1
Dapat dibentuk dengan kecepatan tinggi menjadi kaleng dengan berbagai
macam ukuran
Memiliki ketahanan terhadap karat, asal disimpan dalam kondisi penyimpanan
normal
Memiliki kenampakan yang menarik
Tahan terhadap tekanasn dan suhu pengolahan yang tinggi
Mudah diberi dekorasi
b. Botol
Botol merupakan kemasan yang terbuat dari gelas, umumnya digunakan untuk bahan
makanan yang bersifat asam, yang hanya memerlukan perlakuan panas ringan atau untuk
bahan pangan yang bersifat sangat korosif seperti saus tomat dan acar. Ditinjau dari sudut
pengolahan, penggunaan botol memerlukan kondisi sebagai berikut :
Otoklaf yang digunakan harus tipe statis
Medium pindah panas yang digunakan harus berupa air yang super heated dengan
uap, sehingga suhu mencapai 115 1260C dan tekanan 20 30 psi agar tutup botol
tidak lepas
Menaikkan suhu harus lebih lambat
Proses termal harus menggunakan suhu yang lebih rendah dan waktu pemanasan yang
lebih lama
Kecepatan pendinginan harus lebih lambat dan dikerjakan dalam otoklaf, dengan cara
menurunkan suhu dan tekanan secara berangsur-angsursampai mencapai suhu 65 oC,
baru dipindahkan ke ruang pendingin.
4
Proses pengalengan konvensional, dimana produk dimasukkan dalam kaleng, lalu
ditutup secara hermetis, dan setelah itu produk dalam kaleng
dipanaskan/disterilisasikan dengan menggunakan retort. Setelah kecukupan panas
yang diperlukan tercapai, produk dalam kaleng tersebut didinginkan.
Proses aseptis, yaitu suatu proses dimana produk dan kemasan disterilisasi secara
terpisah, kemudian produk steril tersebut diisikan ke dalam wadah steril pada suatu
ruangan yang steril.
4. Hot-filling
Hot-filling adalah teknik proses termal yang banyak diterapkan untuk produk pangan
berbentuk cair, seperti saus, jam, dan sambal. Dari segi tujuan proses, hot-filling banyak
dilakukan untuk produk pangan yang memiliki pH rendah (pangan asam/diasamkan) untuk
tujuan pasteurisasi. Pengertian hot-filling adalah melakukan pengemasan bahan dalam
kondisi panas setelah proses pasteurisasi ke dalam kemasan steril (misalnya botol atau gelas
jar), lalu ditutup rapat (hermetis) dan didinginkan. Biasanya proses hot-filling
dikombinasikan dengan teknik pengawetan lain, misalnya penambahan gula, garam, bahan
pengawet atau pendinginan. Di antara produk pangan yang dapat diproses dengan hot-filling
adalah saus, sambal, jem, dsb.
5
leukoantisianin yang tidak berwarna bereaksi dengan logam tersebut berbentuk kompleks
antosianim yang berwarna merah muda. Pada produk susu, perubahan warna yang terjadi
diakibatkan oleh sedikit karamelisasi dan reaksi Maillard.
2. Perubahan Bau dan Cita Rasa
Daging kaleng mengalami perubahan yang kompleks seperti pirolisissilkan, diaminasi, dan
dekarboksilasi asam amino, degradasi, reaksi maillard dan karamelisasi karbohidrat
berbentuk furfural dan hidroksimetilfurfural, serta oksidasi dan dekarboksilasi lipid. Interaksi
antar komponen tersebut menghasilkan lebih dari 600 senyawa cita rasa dan bauh.
Pada sayuran dan buah-buahan, perubahan terjadi akibat reaksi kompleks yang menjakup
dekradasi, rekominasi dan folatilisasi aldehid, keton, gula,lakton, asam amino, dan asam-
asam organic. Pada susu, pembentukan cita rasa matang (cooked flavor) disebabkan oleh
denaturasi protein whey membentuk hydrogen sulfida dan pembentukan lakton dan
metilketon akibat oksidasi lipid. Pada proses UHT, perubahan tersebut lebih sedikit terjadi
dan cita rasa serta bauh alami produk dan bahan pangan dapat dipertahankan.
3. Perubahan Tekstur Dan Viskositas
Pada daging kaleng, perubahan tekstur disebabkan koagulasi dan penurunan daya ikat air
dari protein. Akibatnya, terjadi pengerutan dan daging menjadi kaku. Pelunakan terjadi akibat
hidrolisikolagen, pelarutan gelatin yang berbentuk dari hasil hidrolisis kolagen, dan pelelehan
fraksi lemak yang terdispersi dalam jaringan daging. Poli fosfat biasa ditambahkan pada
daging untuk meningkatkan daya ikat air. Polifosfatase dapat mengurangi pengerutan dan
meningkatkan keempukan daging. Pada buah dan sayur-sayuran, pelunakan disebabkan oleh
hidrolisis senyawa-senyawa pectin, gelatinisasi pati, pelarutan persial hemiselulosa, yang
dikombonasikan dengan penurunan turgor (tekanan sel). Garam kalsium dapat ditambahkan
pada proses blansing seperti telah dijelaskan untuk meningkatkan kekerasan buah dan
sayuran kaleng garam kalsium yang digunakan dapat beragam bergantung pada jenis bahan.
Misalanya, kalsium hidroksida digunakan untuk ceri, kalsium klorida untuk tomat, dan
kalsium laktat untuk apel. Penggunaan jenis garam kalsium yang berbeda disebabkan oleh
perbedaan proporsi peptin yang didemitilasi. Pada proses pengalengan daging, waktu relative
lama di butuhkan untuk hidrolisis kolagen dan suhu relative rendah dibutuhkan untuk
mencegah daging menjadi kaku.
6
Faktor penting yang harus di perhatikan pada proses pengolahan adalah perubahan nilai
gizi. Pengalengan menyebabkan hidrolisis karbohidrat dan lipid, tetapi kedua komponen
tersebut tetap mempunyai ketersediaan hayati yang baik dan nilai gizinya tidak berubah.
Protein terkoagulasi dan biasannya penurunan asam amino terjadi sebesar 10-20%.
Keturunan kadar lisin setara dengan suhu yang digunakan. Penurunan kadar triptofan kadar
lisin setara dengan suhu yang digunakan. Penurunan triptofan dan metionin menurunkan nilai
biologi protein sebesar 6-9%.
Penurunan kadar vitamin terjadi terutama pada tiamin (50-75%), dan asam pantotenat (20-
35%). Pada buah-buahan dan sayuran kaleng penurunan vitamin terjadi pada hampir semua
vitamin larut air terutama asam askorbat. Penurunan tersebut beragam bergantuk pada jenis
produk pangan, kadar residu oksigen dalam kemasan, dan metode pesparasi sebelum
pengalengan (missal pengupasan dan pengirisan atau bansing). Pada sejumlah produk,
sejumlah vitamin larut dalam sirup atau medium lain ynag juga dikomsumsi, sehingga terjadi
penurunan pada proses sterilisasi metode UHT, penurunan vitamin hanya sedikit terjadi
Sterilisasi pada daging tiruan yang dibuat dari kedelai dapat meningkatkan nilai gizinya
berkaitan dengan inerfiktasi komponen antitrypsin. Antitrypsin merupakan protein yang dapat
berikatan dengan enzim tripsin dalam pencernaan sehingga menurunkan ketersediaan hayati
protein. Dan setelah sterilisasi dilakukan secara baik, dipaparkan Purwiyatno lebih lanjut, ada
tiga syarat yang harus dipenuhi untuk mempertahankan kesegaran produk, yakni perlakuan
pemanasan yang cukup, pengemasan dan pengkeliman (penyegelan) kemasan secara hermetis
(kedap), dan penanganan kemasan dengan baik dengan memastikan integritas sambungan dan
penutupan tetap terjaga sebelum, selama, dan setelah pemanasan.
10. Penyimpanan
Setelah itu disimpan dalam suhu ruang untuk mengetahui daya simpan dan efektifitas
sterilisasi. Pengamatan dilakukan selama 1 minggu dan kaleng disimpan pada suhu 40-50oC.
Jika dalam 1 minggu tersebut ada kaleng yang menggembung, maka proses sterilisasi tidak
berjalan dengan baik dan hal ini ditandai dengan masih adanya aktivitas mikroorganisme.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa sebagian besar produk masih dalam
keadaan baik setelah disimpan selama 1 minggu. Meskipun keseluruhan proses pengalengan
12
bisa dikatakan aseptis, namun tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya kerusakan, baik
karena berlalunya masa simpan (kadaluwarsa) ataupun karena kurang sempurnanya proses
pengalengan bisa dikatakan aseptis, namun tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya
kerusakan, baik karena berlalunya masa simpan (kadaluwarsa) ataupun karena kurang
sempurnanya proses pengalengan.
13
KESIMPULAN
Proses termal merupakan teknologi yang termasuk dalam proses pangawetan dengan
menggunakan energi panas yang bertujuan untuk mematikan mikroorganisme
merugikan yang menyebabkan penyakit dan dapat merusak atau menyebabkan
kebusukan pada produk yang dikemas.
Kemasan hermetis (tahan uap dan gas) yaitu kemasan yang secara sempurna tidak
dapat dilalui oleh gas, udara atau uap air sehingga selama masih hermetis wadah ini
tidak dapat dilalui oleh bakteri, kapang, ragi dan debu. Contoh yang paling banyak
digunakan adalah kaleng (tin-plate) dan botol.
Jenis-jenis proses pemanasan yang umum diterapkan dalam proses pengalengan
pangan, adalah blansir, pasteurisasi, sterilisasi dan hot-filling.
Kerusakan Produk Pangan Akibat Proses Termal Pangan meliputi perubahan warna,
perubahan bau dan cita rasa, perubahan tekstur dan viskositas serta perubahan nilai
gizi
Pengaruh pengolahan terhadap nilai gizi yang meliputi protein, karbohidrat, lemak
dan vitamin berbeda-beda
Tahapan proses pengalengan bahan pangan nabati meliputi sortasi dan pencucian,
pengupasan, pemotongan, blansir, pengisian, exhausting, penutupan, processing
(sterilisasi), pendinginan, pengeringan dan penyimpanan.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://seafast.ipb.ac.id/index.php/articles/37-kesehatan/86-sterilisasi-uht-a-pengolahan
aseptik-jaga-mutu-susu-segar
http://www.scribd.com/doc/31247969/sterilisasi-komercial
http://www.scribd.com/doc/38741915/Sterilisasi
about:reader?url=http%3A%2F%2Fchiki-chikia.blogspot.com
%2F2011%2F07%2Fmakalah-pangan-dan-kesehatan-
pengawetan.html&tabId=2
15