Cukup : hasil presentase 56 75% dan Kurang : hasil

presentase 40-55%.
21

D. Kerangka Teoritis

Berdasarkan tinjauan kepustakaan di atas, maka dapat disusun kerangka teori

sebagai berikut.

Domain kognitif
Tahu
Memahami
Aplikasi
Analisis
Sintesis
Sumber Pengetahuan
Evaluasi
Pendidikan Kategori
Minat Pengetahuan remaja Baik
Intelegensi tentang pubertas Cukup
Media masa Kurang
Petugas kesehatan
Teman dan keluarga
Keterpaparan
informasi
22

1. Pengertian masa pubertas


2. Perubahan yang terjadi pada masa pubertas

Gambar 2.1 : Kerangka Teori


Modifikasi dari Andi (2012), Gibson (2008), Machfoedz (2009), Notoatmodjo
(2003), Notoatmodjo (2010), Sari (2013),
Wong (2009)

Ket :

: Yang diteliti
: Yang tidak diteliti
: Ada hubungan (tidak di teliti)
: Dimensi tingkat pengetahuan remaja yang diteliti
: Kategori yang digunakan
: Tingkat domain pengetahuan yang digunakan dalam penelitian
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Variabel Penelitian

Penelitian ini di kembangkan berdasarkan teori yang dikemukan oleh

Machfoedz (2009), maka kerangka konsepnya sebagai berikut:

Kategori
Pengetahuan remaja tentang Baik
Pubertas Cukup
Kurang
23

Dimensi

1. Pengertian masa pubertas


2. Perubahan yang terjadi pada masa pubertas

Gambar 3.1 kerangka konsep

B. Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi
22 Operasional
24

No Variabel Definisi Skala Hasil


Cara ukur Alat ukur
penelitian operasional ukur ukur

1. Pengetahuan Hasil tahu yang Menyebar Kuesioner Ordinal Baik


remaja dimilki oleh siswa kan Cukup
tentang dan siswi tentang kuesioner Kurang
pubertas hal-hal yang
berkaitan serta
perubahan yang
terjadi pada saat
pubertas.

a. Pengertian Masa dimana Menyebar Kuesioner Ordinal Baik


masa terjadinya suatu kan Cukup
pubertas peralihan dari kuesioner Kurang
masa anak-anak
menuju ke dewasa
serta ditandai
dengan organ
reproduksinya
sudah mulai
bekerja.

b. Perubahan Segala bentuk Menyebar Kuesioner Ordinal Baik


yang terjadi perkembangan kan Cukup
pada masa yang terjadi pada kuesioner Kurang
pubertas masa pubertas
baik pada laki-laki
maupun
perempuan seperti
halnya mimpi
basah dan
menstruasi.

C. Metode Pengukuran Variabel


25

Untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang pubertas, peneliti akan

mengukur pengetahuannya dengan cara membuat kuesioner, yang didalamnya

terdapat pernyataan yang berjumlah 20 soal, peneliti akan mengukur

pengetahuannya dengan menggunakan kuesioner yang sifatnya tertutup, untuk

setiap pernyataan variabel penilaian sebagai berikut:


1. Pengetahuan remaja putri tentang pengertian pubertas, berisi 10 pernyataan dari

nomor 1 sampai dengan 10.


2. Pengetahuan remaja putri tentang perubahan yang terjadi pada masa pubertas,

berisi 10 pernyataan, dari nomor 11-20.


Untuk setiap jawaban yang benar di beri nilai 1, sedangkan untuk setiap

jawaban yang salah diberi nilai 0. Jadi bila responden mampu menjawab seluruh

pernyataan dengan benar total nilai 20 atau 100 %. Hasil penelitian dikategorikan

dengan ketentuan menurut modifikasi Nursalam (2003) dan Machfoedz (2009),

yaitu:
1. Baik, bila hasil persentasenya 76%-100% dari seluruh pertanyaan
2. Cukup, bila hasil persentasenya 56%-75% dari seluruh pertanyaan
3. Kurang, bila hasil persentasenya < 56% dari seluruh pertanyaan.

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
26

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu

suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran

(deskriptif) tentang suatu keadaan secara objektif. (Notoatmodjo, 2005), dalam

penelitian ini penulis ingin mendeskripsikan atau mengambarkan pengetahuan

remaja tentang pubertas.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten

Bireuen Tahun 2014.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan sejak Mei sampai dengan September 2014, dan

pengumpulan data primer telah dilakukan pada tanggal 10 sampai dengan 11

September 2014.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
25
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi kelas III

SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun ajaran 2014, berjumlah

288 orang.

1
27

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 167 orang, yang diambil dengan

tehnik proporsi yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil sampel

sesuai dengan jatah, namun terlebih dahulu sampel ditentukan dengan

menggunakan rumus Notoatmodjo (2005) sebagai berikut:

N
n=
1 + N (d)

Ket : N = Besar populasi

n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,01/0,05)

N
n=
1 + N (d)

288
1 + 288 (0,05)
288
1,72
= 167 orang, dan kemudian di cari proporsinya menurut unit :

36
x167 21
288
Unit 1 A orang

36
x167 21
288
Unit 1 B orang
28

36
x167 21
288
Unit 1 C orang

36
x167 21
288
Unit 1 D orang

36
x167 21
288
Unit 1 E orang

34
x167 19
288
Unit 1 F orang

38
x167 22
288
Unit 1 G orang

36
x167 21
288
Unit 1 H orang

Jadi 21 + 21 +21 +21+ 21+19+22+21 = 167 orang, maka jumlah

sampel dalam penelitian ini adalah 167 orang.

D. Tehnik Pengumpulan Data


29

Pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan data primer

yang diperoleh langsung dari responden yaitu siswa dan siswi kelas III yang ada

di SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen, dengan cara menyerahkan surat

permohonan izin untuk melakukan penelitian kepada kepala sekolah. Setelah

mendapatkan izin dari instansi tersebut, peneliti menjumpai para respondennya

dan kemudian menyebarkan kuesioner yang berisikan beberapa pernyataan

mengenai Pubertas serta peneliti di bantu oleh guru kelas saat proses penyebaran

kuesioner tersebut.

E. Instrumen Penelitian

Dalam pengumpulan data pada penelitian di gunakan alat berupa kuesioner

tertutup yang berisi 20 pernyataan. Untuk pernyataan mengenai pengertian dan

perubahan yang terjadi pada masa pubertas masing-masing berisi 10 pernyataan

yang di berikan pada responden dengan menggunakan skala Guttman yaitu nilai

jawaban yang benar di beri nilai 1, sedangkan untuk jawaban yang salah di beri

nilai 0 (Safrizal, 2011).

F. Pengolahan dan Analisa Data


1. Pengolahan data

Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang penting dalam

suatu penelitian, oleh karena itu dilakukan dengan langkah-langkah pengolahan

data, antara lain sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010).


30

a. Memeriksa data (Editing)

Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan

melalui kuesioner di edit terlebih dahulu. Setelah peneliti melakukan

penelitian peneliti langsung melakukan pengolahan data pada tahap editing

di lokasi penelitian, dengan tujuan jika masih ada data atau informasi yang

tidak lengkap di isi, maka responden di minta untuk melengkapinya, kalau

tidak maka hasil penelitiannya tidak akan valid.

b. Pengkodean (Coding)

Kode adalah mengubah data yang berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan.Peneliti membuat kode, jika jawaban

yang dijawab responden benar diberi nilai 1, dan jika jawabannya salah

diberi nilai 0.

c. Memasukkan data (Data Entry)

Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode

sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan. Peneliti memasukkan

data yang telah dikode (1 dan 0) tadi kedalam tabel.

d. Tabulasi (Tabulating)

Yaitu membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian atau

yang diinginkan oleh peneliti. Data yang telah dimasukkan tadi kedalam

tabel, kemudian peneliti jumlahkan, dengan tujuan untuk mendapkan hasil

yang inginkan.
31

2. Analisa data

Untuk analisa data dilakukan dengan cara deskriptif dengan

menggunakan rumus menurut Budiarto (2002),

f
P= x 100
N

Keterangan :

P = Presentase

f = Frekwensi

N = Jumlah Responden
32

BAB V

GAMBARAN UMUM

A. Data Geografi

SMP Negeri 1 Peusangan merupakan SMP yang terfavorit diwilayah

Kecamatan Peusangan yang dikepalai oleh Bapak Nurdin, M, S.Pd, dengan

terletaknya yang sangat srategis yaitu di wilayah Keude Matangglumpang dua

dekat dengan perkotaan, jalan raya dan pusat informasi seperti halnya warung

internet (Warnet), toko buku dengan jarak 100 m dari sekolah. SMP Negeri 1 ini

berdiri di atas tanah seluas 3.630 Ha.

B. Data Demografi
Jumlah siswa dan siswi di SMP Negeri 1 ini secara keseluruhan adalah 848

orang, dengan jumlah siswi perempuan 465 orang dan siswa laki-laki 383 orang.

C. Fasilitas dan Sarana


SMP Negeri 1 Peusangan ini memiliki beberapa fasilitas yang terdiri dari :

23 ruang untuk proses pembelajaran, 1 ruang laboratorium, 1 ruang lab. komputer,

1 ruang perpustakaan yang difasilitasi oleh buku-buku pokok mata pelajaran saja,

dan tidak ada buku tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang Pubertas. 1

ruang kepala sekolah dan ruang dewan guru.


SMP Negeri 1 Peusangan memiliki ruang konseling (bimpen). Selain

digunakan untuk ruang konsultasi siswa/siswi, Bimbingan Penyuluhan (Bimpen)

31
33

juga memiliki program PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja), yang

merupakan kerja sama dari tim Puskesmas Peusangan. Penyuluhan-punyuluhan

yang pernah diberikan di SMP ini diantarnya yaitu: penyuluhan tentang seks

bebas, bahaya narkoba, keputihan, Pubertas , dll.


D. Karakteristik Responden
Sebelum penulis memaparkan lebih lanjut hasil penelitian, terlebih dahulu

penulis ingin menggambarkan karakteristik responden yang dapat dilihat dari tabel

di bawah ini:
TABEL 5.1
DISTRIBUSI FREKUENSI KARAKTERISTIK RESPONDEN DI SMP
NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN
TAHUN 2014.

No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)


Responden
1. Umur (Tahun)
13-14 Tahun 164 98
15-16 Tahun 3 2
Total 167 100
2. Pekerjaan Orang Tua
a. (Ayah)
Tani 37 22
Wiraswasta 70 42
PNS 60 36
Total 167 100
b. (Ibu)
IRT 97 58
PNS 70 42
Total 167 100

Berdasarkan tabel 5.1 di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik umur

responden mayoritas banyak berada pada usia 13-14 tahun yang berjumlah 164

responden (98%) dan karakteristik berdasarkan pekerjaan orang tua, Ayah banyak
34

berada pada tingkat Wiraswasta yang berjumlah 70 responden (42%), ibu pada

tingkat IRT yang berjumlah 97 responden (58%).

BAB VI

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


35

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 10 sampai

dengan 11 September 2014, dan dilakukan pengolahan data di SMP Negeri 1

Peusangan Kabupaten Bireuen terhadap 167 orang remaja mengenai gambaran

pengetahuan remaja tentang pubertas, maka didapatkan hasil sebagai berikut:

TABEL 6.1
DISTRIBUSI FREKUENSI PENGETAHUAN REMAJA TENTANG
PUBERTAS DI SMP NEGERI 1 PEUSANGAN
KABUPATEN BIREUEN
TAHUN 2014

No Kategori Frekuensi Persentase (%)


1. Baik 128 77
2. Cukup 39 23
3. Kurang 0 0
Jumlah 167 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pengetahuan remaja tentang

pubertas di SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen mayoritas berada pada

kategori baik yaitu sebanyak 128 responden (77%).

TABEL
34 6.2
DISTRIBUSI FREKUENSI PENGETAHUAN REMAJA TENTANG
PENGERTIAN PUBERTAS DI SMP NEGERI 1 PEUSANGAN
KABUPATEN BIREUEN
TAHUN 2014

No Kategori Frekuensi Persentase (%)


1. Baik 156 93
2. Cukup 11 7
3. Kurang 0 0
36

Jumlah 167 100

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa pengetahuan remaja tentang

pengertian pubertas mayoritas berada pada kategori baik yaitu sebanyak 156

responden (93%).
TABEL 6.3
DISTRIBUSI FREKUENSI PENGETAHUAN REMAJA TENTANG
PERUBAHAN YANG TERJADI PADA MASA PUBERTAS
DI SMP NEGERI 1 PEUSANGAN
KABUPATEN BIREUEN
TAHUN 2014

No Kategori Frekuensi Persentase (%)


1. Baik 99 59
2. Cukup 55 33
3. Kurang 13 8
Jumlah 167 100

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa pengetahuan remaja tentang

perubahan yang terjadi pada masa pubertas banyak berada pada kategori baik yaitu

sebanyak 99 responden (59%).

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 10 sampai

dengan 11 September 2014 mengenai gambaran pengetahuan remaja tentang

pubertas di SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten Bireuen tahun 2014 terhadap 167

responden, dan mayoritas hasilnya berada dalam kategori baik. Jika dilihat

karakteristik responden yaitu, umur responden yang sudah masuk ke tahap puber

yaitu 13-14 tahun sebanyak 98% dan mereka sudah mengalami pubertas. Sesuai
37

dengan teori Azwar (2007) pengalaman dari diri sendiri maupun orang lain yang

meninggalkan kesan paling dalam akan menambah pengetahuan seseorang.

Selain itu mereka sudah pernah dibekali pengetahuan tentang pubertas

melalui penyuluhan-penyuluhan dan pendidikan kesehatan tiap bulannya dari Tim

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) Puskesmas Peusangan. Selain itu

jarak pusat informasi dengan area SMP Negeri 1 Peusangan yang sangan mudah

untuk dijangkau oleh remaja disini, sehingga segala bentuk informasi sangat

mudah mereka dapatkan serta harus didukung juga oleh faktor minat dari remaja

itu sendiri, sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003) Suatu fungsi jiwa untuk dapat

mencapai sesuatu, minat merupakan kekuatan diri dalam diri sendiri untuk

menambah pengetahuan.

Berdasarkan pekerjaan orang tua siswa dan siswi, banyak berada pada

tingkat pekerja wiraswasta dan ibu banyak berada pada IRT. Di zaman yang

semakin canggih ini orang tua dapat memperoleh berbagai sumber informasi dari

media massa, sehingga segala informasi baik yang berkaitan dengan kesehatan

khususnya tentang pubertas bisa di aplikasi kepada anak-anaknya, sesuai dengan

teori Azwar (2007) dengan majunya teknologi akan tersedia pula bermacam-

macam media massa yang dapat pula mempengaruhi pengetahuan masyarakat.

Menurut Notoadmodjo (2010) pengetahuan yang cukup didalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu, tahu (know), memahami (comprehension),

aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi

(evaluation). Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana


38

diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan

semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti

seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Minat

disini memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia dalam membuka pikiran,

karena minat merupakan kekuatan dari dalam diri sendiri untuk menambah

pengetahuan (Azwar, 2007).

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tanggal 10 sampai dengan 11

September 2014 terhadap 167 orang remaja SMP Negeri 1 Peusangan Kabupaten

Bireuen, dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan remaja tentang pubertas

berada pada kategori baik, kemudian berdasarkan sub variabel didapatkan hasil :

1. Pengetahuan Remaja Tentang pengertian masa pubertas berada pada kategori

baik.
39

2. Pengetahuan Remaja Tentang perubahan yang terjadi pada masa pubertas

berada pada kategori baik.

B. Saran
1. Bagi Lahan Penelitian
Sebagai bahan masukan dalam hal memberikan pedoman khususnya bagi

para pemberi konseling dan guru bimpen untuk lebih menggalakkan lagi

program kesehatan peduli remaja yang fokus pada pubertas yang mereka

banyak belum paham.

2. Bagi Responden
Diharapkan kepada seluruh remaja untuk lebih meningkatkan lagi
38 lebih banyak informasi informasi
pengetahuannya, serta mau mencari

kesehatan lainnya.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Untuk lebih intensif lagi dalam hal memebrikan pendidikan kesehatan

khususnya mengenai kesehatan remaja, jadikan remaja sebagai sahabat, agar

segala persoalan dikalangan remaja bisa segera di atasi.


40

DAFTAR PUSTAKA

Andi. (2012) Ciri-Ciri Masa Puber[Internet]. Tersedia dalam : exansuka.


wordpress.com /[Diakses 10 Juli 2014].

Bkkbn. (2013) Remaja dan Permasalahannya Menjadi Perhatian Dunia [Internet].


Tersedia dalam : www.bkkbn.go.id [Diakses 25 Juli 2014].

Budiarto. (2002). Metode Penelitian Kedokteran, Jakarta : EGC

Deswita. (2006) Pengertian remaja menurut para ahli [internet], Tersedia dalam:
http://belajarpsikologi.com [Diakses pada 18 Juli 2014].

Efendi, F. (2009) Keperawatan Kesehatan Komunitas, Jakarta: Selemba Medika.

Gibson, J. (2008) Fisiologi & Anatomi Modern Untuk Perawat, Jakarta: EGC.

Harsono, S. (2014) Pengetahuan dan Sikap Remaja Awal Umur 12- 15 Tahun tentang
Perubahan Fisiologis pada Masa Pubertas[Internet]. Tersedia dalam:
harsonosites.com [Diakses 05 Agustus 2014].

Kartono, K. (2006) Tahapan Masa Pubertas[Internet]. Tersedia dalam:


digilib.unimus.ac.id [Diakses 05 Agustus 2014].

Machfoedz, I. (2009) Metodologi penelitian, Yogyakarta: Fitramaya.

Maringga, F,R. (2011) Pengaruh Nutrisi terhadap Pubertas[Internet]. Tersedia dalam :


www.scribd.com/doc [Diakses 05 Agustus 2014].
41

Notoatmodjo, S. (2003) Ilmu kesehatan masyarakat, Jakarta: PT. Rineka cipta.

.(2005) Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

.(2010) promosi kesehatan teori & aplikasi, Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Nur Salam. (2003) Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitan Ilmu Keperawatan,
Jakarta : Selemba Medika.

Nurcahyani, I, D. (2013) Pentingnya Pengenalan Kesehatan Reproduksi pada Remaja


[Internet]. Tersedia dalam : health.okezone. com[Diakses 25 Juli 2014].
Rahmawati, Y. (2009) Kesehatan reproduksi remaja [internet], Terdapat dalam:
http://www.radiolawero.com [Diakses 28 Februari 2014].
40
Respati, S, W. (2012) Problematika Remaja Akibat Kurangnya Informasi Kesehatan
Reproduksi [Internet]. Tersedia dalam : www. esaunggul. ac.id [Diakses 25
Juli 2014].

Safrizal, R. (2011) Bentuk skala pengukuran [internet], Tersedia dalam:


http://berbagireferensi.blogspot.com [Diakses 20 Febuari 2014].

Samadi, F. (2004) Bersahabat dengan putri anda, panduan islamiah memahami


remaja putri masa kini, Jakarta: Pustaka Zahra.

Sulistyowati. (2009) Status kesehatan remaja; gizi; mental; mata; gigi dan mulut;
anemia; yodium urin[internet], Tersedia dalam:
http://digilib.litbang.depkes.go.id [Diakses 19 Juli 2014].

Wong, L, D, et al. (2009) Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Jakarta: EGC


42

Anda mungkin juga menyukai