Anda di halaman 1dari 29

FARMAKOPE

I. Istilah dan Definisi


Istilah Farmakope ( PHARMACOPOEIA ) berasal dari bahasa Yunani
Pharmacon = obat
Poien = buat
Kombinasi kedua kata tersebut bermakna resep atau formula atau standar lain
yang dikehendaki untuk membuat atau mempersiapkan / mengolah / meracik suatu
obat, Kata ini pertama kali digunakan pada tahun 1580 dalam suatu buku lokal yang
merupakan standar obat di Bergamo suatu daerah di Itali.
Farmakope merupakan buku resmi yang memuat uraian, persyaratan,
keseragaman pengujian mutu dan pengolahan / peracikan obat, juga tentang alat-alat
dan persyaratan alat yang digunakan untuk pengolahan / peracikan dan pengujian
mutu obat serta cara-cara pengujian potensi obat.
Buku Farmakope diakui dan didukung secara resmi dalam lingkungan suatu
negara atau regional (gabungan beberapa negara dalam satu wilayah ) atau lembaga /
badan internasional serta berlaku dalam wilayah tersebut.
Glenn Sonnedecker, seorang sarjana farmasi dari Amerika Serikat
mendefinisikan Farmakope sebagai berikut :
Farmakope adalah suatu kompendium yang sengaja untuk melindungi
keseragaman dalam hal kualaitas, komposisi dan kekuatan terapi bahan-bahan
melalui spesifikasi pengarang, metode dan instruksi yang dibuat dengan suatu
batasan daerah oleh kekuasaan yang sah .

II. Sejarah perkembangan Farmakope


Langkah perkembangan Farmakope seiring sejalan dengan sejarah
perkembangan kefarmasian. Beberapah peninggalan dokumen tentang farmasi
zaman purba ( farmasi kuno ) yang didapatkan melalui dokumen penelitian oleh
ahli purbakala maupun penemuan dokumen secara kebetulan menunjukan
secara praktis semua sejarah kebudayaan telah mengembangkan dengan baik
prosedur-prosedur pengobatan penyakit dan produksi bentuk sediaan. Berikut
ini akan ditunjukkan catatan-catatan purba yang sangat berarti / bermakna yang
berisi materi farmasi yang luas.

1. Periode Purba ( Zaman Purba )

1
Pada abad ke 22 S.M. di Nippur suatu daerah di Mesopotamia ditulis “ The
Sumerian Pharmacological Tablet “ yang merupakan salah satu naskah purba, Naskah
ini berupa tablet tanah liat kecil berukuran 3,75 – 6,5 inci (± 9,375 – 16,25 cm)
sekarang naskah ini berada di museum Universitas Pensylvania, Amerika Serikat.
Naskah ini memuat dan memaparkan 15 preskripsi / resep dan intruksi bagi ahli
farmasi untuk pengolahan yang baik resep tersebut kedalam bentuk sediaan. Samuel
Noah Kramer menyatakan bahwa “The Sumerian Pharmacological Tablet “ adalah
farmakope yang pertama di dunia.

Pada tahun 2500 S.M. di mesir telah berkembang ilmu kedokteran dan farmasi ,
catatan mengenai kedokteran dan farmasi purba ini dituliskan pada papyrus sejenis
rumput yang dapat dijadikan kertas, Papyrus yang sangat terkenal adalah :

“Edwin Smith Surgical Papyrus“ berisi instruksi operasi bedah untuk dokter,
resep dan cara pencampurannya untuk keperluan pengobatan dan bentuk sediaan,
papyrus ini di tulis tahun 1650 S.M.
“ Eber Papyrus “ memuat 875 resep pengobatan ditulis pada tahun 1550 S.M.

Di Assyria dan Babylonia terdapat dokumen-dokumen farmasi purba, salah satu


Diantaranya adalah “The Assyrian Medicomen Pharmaceutical Tablets “ yang ditulis
pada tahun 1000 S.M.

2. Periode Yunani – Romawi ( Greco – Roman Period )

Hippocrates ( 460 – 357 S.M. ) dikenal sebagai bapak kedokteran dan


Aesculapius ( 420 S.M. ) yang didewa-dewakan sehingga tongkatnya diabadikan
sebagai lambang kedokteran adalah tokoh Yunani yang dikenal sampai saat ini.

Pada tahun ( 131 – 201 S.M. ) Claudius Galen adalah tokoh bangsa Romawi
pengobar seni farmasi yang dijuluki sebagai bapak farmasi dan namanya diabadikan
untuk Galenika yaitu suatu cara pengolahan obat yang berasal dari alam, Dalam
periode ini tercatat banyak sekali formula dan bentuk sediaan , misalnya : Pill ,
Unguentum , Trochisi , Pastilla , Collyria , dll.

2
“ Confectio Mithridates “ adalah salah satu formula terkenal dan didalam
resepnya telah menyebut
20 lembar daun, sejumput garam, dua biji dsb.

3. Periode Arab / Islam

Pada abad pertengahan ( ± abad ke 8 ) orang timur tengah di bawah kebudayaan


Islam lebih berkembang secara berarti / bermakna dalam ilmu kefarmasian. Pada
masa itu sudah ada pemisahan cabang-cabang bidang kefarmasian dan bidang
kedokteran serta dikenalkannya penggunaan bahan-bahan anorganik dalam
pengobatan, padahal pengobatan Yunani dan Romawi pada saat itu kebanyakan
memberi obat berasal dari tumbuh-tumbuhan.

Rhazes ( 865 – 925 M. ) dokter pertama menggunakan preparat air raksa dalam
salep untuk pengobatan kulit yang kemudian diadopsi oleh Paracelsus untuk
pengobatan syphilis.

Ali Abbas ( 994 M. ) pengarang “ Royal Book “ karangan kedokteran yang pada
tahun 1070 – 1080 M. diterjemahkan kedalam bahasa latin.

Ibnu Sinna ( Avicienna, 980 – 1037 M. ) disebut sebagai raja dari segala dokter,
adalah orang yang pertama memperkenalkan sifat-sifat asam sulfat dan alkohol.

Perkembangan dan kemajuan ilmu pengobatan pada periode Arab / Islam ini
sangat mempengaruhi perkembangan kefarmasian dan farmakope di Eropah dan
dunia lainnya. Secara ringkas Stubb dan Bleigh menyatakan “ Dengan orang-orang
Arab mulai keahlian yang nyata dari Apoteker-Apoteker “

4. Periode pertengahan di Eropa

Pada zaman ini baik farmasi maupun kedokteran tidak memperlihatkan kemajuan
yang berarti, beberapa catatan pada abad ini adalah :

3
1178 M. Dalam catatan di Perancis menyebutkan ahli-ahli farmasi.
1180 M. Serikat penjual lada yang mengkhususkan diri dalam obat secara
terorganisir berdiri di London.
1225 M. Toko obat ( Apothecary shop ) didirikan di Cologne.
1297 M. Serikat ahli farmasi di organisir di Bruges.
1345 M. Toko obat ( Apothecary shop ) didirikan di London.
1498 M. Nuovo Reseptario Compositum adalah farmakope pertama yang
diadopsi
oleh kelompok organisasi ahli farmasi dan dokter-dokter kota
Florence di Itali.
1546 M. Kota Nuremberg mengadopsi Dispensatorium Pharmacopolarium
dari Dispensatorium Valerius Cordus sebagai buku resmi tentang
obat , dan ini merupakan farmakope pertama yang dikukuhkan dan
didukung oleh pemerintah dan dikenal dengan nama Nurenberg
Pharmacopoeia.
1546 M.Pharmacopoeia Augustana merupakan farmakope yang pernah
dipublikasikan di Jerman memuat kira-kira 1100 bahan obat.

5. Periode Farmasi modern

Periode ini dimulai secara besar-besaran selama abad ke 17 dan 18, selama
periode ini banyak sekali obat-obat baru yang diperkenalkan diantaranya : Amonium
Khlorida, Karbonat, Magnesium, Kalium Acetat, Phosfor, Asam Borat dan Lactosa
serta dari tumbuh-tumbuhan antar lain : Peru Balsem, Tolu Balsem, Chinchona, Coca,
Ipecac, The, Kopi, Coklat dan Tembakau, preparat-preparat baru seperti Tinctura
Benzo, Infus Digitalis, dll.

Pada tahun 1617 di London berdiri organisasi masyarakat Apoteker dan setahun
berikutnya (1618) diterbitkan London Pharmacopoeia pertama ( Londonensis
Pharmacopoeia ) yang diikuti munculnya beberapa farmakope lain di beberapa daerah
di Inggris, antara lain yang terkenal adalah Ediburg Pharmacopoeia pertama ( 1699 )
dan Dublin Pharmacopoeia pertama ( 1807 ), sedangkan farmakope Inggris yang
pertama (The first British Pharmacooeia ) baru muncul pada tahun 1864 M.

4
Farmakope Inggris yang terbaru adalah “British Pharmacopoeia 1973 “ diterbitkan
tahun 1973.

Pada periode farmasi modern ini kota-kota di Perancis juga pernah mempunyai
farmakope antara lain : Paris, Lille, Bordeaux dan Lyons. Selain itu juga terdapat
farmakope-farmakope tambahan yang penting dan sangat luas digunakan di negara
ini diantaranya adalah “ Pharmacopoeia Royal “ ditulis oleh Moses Charas pada
tahun 1717, “ Pharmacopoeia Universelle“ ditulis oleh Le’ mery , “Elments de
pharmacie“ ditulis oleh Baume. Baru pada tahun 1818 farmakope Perancis pertama
terbit dengan judul “ Codex Medicamentarius Seu Parmacopoeia Gallica “ farmakope
Perancis yang terakhir adalah “ Pharmacopee Francaise, IX Edition“ terbit tahun
1972 terdiri dari dua jilid.

Di Jerman selain Pharmacopoeia Augustana yang disebutkan diatas, pada tahun


1741 M. terbit “Pharmacopoeia Wirtenbergica“ yang memuat 1952 medicamen yang
berbeda dan merupakan farmakope yang terbaik saat itu, setelah mengalami
beberapa edisi, revisi, dan perubahan kira-kira tahun 1872 seiring dengan
perkembangan politik penyatuan Jerman oleh kerajaan dikeluarkan farmakope
Jerman pertama dengan judul “ Pharmacopoeia Germanica “, farmakope ini
mengalami revisi dari waktu ke waktu, revisi terakhir terbit pada tahun 1926,
Suplemen untuk untuk revisi ke enam disebarkan tahun 1938, 1947 dan 1951.
Laporan-laporan tentang farmakope-farmakope di Jerman dan negara lain dapat
dijumpai dalam “ Plantes Officinales “ yang ditulis oleh Brunz dan Jaloux (1918) dan
“ Die Arzneibucher “ oleh penulis Falc tahun 1920.

Bagaimana perkembangan farmakope periode farmasi modern di Amerika Serikat


? pada tahun 1778 di litits di daerah Pensylvania diterbitkan satu farmakope yang
merupakan farmakope pertama di Amerika Serikat, terkenal dengan nama “ Litits
Pharmacopeia “ farmakope ini digunakan dirumah sakit militer dari angkatan
bersenjata Amerika Serikat yang terdiri dari 32 halaman dalam buku kecil yang
memuat informasi 84 obat dalam dan 16 obat luar serta cara pengolahannya.
Pada tanggal 6 januari 1817 Dr Lyman Spalding dari New York mengusulkan
suatu rencana pada masyarakat kedokteran daerah New York untuk menciptakan
suatu farmakope nasional Amerika Serikat. Dr.Spalding kemudian dikenal sebagai “
Bapak farmakope Amerika Serikat “, dari usul Dr Spalding ini pada tgl 15 Desember

5
1820 farmakope Amerika Serikat pertama ( The first Unitted States Pharmacopoeia )
dapat diterbitkan dalam bahasa Inggris dan Latin. Farmakope Amerika Serikat yang
terakhir adalah “ The United States Pharmacopoeia 20 th revision, 1985.

6. Perkembangan Farmakope Internasional dan Regional

Pada tahun 1902 di Brussel diadakan konfrensi farmakope Internasional pertama


tetapi belum dapat menerbitkan farmakope Internasional, baru pada tahun 1951 di
Geneve oleh organisasi kesehatan sedunia (WHO) diterbitkan “Pharmacopoeia
Internationalis Editio Primo “ dalam dua jilid dan tahun 1959 dikeluarkan
suplemennya, tahun 1967 direvisi dan terbit dengan judul “ Specifications For The
nd
Quality Control of Pharmaceutical Preparation, Pharmacopoeia Internationalis 2
Edition “ dan suplemennya tahun 1971.
Farmakope yang merupakan farmakope Regional hanya farmakope Eropa
( European Pharmacopoeia ) dalam edisi bahasa Inggris dan Jerman , terbit pada
tahun 1969 terdiri dari tiga jilid ditambah dua suplemen.

7. Perkembangan Farmakope Indonesia

Indonesia sejak abad pertengahan sampai datangnya Jepang 1942 dijajah oleh
Belanda, sehingga peraturan kefarmasian diatur sesuai dengan peraturan kefarmasian
yang ada di negeri Belanda. Peraturan yang dipakai adalah peraturan tahun 1882
dengan nama “Reglement op de Dients van de Volkgezonheid“ (Reglement DVG )
yang mengalami beberapa kali perubahan , terakhir pada tahun 1949 No 228. Pada
pasal 59 peraturan ini tercantum persyaratan untuk setiap apotik harus menyediakan
satu buku Nederlandse Pharmacopee, dengan demikian selama penjajahan Belanda di
Indonesia berlaku farmakope Belanda, farmakope Belanda yang terakhir berlaku di
Indonesia adalah Nederlandse Pharmacopee Vijfde Vitgave (farmakope Belanda Edisi
Ke V ), farmakope ini tetap berlaku walaupun Indonesia sudah merdeka tahun 1945.

Diawali dengan keputusan kongres Ikatan Apoteker Indonesia ( sekarang ISFI )


pada tahun 1958 mengusulkan pada pemerintah Republik Indonesia untuk

6
membentuk panitia penyusunan farmakope Indonesia, pada tgl 1 Januari 1959 panitia
farmakope Indonesia terbentuk dengan SK. Men. Kes. RI. tanggal 4 Juni 1959 No.
115772 / UP. Terdiri atas 27 orang sarjana berbagai disiplin ilmu, farmakope
Indonesia penerbitan pertama jilid I muncul tahun 1962 dan dinyatakan berlaku tgl 20
Januari 1962 sesuai SK. Men. Kes. RI. tanggal 6 Januari 1962 No. 652 / Kab / 4.
Farrmakope ini merupakan farmakope nasional pertama yang lahir sebagai
pelaksanaan Undang-Undang Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960.

Dalam rangka penyusunan farmakope Indonesia penerbitan pertama jilid II


diadakan perubahan susunan panitia dengan SK. Men. Kes. RI. Tanggal 3 Mei 1962.
No.25943 / Kab / 139 . terdiri dari 18 orang sarjana. Farmakope Indonesia penerbitan
pertama jilid II baru terbit tahun 1965 dan mulai berlaku tgl 20 Mei 1965 sesui
dengan SK. Men. Kes. RI. Tanggal 10 April 1965 No. 16001 / Kab / 54.

Farmakope Indonesia mengalami revisi untuk pertama kali pada tahun 1970
dengan suatu panitia revisi yang anggotanya diangkat dengan SK.Men. Kes. RI.
Tanggal 21 Pebruari 1970 No. 72 / Kab / B VII / 70. selain panitia ini juga dibentuk
Dewan Redaksi Panitia Farmakope Indonesia Edisi II dengan SK. Ketua Panitia
Farmakope Indonesia tanggal 23 September 1970, No. 035 / PFI / SK / 10 / 70. dan
tanggal 5 November 1971, No. 094 / PFI / SK / 10 / 71.
Farmakope Indonesia edisi II terbit tahun 1972 dan mulai berlaku tanggal 12
November 1972 yang melambangkan hari kesehatan Indonesia.
Sebagai pelengkap Farmakope Indonesia, telah diterbitkan pula sebuah buku
persyaratan mutu obat resmi yang mencakup zat, bahan obat, dan sediaan farmasi
yang banyak digunakan di Indonesia, akan tetapi tidak dimuat dalam Farmakope
Indonesia. Buku ini diberi nama Ekstra Farmakope Indonesia 1974 dan telah
diberlakukan sejak 1 Agustus 1974 sebagai buku persyaratan mutu obat resmi di
samping Farmakope Indonesia.
Di samping kedua buku persyaratan mutu obat resmi ini, pada tahun 1996 telah
diterbitkan pula sebuah buku dengan nama Formularium Indonesia, yang memuat
komposisi dari beberapa ratus sediaan farmasi yang lazim diminta di minta di apotik.
Buku ini sudah direvisi pula dan edisi kedua dari buku ini telah diberlakukan per 12
November 1978 dengan nama Formularium Nasional.

7
Tahun 1976 Farmakope Indonesia mengalami revisi Ke II, dengan panitia
Farmakope yang diangkat berdasarkan SK. Men. Kes. RI. No. 1858 / II / SK / 78.
tanggal 21 September 1978, hasil dari revisi Ke II Farmakope Indonesia dihasilkan
Farmakope Indonesia Edisi III yang berlaku sejak tgl 9 Oktober 1979.

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi secara pesat maka perlu
dilakukan revisi untuk Farmakope Edisi III, sehingga pada tahun 1990 dibentuk suatu
Tim revisi Farmakope Edisi III yang pelaksanaannya ditetapkan dengan surat
keputusan Men. Kes. RI. No. 468 / Men. Kes / SK / VIII / 1991. tanggal 19 Agustus
1991 dan selanjutnya pada tahun 1992 disusun Farmakope Edisi IV oleh Panitia
Farmakope Indonesia yang dibentuk berdasarkan SK. Men. Kes. RI. No 695 / Men.
Kes / SK / VIII / 1992.

III. Daftar Farmakope di Dunia

DAFTAR FARMAKOPE DARI BEBERAPA NEGARA


REGIONAL DAN INTERNASIONAL

8
No. Negara / Regional / Singkatan Judul Dalam Bahasa Inggris Judul Dalam Bahasa
Internasional

I Afrika
Mesir Egyp. P Egypt’ Pharmacopoeia

II Amerika
Agentina Arg. P Argentinian Pharmacopoeia Farmacope Nacional
Argentina
Brazilia Braz. P Brazilian Pharmacopo Farmacopea dos Estand
Unidos do Brazil
Chili Chil. P Chilean Pharmacopoeia Farmacopea Chilena
Mexico Mex. P Mexican Pharmacopoeia Farmacopea Nacional d
Estandos Unidos Mexi
U.S.A. U.S.P. The United States The United States
Pharmacopoeia Pharmacope
III Asia
China Chin. P Chinese Pharmacopoeia
India Ind. P Pharmacopoeia of India
Indonesia F.I. Indonesia Pharmacopoeia Frmakope Indonesia
Jepang Jap. P The Pharmacopoeia of Japan

IV Eropa
Regional Eur. P Europen Pharmacopoeia
Austria Aust. P Austrian Pharmacopoeia Osterreichisches Arzhe
Belanda Neth. Netherlands Pharmacopoeia Nederlandse Farmakop
(Ned.F)
Belgia Belg. P Belgian Phamacopoeia Pharmacopee Belge
Cekoslowakia Ce. P Ceechoslovak Pharmacopoeia Ceskoslovenski / Leko
Vydenitreti, Pharmacop
Bohemoslovenica
Denmark Nord. P Nordic. Pharmacopoeiae Pharmacopoea Nordica
Fairlandia Ph. Dan Ditambah Danish Ditambah Dispensatori
Dispensatory Danica
Dahulu

9
No. Negara / Regional / Singkatan Judul Dalam Bahasa Inggris Judul Dalam Bahasa
Internasional
Denmark : Pharmacopo
Danica
Norwegia : Den Norske
Islandia Nord. P Farmakopy,
Swedia Sewd. P ( Pharmacopoea Norve
Swedia : Stenska Farm
( Pharmacopoea Svecic

Hongaria Hung. P Hungarian Pharmacopoeia Magyar Gyogyszerkon


Inggris B. P British Pharmacopoeia
Itali It. P Italian Pharmacopoeia Farmacpoea officinale
Reppublica Italiana

Jerman Barat Ger. P German Pharmacopoeia Deutsches Arzneibuch


(D.A.B)
Jugoslavia Jug. P Jugoslav Pharmacopoeia Farmakopeja SFRJ.
Pharmacopea Jugoslav
Perancis Fr. P French Pharmacopoeia Pharmacopee Francaise
Pharmacopoeia Gallica
Polandia Pol. P Polish Pharmacopoeia Frmakope Palska.
Portugis Port. P Portuguese Pharmacopoeia Farmacopeia Portugues
Rumania Roum. P Roumanian Pharmacopoeia Farmacopea Romania
Rusia RUS. P Russian Pharmacpoeia.
State Pharmacopoeia of The
USSR
Spayol Span. P Spanish Pharmacopoeia Farmacopea Oficial Es
Swiss Swiss. P Swiss Pharmacopoeia Pharmacopoea Helvetic
(Ph. Helv)

V International I.P Specification for The Quality Pharmacopee Internatio


WHO / PBB Control of Pharmaceutical
Prepation

10
IV. Isi Farmakope.

Isi Farmakope terdiri dari :


1. Ketentuan Umum ( General Notice )
Yaitu ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk Farmakope tersebut secara
umum.
2. Monografi ( Monographi )
Berisi uraian, persyaratan, pengujian mutu, dan pengujian potensi.
3. Lampiran ( Appendix )
Berisi Lampiran mengenai alat, cara pengujian, daftar larutan pereaksi, dll
4. Indeks ( Index )
Berisi tentang indeks yang dimuat dalam Farmakope.

V. Macam-macam sediaan dalam Farmakope Indonesia

Aqua aromatica : Adalah larutan jenuh minyak atsiri dalam air.


( Air aromatik )

Aqua demineralisata : Air yang dibebaskan sesempurna mungkin dari zat


anorganik ( mineral )
dibuat dengan penukar ion yang cocok

Aqua destilata : Dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum.


( Air suling )

Aqua pro injection : Air suling segar yang disuling kembali, disterilkan dengan
cara sterilisasi
( Air untuk injeksi ) cara A atau C.

11
Capsulae : Bentuk sediaan yang terbungkus dalam suatu cankang yang
terbuat dari metil
( Kapsul ) selulosa, gelatin atau bahan lain yang cocok.

Compressi : Sediaan padat berbentuk rata atau cembung rangkap,


umumnya bundar
( Tablet ) dibuat dengan mengempa atau mencetak obat atau
campuran obat dengan atau
tanpa zat tambahan

Cremores : Bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih


bahan obat terlarut
( Krim ) atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.

Emulsa : Sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan


obat terdispersi dalam
( Emulsi ) cairan pembawa, distabilkan dengan emulgator atau
surfaktan yang cocok.

Extracta : Sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari


simplisia nabati atau
( Ekstrak ) hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya
matahari langsung.
Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk.

Guttae : Sediaan cair berupa larutan atau suspensi homogen,


digunakan sebagai obat
( Obat tetes ) luar, boleh mengandung bahan tambahan yang cocok.

Guttae Auriculares : Obat tetes yang digunakan dengan cara meneteskan


kedalam telinga, kecuali
( Obat tetes telinga ) dinyatakan lain, dibuat dengan pelarut bukan air.

Guttae Nasales : Obat tetes yang digunakan dengan cara meneteskan


kedalam rongga hidung,

12
( Obat tetes hidung ) dapat mengandung pensuspensi, pendapar dan pengawet
yang cocok.

Guttae Ophtalmicae : Obat tetes steril, umumnya isotonik dan digunakan dengan
cara meneteskan
( Obat tetes mata ) kedalam lekuk mata atau kepermukaan selaput bening,
umumnya mengandung
pengawet yang cocok, disterilkan dengan cara A dan C
yang tertera pada cara
sterilisasi atau dibuat secara aseptik.

Infusa : Sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati


dengan air pada suhu
( Infus ) 90o selama 15 menit.

Inhalationes : Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot melalui hidung


atau mulut, atau
( Inhalasi ) disemprotkan dalam bentuk kabut kedalam saluran
pernafasan.

Injectiones : Sediaan berupa larutan, emulsa atau suspensi dalam air


atau pembawa lain yang
( Injeksi / Obat suntik ) cocok, steril dan digunakan secara parentral, yaitu dengan
merobek lapisan
kulit atau lapisan mukosa.

Oculenta : Salep steril untuk pengobatan mata menggunakan dasar


salep yang cocok.
( eye Oitment = salep mata )

Ovulae = Pessaries : Sediaan padat yang digunakan melalui vagina, umumnya


berbentuk telur, dapat
( Ovula ) melarut, melunak dan meleleh pada suhu tubuh.

13
Pilulae : Sediaan padat berupa massa bulat, mengandung satu atau
lebih bahan obat.
( Pil )

Sirupi : Sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakharosa,


kecuali dinyatakan
( Sirop ) lain kadar sakharosa tidak kurang dari 64 % dan tidak
lebih dari 66 %.

Solutiones : Sediaan yang mengandung bahan kimia terlarut kecuali


dinyatakan lain sebagai
( Larutan ) pelarut digunakan air suling.

Suppositoria : Sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya


berbentuk torpedo,
( Supositoria ) dapat melarut, melunak atau meleleh pada suhu tubuh.

Suspensiones : Sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam


bentuk halus dan tidak larut
( Suspensi ) terdispersi dalam cairan pembawa, zat yang terdispersi
harus halus dan tidak
boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan-lahan
endapan harus segera
terdispersi kembali.

Tincturae : Sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau


perkolasi simplisia nabati
( Tingtur ) atau hewani dalam pelarut yang tertera pada pada masing-
masing monografi,
kecuali dinyatakan lain tingtur mengandung obat
berkhasiat keras dibuat
dengan menggunakan 10 % bahan berkhasiat, tingtur lain
dibuat dengan
menggunakan 20 %.

14
Unguentum : Sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar,
( Salep ) bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam
dasar salep yang cocok.

Vaccina : Sediaan yang mengandung zat antigen yang dapat


menimbulkan kekebalan
( Vaksin ) khas terhadap infeksi atau keracunan oleh jasad renik
tertentu.

Irigationes : Larutan steril yang digunakan untuk mencuci /


membersihkan luka terbuka atau
( Irigasi ) rongga tubuh, digunakan secara topikal, tidak boleh secara
parental, pada etiket
diberi tanda-tanda tidak dapat digunakan untuk injeksi.

Lozenges : Sediaan padat mengandung satu atau lebih bahan obat,


umumnya dengan bahan
( Tablet hisap ) dasar beraroma dan manis yang dapat melarut atau hancur
perlahan-lahan
dalam mulut.

Gel = Jel : Sistem semi padat berupa suspensi yang dibuat dari
partikel anorganik yang
( Jeli ) kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh
cairan.
.

15
Ketentuan Umum Farmakope Indonesia edisi IV

Farmakope edisi terbaru berlaku hingga saat ini adalah Farmakope Indonesia
edisi empat judul tersebut dapat disngkat menjadi Farmakope Indonesia edisi IV
atau FI IV.
Jika digunakan istilah FI tanpa keterangan lain selama periode berlakunya Farmakope
Indonesia ini, maka yang dimaksudkan adalah FI IV dan semua suplemennya.

Bahan dan Proses


Sediaan resmi dibuat dari bahan-bahan yang memenuhi persyaratan dalam monografi
Farmakope untuk masing-masing bahan yang bersangkutan, yang monografinya
tersedia dalam farmakope.

Air yang digunakan sebagai bahan dalam sediaan resmi harus memenuhi persyaratan
untuk air. Air untuk injeksi atau salah satu bentuk steril air yang tercantum dalam
monografi dalam FI ini. Air yang dapat diminum dan memenuhi persyaratan air

16
minum yang diatur oleh pemerintah dapat digunakan dalam memproduksi sediaan
resmi.

Bahan resmi harus dibuat sesuai dengan prinsip-prinsip cara pembuatan yang baik
dan dari bahan yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan, untuk menjamin
agar bahan yang dihasilkan memenuhi semua persyaratan yang tertera pada
monografi Farmakope.

Apabila monografi suatu sediaan memerlukan bahan yang jumlahnya dinyatakan


sebagai zat yang telah dikeringkan, bahan tersebut tidak perlu dikeringkan terlebih
dahulu sebelum digunakan. Asalkan adanya air atau zat lain yang mudah menguap
diperkenankan dalam jumlah yang telah ditetapkan.

Bahan Tambahan
Bahan resmi yang dibedakan dari sediaan resmi tidak boleh mengandung bahan yang
ditambahkan kecuali secara khusus diperkenankan dalam monografi. Apabila
diperkenankan pada penandaan harus tertera nama dan jumlah bahan tambahan
tersebut.

Kecuali dinyatakan lain dalam monografi atau dalam ketentuan umum, bahan-bahan
yang diperlukan seperti bahan dasar, penyalut, pewarna, penyedap, pengawet,
pemantap dan pembawa dapat ditambahkan ke dalam sediaan resmi untuk
meningkatkan stabilitas, manfaat atau penampilan maupun untuk memudahkan
pembuatan. Bahan tersebut dianggap tidak sesui dan dilarang digunakan, kecuali :
1. bahan tersebut tidak membahayakan dalam jumlah yang digunakan
2. tidak melebihi jumlah minimum yang diperlukan untuk memberikan efek
yang diharapkan.
3. tidak mengurangi ketersediaan hayati, efek terapi atau keamanan dari
sediaan resmi.
4. tidak mengganggu dalam penujian dan penetapan kadar.

Udara didalam wadah sediaan resmi dapat dikeluarkan atau diganti dengan
karbondioksida, helium, nitrogen atau gas lain yang sesuai. Gas tersebut harus
dinyatakan pada etiket kecuali dinyatakan lain dalam monografi.

17
Tangas Uap.
Jika dinyatakan penggunaan tangas uap, yang dimaksudkan adalah tangas dengan uap
panas mengalir. Dapat juga digunakan pemanas lain yang dapat diatur hingga
suhunya sama dengan uap panas mengalir.

Tangas Air
Jika dinyatakan penggunaan tangas air, tanpa menyebutkan suhu tertentu, yang
dimaksudkan adalah tangas air yang mendidih kuat.

Larutan
Kecuali dinyatakan lain, Larutan untuk pengujian atau penetapan kadar dibuat dengan
air sebagai pelarut.

Pernyataan 1 dalam 10 mempunyai arti 1 bagian volume cairan atau 1 bagian bobot
zat padat diencerkan dengan atau dilarutkan dalam pengencer atau pelarut
secukupnya hingga volume akhir 10 bagian volume.

Pernyataan 20 : 5 : 2 mempunyai arti beberapa cairan dengan perbandingan volume


seperti yang disebutkan, dicampur.

Bobot Jenis
Kecuali dinyatakan lain, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada
suhu 25 o terhadap bobot air dengan volume sama pada suhu 25 o

Suhu
Kecuali dnyatakan lain, semua suhu didalam farmakope dinyatakan dalam derajat
celcius dan semua pengukuran dilakukan pada suhu 25 o . Jika dinyatakan suhu kamar
terkendali, yang dimaksudkan adalah suhu 15 o dan 30 o

Air
Kecuali dinyatakan lain yang dimaksud dengan air dalam pengujian dan penetapan
kadar adalah air yang dimurnikan

Pemerian

18
Pemerian memuat paparan mengenai sifat zat secara umum terutama meliputi wujud,
rupa, warna, rasa, bau, dan untuk beberapa hal dilengkapi dengan sifat kimia atau
sifat fisika, dimaksudkan untuk dijadikan petunjuk dalam pengelolahan, peracikan
dan penggunaan

Pernyataan dalam pemerian tidak cukup kuat dijadikan syarat baku, tetapi meskipun
demikian secara tidak langsung dapat membantu dalam penilaian pendahuluan
terhadap mutu zat yang bersangkutan.

Kelarutan
Kelarutan zat yang tercantum dalam farmakope dinyatakan dengan istilah sebagai
berikut :

Jumlah bagian pelarut yang diperlukan


Istilah Kelarutan
untuk melarutkan satu bagian zat

Sangat mudah larut Kurang dari 1


Mudah larut 1 sampai 10
Larut 10 sampai 30
Agak sukar larut 30 sampai 100
Sukar larut 100 sampai 1000
Sangat sukar larut 1000 sampai 10.000
Praktis tidak larut Lebih dari 10.000

Yang dimaksud satu bagian zat adalah :


Contoh : jika kita mempunyai 1 gram vitamin c maka kita akan memerlukan air
berapa?
Dilihat di farmakope jika vitamin c itu mudah larut sehingga dari tabel diatas dapat
diketahui bahwa mudah larut sehingga dengan skala 1-40 jadi jika kita mempunyai
air sebanyak 1 ml dapat melarutkan vit c tersebut.tapi jika kita hanya mempunyai air
sebanyak 0,5 ml maka tidak dapat melarutkan vit c tersebut.

Wadah dan penyimpanan

19
Wadah dan sumbatnya tidak boleh mempengaruhi bahan yang disimpan didalamnya
baik secara kimia maupun secara fisika, yang dapat mengakibatkan perubahan
kekuatan, mutu atau kemurniaan hingga tidak memenuhi persyaratan resmi.

Kecuali dinyatakan lain, persyaratan wadah yang tertera di farmakope juga berlaku
untuk wadah yang digunakan dalam penyerahan obat oleh apoteker.

Kemasan tahan rusak


Wadah suatu bahan steril yang dimaksudkan untuk pengobatan mata atau telinga,
kecuali yang disiapkan segera sebelum diserahkan atas resep dokter, harus disegel
sedemikian rupa hingga isinya tidak dapat digunakan tanpa merusak segelnya.

Wadah tidak tembus cahaya


Wadah tidak tembus cahaya harus dapat melindungi isi dari pengaruh cahaya, dibuat
dari bahan khusus yang mempunyai sifat menahan cahaya atau dengan melapisi
wadah tersebut.

Wadah yang bening dan tidak berwarna atau wadah yang tembus cahaya dapat dibuat
tidak tembus cahaya dengan cara memberi pembungkus yang buram. Dalam hal ini
etiket harus disebutkan bahwa pembungkus buram diperlukan sampai isi wadah habis
karena diminum atau digunakan untuk keperluan lain.

Jika dalam monografi dinyatakan “ terlindung dari cahaya “ dimaksudkan agar


penyimpanan dilakukan dalam wadah tidak tembus cahaya.

Wadah tertutup baik


Wadah tertutup baik harus melindungi isi terhadap masuknya bahan padat mencegah
kehilangan bahan selama pengamanan, pengangkutan, penyimpanan dan distribusi.

Wadah tertutup rapat


Harus melindungi isi terhadap masuknya bahan cair, bahan padat atau uap dan
mencegah kehilangan, merekat, mencair atau menguapnya bahan selama penanganan,
pengangkutan dan distribusi harus dapat ditutup rapat kembali. Wadah tertutup rapat
dapat diganti dengan wadah tertutup kedap untuk bahan dosis tunggal.

20
Wadah tertutup kedap
Harus dapat mencegah menembusnya udara atau gas selama penanganan,
pengangkutan, penyimpanan dan distribusi.

Wadah satuan tunggal


Digunakan untuk produk obat yang dimaksudkan untuk digunakan sebagai dosisi
tunggal yang harus digunakan segera setelah dibuka. Wadah atau pembungkusnya
sebaiknya dirancang srdemikian rupa, hingga dapat diketahui apabila wadah tersebut
perna dibuka. Tiap wadah satuan tunggal harus diberi etiket yang menyebutkan
identitas, kadar atau kekuatan, nama, produsen, nomor batch dan tanggal kedaluarsa.

Wadah dosis tunggal


Adalah wadah satuan tunggal untuk bahan yang hanya digunakan secara parenteral

Wadah dosis satuan


Adalah wadah satuan tunggal untuk bahan yang digunakan bukan secara parenteral
dalam dosis tunggal, langsung dari wadah.

Wadah satuan ganda


Adalah wadah yang memungkinkan dapat diambil isinya beberapa kali tanpa
mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau kemurnian sisa zat dalam wadah
tersebut.

Wadah dosis ganda


Adalah wadah satuan ganda untuk bahan yang digunakan hanya secara parenteral

Suhu penyimpanan

Dingin : adalah suhu tidaklebuhdari 8 o


Lemari pendingin memiliki suhu antara 2 o dan 8 o sedankan lemari
pembeku
mempunyai suhu antara – 20 o dan -10 o

Sejuk : adalah suhu antara 8 o - 15 o

21
Kecuali dinyatakan lain harus disimpan pada suhu sejuk dapat
disimpan di dalam
lemari pendingin

Suhu kamar : adalah suhu pada ruang kerja.


Suhu kamar terkendali adlah suhu yang diatur antara 15 o dan 30 o

Hangat : adalah suhu antara 30 o dan 40 o

Panas berlebih : adalah suhu diatas 40 o

Penandaan
Bahan dan sediaan yang disebutkan dalam farmakope harus diberi penandaan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

Persen
- Persen bobot per bobot ( b/b ), menyatakan jumlah gram zat dalam 100 gram
larutan atau
Campuran
- Persen bobot per volume ( b/v ), menyatakan jumlah gram zat dalam 100 ml
larutan, sebagai pelarut dapat digunakan air atau pelarut lain.
- Persen volume per volume ( v/v ), menyatakan jumlah ml zat dalam 100 ml
larutan

Pernyataan persen tanpa penjelasan lebih lanjut untuk campuran padat atau
setengah padat, yang dimaksud adalah b/b, untuk larutan dan suspensi suatu
zat padat dalam cairan yang dimaksud adalah b/v, untuk larutan cairan
didalam cairan yang dimaksud adalah v/v dan untuk larutan gas dalam cairan
yang dimaksud adalah b/v.

Daluarsa
Adalah waktu yang menunjukan batas terakhir obat masih memenuhi syarat baku.
Daluarsa dinyatakan dalam bulan dan tahun, harus dicantumkan dalam etiket.

22
KETENTUAN UMUM FARMAKOPE INDONESIA BAGIAN 2

1. Judul

FI tanpa keterangan lain, dimaksudkan adalah FI IV dan semua suplemennya.

2. Resmi dan Artikel Resmi

Bahan resmi adalah bahan aktif obat atau bahan farmasi atau komponen alat
kesehatan jadi yang judul monografinya tidak mencakup indikasi sifat-sifat bentuk
jadi tersebut. Sediaan resmi adalah sediaan obat jadi atau alat kesehatan jadi, sediaan
jadi atau setengah jadi (misalnya padatan steril yang harus dibuat menjadi larutan jika
hendak digunakan) atau produk dari satu atau lebih bahan resmi atau produk yang
diformulasikan, digunakan pada atau untuk pasien. Artikel resmi adalah bahan resmi
dan sediaan resmi.

3. Etanol

Semua pernyataan persentase etanol, seperti di bawah sub judul kadar etanol,
diartikan persentase volume per volume dari C2H5OH pada suhu 15,56°. Jika
digunakan C2H5OH yang dimaksud adalah zat kimia dengan kemurnian mutlak
(100%).

4. Air

Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksudkan dengan air dalam pengujian dan
penetapan kadar adalah air yang dimurnikan. Air yang digunakan sebagai bahan
pembawa sediaan resmi harus memenuhi persyaratan untuk air, air untuk injeksi, atau
salah satu bentuk steril air yang tercantum dalam monografi FI. Air yang dapat
diminum dan memenuhi persyaratan air minum yang diatur oleh pemerintah dapat
digunakan untuk memproduksi sediaan resmi.

5. Bahan Tambahan

Kecuali dinyatakan lain, bahan tambahan adalah bahan-bahan yang diperlukan dalam
pembuatan sediaan selain zat aktifnya, seperti bahan dasar, penyalut, pewarna,
penyedap, pengawet, pemantap, dan pembawa yang dapat ditambahkan ke dalam
sediaan resmi untuk meningkatkan stabilitas, manfaat, atau penampilan maupun
untuk memudahkan pembuatan.

Bahan tambahan tersebut dianggap tidak sesuai dan dilarang digunakan, kecuali:

a. Bahan tersebut tidak membahayakan dalam jumlah yang digunakan.


b. Tidak melebihi jumlah minimum yang diperlukan untuk memberikan efek
yang diharapkan.
c. Tidak mengurangi ketersediaan hayati, efek terapi, atau keamanan sediaan
resmi.
d. Tidak mengganggu dalam pengujian dan penetapan kadar.

6. Tangas Uap dan Tangas Air

Tangas uap adalah tangas dengan uap panas mengalir. Tangas air tanpa menyebutkan
suhu tertentu dimaksudkan sebagai tangas air yang mendidih kuat.

23
7. Pernyataan “Lebih Kurang”

Untuk bobot atau volume zat yang digunakan untuk pengujian atau penetapan kadar,
mempunyai makna dalam batas-batas 10% dari bobot atau volume yang ditetapkan.

8. Pernyataan “Di Dalam Desikator”

Menunjukkan penggunaan wadah yang dapat tertutup rapat dengan ukuran yang
sesuai dengan bentuk sedemikian rupa sehingga dapat mempertahankan kelembapan
rendah dengan pertolongan silika gel atau pengering lain yang sesuai. Desikator
vakum adalah desikator yang dapat mempertahankan kelembapan rendah pada
tekanan tidak lebih dari 20 mmHg atau pada tekanan lain yang ditetapkan dalam
monografi.

9. Penyaringan

Jika dinyatakan saring tanpa penjelasan lebih lanjut, dimaksudkan cairan disaring
menggunakan kertas saring yang sesuai sampai dihasilkan filtrat yang jernih.

10. Pemijaran Sampai Bobot Tetap

Dimaksudkan pemijaran harus dilanjutkan pada suhu 800° ±25° sehingga hasil dua
penimbangan berturut-turut berbeda tidak lebih dari 0,50 mg tiap gram zat yang
digunakan, penimbangan kedua dilakukan setelah dipijarkan lagi selama 15 menit.

11. Indikator

Kecuali dinyatakan lain, jumlah indikator yang digunakan dalam pengujian lebih
kurang 0,2 ml atau 3 tetes.

12. Bobot yang Dapat Diabaikan

Dimaksudkan bobot yang tidak lebih dari 0,50 mg.

13. Pernyataan Tidak Berbau

Pernyataan tidak berbau, praktis tidak berbau, berbau khas lemah ditetapkan dengan
pengamatan setelah bahan terkena udara selama 15 menit dihitung setelah wadah
yang berisi tidak lebih dari 25 g bahan dibuka.

14. Bobot Jenis

Kecuali dinyatakan lain, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada
suhu 25º terhadap bobot air dengan volume sama pada suhu 25°.

15. Suhu

Kecuali dinyatakan lain, semua suhu di dalam FI dinyatakan dalam derajat Celcius
dan semua pengukuran dilakukan pada suhu 25°.

 suhu kamar terkendali adalah suhu antara 15° dan 30°


 suhu penyimpanan dingin adalah suhu tidak lebih dari 8°
 lemari pendingin suhunya antara 2° dan 8°

24
 sejuk adalah suhu antara 8° dan 15°, kecuali dinyatakan lain, bahan yang
harus disimpan pada suhu sejuk dapat disimpan di dalam lemari pendingin
 suhu kamar adalah suhu pada ruang kerja
 hangat adalah suhu antara 30° dan 40°
 panas berlebih adalah suhu diatas 40°

16. Batas Waktu

Pada pelaksanaan pengujian dan penetapan kadar, jika tidak dinyatakan lain, reaksi
dibiarkan berlangsung selama 5 menit.

17. Hampa Udara

Kecuali dinyatakan lain, hampa udara adalah kondisi dengan tekanan udara tidak
lebih dari 20 mmHg (menurut FI ed. III, 5 mmHg)

18. Istilah Kelarutan Untuk Melarutkan 1 Bagian Zat

Sangat mudah larut (< 1)

Mudah larut (1 – 10)

Larut (10 – 30)

Agak sukar larut (30 – 100)

Sukar larut (100 – 1.000)

Sangat sukar larut (1.000 – 10.000)

Praktis tidak larut (> 10.000)

Catatan: Angka tersebut merupakan jumlah bagian pelarut yang diperlukan untuk
melarutkan 1 bagian zat.

19. Wadah

Syarat wadah, tidak boleh mempengaruhi bahan yang disimpan didalamnya baik
secara kimia maupun secara fisika, yang dapat mengakibatkan perubahan kekuatan,
mutu, atau kemurniannya hingga tidak memenuhi persyaratan resmi.

a. Wadah tertutup baik harus dapat melindungi isi terhadap masuknya bahan
padat dan mencegah kehilangan isi selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan,
dan distribusi.
b. Wadah tertutup rapat harus dapat melindungi isi terhadap masuknya bahan
cair, bahan padat atau uap dan mencegah kehilangan selama penanganan,
pengangkutan, penyimpanan, dan distribusi. Wadah tertutup rapat dapat
diganti dengan wadah tertutup kedap untuk bahan dosis tunggal.
c. Wadah tertutup kedap harus dapat mencegah tembusnya udara atau gas
selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan, dan distribusi.
d. Wadah satuan tunggal digunakan untuk produk obat yang dimaksudkan untuk
digunakan segera setelah dibuka. Tiap wadah satuan tunggal harus diberi

25
etiket yang menyebutkan identitas kadar atau kekuatan, nama produsen,
nomor bets, dan tanggal kedaluwarsa.
e. Wadah dosis tunggal adalah wadah satuan tunggal untuk bahan yang hanya
digunakan secara parenteral.
f. Wadah dosis satuan adalah wadah satuan tunggal untuk bahan yang
digunakan bukan secara parenteral dalam dosis tunggal, langsung dari wadah.
g. Wadah satuan ganda adalah wadah yang memungkinkan dapat diambil isinya
beberapa kali tanpa mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau kemurnian
sisa zat dalam wadah tersebut.
h. Wadah dosis ganda adalah wadah satuan ganda untuk bahan yang digunakan
hanya secara parenteral.

20. Simplisia

Persyaratan simplisia nabati dan hewani:

a. Tidak boleh mengandung organisme patogen.


b. Harus bebas dari cemaran mikroorganisme, serangga, dan binatang lainnya
maupun kotoran hewan.
c. Tidak boleh ada penyimpangan bau dan warna.
d. Tidak boleh mengandung lendir, atau menunjukkan adanya kerusakan.
e. Kadar abu yang tidak larut dalam asam tidak boleh lebih dari 2%, kecuali
dinyatakan lain.

21. Kadar Larutan


a. Larutan volumetri
o Molalitas (m) adalah jumlah gram molekul zat yang dilarutkan dalam
1 kg pelarut.
o Molaritas (M) adalah jumlah gram molekul zat yang dilarutkan dalam
pelarut hingga volume 1 liter.
o Normalitas (N) adalah jumlah bobot ekuivalen zat yang dilarutkan
dalam pelarut hingga volume 1 liter.
b. Persen
o b/b menyatakan jumlah gram zat dalam 100 gram larutan atau
campuran.
o b/v menyatakan jumlah gram zat dalam 100 ml larutan (air atau
lainnya).
o v/v menyatakan jumlah ml zat dalam 100 ml larutan.
c. Pernyataan persen tanpa penjelasan lebih lanjut
o untuk campuran padat atau setengah padat, yang dimaksud adalah b/b;
o untuk larutan dan suspensi suatu zat padat dalam cairan yang
dimaksud adalah b/v;
o untuk larutan cairan di dalam cairan yang dimaksud adalah v/v;
o untuk larutan gas dalam cairan yang dimaksud adalah b/v.

22. Daluwarsa (FI ed. III)

Daluwarsa (FI ed. III) / Expiry date / E.D (Farmakope lain) adalah waktu yang
menunjukkan batas terakhir obat yang memenuhui syarat baku. Daluwarsa
dinyatakan dalam bulan dan tahun (untuk makanan dan minuman dinyatakan dalam
tanggal, bulan, dan tahun). Daluwarsa harus dicantumkan pada etiket.

23. Dosis (FI ed. III)

26
Kecuali dinyatakan lain, dosis maksimum adalah dosis maksimum dewasa untuk
pemakaian melalui mulut, injeksi subkutan, dan rektal. Penyerahan obat dengan dosis
melebihi dosis maksimum dapat dilakukan, jika di belakang jumlah obat
bersangkutan pada resep dibubuhi tanda seru dan paraf dokter penulis resep.

Dosis lazim dewasa, serta dosis lazim bayi dan anak hanya merupakan petunjuk dan
tidak mengikat.

24. Penetes Baku (FI ed. III)

Penetes baku: penetes yang padah suhu 20° memberikan tetesan air suling yang
bobotnya antara 47,5 mg dan 52,5 mg.

25. Tetes (FI ed. III)

Yang dimaksud tetes adalah tetesan yang setara dengan tetesan yang keluar bebas dari
penetes baku secara tegak lurus atau dari penetes lain yang telah ditara terhadap
penetes baku.

26. Volume Sendok (FI ed. III)

Sendok kecil bervolume 5 ml. Sendok besar bervolume 15 ml (Farmakope Belanda


menyebutkan sendok teh (c.th.) volumenya 3 ml, sendok bubur (c.p) volumenya 8 ml,
dan sendok makan (c) volumenya 15 ml).

2.2 Bentuk Buku Farmakope Indonesia ke IV

Bila dicermati antara buku Farmakope Indonesia ke IV dengan edisi-edisi


sebelumnya memiliki banyak kesamaan . Namun Pada buku Farmakope Indonesia ke
IV terdapat beberapa revisi dan juga perubahan dari Farmakope Indonesia edisi
sebelumnya, misalnya saja kita membandingkan antara buku Farmakope Indonesia
edisi ke III dengan farmakope Indonesia edisi ke IV, bukan hanya mengalami
perubahan dari segi ukuran buku yang lebih lebar dan panjang, pada Farmakope
Indonesia edisi ke IV juga tidak lagi dicantumkan tabel mengenai Daftar Dosis Lazim
dan Dosis Maksimum seperti yang terdapat pada buku Farmakope Indonesia edisi
III . Pada Farmakope Indonesi edisi ke IV terdapat Daftar Tabel Alkoholometrik
mengenai Tabel Bobot Jenis dan Kadar Etanol,Tabel KesetaraanTermometrik,Tabel
larutan Isotonik yang tidak terdapat pada buku Farmakope edisi ke III. Namun
diantara perbedaan kedua buku Farmakope Indonesia baik dari edisi ke III maupun
edisi ke IV secara keseluruhan saling melengkapi antar Farmakope Indonesia satu
dengan yang lainnya begitu pula dengan edisi-edisi sebelumnya.

27
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Walaupun buku-buku Farmakope Indonesia dari edisi I hingga edisi IV


memiliki banyak perbedaan entah itu pengurangan sub bab, atau penambahan/revisi
bab baru namun, buku Farmakope Indonesia dari edisi I hingga Farmakope Indonesia
edisi ke IV secara keseluruhan saling melengkapi antar buku Farmakope Indonesia
satu dengan Farmakope Indonesia lainnya dan semuanya sangat berguna/bermanfaat
bagi pembaca khususnya seorang pharmacist dalam menjalani bidang pekerjaannya.

3.2 Saran

Seorang yang bergelut dibidang kefarmasian di Indonesia ini dapat dikatakan


antara pekerjaannya dan Buku Farmakope Indonesia sangat berhubungan erat bahkan
tidaka dapat dipisahkan. Oleh karena itu sangat diharapkan sebagai seorang
Pharmacist baik ia pemula maupun bukan untuk memiliki koleksi buku Farmakope
Indonesia yang nantinya akan tetap membantu dalam bidang pekerjaannya.

28
29

Anda mungkin juga menyukai