1
Strategi Gerakan Mahasiswa
2
Kemunculan Gerakan Mahasiswa
Realitas Politik
3
Dilematisasi Antara Gerakan Moral &
Gerakan Politik
Dilatar belakangi oleh beberapa alasan:
Pertama, gerakan mahasiswa dalam orientasinya yang ingin melakukan
perubahan, selalu mengunakan ukuran perubahan struktur atau lebih
spesifik perubahan kebijakan sebagai ukuran keberhasilannya.
Kedua, stigma gerakan moral tidak lain adalah bentuk justifikasi dari
kebenaran akademis yang kelahirannya dilatar belakangi karena
independensi perguruan tinggi, yang berimplikasi pada cara pandang
bahwa gerakan mahasiswa adalah gerakan yang masih murni dan
independen yang sangat jauh dari kepentingan pragmatis dan
kepentingan politik tertentu.
Ketiga, gerakan mahasiswa yang mengklaim dirinya menyuarakan
aspirasi rakyat dengan mengunakan idiom demokrasi, HAM, supremasi
sipil, supremasi hukum dan yang lainnya, telah menjadikan idiom-idiom
tersebut sebagai standar moral gerakan.
Keempat, moral dalam gerakan mahasiswa sebenarnya hanya menyetuh
pada aspek psikologi, emosional dan romantisme, bukan moral yang
menjadi lan dan subtansi dari gerakan, karena kebangkitan gerakan
mahasiswa lebih signifikan dipengaruhi faktror eksternal yang lebih
massif.
Maka moral sebenarnya adalah sistem nilai yang berlaku universal bagi
individu bukan komunitas (baca gerakan) dan menjadi alat mekanisme
kontrol atas perilaku individu dalam menjalankan kehidupannya
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4
Teologi Sebagai Dasar Filosofi Pergerakan
Internalisasi dari nilai-nilai teologis tersebut menumbuhkan filosofi gerak PMII yang
disandarkan pada dua nilai yang sangaf fundamental yakni liberasi dan independensi.
Liberasi merupakan kepercayaan dan komitmen kepada pentinya (dengan
epistemologi gerak-paradigma) untuk mencapai kebebasan tiap-tiap individu. Praktek
dan pemikian liberasi mempunyai dua tema pokok. Pertama; tidak menyetujui adanya
otoritas penuh yang melingkupi otoritas masyarakat. Kedua; menentang segala
bentuk ekspansi dan hegemoni negara (kekuasaan) terhadap keinginan keinginan
bebas individu dan masyarakat dalam berkreasi, berekspresi, mengeluarkan pendapat,
berserikat dan lain sebagainya.
Liberasi didasarkan oleh adanya kemampuan (syakilah) dan kekuatan (wus'a) yang ada
dalam setiap individu. Dengan bahasa lain setiap individu mempunyai kemampuan
dan kekuatan untuk mengembangkan dirinya. tanpa harus terkungkung oleh
pemikiran, kultur dan struktur yang ada disekitarnya, sehingga pada akhirnya akan
melahirkan apa yang namnya keadilan (al-adalah), persamaan (al- musawah), dan
demokrasi (as-syura).
Kebebasan dalam arti yang umum mempuntai dua makna, yakni kebebasan dari
(fredom from) dan kebebasan untuk (fredom for). Kebebasan dari merupakan
kebebasan dari belenggu alam dan manusia. Sedangkan kebebasan untuk bermakna
bebas untuk berbuat sesuatu yang pada dasarnya sebagai fungsi untuk mencapai
tingkat kesejahteraan seluruh manusiadi muka bumi. Dalam kaitan ini
makasesungguhnya capaian yang harus memuat pada Usulul al-Khamsah (lima prinsip
dasar) yang meliputi; Hifdz al-nasl wa al-irdh, hifdzul al-'aql, hifdzul ai-nasi, dan hifdz
al-mal.
5
Ideologi PMII
Kepemimpinan
6
Struktur organisasi
Basis Finansial
Belum memiliki divisi fundraiser yang profesional
Telah memiliki sistem penganggaran yang jelas sebagai organisasi sosial.
Belum memiliki mekanisme kontrol dan pengawasan keuangan internal
yang jelas.
Belum memiliki sumber dana yang jelas dan sustainable
Jaringan
Sebagian besar, hanya memiliki jaringan politik di PKB
Kurang memiliki jaringan media, baik internasional, nasional, maupun
lokal
Kurang memiliki jaringan LSM
Kurang memiliki jaringan perguruan tinggi dalam dan luar negeri,
jaringan beasiswa, dan intelektual.
Kurang memiliki jaringan organisasi sosial baik dalam maupun luar
negeri
Kurang memiliki jaringan dana yang independen
7
Image
Kurang meyakinkan
Tradisionalis (dalam pengertian pejorative)
Tidak profesional
Hanya dimiliki oleh orang NU
Hanya menjadi kendaraan politik pengurus
Kontribusinya tidak jelas baik bagi masyarakat maupun
kader.
8
Sinergi antar kekuatan
Gerakan di atas membutuhkan kekuatan. Terutama untuk gerakan PMII
sebagai organisasi gerakan social. Kekuatan gerakan ini baru akan massif
jika terhimpun dari sinregisitas antar kekuatan. Paling tidak PMII harus
memiliki tiga lapis kekuatan kader.
Pertama, kekuatan basis. Kekuatan yang cukup menentukan dinamka
gerak PMII. Mereka adalah semua kader PMII. Kekuatan basis ini baru
akan memiliki daya dorong dalam konteks kelembagaan ketika berhasil
menyelesaikan kontradiksi-kontradiksi internalnya, secara ideologis
cukup kuat, dibekali perangka metodologi analisis social, dan memiliki
kapasitas manajerial memadahi.
Kedua, kekuatan pelopor. Mereka adalah minoritas kreatif yan menjadi
vanguardist, dalam gerakan, militant, berani, dan ideologis. Mereka
adalah kader pergerakan yang menjadi motor penggerak berbagai
formasi gerakan PMII.
Ketiga, kekuatan inti. Semacam think thank yang memiliki kualifikasi
seperti kader pelopor namun memliki kekuatan urai social tajam.
Tahapan Gerakan
Gerakan di atas akan akan mencapai tansfomasi, yakni
kristalisasi dan sublimasi keseluruhan gerakan setelah
melalui tahapan berikut ini:
Pertama, pemahaman PMII akan kondisi objektif dan basis nilai ideologis
sama-sama kuatnya.
Kedua, PMII mampu melakukan kontekstualisasi paradigma dan ideology
dalam level praksis empiris. Mampu merumuskan berbagai isu-isu
strategis, tahapan-tahapan, taktik, yang tidak utopis.
Ketiga, PMII mampu mengidentifikasi akar persoalan dan actor pada
dataran structural dan cultural sehingga mampu melakukan blocking area
dan memahami medan perjuangan.
Keempat, mampu menjadi konsolidator gerakan baik konteks nahdhiyin
maupun elemen-elemen lain.
Kelima, mampu menyusun strategic planning, scenario building, dan
action planning.
Keenam, mampu membangun kesadaran kritis masyarakat sehingga
mampu mentransformasikan isu pegerakan menjadi isu masyarakat
sehingga masyarakat menjadi actor utama perubahan.
9
Strategi gerakan PMII
10
Awas bahaya laten borjuis anti komunis !!
11