Anda di halaman 1dari 8

DEPRESIASI

Pengertian Depresiasi

depresiasi ( penyusutan ) adalah mertode yang digunakan untuk


mengalokasikan biaya dari asset tetap untuk menyusutkan nilai asset tetap tersebut.
sebelum mengalokasikan asset tetap, kita harus mngetahu apa saja yang harus
dipertimbangkan oleh perusahaan dalam mengalokasikan nilai asset tetap sebagai
biaya depresiasi. beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu, nilai biaya asset tetap
yang didepresiasikan, taksiran masa manfaat dari asset tetap dan metode depresiasi
atau penyusutan yang sesuai untuk digunakan

biaya yang dialokasikan untuk penyusutan aset tetap harus diukur secara
sistematis dengan mempertimbangkan nilai biaya dari aset tetap yang akan di
depresiasikan selama perkiraan periode masa aset. nilai biaya aset yang akan
didepresiasi adalah nilai yang akan dialokasikan selama masa manfaat dari aset

masa manfaat aset adalah perkiraan jangka waktu suatu aset dapat
digunakan. ketika mau menentukan umur manfaat dari aset tetap yang akan
didpresiasi ada banyak hal yang harus dipertimbangkan mulai dari perubahaan
teknologi, perkiraan penggunaan aset, lama waktu kerusakan normal dari aset,
penggunaan dari aset tetap, dan masih banyak hal yang harus dipertimbangkan

dan ketika menentukan metode yang digunakan untuk mengalokasikan biaya


aset yang sesuai adalah dilihat dari penggunaan aset tetap. menggunakan metode
depresiasi tidak harus baku dengan salah satu metode, perusahaan bias memilih
sesuai kegiatan usaha
Karakteristik Aset Yang Dapat Di Depresiasi
a. Digunakan dalam kegiatan usaha.
b. Nilainya menurun secara bertahap.
Beberapa aktiva yang tidak dapat disusutkan karena nilainya tidak menurun
adalah tanah, aktiva pendanaan, barang dagangan, dan persediaan.

c. Disusutkan jika masa manfaat lebih dari satu tahun. Untuk aktiva tetap tak
berwujud, penyusutannya disebut amortisasi.

d. Pihak yang berhak melakukan penyusutan adalah:

Pihak yang menggunakan aktiva tetap tersebut dalam kegiatan usaha.


Pemilik, dapat dibagi menjadi legal owner dan beneficial owner.

e. Saat dilakukan penyusutan pada saat pertama kali digunakan.


f. Dasar penyusutan dalah harga perolehan atau harga revaluasi. Harga
penggantian tidak boleh menjadi dasar penyusutan.

depresiasi berdasarkan SAK ( Standar Akuntansi Keuangan )

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 17


paragraf 2 tentang Akuntansi Penyusutan menyatakan bahwa:
Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang
masa manfaat yang diestimasi, penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan
kependapatan baik secara langsung maupun tidak langsung. (Ikatan Akuntan
Indonesia, Op.cit, No 17 Paragraf 2)

Akuntansi penyusutan merupakan suatu sistem akuntansi yang bertujuan


untuk mendistribusikan harga perolehan atau nilai dasar lain, setelah dikurangi
nilai sisa (jika ada) dari harga aktiva berwujud, terhadap masa pemakaian yang
ditaksir untuk harga tetap yang bersangkutan. Penyusutan merupakan proses
alokasi dan penilaian (valuation). Penyusutan untuk tahun berjalan merupakan
bagian dari biaya total yang dialokasikan pada tahun tersebut menurut sistem yang
berlaku. Meskipun alokasi secara wajar dapat mempertimbangkan kejadian yang
timbul selama tahun berjalan, tetapi penyusutan bukanlah dimaksudkan untuk
mengukur pengaruh dari kejadian itu. Tujuan dari penyusutan adalah untuk
menyajikan informasi tentang penyusutan yang dilaporkan sebagai alokasi biaya
yang diharapkan dapat berguna bagi para pemakai laporan keuangan. Informasi
tentang penyusutan merupakan hal yangcukup penting bagi pemakai laporan
keuangan, terutama dalam kaitannya earning power, yaitu mengenai:

Proses perbandingan beban terhadap pendapatan untuk menghitung laba


periodik.
Tingkat keefektifan manajemen dalam menggunakan sumber daya.

Kebijakan pajak untuk penyusutan harus mempertimbangkan 3 (tiga) hal, yaitu:

Keadilan pajak, dengan adanya penyusutan, maka perusahaan manufaktur


dan jenis usaha yang padat modal (capital intensive) akan sangat
diuntungkan dibandingkan perusahaan jasa ataupun jenis usaha padat karya
(labor intensive)
Kebijakan ekonomi, dengan adanya penyusutan membawa akibat pada
peningkatan investasi (capital growth) sehingga EAT/ROI/CF menjadi
meningkat.
Administrasi, pemilihan jenis penyusutan harus disesuaikan dengan
beberapa hal, yaitu besarnya biaya administrasi, sumber daya manusia, dan
kepatuhan wajib pajak.

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Penyusutan

Menurut Zaki Baridwan faktor-faktor yang menyebabkan penyusutan bisa


dikelompokkan menjadi dua yakni: ( Zaki Baridwan, Intermediate Acounting,
Edisi 8, BPFE Yogyakarta, 2004, Hal 306)

1. Faktor-faktor fisik
2. Faktor-faktor fungsional

Hal-hal yang menyebabkan terbatasnya masa penggunaan aktiva tetap tersebut


antara lain karena adanya faktor-faktor fisik yang mengurangi atau bahkan tidak
dipergunakan lagi, yang disebabkan karena:

1. Aus karena dipakai - Oleh karena pemakaian aktiva tetap dalam proses
produksi tidak hanya sekali saja, tetapi berlangsung terus menerus secara
kontiyu mengakibatkan kapasitas dan produktivitas yang dimiliki aktiva itu
akan semakin berkurang nilainya sehingga kualitas dan kuantitas yang
dihasilkan dalam proses produksi semakin berkurang pula hasilnya.
2. Aus karena umur - Setiap aktiva dapat aus seiring dengan perjalanan waktu.
Sekalipun aktiva tetap ini belum pernah dipakai, namun dengan adanya
faktor kimia yang diakibatkan oleh pengaruh alam seperti hujan, panas dan
udara terhadap aktiva tersebut akan menyebabkan kerusakan dan mungkin
tidak efisien untuk dipergunakan lagi.
3. Kerusakan-kerusakan - Kerusakan suatu aktiva dapat disebabkan oleh
kurang hati-hati atau kurang tepat dalam cara pengguanaan aktiva tetap, juga
yang disebabkan oleh bencana seperti; gempa bumi, banjir atau kebakaran
yang tidak sepenuhnya dapat dipergunakan kembali atau bahkan aktiva tetap
itu tidak dapat dipergunakan sama sekali.

Adapun faktor lain, selain faktor fisik yang menyebabkan perlunya diadakan
penyusutan adalah faktor fungsional yang juga dapat mengurangi atau
mengakibatkan suatu aktiva tetap tidak dapat dipergunakan lagi, yaitu:

1. Ketidaklayakan - Dengan meningkatkan daya beli konsumen yang melampui


kemampuan alat produksi yang tersedia akan mengakibatkan alat-alat
produksi yang tersedia secara teknis masih dapat dipergunakan, tetapi secara
ekonomis telah menunjukkan kemunduran, karena tidak lagi memenuhi
syarat-syarat yang menunjang skala ekonomis. Oleh karena itu, untuk
memenuhi permintaan konsumen perlu adanya penggantian alat-alat
produksi baru yang mempunyai kapasitas produksi lebih besar dibanding
alat-alat lama.
2. Keusangan - Kemajuan dan pembaharuan teknis yang terus menerus
membawa akibat alat-alat produksi yang lama secara ekonomis dianggap
sudah kuno. Perbaikan dan pembaharuan teknis yang datang terus menerus
dengan cepat dapat mengakibatkan daya guna ekonomis alat-alat produksi
lama akan semakin berkurang atau secara ekonomis tidak dapat
dipergunakan lagi dan perlu di ganti dengan peralatan yang baru.
3. Penghentian permintaan - Suatu alat produksi tidak akan mempunyai nilai
karena hasil produksinya tidak dapat dipertahankan lagi di pasaran. Ini
disebabkan karena perubahan selera atau kebutuhan konsumen yang
semakin beragam. Barang-barang hasil produksi tersebut dianggap kuno
oleh konsumen, sehingga tidak dapat diandalkan lagi untuk merebutkan
pangsa pasar.

Metode Penyusutan

Penyusutan Berdasarkan Peraturan Perpajakan

Menurut Undang-undang Pajak Penghasilan, penyusutan atau deperesiasi


merupakan konsep alokasi harga perolehan harta tetap berwujud. Untuk
menghitung besarnya penyusutan harta tetap berwujud dibagi menjadi dua
golongan, yaitu:
1. Harta berwujud yang bukan berupa bangunan.
2. Harta berwujud yang berupa bangunan.
Harta berwujud yang bukan bangunan terdiri dari empat kelompok, yaitu:
1. Kelompok 1: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai
masa manfaat 4 tahun.
2. Kelompok 2: kelompok harta terwujud bukan bangunan yang mempunyai
masa manfaat 8 tahun.
3. Kelompok 3: kelompok harta terwujud bukan bangunan yang mempunyai
masa manfaat 16 tahun.
4. Kelompok 4: kelompok harta terwujud bukan bangunan yang mempunyai
masa manfaat 20 tahun.
Harta terwujud yang berupa bangunan dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Permanen: masa manfaatnya 20 tahun.
2. Tidak permanen: bangunan yang bersifat sementara, terbuat dari bahan yang
tidak tahan lama, atau bangunan yang dapat dipindah-pindahkan. Masa
manfaatnya tidak lebih dari 10 tahun.
Metode penyusutan yang dipergunakan adalah metode garis lurus (straight line
method) dan metode saldo menurun (declining balance method).
Wajib pajak diperkenankan untuk memilih salah satu metode untuk
melakukan penyusutan. Metode garis lurus diperkenankan dipergunakan untuk
semua kelompok harta tetap terwujud. Sedangkan metode saldo menurun hanya
diperkenankan digunakan untuk kelompok harta berwujud bukan bangunan saja.

Tabel berikut menggambarkan kelompok harta berwujud, metode, serta tarif


penyusutannya:
KELOMPOK HARTA MASA TARIF
YANG BERWUJUD MANFAAT DEPRESIAS
GARIS LURUS SALDO
MENURUN
1. BUKAN
BANGUNAN
KELOMPOK 1 4 TAHUN 25% 50%
KELOMPOK 2 8 TAHUN 12,5% 50%
KELOMPOK 3 16 TAHUN 6,52% 12,5%
KELOMPOK 4 20 TAHUN 5% 10%
2. BANGUNAN
PERMANEN 20 TAHUN 5% -
TIDAK PERMANEN 10 TAHUN 10% -

Saat penyusutan dapat dimulai pada:


1. Bulan dilakukan pengeluaran.
2. Untuk harta yang masih dalam pengerjaan, penyusutannya dimulai pada
bulan pengerjaan harta tersebut selesai.
3. Dengan ijin Direktur Jenderal pajak, penyusutan dapat dimulai pada bulan
harta berwujud mulai digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan atau pada bulan harta tersebut mulai menghasilkan.

Contoh Penghitungan :
PT Agri Jaya pada bulan Juli 2009 membeli sebuah alat pertanian yang mempunyai
masa manfaat 4 tahun seharga sebesar Rp 1.000.000. Penghitungan penyusutan
atas harta tersebut adalah sebagai berikut:
Penyusutan tahun 2009: 6/12 x 25% Rp 1.000.000 = Rp 125.000
Penyusutan tahun 2010: 25% x Rp 1.000.000 = Rp 250.000
Penyusutan tahun 1011: 25% x Rp 1.000.000 = Rp 250.000
Penyusutan tahun 1012: 25% x Rp 1.000.000 = Rp 250.000
Penyusutan tahun 1013: Sisanya disusutkan sekaligus = Rp 125.000

Alternatif II: Metode Saldo Menurun:

Penyusutan tahun 2009: 6/12 x 50% Rp 1.000.000 = Rp 250.000


Penyusutan tahun 2010: 50% x (Rp 1.000.000 Rp 250.000) = 50% x Rp 750.000 =
Rp 375.000
Penyusutan tahun 2011: 50% x (Rp 750.000 Rp 375.000) = 50% x Rp 375.000 =
Rp 187.500
Penyusutan tahun 2012: 50% x (Rp 375.000 Rp 187.500) = 50% x Rp 187.500 =
Rp 93.750
Penyusutan tahun 2013: Sisanya disusutkan sekaligus = Rp 93.750

Anda mungkin juga menyukai