Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beberapa Negara berkembang termasuk Indonesia pada saat ini mengalami

peningkatan kecurangan secara terus menerus baik dari segi kualitas maupun

kuantitas untuk setiap tahunnya. Seiring dengan berkembangnya dunia bisnis dan

semakin terbukanya peluang usaha, maka menyebabkan risiko terjadinya kecurangan

pada perusahaan atau suatu organisasi juga semakin tinggi.

Kasus yang terjadi di Jambi yang diberitakan oleh Lucky Pransiska di dalam

Kompas.com, bahwa seorang akuntan publik yang membuat laporan keuangan

perusahaan Raden Motor untuk mendapatkan pinjaman modal senilai Rp 52 miliar

dari BRI Cabang Jambi pada 2009, diduga terlibat kasus korupsi dalam kredit macet.

Fitri Susanti kuasa hukum tersangka Effendi Syam, pegawai BRI yang terlibat kasus

itu, Selasa (18/5/2010) mengatakan bahwa setelah kliennya diperiksa dan dikonfrontir

keterangannya dengan para saksi, terungkap ada dugaan kuat keterlibatan dari Biasa

Sitepu sebagai akuntan publik dalam kasus ini. Fenomena tersebut memunculkan

pertanyaan apakah auditor telah melakukan kode etiknya dengan baik atau tidak,

tentu saja jika yang terjadi adalah auditor tidak mampu melakukan kode etik yang

1
2

berlaku maka inti permasalahannya adalah independensi dan tingkat pemahaman

serta pengetahuan auditor tersebut dalam menjalankan prosedur audit.

Kualitas audit yang dihasilkan dari prosedur pelaksanaan audit oleh akuntan

publik juga tengah mendapat sorotan dari masyarakat luas yakni seperti kasus yang

diberitakan oleh Marlina dan Sopyan dalam Tempo.co yaitu kasus yang menimpa

akuntan publik Justinus Aditya Sidharta yang diindikasi melakukan kesalahan dalam

mengaudit laporan keuangan PT. Great River Internasional,Tbk. Kasus tersebut

muncul setelah adanya temuan auditor investigasi dari Bapepam yang menemukan

indikasi penggelembungan account penjualan, piutang dan aset hingga ratusan milyar

rupiah pada laporan keuangan Great River yang mengakibatkan perusahaan tersebut

akhirnya kesulitan arus kas dan gagal dalam membayar utang, sehingga berdasarkan

investigasi tersebut Bapepam menyatakan bahwa akuntan publik yang memeriksa

laporan keuangan Great River ikut menjadi tersangka, oleh karena itu Menteri

Keuangan RI terhitung sejak tanggal 28 November 2006 telah membekukan izin

akuntan publik Justinus Aditya Sidharta selama dua tahun karena terbukti melakukan

pelanggaran terhadap Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) berkaitan dengan

laporan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Great River tahun 2003.

Konteks skandal keuangan di atas, memunculkan pertanyaan apakah trik-trik

rekayasa tersebut mampu terdeteksi oleh akuntan publik yang mengaudit laporan

keuangan tersebut atau sebenarnya telah terdeteksi namun auditor justru ikut

mengamankan praktik kejahatan tersebut, tentu saja jika yang terjadi adalah auditor
3

tidak mampu mendeteksi trik rekayasa laporan keuangan, maka yang menjadi inti

permasalahannya adalah kompetensi atau keahlian auditor tersebut, namun jika yang

terjadi justru akuntan publik ikut mengamankan praktik rekayasa tersebut, maka inti

permasalahannya adalah independensi auditor tersebut.

Pengusutan tindak pidana kecurangan yang dilakukan di luar bidang hukum

pengadilan dapat juga dibantu oleh seseorang yang ahli yang dapat membantu

pengusutan diantaranya adalah auditor. Bantuan yang dapat diberikan oleh auditor

berkenaan dengan korupsi dan kecurangan adalah dengan melakukan audit

investigatif. Audit Investigasi berhubungan dengan pengujian dan analisis forensik

dalam pengumpulan bukti dengan menggunakan teknik investigasi dan teknik-teknik

audit yang kemudian akan digunakan dalam perkara pengadilan, oleh karena itu pada

auditor investigasi diperlukan kualitas keterampilan dan keahlian khusus yaitu

kombinasi antara auditor berpengalaman dan auditor penyelidik kriminal. (Karyono,

2013:127)

Audit investigatif berkembang di Indonesia secara perlahan dan digunakan

juga untuk memecahkan berbagai kasus korupsi atau kejahatan ekonomi lainnya

hingga kini. Titik berat audit investigatif adalah upaya untuk penegakan supremasi

hukum terkait fraud yang muncul dengan metode investigasi. Di sektor publik bidang

ini dicetuskan sebagai upaya untuk memerangi kecurangan atau korupsi. (Tuanakotta,

2007:198)
4

Istilah Audit Investigatif dalam 1,5 tahun belakangan ini sudah banyak

didengar dan dibaca dalam berbagai media di ruang publik masyarakat Indonesia,

setelah adanya permintaan dari DPR/ lembaga legislatif ke Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) RI sebagai upaya tindak lanjut hasil audit investigatif/ pemeriksaan

khusus yang dilaksanakan sebelumnya terhadap kasus Bailout Bank Century.

Fenomena Fraud yang semakin marak saat ini terutama korupsi sebagaimana di

laporkan oleh Wakil Ketua KPK bahwa dalam kurun waktu 2004 sampai Mei 2012,

KPK telah berhasil membawa para koruptor kelas kakap ke Pengadilan Tipikor dan

semuanya divonis bersalah yaitu 50 anggota DPR, 6 pejabat setingkat menteri, 8

gubernur, 5 wakil gubernur, 29 walikota dan bupati, seratus lebih pejabat pemerintah

eselon I & II, 85 CEO, pemimpin perusahaan milik negara (BUMN), dan pihak

swasta yang terlibat korupsi. Fraud merupakan kejahatan yang luar biasa, maka harus

secara luar biasa pula penanganannya, dibongkar dan dituntaskan melalui teknologi

forensik sehingga diperoleh alat bukti yang dapat diterima sistem hukum yang

berlaku. (Baso, 2012:8)

Menurut Corruption Perception Index tahun 2012 dalam Transparency

International skor Indonesia adalah 32, pada urutan ke 7 dari 12 negara ASEAN dan

posisi Indonesia bisa dilihat di bawah ini:


5

Tabel 1.1
Corruption Perception Index

Rank Country Score


1 Singapore 87
2 Brunei 55
3 Malaysia 49
4 Thailand 37
5 Philippines 34
6 East Timor 33
7 Indonesia 32
8 Vietnam 31
9 Papua New Guinea 25
10 Cambodja 22
11 Laos 21
12 Myanmar 15
Sumber: Transparency International 2012 ( http://www.ti.or.id) dengan pengolahan kembali

Secara regional Indonesia tidak banyak mengalami perubahan, masih di

jajaran bawah apabila dibandingkan skor CPI-nya. Skor 32 menunjukkan bahwa

Indonesia masih belum dapat keluar dari situasi korupsi dan kecurangan yang sudah

mengakar, karena itu Transparency International (TI)-Indonesia mendorong agar

melakukan langkah-langkah yang dapat mengurangi korupsi dan kecurangan, salah

satunya penyidikan dan penindakan kasus-kasus korupsi dan kecurangan harus terus

didorong baik oleh pihak yang berkaitan maupun oleh masyarakat.

Auditor memiliki tanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan

setiap audit guna memperoleh kepastian yang layak bahwa laporan keuangan telah

bebas dari salah saji yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Tanggung

jawab auditor untuk menemukan dan melaporkan kecurangan diatur dalam SAS No
6

82, Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit. Dan banyak sekali

auditor yang memiliki sedikit pengalaman dan kompetensi yang kurang memadai

serta independensi yang rendah tetapi melakukan suatu audit investigasi, padahal

untuk menjadi seorang auditor investigatif yang menjalankan suatu prosedur audit

yang baik diperlukan kompetensi yang memadai, pengetahuan yang tinggi serta

menjunjung tinggi independensi agar semua kebutuhan yang diperlukan oleh suatu

perusahaan atau entitas dalam menghadapi kecurangan bisa diatasi.

Berdasarkan penelitian Johari dan Sanusi (2013) di Malaysia dengan sampel

184 auditor di perusahaan audit (Kantor Akuntan Publik) di Malaysia, berpendapat

bahwa independence threats yang diujikan memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap penilaian etis auditor, kemudian yang diungkapkan Masrizal (2010) dengan

sampel auditor atau pemeriksa di Inspektorat Aceh diperoleh kesimpulan bahwa

secara simultan dan parsial pengalaman dan pengetahuan auditor berpengaruh

signifikan terhadap pendeteksian temuan kerugian. Penelitian dari Tirta dan Sholihin

(2004) dengan sampel 64 auditor berpendapat bahwa variabel knowledge yang

merupakan salah satu indikator dari kompetensi memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap kinerja auditor dan lebih berpengaruh apabila secara simultan dengan

pengalaman dan pelatihan auditor dalam menjalankan tugasnya dalam mendeteksi

kecurangan, serta penelitian dari Knapp dan Knapp yang menyatakan bahwa prosedur

analitis merupakan salah satu cara prosedur audit yang digunakan dalam mendeteksi

kecurangan, pengalaman yang merupakan salah satu indikator kompetensi memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap prosedur analitis dalam mendeteksi kecurangan.


7

Terkait dengan konteks inilah muncul pertanyaan seberapa tinggi tingkat kompetensi

dan independence threats auditor saat ini dan apakah hal tersebut berpengaruh

terhadap prosedur pelaksanaan yang dilaksanakan oleh akuntan publik.

Sejauh ini belum banyak kasus korupsi yang terungkap berkat pengalaman

dan kompetensi auditor investigatif di sebuah KAP, hal ini disebabkan oleh

kurangnya penyedia jasa auditor investigatif di Indonesia khususnya di Kantor

Akuntan Publik itu sendiri. Kebanyakan yang melakukan prosedur audit investigatif

adalah pihak-pihak yang bersangkutan dengan sektor publik yang diperiksa oleh

badan Pemerintah, namun sebenarnya tindak pidana korupsi bukan hanya terjadi di

sektor publik melainkan sektor swasta juga banyak terindikasi kecurangan (fraud).

Banyaknya kasus korupsi dan kecurangan sedangkan sedikitnya penyedia jasa auditor

investigatif menyebabkan perlunya kompetensi serta pencegahan ancaman

independensi dari seorang auditor investigatif dalam mengungkap adanya kecurangan

tersebut dan menjadikannya sebagai alat bukti dalam pembuktian di bidang hukum.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengambil

judul “PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENCE THREATS

TERHADAP EFEKTIVITAS PROSEDUR PELAKSANAAN AUDIT

INVESTIGATIF DALAM PENDETEKSIAN KECURANGAN (FRAUD).”


8

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dan ditinjau dari beberapa penelitian mengenai

pengaruh kompetensi dan independence threats terhadap efektivitas prosedur

pelaksanaan audit investigatif dalam pendeteksian kecurangan (fraud), maka penulis

dapat mengidentifikasikan rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini,

yaitu:

1. Bagaimana pengaruh kompetensi auditor dengan efektivitas prosedur

pelaksanaan audit investigatif dalam pendeteksian kecurangan (fraud).

2. Bagaimana pengaruh independence threats dengan efektivitas prosedur

pelaksanaan audit investigatif dalam pendeteksian kecurangan (fraud).

3. Bagaimana pengaruh kompetensi dan independence threats dengan

efektivitas prosedur pelaksanaan audit investigatif dalam pendeteksian

kecurangan (fraud).

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah untuk memperoleh

suatu gambaran secara menyeluruh tentang pelaksanaan audit investigatif yang

dilakukan oleh auditor dalam pendeteksian adanya kecurangan (fraud), sesuai dengan

masalah yang telah diidentifikasikan tujuan penelitian ini adalah:


9

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi terhadap efektivitas

prosedur pelaksanaan audit investigatif dalam pendeteksian kecurangan.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh independence threats terhadap

efektivitas prosedur pelaksanaan audit investigatif dalam pendeteksian

kecurangan.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi dan independence

threats terhadap efektivitas prosedur pelaksanaan audit investigatif dalam

pendeteksian kecurangan.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang akan dibuat dan dilakukan ini penulis berharap dapat

memberikan manfaat sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat teoritis

Pengembangan ilmu pengetahuan:

1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan

informasi bagi para pembaca yang ingin lebih menambah wawasan

pengetahuan khusus di bidang auditing dan mengenai audit investigatif.

2. Sebagai sarana bagi penelitian untuk mengembangkan dan menerapkan

ilmu pengetahuan yang diperoleh penulis dari bangku kuliah dengan

yang ada di dunia kerja dan sebagai bahan referensi bagi yang

melakukan penelitian lebih lanjut berkenaan dengan masalah ini.


10

3. Memberikan tambahan wawasan bagi penulis terutama mengenai

pengaruh kompetensi dan independence threats terhadap prosedur

pelaksanaan audit investigatif dalam pendeteksian kecurangan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Bagi lembaga-lembaga yang terkait:

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi sejumlah

KAP dalam hal auditing khususnya audit investigatif.

2. Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi auditor investigatif

terhadap kemampuannya untuk membuktikan adanya suatu kecurangan

dalam prosedur pelaksanaan audit investigatif dan masukan bagi para

auditor dalam melaksanakan pekerjaannya.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Data yang diperoleh sehubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam

penyusunan skripsi ini adalah dengan melakukan penelitian pada beberapa Kantor

Akuntan Publik (KAP) yang ada di kota Jakarta dengan cara menyebarkan kuesioner

yang telah disusun untuk mengukur variabel yang diteliti. Kuesioner ditujukan

kepada Akuntan Publik yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jakarta,

dengan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan

selesai.

Anda mungkin juga menyukai