Anda di halaman 1dari 11

Beranda

SINOPSIS

PEMANFAATAN DAUN JERUK NIPIS (Citrus


aurantifolia) SEBAGAI LARVASIDA UNTUK
PEMBERANTASAN NYAMUK Aedes aegepty
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) merupakan
penyakit dengan angka kejadian yang cenderung meningkat di daerah tropis dan sub tropis.
Demam Berdarah Dengue (DBD) ditemukan pertama kali di Indonesia pada tahun 1975 di
Makasar dan pada tahun 1980 DHF telah dilaporkan telah tersebar secara meluas serta
melanda di seluruh propinsi Indonesia. Dalam Temporaktif (2004) pada tahun 1998 jumlah
penderita DBD mencapai 71.776 orang dengan kematian 2.441 jiwa (CFR = 3,4 persen).
Sementara itu, jumlah korban penderita DBD 1999 sebanyak 21.134 orang, 2000 (33.443),
2001 (45.904), 2002 (40.377) dan 2003 (50.131).

Dalam Pikiran Rakyat (2007) dipaparkan tindakan pencegahan penyakit Demam Berdarah
Dengue yang banyak dilakukan adalah program 3M yaitu menutup, menguras dan
menimbun. Selain itu dilakukan pula tindakan seperti memelihara ikan pemakan jentik,
menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menggunakan
repellent, menabur larvasida, memasang obat nyamuk dan memeriksa jentik secara berkala
serta melakukan pengasapan (fogging) .

Tetapi, metode yang paling efektif untuk mengendalikan nyamuk vektor demam berdarah
dengan cara membunuh jentik-jentiknya (Nurhasanah, 2001). Cara alternatif yang aman yaitu
dengan menggunakan bahan alami dari tumbuhan (pestisida nabati). Oleh karena terbuat dari
bahan alami maka jenis pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak
mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya
mudah hilang.

Lebih dari 2400 jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam 255 famili dilaporkan mengandung
bahan pestisida, salah satunya adalah jeruk nipis (Citrus aurantifolia. Jeruk nipis
mengandung bahan beracun yang disebut limonoida (Kardinan,2001). Senyawa dengan
golongan terpenoid yaitu limonoida yang berfungsi sebagai larvasida (Ferguson, 2002).

Kelebihan pestisida nabati dibandingkan dengan pestisida sintetik pada senyawa yang
terkandung didalamnya. Dalam suatu ekstrak tumbuhan, selain beberapa senyawa aktif utama
biasanya juga banyak terdapat senyawa lain yang kurang aktif, tetapi keberadaannya dapat
meningkatkan aktivitas ekstrak secara keseluruhan (sinergi). Hal ini memungkinkan serangga
tidak mudah menjadi resisten, karena kemampuan serangga membentuk system pertahanan
terhadap beberapa senyawa yang berbeda secara bersamaan lebih kecil daripada senyawa
insektisida tunggal.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :

a. Dapatkah ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap mortalitas larva nyamuk
Aedes aegypti L.?

b. Bagaimanakah mekanisme ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap


mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti L.?

c. Bagaimanakah cara penggunaan ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam
meningkatkan mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti L.?

1.3 Uraian Singkat Gagasan Kreatif

Penyakit demam berdarah di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya hal ini
dikarenakan kurang efektifnya pengendalian untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti. Cara
alternatif yang aman adalah menggunakan insektisida alami yang dapat membunuh jentik-
jentiknya. Salah satunya dengan daun jeruk nipis yang memiliki kandungan Limonoida yang
merupakan senyawa yang mempunyai efek larvasida paling potensial. Karena terbuat dari
bahan alami larvasida ini mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan
aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang. Selain itu, daun jeruk nipis
sering dijumpai dalam masyarakat sebagai bumbu dapur dan harganyapun relatif lebih
ekonomis.

1.4 Tujuan

Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui kemampuan ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap
mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti L

b. Untuk mengetahui mekanisme ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap
mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti L.

c. Uintuk mengetahui cara penggunaan ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam
meningkatkan mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti L.

1.5 Manfaat

a. Secara teoritis karya tulis ini memberikan informasi ilmiah kepada para akademisi tentang
pengaruh dan mekanisme ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap mortalitas
Aedes aegypti L.

b. Secara aplikatif karya tulis ini memberikan sumbangan informasi cara alternatif kepada
masyarakat pada umumnya dan Departemen Kesehatan pada khususnya bahwa ekstrak daun
jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dapat dimanfaatkan sebagai larvasida nabati yang ramah
lingkungan untuk memberantas larva nyamuk Aedes aegypti L.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang nyamuk Aedes aegypty L.

Nyamuk Aedes aegypti L. berukuran lebih kecil daripada nyamuk Culex guinguef asciatus,
dengan warna dasar hitam belang-belang pada bagian tubuh, kaki dan ada gambaran putih
pada bagian dorsal toraksnya. Nyamuk tersebut dapat mengandung virus dengue bila
menghisap darah seorang penderita DBD, virus ini kemudian masuk ke dalam intestinum dan
masuk kedalam hemoecoelum bereplikasi dan akhirnya masuk ke kelenjar air liur, dari sini
sudah siap untuk ditularkan lagi. Aedes aegypti L. merupakan vektor nyamuk yang paling
efisien untuk arbovirus karena nyamuk ini sangat antrofilik dan hidup dekat manusia dan
sering hidup di dalam rumah.

Sayap Antena

Sersus Kaki Depan

Kaki Belakang

Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes aegypti L

Gandahusada,2000

Larva atau jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti L. berbentuk seperti cacing, aktif bergerak
dengan gerakan naik ke permukaan dan turun ke dasar secara berulang-ulang. Larva ini
memakan mikroba, oleh karena itu larva Aedes aegypti L.disebut sebagai pemakan di dasar
(ground feeder). Pada saat larva mengambil oksigen dari udara (istirahat), posisi tubuh
tampak menggantung pada permukaan air. Stadium larva umumnya berlangsung 4-9 hari
untuk kemudian menjadi pupa

Nyamuk mengalami metamorforsis sempurna yaitu melalui empat tahap stadium : Telur-
larva-pupa-dewasa. Dalam daur hidup vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) dikenal dua
alam/lingkungan kehidupan yaitu air (pra dewasa) dan di luar air (dewasa). Nyamuk Aedes
aegypti menyukai tempat-tempat penampungan yang berair jernih dan terlindung dari sinar
matahari langsung sebagai tempat peridukannya. Larva Aedes aegypti dapat hidup pada air
dengan pH antara 5,88.6 (Hidayat,1997).
Suhu mempengaruhi waktu untuk perubahan telur menjadi larva. Larva melakukan
pengelupasan kulit (moolting) setelah 2-4 hari mereka. Pengelupasan kulit terjadi pada setiap
pergantian stadium. Larva mengalami 4 stadium. Pertumbuhan larva rata-rata berlangsung 10
hari atau lebih untuk kemudian menjadi pupa (Gandahusada,2000).

2.2 Tinjauan tentang Daun Jeruk

Komponen yang terdapat di dalam daun jeruk nipis setelah diambil minyak yang terkandung
di dalamnya adalah acetaldehyde, penen, sabinen, myrcene, octano, talhinen, limonoida, T
trans-2 hex-1 ol, terpinen, trans ocimen, cymeno, terpinolene, cis-2 pent-1 ol. Senyawa
organik yang terdapat di dalamnya antara lain vitamin, asam amino, protein, steroid, alkaloid,
senyawa larut lemak, senyawa tak larut lemak. Senyawa yang khas adalah senyawa golongan
terpenoid yaitu senyawa limonoida. Senyawa ini yang berfungsi sebagai larvasida
(Ferguson,2002).

Tabel 2.1 Senyawa kimia dalam jeruk nipis

No. Chemicals ppm


1. Linolenic acid 190
2. pinene 80
3. terpinene 80
4. terpineol 30
5. Ascorbic-acid 291
6. pinene 90
7. terpineol 70
8. Boneol 60
9. Calcium 90
10. Carbohydrates 59000
11. Citric acid 800
12. FAT 2000
13. Fiber 3000
14. Selinene 20
No. Chemicals ppm
15. limonene 4700
16. Linolic acid 360
17. Lysine 140
18. Malic acid 2000
19. Niacin 1
20. Octanoic acid 2
21. Oleic acid 160
22. Palmitic acid 10
23. Potassium 820
24. Protein 4000
25. Sodium 10
26. Stearic acid 10
27. Sugars 17400
28. Water 877000

Phytocemical and ethnobotanical data base (2005) dalam Andrianto (2006)


2.3 Senyawa Limonoida .

Senyawa limonoida terdapat dalam 2 bentuk yaitu limonoida aglicones (LA) dan limonoida
glucosides (LG). Limonoida aglicones (LA) menyebabkan rasa pahit pada jeruk dan tidak
larut dalam air. Sedangkan limonoida glucosoides tidak menyebabkan rasa pahit pada jeruk
dan dapat larut dalam air. Limonoida aglicones selama proses maturasi (pemasakan) dari
buah proses ini disebut natural debithoring process (Jiaxing,2001).

CH2

CH3

H2C

Gambar 2.2 Struktur kimia Limonoida

(Gunawan dan Mulyani,2004)

Limonoida aglycones dibagi lagi menjadi 4 golongan yaitu limonin, colamin, ichangensin
dan 7a-acetate limonoida. Diantara empat golongan tersebut yang paling dominan dan
menyebabkan rasa pahit pada jeruk dan mempunyai efek larvasida paling potensial adalah
limonoida. Kandungan senyawa limonoida paling tinggi pada tanaman jeruk didapatkan pada
bagian biji yaitu 927 g/100 mg, pada bagian daun tanaman adalah 36,6 g/100mg, pada
bagian kulit 2,5 g/100 mg, dan yang paling sedikit pada buah yaitu hanya 0,7 g/100mg.

BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Tipe Pendekatan

Dalam penulisan karya tulis ini, penulis menggunakan pendekatan sosial masyarakat
mengenai cara alternatif untuk memberantas nyamuk Aedes aegepty yang mengakibatkan
DBD (Demam Berdarah Dengue).

3.2 Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif kualitatif. Menurut Arikunto
(1998:25), analisa deskriptif kualitatif adalah analisa yang digambarkan dengan kata-kata
atau kalimat, dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.

Untuk menganalisa data yang berupa pesan, maka digunakan cara analisis isi (content
analysis). Analisa ini menghubungkan penemuan berupa kriteria atau teori. Analisis yang
dilakukan pada analisis isi karya tulis ini menggunakan interactive model (Miles dan
Huberman, 1994). Model ini terdiri dari empat komponen yang saling berkaitan, yaitu (1)
Pengumpulan data, (2) Penyederhanaan atau reduksi data, (3) Penyajian data, dan (4)
Penarikan data pengujian atau verifikasi kesimpulan.

1. Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data sekunder. Data kuantitatif dari peningkatan jumlah
penderita DBD, cara-cara pemberantasan nyamuk Aedes aegypti yang ada dalam masyarakat,
data mengenai kandungan daun jeruk nipis, serta data mengenai biologi, ekologi, daur hidup,
dan parasitologi nyamuk Aedes aegypti dimana data diperoleh dari dokumentasi yang diambil
dari berbagai sumber, berupa buku, jurnal penelitian, koran, majalah, maupun artikel di
internet yang berkaitan dengan masalah yang akan dikaji

2. Reduksi Data

Reduksi data dalam karya tulis ini dilakukan dalam bentuk pemilihan, pemusatan pada
penyederhanaan data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis atau intisari literatur.
Reduksi data dilakukan secara terus-menerus selama penulisan karya tulis ini berlangsung
sampai karya tulis akhir lengkap tersusun. Reduksi data digunakan untuk menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan
cara sedemikian sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

3. Penyajian Data

Sekumpulan informasi disusun sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan


kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian data, penulis
dapat memahami apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan selanjutnya.

4. Menarik Kesimpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan konfigurasi yang utuh.
Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penulisan berlangsung. Verifikasi adalah
tinjauan ulang pada data-data yang ada.

Reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan suatu jalinan
yang saling terkait antara yang satu dengan yang lain. Keterkaitan ketiga komponen-
komponen analisis data menurut Miles dan Huberman dapat di lihat pada gambar di bawah
ini:

BAB IV

ANALISIS-SINTESIS

4.1 Analisis Pemberantasan Aedes aegepty sebagai Vektor Penyakit

Demam Berdarah

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit
yang disebabkan oleh Virus Dengue famili Flaviviridae, dengan genusnya adalah flavivirus
yang ditularkan ke tubuh manusia melalui nyamuk Aedes aegypti L yang terinfeksi. Demam
berdarah adalah suatu penyakit menular yang ditandai demam mendadak, perdarahan baik di
kulit maupun di bagian tubuh lainnya serta dapat menimbulkan shock (rejatan) dan kematian.

Penyebab penyakit demam berdarah ialah virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Ae.aegypti dan Ae.albopictus (Chahaya,2003). Virus demam berdarah hanya
mengandung nukleoprotein yang dibungkus semacam amplop (envelope) disebut capsid
selalu memerlukan kehidupan lain atau yang sering disebut inang untuk melanjutkan
keberadaannya. Dalam hal ini nyamuk Aedes aegypti sebagai inang, karena hanya dalam
tubuh nyamuk Aedes virus dapat bereplikasi.

Pencegahan wabah DHF dilakukan karena tidak adanya obat antiviral spesifik untuk virus
dengue, dan belum adanya vaksin anti dengue yang efektif dan komersial, pemberantasan
nyamuk vektornya masih menjadi tumpuan utama dalam pencegahan dan pengendalian.
Pengendalian vektor dengan beberapa cara, antara lain adalah :

a. Kimia, dengan menggunakan insektisida pembasmi larva (larvasida)..

b. Biologi, misalnya penebar ikan pemakan jentik.

c. Fisik, dikenal dengan kegiatan 3 M (Menguras, Menutup, Mengubur).

Tetapi, metode yang paling efektif untuk mengendalikan nyamuk vektor demam berdarah
dengan cara membunuh jentik-jentiknya (Nurhasanah, 2001). Cara alternatif yang aman yaitu
dengan menggunakan bahan alami dari tumbuhan (pestisida nabati). Oleh karena terbuat dari
bahan alami maka jenis pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak
mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya
mudah hilang.

4.2 Ekstrak Daun Jeruk Nipis sebagai Larvasida Alami

Senyawa limonoid merupakan teranoriterpen yang terdapat dalam daun jeruk nipis
(Robinson,1994) yang berpotensi sebagai antifeedant terhadap serangga, zat pengatur tumbuh
dan zat toksik pada kutu beras, larvasida, anti mikroba, penolak serangga (repellent) dan
penghambat reproduksi (Jiaxing,2001). Senyawa limonoida merupakan analog hormon
juvenille pada serangga yang berfungsi sebagai pengatur pertumbuhan kutikula larva
(Ruberto,2002).

Hal ini karena semakin pekat konsentrasi larutan maka semakin banyak zat yang terkandung
dalam ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam larutan, yang berarti semakin
banyak pula racun yang dikonsumsi larva nyamuk Aedes aegypti, sehingga mortalitas larva
Aedes aegypti juga semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan Prijono (1994) dalam Nurhayati
(2005) semakin pekat konsentrasi larutan berarti makin banyak kandungan bahan aktif yang
dapat mengganggu proses metabolisme. Begitu pula pada kecepatan mortalitas larva Aedes
aegypti L. dimana kepekatan konsentrasi larutan juga sangat mempengaruhi kecepatan
mortalitas. Ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia(christm.) swingle.) pada konsentrasi
100 ppm adalah yang paling efektif karena dapat menyebabkan mortalitas tertinggi pada larva
nyamuk Aedes aegypti L. (Utomo, 2008).

Cara kerja (metode of action) insektisida nabati dalam membunuh atau mengganggu
pertumbuhan hama sasaran adalah: (1).mengganggu/mencegah perkembangan telur, larva dan
pupa, (2).mengganggu/mencegah aktifitas pergantian kulit dari larva (3) mengganggu proses
komunikasi seksual dan kawin pada serangga (4). Meracun larva dan serangga dewasa imago,
(5). Mengganggu/mencegah makan serangga, (6) menghambat proses metamorfosis pada
berbagai tahap, (7) menolak serangga larva dan dewasa, dan (8) menghambat pertumbuhan
penyakit. (Anonymous dalam Saraswati (2004). Cara masuk insektisida ke dalam tubuh
serangga dengan berbagai cara, diantaranya sebagai racun kontak, yang dapat masuk ke
dalam tubuh melalui kulit atau dinding tubuh serangga, racun perut atau mulut, masuk
melalui alat pencernaan serangga dan yang terakhir dengan fumigant, yang merupakan racun
yang masuk melalui pernafasan serangga. Dan limonoid bersifat sebagai racun
(Kardinan,2001),

Menurut Untung (1993), insektisida dapat masuk ke dalam tubuh serangga melalui berbagai
cara antara lain: sebagai racun perut (stomach poison) yang masuk ke dalam tubuh serangga
melalui alat pencernaan serangga, racun kontak (contact poisoining) yang masuk melalui
kulit atau dinding tubuh, dan yang terakhir fumigant atau pernafasan yang masuk ke dalam
tubuh serangga melalui sistem pernafasan. Banyak senyawa yang merusak sistem saraf
dimana berperan menurunkan enzim asetilkolineterase. Enzim ini bertugas menghantarkan
pesan atau impuls dari saraf otot melalui sinapse.

Sebagai racun perut limonoid dapat masuk ke dalam tubuh larva nyamuk Aedes aegypti L.
masuk ke pencernaan melalui rendaman konsentrasi ekstrak yang termakan. Insektisida akan
masuk ke organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding usus kemudian beredar
bersama darah yang akan mengganggu metabolisme tubuh nyamuk sehingga akan
kekurangan energi untuk aktivitas hidupnya yang akan mengakibatkan nyamuk itu kejang dan
akhirnya mati.

Limonoid adalah salah satu jenis senyawa yang bersifat racun, Limonoid dinyatakan sebagai
modifikasi tripenes, yang mempunyai 4,4,8 trimethyl-17 furanyl steroid. Susunan sub grup
dan struktur ikatan itu mempengaruhi karakteristik sifat dasar yang dibentuk selama
pertumbuhan pada produk tanaman yang menghasilkannya. Sifat dasar limonoid mencakup:
kegunaannya sebagai insektisida, regulasi pertumbuhan insek, insek antifeedant, dan
pengaruh medis terhadap binatang dan manusia seperti antibakteri, viral, dan antifungi
(Anonymous,2007). Berpotensi sebagai antifeedant terhadap serangga, zat pengatur tumbuh
dan zat toksik pada kutu beras, larvasida, anti mikroba, penolak serangga (repellent) dan
penghambat reproduksi (Jiaxing,2001). Senyawa limonoida merupakan analog hormon
juvenille pada serangga yang berfungsi sebagai pengatur pertumbuhan kutikula larva
(Ruberto,2002).

Secara umum mekanisme kerja limonoid dapat dijelaskan dalam gambar berikut:
Aedes aegypti L

Upaya-upaya yang dilakukan

Pengobatan Pencegahan

- Program 3 M
Pemberian
insektisida

Fogging
(pengasapan)

- Memelihara ikan pemakan jentik

- Memasang kasa

- Menggunakan repellent

Bahan alami Bahan buatan Kerugian

- Nikotin (tembakau) Abate Resistensi pada populasi nyamuk

- Rotenon (Umbi adung) Hanya membasmi nyamuk pada daerah


tertentu saja

- Limonoida (jeruk nipis) Tidak bisa membunuh larva

Kandungan ekstrak daun jeruk nipis

Limonoida

masuk

Sebagai Racun perut pori-pori permukaan tubuh larva nyamuk

Saluran pencernaan Analog hormon juvenille

Menembus dinding usus juvenille hormon

Peredaran darah pergantian kulit


Metabolisme tubuh larva

Kekurangan energi untuk

aktivitas hidupnya

Kejang (konvulasi)

Larva mati

Menurut Sastrodiharjo (1984) saraf pusat pada larva dari sepasang rantai saraf yang terdapat
di sepanjang tubuh bagian ventral. Pada tiap segmen terjadi suatu penggumpalan saraf yang
disebut ganglion. Pergantian kulit disebabkan karena sejumlah ekdison tertentu. Titer hormon
juwana (H.J) menetukan jenis stadium yang akan dialami oleh suatu serangga. Kalau titer H.J
tinggi pada waktu ekdison dikeluarkan, maka stadium yang akan ditempuh masih tetap larva.
Pupa akan terjadi bila titer H.J rendah dan titer H.J sangat rendah terjadilah imago. Selain
mempengaruhi proses pergantian kulit pada larva, limonoid yang menyebar ke jaringan saraf
akan mempengaruhi fungsi-fungsi saraf yang lain dan menyebabkan larva kejang yang akan
mengakibatkan terjadinya aktifitas mendadak pada saraf pusat. Selain itu juga limonoid dapat
masuk ke dalam tubuh larva Aedes aegypti melalui kulit atau dinding tubuh dengan cara
osmosis, karena kulit atau dinding tubuh larva bersifat permeable terhadap senyawa yang
dilewati, kemudian limonoid akan masuk ke sel-sel epidermis yang selalu mengalami
pembelahan dalam proses pergantian kulit, sehingga sel-sel epidermis mengalami
kelumpuhan (paralyisis) dan akhirnya mati.

Pernyataan Taruminkeng dalam Saraswati (1999) yang menyatakan langkah pertama dalam
respon fisik keracunan adalah respon fisik dan tingkah laku hewan uji. Pada dosis median,
secara khas keracunan racun saraf menimbulkan empat tahap simpton, yaitu eksitasi, kejang
(konvulsi), kelumpuhan (paralisis), dan kematian. Tahap kegelisahan (anxiety), pada tahap ini
serangga menunjukkan perilaku membersihkan badan yaitu tampak bahwa serangga
membesihkan antena atau bagian tubuh lainnya dengan mulut. Larva yang keracunan
insektisida menggulung badanya dan melakukan gerakan teleskopik yaitu gerakan turun naik
dari permukaan air dengan cepat. Mortalitas dalam larva nyamuk Aedes aegypti mempunyai
kriteria yaitu (1) gerak larva nyamuk Aedes aegypti tidak aktif (2) tubuh larva nyamuk Aedes
aegypti kaku (3) tidak bergerak apabila di sentuh dengan spatula/lidi (4) tubuh larva nyamuk
Aedes aegypti mengapung.

Penggunaan toksin yang berasal dari tanaman dapat digunakan untuk pemberantasan larva
nyamuk Aedes aegypti, karena dalam suatu ekstrak tumbuhan selain beberapa senyawa aktif
utama biasanya juga banyak terdapat senyawa lain yang kurang efektif, tapi keberadaannya
dapat meningkatkan aktivitas ekstrak secara keseluruhan (sinergi), hal ini memungkinkan
serangga tidak mudah menjadi resisten.

Larvasida dipergunakan dalam bentuk ekstrak yang diencerkan. Proses ekstraksi daun jeruk
nipis (Citrus aurantifolia Swingle) itu sendiri dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol
96%. Prosesnya adalah Daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia.) seberat 300gr dicuci sampai
bersih kemudian dikeringanginkan. Setelah kering daun diblender/ digiling dengan
penggilingan tepung sehingga didapat serbuk kering. Selanjutnya serbuk bahan dimaserasi
dengan etanol 96%, maserat diambil setiap 24 jam atau setiap hari dan maserasi dihentikan
apabila larutan memberikan maserat yang agak jernih. Maserat yang sudah didapatkan
selanjutnya diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 45oC sampai kental.
Ekstrak yang sudah didapatkan kemudian dipekatkan dengan menggunakan water steam dan
setelah selesai crude extract disimpan di dalam lemari es dan siap digunakan. Cara
penggunaannya dengan memasukan ekstrak daun jeruk nipis dengan konsentrasi 100 ppm
(100 mg ekstrak daun jeruk nipis per 1 liter air) ke dalam tempat penampungan air bersih
yang memungkinkan larva nyamuk Aedes aegypti berkembang.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis-sintesis di atas, dapat disipulkan sebagai berikut :

a. Ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) mampu meningkatkan mortalitas larva
nyamuk Aedes aegypti L karena kandungan Limonoida yang merupaka racun larvasida.

b. Ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sebagai racun perut limonoid masuk ke
pencernaan tubuh Aedes Aegepty dan diserap oleh dinding usus kemudian beredar bersama
darah yang akan mengganggu metabolisme tubuh nyamuk sehingga akan kekurangan energi
untuk aktivitas hidupnya yang akan mengakibatkan nyamuk itu kejang dan akhirnya mati.

c. Cara penggunaan larvasida ini dengan memasukan ekstrak daun jeruk nipis dengan
konsentrasi 100 ppm ke dalam tempat penampungan air bersih yang memungkinkan larva
nyamuk Aedes aegypti berkembang

Anda mungkin juga menyukai