Anda di halaman 1dari 7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Sistem Informasi Geografis (SIG)


SIG (Sistem Informasi Geografis) adalah sebuah sistem komputer yang
memiliki kemampuan untuk mengambil, menyimpan, menganalisa, dan menampilkan
informasi dengan referensi geografis.
Shunji Murai, Sistem Informasi Geografis (SIG) diartikan sebagai sistem
informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memangggil kembali,
mengolah, menganalisis dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data
geospatial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan
pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan transportasi, fasilitas
kota, dan pelayanan umum lainnya.

2. Definisi Bencana

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana


menyebutkan definisi bencana sebagai berikut:

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.

Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam,


non alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana
sosial.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

Kejadian Bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat


berdasarkan tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, korban dan/ataupun kerusakan.
Jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih dari satu wilayah,
maka dihitung sebagai satu kejadian.

Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi
yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas gunung
api atau runtuhan batuan.

Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal
dengan istilah "erupsi". Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan panas, lontaran
material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami dan banjir lahar.

Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan
("tsu" berarti lautan, "nami" berarti gelombang ombak). Tsunami adalah serangkaian
gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar laut
akibat gempa bumi.

Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan,
ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya
kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng.

Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau
daratan karena volume air yang meningkat.

Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air
yang besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai.

Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk
kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Adapun yang
dimaksud kekeringan di bidang pertanian adalah kekeringan yang terjadi di lahan
pertanian yang ada tanaman (padi, jagung, kedelai dan lain-lain) yang sedang
dibudidayakan .

Kebakaran adalah situasi dimana bangunan pada suatu tempat seperti


rumah/pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain dilanda api yang menimbulkan
korban dan/atau kerugian.

Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan di mana hutan dan lahan
dilanda api, sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan lahan yang menimbulkan
kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan. Kebakaran hutan dan lahan seringkali
menyebabkan bencana asap yang dapat mengganggu aktivitas dan kesehatan
masyarakat sekitar.

Angin puting beliung adalah angin kencang yang datang secara tiba-tiba,
mempunyai pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral dengan kecepatan 40-50
km/jam hingga menyentuh permukaan bumi dan akan hilang dalam waktu singkat (3-
5 menit).

Gelombang pasang atau badai adalah gelombang tinggi yang ditimbulkan


karena efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan berpotensi kuat
menimbulkan bencana alam. Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis tetapi
keberadaan siklon tropis akan memberikan pengaruh kuat terjadinya angin kencang,
gelombang tinggi disertai hujan deras.

Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus
laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis
pantai akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai
tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering
disebut sebagai penyebab utama abrasi.

Kecelakaan transportasi adalah kecelakaan moda transportasi yang terjadi di


darat, laut dan udara.

Kecelakaan industri adalah kecelakaan yang disebabkan oleh dua faktor,


yaitu perilaku kerja yang berbahaya (unsafe human act) dan kondisi yang berbahaya
(unsafe conditions). Adapun jenis kecelakaan yang terjadi sangat bergantung pada
macam industrinya, misalnya bahan dan peralatan kerja yang dipergunakan, proses
kerja, kondisi tempat kerja, bahkan pekerja yang terlibat di dalamnya.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh gejala- gejala alam yang dapat
mengakibatkan kerusakan lingkungan, kerugian materi, maupun korban manusia
(Kamadhis UGM, 2007).

3. Kabut Asap
Kabut asap termasuk fenomena bencana yang di akibatkan oleh asap
kebakaran hutan yang besar, dan kebakaran lahan gambut. Kabut asap mempunyai
banyak kandungan gas Asap kebakaran hutan dan lahan secara umum berisi gas CO,
CO2, H2O, jelaga, debu (partikel) ditambah dengan unsur-unsur yang telah ada di
udara seperti N2, O2, CO2, H2O, dan lainlain. Berdasarkan data pengamatan tahun
1997, ketinggian puncak lapisan asap di pulau Sumatera berkisar antara 7000 kaki
hingga 9000 kaki dan di Kalimantan berkisar antara 5000 kaki.
Kabut adalah kumpulan tetes-tetes air yang sangat kecil yang melayang-
layang di udara. Kabut mirip dengan awan, perbedaannya, awan tidak menyentuh
permukaan bumi, sedangkan kabut menyentuh permukaan bumi. Biasanya kabut bisa
dilihat di daerah yang dingin atau daerah yang tinggi. Kira-kira bagaimana ya kabut
bisa terbentuk? Jika ingin tahu jawabannya silahkan lanjutkan membaca artikel ini
selengkapnya.
Pada umumnya, kabut terbentuk ketika udara yang jenuh akan uap air
didinginkan di bawah titik bekunya. Jika udara berada di atas daerah perindustrian,
udara itu mungkin juga mengandung asap yang bercampur kabut membentuk kabut
berasap, campuran yang mencekik dan pedas yang menyebabkan orang terbatuk. Di
kota-kota besar, asap pembuangan mobil dan polutan lainnya mengandung
hidrokarbon dan oksida-oksida nitrogen yang dirubah menjadi kabut berasap
fotokimia oleh sinar matahari. Ozon dapat terbentuk di dalam kabut berasap ini
menambah racun lainnya di dalam udara. Kabut berasap ini mengiritasikan mata dan
merusak paru-paru. Seperti hujan asam, kabut berasap dapat dicegah dengan
mengehentikan pencemaran atmosfer.

Kabut juga dapat terbentuk dari uap air yang berasal dari tanah yang lembab,
tanaman-tanaman, sungai, danau, dan lautan. Uap air ini berkembang dan menjadi
dingin ketika naik ke udara. Udara dapat menahan uap air hanya dalam jumlah
tertentu pada suhu tertentu. Udara pada suhu 30 C dapat mengandung uap air
sebangyak 30 gr uap air per m3, maka udara itu mengandung jumlah maksimum uap
air yang dapat ditahannya. Volume yang sama pada suhu 20 C udara hanya dapat
menahan 17 gr uap air. Sebanyak itulah yang dapat ditahannya pada suhu tersebut.
Nah, udara yang mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut
udarajenuh.
Ketika suhu udara turun dan jumlah uap air melewati jumlah maksimum uap
air yang dapat ditahan udara, maka sebagian uap air tersebut mulai berubah menjadi
embun. Kabut akan hilang ketika suhu udara meningkat dan kemampuan udara
menahan uap air bertambah. Menurut istilah yang diakui secara internasional, kabut
adalah embun yang mengganggu penglihatan hingga kurang dari 1 Km.

B. Kerangka Pemikiran
Masalah pencemaran udara juga merupakan suatu masalah yang sangat
populer, terutama kabut asap yang banyak dibahas oleh kalangan masyarakat di
seluruh permukaan bumi ini. Masalah kabut asap merupakan suatu masalah yang
sangat perlu mendapat penanganan secara serius oleh semua pihak untuk dapat
menanggulangi akibat buruk yang terjadi karena pencemaran udara akibat kabut asap,
bahkan sedapat mungkin untuk dapat mencegah jangan sampai terjadi pencemaran
tersebut.
Faktor penyebab terjadinya kabut asap yang sangat dominan yaitu tingginya
tingkat kebakaran hutan yang sering terjadi terutama didaerah sumatra dan kalimantan
Penyebab kebakaran hutan dan lahan di Indonesia secara umum disebabkan oleh dua
faktor. Pertama, karena faktor kelalaian manusia yang sedang melaksanakan
aktivitasnya di dalam hutan. Kedua, karena faktor kesengajaan, yaitu kesengajaan
manusia yang membuka lahan dan perkebunan dengan cara membakar. Kebakaran
hutan karena faktor kelalaian manusia jauh lebih kecil dibanding dengan faktor
kesengajaan membakar hutan. Pembukaan lahan dengan cara membakar dilakukan
pada saat pembukaan lahan baru atau untuk peremajaan tanaman industri pada
wilayah hutan pembukaan lahan dengan cara membakar biayanya murah, tapi jelas
cara ini tidak bertanggung jawab dan menimbulkan dampak yang sangat luas.
Kerugian yang ditimbulkannya juga sangat besar. Kebakaran Hutan dan Lahan
menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan.
Asap kebakaran hutan dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan
menimbulkan penyakit infeksi pada saliran pernapasan (ispa) serta kelancaran
transportasi akibat visibility yang jelek. Kebakaran hutan yang luas dapat
mengganggu masyarakat negara tetangga, dan bila tidak segera diatasi dapat
mengakibatkan penilaian negatif masyarakat internasional terhadap pemerintah
Indonesia.
Peranan Sistem Informasi Geografi bersama pemerintah dalam menanggulangi
bencana Kabut Asap yang selalu terjadi setiap tahun di Indonesia terutama di daerah
Kalimantan dan Sumatra, yaitu dengan memberdayakan teknologi penginderaan jauh
yang di dukung dengan sistem komputerisasi, selain itu penanggulangan sebelum
terjadi bencana dapat di lakukan dengan memetakan daerah rawan kebakaran
penyebab bencana kabut asap.
Ulasan di atas menjadi gagasan kerangka pemikiran penulis untuk bencana
kebut asap.
Kerangka Pemikiran Bencana Kabut asap

BENCANA KABUT ASAP

analisis Faktor
peta ,
grafik Kebakara
rawan PROBLEM BAGI MASYARAKAT, n Hutan
kebakaran PEMERINTAH DAN LINGKUNGAN
hutan,
TMC,

Sistem Informasi Geografi berperan


sebagai pengendali bencana kabut
asap
D. HIPOTESIS

Kabut asap di picu oleh banyak terjadinya kebakaran hutan yang luas dan
berpotensi pada kerugin materil. Kabut asap merupakan bencana yang sangat
membahayakan bagi manusia khususnya bagi kesehatan, yang tebal akan
menghambat berbagai aktifitas manusia, sebagai penanggulanganya Sistem Informasi
Geografi berperan sebagai pengumpul informasi, pembuat analisis teksis
penanggulangan, dan memberikan solusi secara teknis dengan adanya pemetaan
daerah rawan kabut asap dan kebakarah hutan, pemetaan daerah pencegahan
meluasnya kebakaran hutan penyebab kabut asap, dan sumber data untuk bencana
kabut asap.

Anda mungkin juga menyukai