SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Sarjana Terapan Kesehatan Bidang Gizi
Oleh
INTAN FAJAR AKBARI
Nomor Pokok Mahasiswa : P2.31.31.1.15.027
JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JAKARTA, 2019
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Tim Penguji :
Dra. Rosmida M. Marbun, M.Kes.
Ketua
xxxxxx
Anggota
xxxxx
Anggota
iii
ABSTRAK
JURUSAN GIZI
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II
SKRIPSI, MEI 2019
Salah satu pilar dari pesan gizi seimbang yaitu membiasakan membaca
label pangan. Permasalahannya adalah konsumen kurang memerhatikan
dan membaca label sebelum membeli maupun mengonsumsi sehingga
diperlukan strategi yang tepat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
apakah ada pengaruh media WhatsApp terhadap pengetahuan, sikap,
dan tindakan membaca label pangan pada mahasiswa tingkat 1 Program
Diploma III dan Sarjana Terapan Jurusan Teknik Elektromedik, Teknik
Radiodiagnostik & Radioterapi, Teknik Gigi, dan Kesehatan Lingkungan
Poltekkes Kemenkes Jakarta II. Metode penelitian adalah The One Group
Pretest-Posttest Design. Sampel penelitian berjumlah 90 mahasiswa.
Hasil yang didapatkan adalah terdapat perbedaan pengetahuan, sikap,
dan tindakan terhadap label pangan dengan nilai p yaitu 0,000 (p < 0,05).
Untuk itu, diperlukan sosialisasi tentang pentingnya membaca label
pangan di kalangan mahasiswa.
iv
ABSTRACT
NUTRITION DEPARTEMENT
HEALTH POLYTECHNIC MINISTRY OF HEALTH JAKARTA II
ESSAY, MEI 2019
v
LEMBAR RIWAYAT HIDUP
vi
KATA PENGANTAR
vii
7. Ibu Meilinasari, S.K.M., M.Kes. selaku dosen pembimbing akademik.
8. Dhea, Dilla, Irma, dan Maol teman sepembimbingan yang selalu
susah senang bersama pada saat penyusunan skripsi ini.
9. Nadiyah Darmawan dan adik tingkat Program Studi Diploma III dan
Sarjana Terapan Gizi yakni Anisa, Devi, Nisrina, Puji, Qalbi, serta
Salma yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.
10. Sahabat dan rekan seperjuangan tercinta Program Sarjana Terapan
Gizi tahun 2015 yang tiada henti memberi dukungan dan motivasi
dalam penyusunan skripsi hingga selesai.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ix
B. Rancangan Penelitian ....................................................................... 42
C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 43
1. Populasi .................................................................................... 43
2. Sampel ...................................................................................... 43
D. Kriteria Subjek ................................................................................... 44
1. Kriteria Inklusi............................................................................ 44
2. Kriteria Eksklusi......................................................................... 44
E. Jenis Data yang Dikumpulkan ........................................................... 44
1. Data Primer ............................................................................... 44
2. Data Sekunder .......................................................................... 45
F. Cara Pengumpulan Data ................................................................... 45
1. Data Primer ............................................................................... 45
2. Data Sekunder .......................................................................... 45
G. Pengolahan dan Analisis Data........................................................... 45
1. Pengolahan Data ...................................................................... 45
2. Analisis Data ............................................................................. 46
H. Langkah-langkah Penelitian .............................................................. 49
1. Persiapan .................................................................................. 49
2. Pelaksanaan ............................................................................. 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 57
A. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 57
B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 57
1. Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II ............................... 57
2. Jurusan Teknik Elektromedik Politeknik Kesehatan Kemenkes
Jakarta II ................................................................................... 58
3. Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Jakarta II ............................................... 59
4. Jurusan Teknik Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II60
5. Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Jakarta II ................................................................................... 61
C. Gambaran Umum Responden ........................................................... 62
D. Analisis Data...................................................................................... 62
x
1. Karakteristik Responden ........................................................... 62
2. Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan .................... 64
3. Sikap Sebelum dan Sesudah Penyuluhan ................................ 68
4. Tindakan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan .......................... 71
5. Hubungan Jenis Kelamin dengan Pengetahuan tentang Label
Pangan Sebelum Penyuluhan dengan Media WhatsApp.......... 73
6. Hubungan Jenis Kelamin dengan Sikap terhadap Label Pangan
Sebelum Penyuluhan dengan Media WhatsApp ....................... 74
7. Hubungan Jenis Kelamin dengan Tindakan terhadap Label
Pangan Sebelum Penyuluhan dengan Media WhatsApp.......... 75
8. Hubungan Keterpaparan Informasi dengan Pengetahuan tentang
Label Pangan Sebelum Penyuluhan dengan Media WhatsApp 76
9. Hubungan Keterpaparan Informasi dengan Sikap terhadap Label
Pangan Sebelum Penyuluhan dengan Media WhatsApp.......... 78
10. Hubungan Keterpaparan Informasi dengan Tindakan terhadap
Label Pangan Sebelum Penyuluhan dengan Media WhatsApp 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 81
A. Kesimpulan ........................................................................................ 81
B. Saran ................................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 83
LAMPIRAN............................................................................................... 88
xi
DAFTAR TABEL
xii
MEDIA WHATSAPP............................................................. 72
TABEL 17 HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN PENGETAHUAN
TENTANG LABEL PANGAN SEBELUM PENYULUHAN
DENGAN MEDIA WHATSAPP ............................................ 73
TABEL 18 HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN SIKAP
TERHADAP LABEL PANGAN SEBELUM PENYULUHAN
DENGAN MEDIA WHATSAPP ............................................ 74
TABEL 19 HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN TINDAKAN
TERHADAP LABEL PANGAN SEBELUM PENYULUHAN
DENGAN MEDIA WHATSAPP ............................................ 75
TABEL 20 HUBUNGAN KETERPAPARAN INFORMASI DENGAN
PENGETAHUAN TENTANG LABEL PANGAN SEBELUM
PENYULUHAN DENGAN MEDIA WHATSAPP ................... 77
TABEL 21 HUBUNGAN KETERPAPARAN INFORMASI DENGAN
SIKAP TERHADAP LABEL PANGAN SEBELUM
PENYULUHAN DENGAN MEDIA WHATSAPP ................... 78
TABEL 22 HUBUNGAN KETERPAPARAN INFORMASI DENGAN
TINDAKAN TERHADAP LABEL PANGAN SEBELUM
PENYULUHAN DENGAN MEDIA WHATSAPP ................... 79
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai salah satu pilar dari pesan gizi seimbang (PGS)
yaitu membiasakan membaca label pada kemasan pangan yang
merupakan pesan kedelapan dari sepuluh pesan gizi seimbang
(PGS) dapat mendukung pola hidup sehat dengan membantu
konsumen untuk menentukan pilihan bahan makanan yang akan
dikonsumsi sehingga aman bagi kesehatan. Rendahnya kebiasaan
membaca label pangan membuat konsumen memilih makanan yang
tidak sehat sehingga menurunkan kondisi kesehatan. Mereka yang
tidak membaca label pangan mengonsumsi lebih tinggi lemak,
kolesterol, dan gula dibandingkan dengan yang membaca label.1
(Sudahono, 2014)
Pengetahuan menumbuhkan motivasi untuk membaca label
pangan, serta menjadi tuntunan ketika membaca label, sehingga
konsumen tidak hanya membaca namun juga memahami apa yang
dibaca. Permasalahannya adalah seberapa baik pengetahuan
tentang label pangan yang dimiliki sehingga konsumen lebih
memerhatikan label pangan dan membaca sebelum membeli
maupun mengonsumsi.1 (Sudahono, 2014)
Kementerian Kesehatan telah melakukan promosi kesehatan
terkait sepuluh pesan gizi seimbang (PGS). Berdasarkan Laporan
Tahunan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pembedayaan
Masyarakat tahun 2017, upaya yang dilakukan dalam mencapai
indikator kinerja yang ditetapkan dilakukan dengan menyebarkan
informasi kesehatan melalui blogger, media luar ruang (pameran,
LED Bilboard dengan frekuensi tayang minimal 320 kali per hari,
Giant LED Bilboard dengan frekuensi tayang minimal 34 kali per hari,
TV di transportasi umum, supermarket, dan bioskop), media
elektronik (penayangan televisi selama 30 hari sebanyak 1500 kali
1
tayang di 5 stasiun televisi dan penyiaran radio sebanyak 450 kali di
2 stasiun radio), media cetak (booklet, poster, buku saku, majalah,
buku, dll), pengelolaan web (salah satunya adalah web game), dan
media online promosi kesehatan (twitter dan instagram).2 (Direktorat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, 2017).
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Direktorat Surveilan
dan Penyuluhan Keamanan Pangan tahun 2015 sebanyak 750
responden yaitu 25,3% berkategori selau mengecek komposisi
makanan setiap membeli produk, 37,1% berkategori sering, 34,5%
berkategori jarang dan 3,1% berkategori tidak pernah. Sedangkan
hasil survei Badan POM tahun 2015 yang dilakukan pada 450
mahasiswa di DKI Jakarta hanya 33% yang memiliki pemahaman
baik terhadap label pangan dan 67% tidak memiliki pemahaman baik
terhadap label pangan. Faktor yang mempengaruhi mahasiswa
dalam memilih pangan olahan yaitu 92,4% adalah tanggal
kadaluarsa dan 91,6% adalah rasa. Oleh karena itu, berdasarkan
persentase yang membaca label pangan dapat dikatakan masih
tergolong rendah sehingga diperlukan strategi yang tepat untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan membaca label
pangan.3 (Mustinda, 2016)
Saat ini dalam Smartphone terdapat berbagai macam
aplikasi chatting yang dapat digunakan untuk bertukar informasi dan
berkomunikasi, salah satunya adalah aplikasi WhatsApp. WhatsApp
adalah aplikasi pesan instan yang memungkinkan kita untuk
mengirim file, pesan, gambar, video, foto, dan obrolan online.
Aplikasi WhatsApp juga menyediakan fitur group chat yang
memudahkan suatu kelompok atau organisasi dapat berdiskusi
memberikan informasi. Menurut laporan comScore yang diambil
pada bulan Januari 2017 tentang Top 10 Apps from Mobile Devices
in Indonesia, WhatsApp Messanger menempati urutan kedua
dengan jumlah pengguna sebanyak 35,8 juta. Dalam penelitian
Wibisono (2017)4, didapatkan hasil pengetahuan nilai skor terkecil
2
sebelum perlakuan sebesar 3,25 dan setelah perlakuan menjadi 6,25
sehingga dapat dikatakan bahwa aplikasi WhatsApp mampu menjadi
sarana edukasi untuk meningkatkan pengetahuan.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh
peneliti pada Mahasiswa Tingkat 1 D3 dan D4 Jurusan Teknik
Elektromedik, Teknik Radiodiagnostik & Radioterapi, Teknik Gigi,
dan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Jakarta II tahun
ajaran 2017/2018 sebanyak 26 mahasiswa. Dari survei pendahuluan
tersebut didapatkan hasil 50% responden sering membaca label
pangan, 38,46% responden kadang-kadang membaca label pangan,
7,69% responden jarang membaca label pangan, dan 3,85%
responden tidak pernah membaca label pangan.
Informasi tertera pada label pangan tidak semua dibaca oleh
responden sebelum membeli suatu produk. Hanya 11,54% yang
membaca 2 informasi pada label pangan dan 84,62% yang
membaca 1 informasi pada label pangan. Informasi pada label
pangan yang sering dibaca adalah tanggal kadaluarsa sebesar 50%.
Atas dasar permasalahan di atas, maka peneliti ingin melakukan
penelitian “Pengaruh Media WhatsApp terhadap Pengetahuan,
Sikap, dan Tindakan Membaca Label Pangan pada Mahasiswa
Tingkat 1 Program Diploma III dan Sarjana Terapan Jurusan Teknik
Elektromedik, Teknik Radiodiagnostik & Radioterapi, Teknik Gigi,
dan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Jakarta II”.
B. Rumusan Masalah
Berbagai metode dan media sudah dilakukan dalam promosi
kesehatan dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman terkait label pangan, akan tetapi persentase jumlah
yang membaca label pangan dapat dikatakan masih tergolong
rendah. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap,
dan tindakan membaca label pangan diperlukan strategi yang tepat.
3
Peneliti memilih media WhatsApp sebagai media penyuluhan
tentang label pangan.
Berdasarkan pokok permasalahan tersebut maka rumusan
masalah penelitian ini adalah bagaimana pengaruh media WhatsApp
terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan membaca label pangan
pada mahasiswa tingkat 1 Program Diploma III dan Sarjana Terapan
Jurusan Teknik Elektromedik, Teknik Radiodiagnostik & Radioterapi,
Teknik Gigi, dan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes
Jakarta II.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui apakah ada pengaruh media WhatsApp
terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan membaca label
pangan pada mahasiswa tingkat 1 Program Diploma III dan
Sarjana Terapan Jurusan Teknik Elektromedik, Teknik
Radiodiagnostik & Radioterapi, Teknik Gigi, dan Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Kemenkes Jakarta II.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin dan keterpaparan informasi pada mahasiswa tingkat
1 Program Diploma III dan Sarjana Terapan Jurusan Teknik
Elektromedik, Teknik Radiodiagnostik & Radioterapi, Teknik
Gigi, dan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes
Jakarta II.
b. Menilai pengetahuan tentang label pangan sebelum dan
sesudah penyuluhan pada mahasiswa tingkat 1 Program
Diploma III dan Sarjana Terapan Jurusan Teknik
Elektromedik, Teknik Radiodiagnostik & Radioterapi, Teknik
Gigi, dan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes
Jakarta II.
4
c. Menilai sikap terhadap label pangan sebelum dan sesudah
penyuluhan pada mahasiswa tingkat 1 Program Diploma III
dan Sarjana Terapan Jurusan Teknik Elektromedik, Teknik
Radiodiagnostik & Radioterapi, Teknik Gigi, dan Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Kemenkes Jakarta II.
d. Menilai tindakan terhadap label pangan sebelum dan
sesudah penyuluhan pada mahasiswa tingkat 1 Program
Diploma III dan Sarjana Terapan Jurusan Teknik
Elektromedik, Teknik Radiodiagnostik & Radioterapi, Teknik
Gigi, dan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes
Jakarta II.
e. Menganalisis perbedaan pengetahuan tentang label pangan
sebelum dan sesudah penyuluhan dengan media WhatsApp
pada mahasiswa tingkat 1 Program Diploma III dan Sarjana
Terapan Jurusan Teknik Elektromedik, Teknik
Radiodiagnostik & Radioterapi, Teknik Gigi, dan Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Kemenkes Jakarta II.
f. Menganalisis perbedaan sikap terhadap label pangan
sebelum dan sesudah penyuluhan dengan media WhatsApp
pada mahasiswa tingkat 1 Program Diploma III dan Sarjana
Terapan Jurusan Teknik Elektromedik, Teknik
Radiodiagnostik & Radioterapi, Teknik Gigi, dan Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Kemenkes Jakarta II.
g. Menganalisis perbedaan tindakan terhadap label pangan
sebelum dan sesudah penyuluhan dengan media WhatsApp
pada mahasiswa tingkat 1 Program Diploma III dan Sarjana
Terapan Jurusan Teknik Elektromedik, Teknik
Radiodiagnostik & Radioterapi, Teknik Gigi, dan Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Kemenkes Jakarta II.
5
h. Menganalisis hubungan antara karakteristik responden
dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan terhadap label
pangan sebelum penyuluhan pada mahasiswa tingkat 1
Program Diploma III dan Sarjana Terapan Jurusan Teknik
Elektromedik, Teknik Radiodiagnostik & Radioterapi, Teknik
Gigi, dan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes
Jakarta II.
D. Hipotesis Penelitian
1. Ada perbedaan pengetahuan tentang label pangan sebelum dan
sesudah penyuluhan dengan media WhatsApp pada mahasiswa
tingkat 1 Program Diploma III dan Sarjana Terapan Jurusan
Teknik Elektromedik, Teknik Radiodiagnostik & Radioterapi,
Teknik Gigi, dan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes
Jakarta II.
2. Ada perbedaan sikap terhadap label pangan sebelum dan
sesudah penyuluhan dengan media WhatsApp pada mahasiswa
tingkat 1 Program Diploma III dan Sarjana Terapan Jurusan
Teknik Elektromedik, Teknik Radiodiagnostik & Radioterapi,
Teknik Gigi, dan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes
Jakarta II.
3. Ada perbedaan tindakan terhadap label pangan sebelum dan
sesudah penyuluhan dengan media WhatsApp pada mahasiswa
tingkat 1 Program Diploma III dan Sarjana Terapan Jurusan
Teknik Elektromedik, Teknik Radiodiagnostik & Radioterapi,
Teknik Gigi, dan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes
Jakarta II.
E. Manfaat Penelitian
1. Untuk Peneliti
Diharapkan peneliti dapat mengetahui perubahan
pengetahuan, sikap, dan tindakan membaca label pangan
6
sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan dengan media
WhatsApp pada mahasiswa. Selain itu, diharapkan juga
menambah wawasan dan pengalaman peneliti di bidang gizi
terutama dalam ilmu komunikasi gizi.
2. Untuk Mahasiswa
Memperoleh pengetahuan tentang label pangan dan
diharapkan mahasiswa tingkat 1 Program Diploma III dan
Sarjana Terapan Jurusan Teknik Elektromedik, Teknik
Radiodiagnostik & Radioterapi, Teknik Gigi, dan Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Kemenkes Jakarta II sebagai responden
dapat memahami dan menerapkan sehingga terjadi perubahan
perilaku setelah diberikan penyuluhan tentang label pangan
dengan media WhatsApp.
3. Untuk Institusi
Memberikan informasi dan tambahan data mengenai
pengaruh media WhatsApp terhadap pengetahuan, sikap, dan
tindakan membaca label pangan pada mahasiswa tingkat 1
Program Diploma III dan Sarjana Terapan Jurusan Teknik
Elektromedik, Teknik Radiodiagnostik & Radioterapi, Teknik Gigi,
dan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Jakarta II.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Perilaku Kesehatan
Menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2010),
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku dibedakan menjadi dua
yaitu perilaku tertutup (covert behavior) dan perilaku terbuka (overt
behavior). Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus
tersebut masih belum dapat diamati oleh orang lain (dari luar)
secara jelas. Sedangkan perilaku terbuka terjadi bila respon
terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik
yang dapat diamati oleh orang lain dari luar (observable
behavior).5 (Notoatmodjo, 2010)
Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan
membedakan adanya 3 area, wilayah, ranah atau domain perilaku
yakni kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor
(psychomotor). Kemudian oleh ahli pendidikan di Indonesia, ketiga
domain ini diterjemahkan ke dalam cipta (kognitif), rasa (afektif),
dan karsa (psikomotor) atau pericipta, perirasa, dan peritindak.5
(Notoatmodjo, 2010)
Perilaku kesehatan menurut Skinner adalah respon
seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan
sehat-sakit, penyakit, dan faktot-faktor yang memengaruhinya
(lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan). Di
dalam bidang perilaku kesehatan, terdapat 3 teori yang menjadi
acuan di dalam penelitian mengenai kesehatan di masyarakat
yakni teori Lawrence Green, teori Snehandu B. Kar, dan teori
WHO.5 (Notoatmodjo, 2010)
8
a. Teori Lawrence Green
Menurut teori ini, kesehatan seseorang dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu faktor perilaku dan faktor di luar perilaku.
Faktor perilaku dipengaruhi oleh 3 hal yaitu :
Faktor-faktor predisposisi, yaitu faktor-faktor yang
mempermudah terjadinya perilaku seseorang. Faktor-faktor
ini terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keyakinan, nilai-nilai, norma sosial, budaya, dan faktor
sosiodeografi.
Faktor-faktor pendukung, yaitu faktor-faktor yang
memfasilitasi suatu perilaku. Yang termasuk ke dalam faktor
pendukung adalah sarana dan prasarana kesehatan.
Faktor-faktor pendorong, yaitu faktor-faktor yang mendorong
atau memperkuat terjadinya suatu perilaku. Faktor-faktor ini
terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau
petugas lain yang merupakan kelompok referensi perilaku
masyarakat.5 (Notoatmodjo, 2010)
9
tindakan apabila ia mempunyai penjelasan yang lengkap
tentang tindakan yang akan dilakukannya tersebut.
Otonomi pribadi, yang bersangkutan dalam hal ini
mengambil tindakan atau keputusan.
Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak
bertindak. Hal ini disebabkan untuk melakukan suatu
tindakan apapun, diperlukan suatu kondisi dan situasi yang
tepat. Kondisi dan situasi mempunyai pengertian yang luas,
baik fasilitas yang tersedia maupun kemampuan yang ada.5
(Notoatmodjo, 2010)
c. Teori WHO
Menurut teori WHO, terdapat 4 determinan mengapa
seseorang berperilaku yaitu :
Pemikiran dan perasaan. Hasil pemikiran dan perasaan
seseorang atau dapat disebut pula pertimbangan pribadi
terhadap obyek kesehatan merupakan langkah awal
seseorang untuk berperilaku. Pemikiran dan perasaan dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal seperti pengetahuan,
kepercayaan, dan sikap.
Adanya acuan atau referensi dari seseorang yang
dipercayai. Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh orang
yang dianggap penting oleh dirinya seperti tokoh
masyarakat. Apabila seseorang itu dipercaya, maka apa
yang dilakukan atau dikatakannya akan cenderung untuk
diikuti.
Sumber daya yang tersedia. Adanya sumber daya seperti
fasilitas, uang, waktu, tenaga kerja akan mempengaruhi
terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Pengaruh ini
dapat bersifat positif maupun negatif.
Kebudayaan, kebiasaan, nilai, maupun tradisi yang ada di
masyarakat.5 (Notoatmodjo, 2010)
10
2. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan
(knowledge) adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan
seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan
indra penglihatan (mata). Pengetahuan merupakan hasil dari
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
berupa penciuman, rasa, dan raba terhadap suatu objek
tertentu.5 (Notoatmodjo, 2010)
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Karena
dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan seorang remaja
diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai media
massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan,
orang tua, internet, media poster, teman dekat, dan
sebagainya.6 (Siswanto, 2015)
11
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek
yang telah dipelajari.
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi real (sebenarnya).
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-
komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi,
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (Synthesis)
Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menyambungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain
sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek.5 (Notoatmodjo,
2010)
12
c. Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Siswanto (2015)6,
terdapat 2 faktor yang memengaruhi pengetahuan yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari :
1) Pendidikan
Tokoh pendidikan abad 20 M. J. Langeveld
mendefinisikan bahwa pendidikan adalah setiap usaha,
pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada
anak yang tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan GBHN
Indonesia mendefinisikan lain, bahwa pendidikan sebagai
suatu usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup.
2) Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau
keinginan yang tinggi terhadap sesuatu dengan adanya
pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cukup dari
seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut akan
berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan.
3) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami
seseorang. Jika tidak adanya suatu pengalaman sama
sekali, suatu objek psikologis cenderung akan bersikap
negatif terhadap objek tersebut untuk menjadi dasar
pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut dalam
situasi yang melibatkan emosi, penghayatan, pengalaman
akan lebih mendalam dan lama membekas.
13
4) Usia
Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai
saat berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan
masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih
dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi
kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan
kematangan jiwanya, makin tua seseorang maka makin
kondusif dalam menggunakan koping terhadap masalah
yang dihadapi.
2) Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan
sebagai pemberitahuan seseorang adanya informasi baru
mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan
sugestif dibawa oleh informasi tersebut apabila arah sikap
tertentu. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk
menggunakan kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi
yang berpengaruh perubahan perilaku, biasanya digunakan
melalui media massa.
14
3) Kebudayaan/Lingkungan
Kebudayaan di mana kita hidup dan dibesarkan
mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan kita.
Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk
selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin
berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap
seseorang.
e. Pengukuran Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010)5, pengetahuan dapat
diukur dengan cara melakukan tes wawancara serta angket
kuesioner, di mana tes tersebut berisika pertanyaan-pertanyaan
yang berkaitan dengan materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian. Pengukuran tingkat pengetahuan bertujuan untuk
mengetahui status pengetahuan seseorang dan dirangkum
dalam tabel distribusi frekuensi.
Menurut Arikunto (2010)7, pengetahuan dibagi dalam 3
kategori yaitu :
Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar 76 –
100% dari seluruh petanyaan.
Cukup apabila subjek mampu menjawab dengan benar 56 –
75% dari seluruh pertanyaan.
15
Kurang apabila subjek mampu menjawab dengan benar 40 –
55% dari seluruh pertanyaan.
3. Sikap
a. Pengertian Sikap
Menurut Notoatmodjo (2010)5, sikap merupakan reaksi
atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung
terlihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan
konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu
yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
16
1) Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya,
sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan
perhatian orang itu terhadap penyuluhan tentang gizi.
2) Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan
dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah,
adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
3) Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap
tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang mengajak ibu yang
lain (tetangganya, saudaranya, dan sebagainya) untuk pergi
menimbangkan anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan
tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah
mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
17
1) Pengalaman pribadi
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
3) Pengaruh budaya
4) Media massa
5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
6) Pengaruh faktor emosional
Pembentukan sikap tidak terjadi demikian saja,
melainkan melalui suatu proses tertentu. Faktor-faktor yang
memengaruhi terbentuknya sikap yaitu:
1) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat
dalam diri orang yang bersangkutan sendiri seperti
selektifitas. Suatu rangsangan yang datang harus dipilih
yaitu mana rangsangan yang harus didekati dan mana
rangsangan yang harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh
motif dan kecenderungan dalam diri seseorang.
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar
diri seseorang yang terdiri dari:
Sikap objek yang dijadikan sasaran sikap.
Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap.
Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap
tersebut.
Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan
sikap.
Situasi pada saat sikap dibentuk.
e. Pengukuran Sikap
Sikap dapat diukur secara langsung atau tidak
langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana
pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek
18
tertentu. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
beberapa pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat
responden melalui kuesioner.
Menurut Budiman dan Riyanto (2013)9, pengukuran
aspek sikap dapat menggunakan skala Likert. Pengukuran
tingkat sikap seseorang dapat dikategorikan sebagai berikut :
Tingkat sikap dikatakan baik jika responden mampu
menjawab pertanyaan pada kuesioner dengan benar
sebesar > 75% dari seluruh pertanyaan dalam kuesioner.
Tingkat sikap dikatakan cukup jika responden mampu
menjawab pertanyaan pada kuesioner dengan benar
sebesar 56 – 75% dari seluruh pertanyaan dalam kuesioner.
Tingkat tindakan dikatakan kurang jika responden mampu
menjawab pertanyaan pada kuesioner dengan benar
sebesar < 56% dari seluruh pertanyaan dalam kuesioner.
4. Tindakan
a. Pengertian Tindakan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tindakan
adalah sesuatu yang dilakukan oleh orang atau menyebabkan
terjadi. Suatu sikap belum tentu terwujud dalam tindakan,
sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain
adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.5 (Notoatmodjo,
2010)
19
2) Respon Terpimpin (Guided Response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan
yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan
indikator praktik tingkat kedua.
3) Mekanisme (Mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu
dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah
merupakan sebuah kebiasaan, maka ia sudah mencapai
praktik tingkat tiga.
4) Adopsi (Adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang
sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah
dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan
tersebut.5 (Notoatmodjo, 2010)
c. Pengukuran Tindakan
Pengukuran tindakan dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara
langsung dilakukan dengan mengobservasi tindakan atau
kegiatan yang dijalankan oleh responden. Pengukuran tidak
langsung dapat dilakukan dengan wawancara terhadap
kegiatan-kegiatan yang pernah dilakukan dalam rentang waktu
tertentu (jam, hari atau bulan lalu) atau disebut juga dengan
recall.
Menurut Budiman dan Riyanto (2013)9, pengukuran
aspek tindakan seseorang dapat dikategorikan sebagai berikut :
Tingkat tindakan dikatakan baik jika responden mampu
menjawab pertanyaan pada kuesioner dengan benar
sebesar > 75% dari seluruh pertanyaan dalam kuesioner.
20
Tingkat tindakan dikatakan cukup jika responden mampu
menjawab pertanyaan pada kuesioner dengan benar
sebesar 56 – 75% dari seluruh pertanyaan dalam kuesioner.
Tingkat tindakan dikatakan kurang jika responden mampu
menjawab pertanyaan pada kuesioner dengan benar
sebesar < 56% dari seluruh pertanyaan dalam kuesioner.
5. Label Pangan
a. Pengertian Label Pangan
Label pangan adalah setiap keterangan mengenai
pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya,
atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke
dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan
pangan, yang selanjutnya dalam peraturan pemerintah ini
disebut label.10 (Republik Indonesia, 1999)
b. Tujuan Pelabelan
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan pasal 96 ayat 1 dan 2
bahwa tujuan pemberian label pangan adalah untuk
memberikan informasi yang benar dan jelas kepada
masyarakat tentang setiap produk pangan yang dikemas
sebelum membeli dan/atau mengonsumsi pangan. Informasi
tersebut terkait dengan asal, keamanan, mutu, kandungan gizi,
dan keterangan lain yang diperlukan.11 (Republik Indonesia,
2012)
21
beberapa fungsi yaitu mengidentifikasi produk dan merek,
menentukan kelas produk dan menjelaskan produk,
menggambarkan beberapa hal mengenai produk (siapa
pembuatnya, di mana dibuat, kapan dibuat, apa isinya, dan
bagaimana menggunakan secara aman), dan mempromosikan
produk melalui gambar yang menarik.
d. Jenis-jenis Label
Secara garis besar, menurut Swastha (1984) dalam
Irrubai (2016)12, terdapat tiga macam label yang sering
digunakan oleh beberapa perusahaan yaitu :
1. Brand label adalah label yang semata-mata digunakan
sebagai brand. Misalnya pada kain atau tekstil, kita dapat
mencari tulisan berbunyi: “sanforized, berkolin, tetoron”.
Selain brand label ini, masing-masing perusahaan juga
mencantumkan merek yang dimilikinya.
2. Grade label adalah label yang menunjukkan tingkat kualitas
tertentu dari suatu barang. Label ini dinyatakan dengan
suatu tulisan atau kata-kata.
3. Descriptive label atau juga disebut informative label
merupakan label yang menggambarkan tentang cara
penggunaan, susunan, pemeliharaan, hasil kerja dari suatu
barang.
Sedangkan menurut Simamora (2000) dalam Irrubai
(2016)12, label diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu
sebagai berikut :
1. Label produk (product label) adalah bagian dari pengemasan
sebuah produk yang mengandung informasi mengenai
produk atau penjualan produk.
2. Label merek (brand label) adalah nama merek yang
diletakkan pada pengemasan produk.
22
3. Label tingkat (grade label) mengidentifikasi mutu produk.
Label ini bisa terdiri dari huruf, angka atau metode lainya
untuk menunjukkan tingkat kualitas dari produk itu sendiri.
4. Label deskriptif (descriptive label) menggambarkan isi,
pemakaian, dan ciri-ciri produk.
23
4) Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau
mengimpor
5) Halal bagi yang dipersyaratkan
6) Tanggal dan kode produksi
7) Tanggal, bulan, dan tahun kadaluwarsa
8) Nomor izin edar bagi pangan olahan
9) Asal usul bahan pangan tertentu11 (Republik Indonesia,
2012)
Berdasarkan PerKa Badan POM
HK.03.1.5.12.11.09955 tahun 2011 lampiran 3, label pangan
olahan terdiri dari bagian utama dan bagian lain. Keterangan
yang harus dicantumkan pada bagian utama label paling sedikit
mencakup :
1) Nama jenis, dan bila ada nama dagang
2) Berat bersih atau isi bersih
3) Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau
memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia.
Khusus untuk produk pangan olahan dengan nomor
pendaftaran BPOM RI MD/ML, selain keterangan di atas, pada
labelnya juga harus dicantumkan keterangan sebagai berikut :
1) Keterangan tentang kandungan gizi
2) Keterangan tentang iradiasi pangan (jika produk berupa
pangan iradiasi).
3) Keterangan tentang pangan organik (jika produk berupa
pangan organik).
4) Keterangan tentang pangan rekayasa genetika (jika produk
berupa pangan rekayasa genetika).
5) Keterangan tentang pangan yang dibuat dari bahan baku
alamiah.
6) Petunjuk penggunaan/penyiapan
7) Petunjuk tentang cara penyimpanan
8) Keterangan tentang petunjuk atau saran penyajian
24
9) Keterangan tentang peruntukan
10) Keterangan lain yang perlu diketahui mengenai dampak
pangan terhadap kesehatan manusia.
11) Peringatan
Khusus untuk nomor 6 sampai 8, dapat digunakan
untuk produk pangan olahan IRTP (Industri Rumah Tangga
Pangan). Misalnya, petunjuk penggunaan/penyiapan tepung
sagu, petunjuk penyimpanan pangan yang digoreng seperti
kerupuk, keripik, biskuit, petunjuk penyajian minuman ringan.13
(Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia,
2011)
GAMBAR 1
LABEL TANGGAL DAN KODE PRODUKSI SERTA TANGGAL
KADALUARSA
Sumber : www.google.com
GAMBAR 2
LABEL INFORMASI NILAI GIZI
Sumber : www.google.com
25
g. Contoh Label Pangan
GAMBAR 3
CONTOH LABEL PANGAN YANG BENAR
GAMBAR 4
CONTOH LABEL PANGAN YANG SALAH
Sumber : www.google.com
26
Sumber : www.google.com
TABEL 1
DISTRIBUSI FREKUENSI ALASAN MEMBACA LABEL
PANGAN DALAM PENELITIAN SUDAHONO DAN
INDRAWANI (2014)1
Jumlah
No Alasan Persentase
(n = 110)
1. Mengetahui komposisi 16 14,5
Mengetahui batas
2. 20 18,1
kadaluarsa
Mengetahui keterangan
3. 13 11,8
halal
Mengetahui kandungan
4. 15 13,6
makanan
5. Malas 8 7,3
6. Lupa 9 8,2
7. Alasan kesehatan 17 15,5
8. Tanpa Alasan 12 11
27
i. Komponen Label Pangan yang Sering Dibaca
TABEL 2
DISTRIBUSI FREKUENSI KEPATUHAN DALAM MEMBACA
KOMPONEN LABEL PANGAN DALAM PENELITIAN
SUDAHONO DAN INDRAWANI (2014)1
n = 110
No Komponen Patuh Tidak Patuh
Jumlah % Jumlah %
1. Nama produk 96 87,3 14 12,7
2. Berat bersih 38 34,5 72 65,5
Nama dan alamat
3. 12 10,9 98 89,1
pabrik/importir
4. Komposisi 57 51,8 53 48,2
Petunjuk
5. penyimpanan dan 29 26,4 81 73,6
penggunaan
Tanggal
6. 102 92,7 8 7,3
kadaluarsa
7. Label halal 83 75,5 27 24,5
Nomor
8. 0 0 100 100
pendaftaran
28
Bayi : 0 tahun
Balita : 0 – 4 tahun
Pra sekolah : 5 – 6 tahun
Anak Usia SD : 7 – 12 tahun
Penduduk usia muda : < 15 tahun
Penduduk usia produktif : 15 – 64 tahun
Penduduk usia non produktif : ≥ 65 tahun 14.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Devi, dkk (2013) menyatakan responden yang termasuk
kategori baik dalam praktik pemilihan makanan kemasan
yaitu pada umur 20 – 45 tahun (57,6%) 15. Berbeda dengan
hasil penelitian Oktaviana (2017) bahwa umur 18 – 35 tahun
sering membaca label pangan kemasan (30,2%), umur 35 –
50 tahun yang sering membaca label pangan kemasan
(26,8%), dan umur 51 – 64 tahun yang sering membaca
label pangan kemasan (3,3%).16 (Oktaviana, 2017)
2) Jenis Kelamin
Jenis kelamin, mengacu pada perbedaan biologis
antara perempuan dan laki-laki, perbedaan secara biologi ini
dibawa sejak lahir dan tidak dapat diubah. Gender adalah
perbedaan peluang, peran, dan tanggung jawab antara laki-
laki dan perempuan sebagai hasil konstruksi sosial dalam
kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Gender =
sociological term (sphare), Jenis Kelamin = biological term
(sphare) 17. Jenis kelamin adalah suatu konsep analisis yang
digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan
perempuan dilihat dari sudut nonbiologis, yaitu dari aspek
sosial, budaya, maupun psikologis.18 (Normadewi, 2012)
29
Menurut penelitian Assifa (2012)19 dari 188
responden, didapatkan hasil 54,5% responden perempuan
patuh dalam membaca label pangan dibandingkan dengan
responden laki-laki yang hanya sebesar 47,4%.
3) Tingkat Pendidikan
Menurut M. J. Langeveld dalam Siswanto (2015)6
mendefinisikan bahwa pendidikan adalah setiap usaha,
pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada
anak yang tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan GBHN
Indonesia mendefinisikan lain, bahwa pendidikan sebagai
suatu usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup.
Menurut UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa indikator tingkat
pendidikan terdiri dari jenjang pendidikan dan kesesuaian
jurusan. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan
yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta
didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang
dikembangkan yaitu terdiri dari :
Pendidikan dasar yang terdiri dari Sekolah Dasar atau
Madrasah Ibtidaiyah dan SMP atau MTs.
Pendidikan menengah terdiri dari SMA dan MA serta SMK
dan MAK.
Pendidikan tinggi terdiri dari akademik, institut, dan
sekolah tinggi.20 (Republik Indonesia, 2003)
Berdasarkan hasil penelitian Oktaviana (2017)16
bahwa konsumen dengan pendidikan tinggi (32,1%) lebih
sering membaca label produk pangan dibandingan
responden dengan pendidikan rendah (14,8%). Sedangkan
menurut penelitian Nurhasanah (2013)21, responden yang
30
berpendidikan menengah memiliki perilaku membaca label
gizi yang baik (52,9%) dan responden yang berpendidikan
tinggi memiliki perilaku membaca label gizi yang kurang baik
(54,4%).
b. Faktor Pendukung
Faktor pendukung yaitu faktor yang memfasilitasi suatu
perilaku. Yang termasuk ke dalam faktor pendukung adalah
sarana dan prasarana kesehatan. Faktor pendukung yang
memengaruhi pengetahuan, sikap, dan tindakan membaca
label pangan adalah sebagai berikut :
1) Keterpaparan Informasi
Keterpaparan informasi mengenai label pangan
dapat meningkatkan pengetahuan konsumen dalam
memahami informasi apa saja yang terdapat pada label
pangan, yang nantinya akan membentuk sikap positif dan
memengaruhi perilakunya dalam menentukan produk
pangan yang sehat. Menurut Dirchoutis, et, al. (2008) dalam
Nurcahya dan Indrawani (2014)22 ditemukan bahwa sumber
informasi mempunyai dampak positif pada konsumen yang
membaca label pangan. Pada kondisi tertentu, konsumen
akan mencari informasi secara aktif yaitu dengan mencari
bahan bacaan, menelepon teman, maupun mengevaluasi
produk dengan berkunjung ke toko.
Berdasarkan penelitian Nurcahya dan Indrawani
(2014)22 bahwa responden yang pernah terpapar informasi
mengenai produk pangan, memiliki kebiasaan baik dalam
membaca label pangan sebanyak 63 responden (50%),
sedangkan jumlah responden yang tidak pernah terpapar
informasi mengenai produk pangan tetapi memiliki kebiasaan
baik dalam membaca label pangan sebanyak 1 responden
(9,1%).
31
c. Faktor Pendorong
Faktor pendorong yaitu faktor yang mendorong atau
memperkuat terjadinya suatu perilaku. Faktor ini menentukan
apakah tindakan kesehatan mendapat dukungan atau tidak.
Faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan
atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi perilaku
masyarakat. Yang termasuk dalam faktor pendorong
memengaruhi pengetahuan, sikap, dan tindakan membaca
label pangan bisa berasal dari orang tua, keluarga, teman
sebaya, dosen, petugas kesehatan, tokoh masyarakat.
7. Makanan Kemasan
a. Pengertian Makanan Kemasan
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan
kemasan yaitu teratur, rapi dan bersih. Menurut Undang-
Undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2012 bab 1 pasal
1 tentang Pangan mendefinisikan kemasan pangan adalah
bahan yang digunakan untuk mewadahi dan/atau membungkus
pangan, baik yang bersentuhan langsung dengan pangan
maupun tidak. Berdasarkan definisi di atas, makanan kemasan
adalah makanan yang dibungkus, baik yang bersentuhan
langsung dengan makanan maupun tidak dengan teratur, rapi,
bersih sebelum dijual.11 (Republik Indonesia, 2012)
Dalam pembelian makanan kemasan dapat dilihat dari
jenis makanan yang sering dibeli oleh rumah tangga.
Berdasarkan hasil survei dalam penelitian Simanjuntak, dkk
(2015)23, jenis-jenis makanan kemasan yang sering dikonsumsi
rumah tangga antara lain produk susu dan olahannya,
makanan ringan, makanan kaleng, makanan bayi, dan mie
instan. Hampir seluruh (95%) rumah tangga melakukan
pembelian produk mie instan dan makanan ringan dan sebesar
77,5 persen membeli produk susu dan olahannya. Sementara
32
itu, rumah tangga yang melakukan pembelian produk makanan
kaleng sebesar 60% dan makanan bayi sebesar 17,5%.
Untuk frekuensi pembelian produk makanan kemasan
menunjukkan bahwa 62,5% ibu rumah tangga membeli produk
susu dan olahannya sebanyak 1 sampai 25 kali dalam sebulan,
dengan rata-rata kurang lebih 8 kali per bulan. Demikian pula
dengan makanan ringan, sebesar 65% rumah tangga yang
membeli makanan ringan pada rentang frekuensi yang sama,
dengan rata-rata 12 kali per bulan. Sebanyak 70% ibu rumah
tangga membeli mie instan pada rentang frekuensi yang sama,
dengan rata-rata sebanyak 12 kali per bulan.23 (Simanjuntak,
dkk, 2015)
33
dalam masyarakat tersebut berupa semakin jauhnya hubungan
emosional mereka. Ketika telepon selular semakin pesat
perkembangannya, maka pesat juga perkembangan media sosial.
Karena untuk mengakses media sosial bisa kita lakukan kapanpun
dan di manapun hanya dengan menggunakan telepon selular.
Contoh jejaring sosial antara lain adalah facebook, twitter, path,
instagram, WhatsApp, dan sebagainya.25 (Wahyuni, 2016)
Adapun pada penelitian ini memfokuskan untuk
membahas WhatsApp sebagai media dalam sarana edukasi di
kalangan mahasiswa. Kalangan muda, khususnya mahasiswa
perguruan tinggi cenderung untuk memanfaatkan media sosial
sebagai sarana komunikasi untuk mendapatkan informasi. Secara
umum dapat dikatakan bahwa penggunaan teknologi bergerak
semacam telepon genggam dan tablet dalam pembelajaran, yang
dikenal sebagai m-learning, meningkat dalam lingkup lokal
maupun global. Hal ini disebabkan karena m-learning
memungkinkan pembelajaran yang dapat dipersonalisasi dari
manapun dan kapanpun, serta memfasilitasi pengalaman belajar
secara individu maupun kolaboratif dengan banyak pihak.
Penggunaan teknologi ini juga memungkinkan pergeseran proses
pembelajaran yang sebelumnya dibatasi oleh ruang kelas menjadi
lebih luas dan bebas secara ruang.26 (Tikno, 2017)
WhatsApp adalah aplikasi chatting multifungsi. WhatsApp
dipakai untuk mengirim pesan teks, pesan gambar, dan audio.
WhatsApp memiliki fitur untuk melakukan kompresi gambar
sehingga ukuran gambar menjadi lebih kecil dan cepat dikirim via
ponsel. WhatsApp menggunakan nomor telepon sebagai
identifikasi tiap-tiap orang. Hal ini yang membedakan WhatsApp
dengan aplikasi instant messenger lainnya yang menggunakan
username berupa nama atau alamat email sebagai penanda
identitas.27 (Enterprise, 2012)
34
Pembuat aplikasi WhatsApp adalah dua orang mantan
karyawan Yahoo Inc. yang memiliki pengalaman teknis selama 20
tahun, yaitu Brian Acton dan Jan Koum. Mereka memberi nama
WhatsApp dari asal kata What's up yang berarti apa kabar.
Aplikasi WhatsApp mereka ciptaka dengan tujuan agar terdapat
alternatif lain yang lebih bagus dari SMS. Brian Acton dan Jan
Koum mendirikan WhatsApp Inc. pada Februari 2009 dan diakui
dengan nilai US$ 19 Milyar pada Februari 2014 oleh Facebook,
yaitu perusahaan yang pernah menolak lamaran kerja Brian
Acton. Awalnya WhatsApp dibuat untuk pengguna iphone,
kemudian seiring dengan perkembangannya, aplikasi WhatsApp
tersedia juga untuk versi Blackberry, Android, Windows Phone,
dan Symbian. Keutamaan menggunakan WhatsApp adalah
memiliki koneksi 24 jam nonstop selama kita tersambung dengan
internet sehingga memudahkan kita untuk menerima dan
mengirim pesan kapanpun dan di manapun. Dengan sesama
pengguna WhatsApp, kita dapat bertukar foto, audio maupun
video. kita juga bisa membuat grup yang terdiri dari banyak orang
untuk mengobrol online melalui WhatsApp.25 (Wahyuni, 2016)
Beberapa kelebihan WhatsApp antara lain :
a. Bisa lintas platform (bekerja pada semua smartphone).
b. Secara otomatis memindai kontak telepon anda untuk
informasi teman-teman menggunakan layanan.
c. Dapat mengirim semua multimedia (video, foto, audio) dan
lokasi peta.
d. Tampilan antarmuka yang bersih.
e. Bisa mengatur status.25 (Wahyuni, 2016)
Manfaat penggunaan grup WhatsApp dalam pembelajaran
diantaranya yaitu :
a. Dapat digunakan sebagai alat informasi dan bertukar pikiran
atau pengetahuan di manapun berada dengan mudah melalui
grup WhatsApp.
35
b. Teknologi ini gratis dan mudah untuk digunakan.
c. Memiliki kapabilitas untuk mempublikasi tugas dari mahasiswa
dan dikritisi oleh mahasiswa lainnya.
d. Memotivasi anggota grup untuk lebih bersemangat belajar
karena adanya diskusi di dalam grup menggunakan telepon
genggam mereka.26 (Tikno, 2017)
Dengan demikian, telepon seluler sekarang ini tidak hanya
sebatas sebagai teknologi komunikasi, tetapi juga berfungsi
sebagai multimedia. Sebagai multimedia, telepon seluler dapat
menyediakan segala macam kebutuhan, mulai dari sebagai media
penyimpanan, media processing, hingga sebagai media penyiaran
secara real time layaknya media transmisi.26 (Tikno, 2017)
SWA-Mark Plus & Co dalam Abrar (2003)28
menggolongkan pengguna internet menjadi tiga kategori dengan
berdasarkan intensitas internet yang digunakan yaitu :
a. Pengguna berat yaitu pengguna internet menghabiskan
waktu lebih dari 40 jam kerja per bulan. Jenis pengguna internet
ini adalah salah satu ciri-ciri pengguna internet yang addicted.
b. Pengguna sedang yaitu pengguna internet yang
menghabiskan waktu antara 10 sampai 40 jam per bulan.
c. Pengguna ringan yaitu pengguna internet
yang menghabiskan waktu kurang dari 10 jam per bulan.
Sedangkan durasi penggunaan jejaring sosial dihitung
sesuai kategori pekerja per lima hari kerja di Georgia U.S. yaitu :
TABEL 3
KATEGORI PENGGUNA JEJARING SOSIAL BERDASARKAN
DURASI DALAM PENELITIAN ABRAR (2003)28
Hitungan Berdasarkan
Kategori
Jam Menit
Pengguna Berat >2 > 120
Pengguna Sedang <2 < 120
Pengguna Ringan - < 30
36
B. Kerangka Teori
GAMBAR 5
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGETAHUAN, SIKAP,
DAN TINDAKAN DALAM TEORI LAWRENCE GREEN YANG DIKUTIP
OLEH NOTOATMODJO (2010)5
Faktor
Predisposisi
Umur
Jenis Kelamin
Pengetahuan
Tingkat
Pendidikan
Faktor
Pendukung Sikap
Keterpaparan
Informasi
Faktor
Pendorong
Orang Tua
Keluarga
Teman
Sebaya Tindakan
Dosen
Petugas
Kesehatan
Tokoh
Masyarakat
37
C. Kerangka Konsep
GAMBAR 6
PENGARUH MEDIA WHATSAPP TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP,
DAN TINDAKAN MEMBACA LABEL PANGAN PADA MAHASISWA
TINGKAT 1 D3 DAN D4 JURUSAN TEKNIK ELEKTROMEDIK, TEKNIK
RADIODIAGNOSTIK & RADIOTERAPI, TEKNIK GIGI, DAN KESEHATAN
LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II
Pemberian
Media
WhatsApp
Keterangan:
Variabel yang diteliti
38
D. Definisi Operasional
TABEL 4
DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL INDEPENDEN DAN VARIABEL DEPENDEN
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1. Jenis Kelamin Keadaan biologis Dilihat dari tampilan Kuesioner 1. Laki-laki Nominal
seseorang yang fisik dan KTP 2. Perempuan
diketahui melalui responden. Kemudian
tampilan fisik dan dikelompokkan
divalidasi dengan menjadi 2 kategori.
KTP.
2. Keterpaparan Informasi yang Dilihat dari jawaban Kuesioner 1. Ya, jika pernah Ordinal
Informasi didapatkan oleh yang diisi oleh mendapatkan
responden tentang responden. informasi dari
penjelasan label sumber lain
pangan dari sumber selama
lain selama penelitian.
penelitian. 2. Tidak, jika tidak
pernah
mendapatkan
informasi dari
sumber lain
selama
penelitian.
39
3. Pengetahuan Segala sesuatu Setiap jawaban yang Kuesioner Total skor Rasio
tentang Label yang diketahui oleh benar dalam bentuk responden
Pangan responden tentang pilihan ganda diberi
Sebelum dan label pangan nilai 20 dan untuk
Sesudah meliputi informasi jawaban yang salah
Penyuluhan yang tertera di label diberi nilai 0. Total dari
pangan dan skor yang didapatkan
pemahaman akan dibagi 3.
terhadap arti dari
informasi tersebut.
4. Sikap terhadap Reaksi atau respon Tiap pernyataan diberi Kuesioner Total skor Rasio
Label Pangan yang nilai responden
Sebelum dan diberikan responden berturut-turut 4,3,2,1
Sesudah terhadap untuk pernyataan yang
Penyuluhan pernyataan positif bersifat positif,
atau negatif tentang sedangkan pernyataan
label pangan yang bersifat negatif
dengan kategori diberikan nilai
jawaban: sangat berturut-turut 1,2,3,
setuju, setuju, tidak dan 4. Total dari skor
setuju, sangat tidak yang didapatkan akan
setuju. dikalikan 2,5.
40
5. Tindakan Praktik responden Memberi nilai 10 untuk Kuesioner Total skor Rasio
terhadap Label dari sikap terhadap jawaban Ya, dan nilai responden
Pangan label pangan. 0 untuk jawaban Tidak.
Sebelum dan
Sesudah
Penyuluhan
41
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
pre-eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Desain yang
digunakan adalah The One Group Pretest-Posttest Design. Pada
penelitian ini dilakukan pengumpulan data primer sebanyak 2 kali
(pre-test dan post-test) dengan menggunakan kuesioner dan data
sekunder.
Menurut Vaus (2005) dalam Arimurti (2012)29, pemberian
jarak antara pre-test, intervensi, dan post-test sebaiknya tidak terlalu
lama hal ini dilakukan untuk meminimalisasi adanya pengaruh dari
luar sebelum intervensi. Akan tetapi, jarak yang terlalu dekat antara
pre-test dan post-test juga dapat memengaruhi tingkat sensitifitas
ingatan kelompok perlakuan terhadap intervensi yang akan
diberikan. Oleh karena itu, peneliti memilih jarak antara pre-test dan
post-test yaitu 8 hari.
42
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi yang diteliti adalah seluruh mahasiswa tingkat 1
Program Diploma III dan Sarjana Terapan Jurusan Teknik
Elektromedik, Teknik Radiodiagnostik & Radioterapi, Teknik Gigi,
dan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Jakarta II tahun
ajaran 2018/2019 sebanyak 411 orang.
2. Sampel
Untuk menentukan jumlah sampel yang diteliti, peneliti
menggunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis beda
proporsi dengan rumus sebagai berikut :
(𝑍1−𝛼 √2𝑃(1 − 𝑃) + 𝑍1−𝛽 √𝑝1 (1 − 𝑝1 ) + 𝑝2 (1 − 𝑝2 ))2
n=
(𝑝1 − 𝑝2 )2
Keterangan:
n = besar sampel
Z1-α = derajat kemaknaan
P = proporsi rata-rata ((p1 + p2) : 2)
Z1-β = kekuatan uji
p1 = proporsi kelompok 1 dengan karakteristik tertentu
p2 = proporsi kelompok 2 dengan karakteristik tertentu
Sumber: 30
Berdasarkan data dari penelitian yang dilakukan oleh
Palupi, dkk sehingga nilai p1 = 40% adalah proporsi mahasiswa
yang membaca label informasi nilai gizi dan mengonsumsi tinggi
makanan kemasan. Nilai p2 = 14,5% adalah proporsi mahasiswa
yang membaca label informasi nilai gizi dan mengonsumsi rendah
makanan kemasan 31. Peneliti menggunakan derajat kemaknaan
5% dengan kekuatan uji 95%.
(𝑍1−𝛼 √2𝑃(1 − 𝑃) + 𝑍1−𝛽 √𝑝1 (1 − 𝑝1 ) + 𝑝2 (1 − 𝑝2 ))2
n=
(𝑝1 − 𝑝2 )2
43
(1,96 × 0,63 + 1,64 × 0,6)2
n=
(0,4 – 0,14)2
4,923
n=
0,0676
n = 72,83 ~ 73 orang
Sehingga didapatkan sampel sebanyak 73 orang,
ditambah 10% untuk cadangan menjadi 80 orang. Total sampel
yang digunakan dalam peneltiian ini sebanyak 90 orang. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik simple
random sampling.
D. Kriteria Subjek
1. Kriteria Inklusi
a. Berstatus sebagai mahasiswa aktif tingkat 1 Poltekkes
Kemenkes Jakarta II Jurusan Teknik Elektromedik, Jurusan
Teknik Radiodiagnostik & Radioterapi, Jurusan Teknik Gigi, dan
Jurusan Kesehatan Lingkungan.
b. Menggunakan aplikasi WhatsApp setiap hari.
c. Bersedia ikut dalam penelitian.
2. Kriteria Eksklusi
a. Mengikuti penelitian tetapi tidak penuh.
44
c. Sikap terhadap Label Pangan
d. Tindakan terhadap Label Pangan
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah gambaran
umum Poltekkes Kemenkes Jakarta II yang terdiri dari sejarah
Poltekkes Kemenkes Jakarta II, jumlah jurusan, dan jumlah
mahasiswa tingkat 1 setiap jurusan tahun ajaran 2018/2019.
2. Data Sekunder
Data mengenai gambaran umum Poltekkes Kemenkes
Jakarta II diperoleh dengan melihat arsip-arsip yang ada.
45
b. Pengkodean Data (Coding)
Setelah proses editing selesai dilakukan rekapitulasi
dan pengkodean data. Rekapitulasi dilakukan dengan membuat
tabel yang memuat semua data yang akan dianalisis meliputi :
1) Karakteristik responden (jenis kelamin dan keterpaparan
informasi).
2) Pengetahuan tentang label pangan
3) Sikap terhadap label pangan
4) Tindakan terhadap Label Pangan
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Data disajikan dengan menggunakan tabel distribusi
frekuensi dari variabel-variabel yang akan diteliti. Analisis
univariat bertujuan untuk mengetahui dan menilai variabel-
variabel yang akan diteliti meliputi :
1) Karakteristik responden (jenis kelamin dan keterpaparan
informasi).
46
2) Pengetahuan tentang label pangan
Untuk analisis univariat total skor responden yang
berskala rasio diubah menjadi skala ordinal dengan kategori
sebagai berikut :
Baik, bila nilai 76 – 100%.
Cukup, bila nilai 56 – 75%.
Kurang, bila nilai 40 – 55%.
Sumber : Arikunto (2010)7
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square (Kai
Kuadrat) dan uji t-test (uji beda dua proporsi).
1) Uji Chi Square (Kai Kuadrat) untuk melihat hubungan antara
karakteristik responden dengan pengetahuan, sikap, dan
47
tindakan terhadap label pangan sebelum penyuluhan dengan
data berskala ordinal. Rumusnya yaitu :
(𝑂 − 𝐸)2
𝑋2 = ∑
𝐸
Keterangan:
Keterangan :
t = Nilai statistik hitung
𝑋1 = Rata-rata sampel sebelum perlakuan
𝑋2 = Rata-rata sampel sesudah perlakuan
s1 = Simpangan baku sampel sebelum perlakuan
s2 = Simpangan baku sampel sesudah perlakuan
n1 = Jumlah sampel sebelum perlakuan
48
n2 = Jumlah sampel sesudah perlakuan30 (Rachmat,
2012)
H. Langkah-langkah Penelitian
1. Persiapan
Tahap persiapan dimulai dengan menyusun materi dan
kuesioner, uji coba materi dan kuesioner, serta perbaikan hasil uji
coba.
a. Penyusunan Materi dan Kuesioner
Penyusunan materi dan kuesioner dibuat seiring
dengan penyusunan proposal penelitian dan telah
diseminarkan. Materi penyuluhan yang diberikan dalam
penelitian ini tentang label pangan dengan menggunakan
media WhatsApp yang akan dilakukan diskusi selama 24 jam.
Kuisioner yang akan digunakan adalah kuisioner pre-test dan
post-test. Materi yang diberikan meliputi :
1) Pengertian label pangan
2) Tujuan label pangan
3) Manfaat dan fungsi label pangan
4) Jenis-jenis label
5) Informasi yang seharusnya dicantumkan pada label pangan
6) Aturan penulisan label pangan
7) Contoh label pangan yang benar dan salah
49
Untuk uji coba media, peneliti menggunakan sumber
yang berasal dari Arikunto dan Jabar (2009)32, rumusnya
adalah :
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
Hasil = x 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
Kemudian dirata-rata hasil persentase tersebut untuk
semua penilai dalam uji coba kuesioner dengan rumus sebagai
berikut :
∑𝑥
𝑥̅ =
𝑛
Keterangan :
𝑥̅ = skor rata dalam persen
n = jumlah penilai
∑x = total skor masing-masing penilai yang sudah diubah
menjadi persen
TABEL 5
KRITERIA KELAYAKAN KUESIONER
Skor dalam
No. Kategori Kelayakan
Persen (%)
1. < 21% Sangat Tidak Layak
2. 21% – 40% Tidak Layak
3. 41% – 60% Cukup Layak
4. 61% – 80% Layak
5. 81% – 100% Sangat Layak
TABEL 6
KOMPONEN UJI COBA KUESIONER
50
Keterangan :
4 = Sangat Baik
3 = Baik
2 = Tidak Baik
1 = Sangat Tidak Baik
2. Pelaksanaan
a. Penjelasan Prosedur Intervensi
Melakukan perkenalan, penjelasan penelitian, dan
pengisian formulir persetujuan responden.
b. Pelaksanaan Pre-test
Peneliti membagikan soal pre-test kepada responden.
Responden diberi waktu selama 30 menit untuk mengisi
pertanyaan yang ada di soal pre-test tersebut. Setelah 30
menit, soal dikumpulkan dan menghitung jumlah kertas soal
pre-test yang sudah terkumpul sesuai dengan jumlah
responden yang hadir.
c. Pelaksanaan Intervensi
1) Hari Pertama (Materi Pengertian Label Pangan)
Label pangan adalah setiap keterangan mengenai
pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi
keduanya yang ditempelkan pada bagian kemasan pangan.
51
2) Hari Kedua (Materi Tujuan Label Pangan)
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor
18 tahun 2012 tentang Pangan pasal 96 ayat 1 dan 2 bahwa
tujuan pemberian label pangan adalah untuk memberikan
informasi yang benar dan jelas kepada masyarakat tentang
setiap produk pangan yang dikemas sebelum membeli atau
mengonsumsinya.
52
Descriptive label atau juga disebut informative label
merupakan label yang menggambarkan tentang cara
penggunaan, susunan, pemeliharaan, hasil kerja dari
suatu barang.
Sedangkan menurut Simamora (2000), label
diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu sebagai berikut:
Label produk (product label) adalah bagian dari
pengemasan sebuah produk yang mengandung informasi
mengenai produk atau penjualan produk.
Label merek (brand label) adalah nama merek yang
diletakkan pada pengemasan produk.
Label tingkat (grade label) mengidentifikasi mutu produk.
Label ini bisa terdiri dari huruf, angka atau metode lainya
untuk menunjukkan tingkat kualitas dari produk itu sendiri.
Label deskriptif (descriptive label) menggambarkan isi,
pemakaian, dan ciri-ciri produk.
53
Dilarang mencantumkan pada label tentang nama, logo
atau identitas lembaga yang melakukan analisis tentang
produk pangan tersebut.
54
Keterangan tentang iradiasi pangan (jika produk berupa
pangan iradiasi).
Keterangan tentang pangan organik (jika produk berupa
pangan organik).
Keterangan tentang pangan rekayasa genetika (jika
produk berupa pangan rekayasa genetika).
Keterangan tentang pangan yang dibuat dari bahan baku
alamiah.
Petunjuk penggunaan/penyiapan
Petunjuk tentang cara penyimpanan
Keterangan tentang petunjuk atau saran penyajian
Keterangan tentang peruntukan
Keterangan lain yang perlu diketahui mengenai dampak
pangan terhadap kesehatan manusia.
Peringatan
Khusus untuk nomor 6 sampai 8, dapat digunakan
untuk produk pangan olahan IRTP (Industri Rumah Tangga
Pangan).
55
Contoh label pangan yang salah adalah :
d. Pelaksanaan Post-test
Peneliti membagikan soal post-test kepada responden.
Responden diberi waktu selama 30 menit untuk mengisi
pertanyaan yang ada di soal post-test tersebut. Setelah 30
menit, soal dikumpulkan dan menghitung jumlah kertas soal
post-test yang sudah terkumpul sesuai dengan jumlah
responden yang hadir. Peneliti mengucapkan terima kasih dan
salam penutup. Kemudian peneliti membagikan bingkisan yang
berisi pouch bag, 3 buku note kecil, dan 2 buah pulpen untuk
setiap responden.
56
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain :
1. Adanya keterbatasan waktu baik peneliti maupun responden,
meskipun jumlah responden terpenuhi sesuai kriteria.
2. Media WhatsApp tidak dapat mengetahui apakah responden
membaca keseluruhan materi yang diberikan selama intervensi.
57
Kesehatan Lingkungan, Akademi Farmasi, Akademi Analisa
Farmasi dan Makanan berubah status menjadi jurusan pada
institusi Politeknik Kesehatan Jakarta II. Nama jurusan yang ada
di Politeknik Kesehatan Jakarta II adalah sebagai berikut :
a. Jurusan Teknik Elektromedik
b. Jurusan Teknik Radiodiagnostik & Radioterapi
c. Jurusan Teknik Gigi
d. Jurusan Gizi
e. Jurusan Kesehatan Lingkungan
f. Jurusan Analisa Farmasi dan Makanan
g. Jurusan Farmasi33 (Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta
II, 2012).
58
Pendidikan Teknik Elektromedik adalah program
pendidikan satu-satunya yang mempunyai unggulan mendidik
mahasiswanya mengenai tenik peralatan kedokteran yang
berisikan materi-materi teknik peralatan surgery, life support,
diagnose, radiologi, laboratorium, terapi, dan kalibrasi. Lulusan
Pendidikan Teknik Elektromedik dapat melaksanakan tugas
pada berbagai tempat kerja yaitu di rumah sakit, puskesmas,
Badan pengawasan Obat & Makanan, Badan Kalibrasi Fasilitas
Kesehatan, TNI, Kepolisian, perusahaan yang bergerak pada
peralatan kedokteran/kesehatan. Lulusan Program Diploma III
Jurusan Teknik Elektromedik yaitu sebagai teknisi dan analis,
sedangkan lulusan Program Sarjana Terapan Jurusan Teknik
Elektromedik yaitu sebagai teknoprenuer dan evaluator. Jumlah
mahasiswa Program Diploma III sebanyak 40 mahasiswa dan
mahasiswa Program Sarjana Terapan sebanyak 41 mahasiwa
sehingga total mahasiswa pada tahun 2018 sebanyak 81
mahasiswa.34 (Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II, 2013)
59
Selanjutnya pada bulan Juli 1983 berdasarkan SK Menkes No.
095/Menkes/SK/VII/1993 berubah menjadi ATRO (Akademi
Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi). Pada Tanggal 16 April
2001 dengan SK Menkes No. 298/MENKES-Kesos/SK/IV/2001,
berubah nama menjadi Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarata II.
Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarata II mempunyai dua
program pendidikan yaitu Program Diploma III dan Program
Diploma IV yang berubah menjadi Program Sarjana Terapan.
Teknik Radiologi memiliki 4 peminatan yakni CT-Scan, MRI,
USG, dan Teknik Radioterapi. Jumlah mahasiswa Program
Diploma III sebanyak 57 mahasiswa dan mahasiswa Program
Sarjana Terapan sebanyak 71 mahasiwa sehingga total
mahasiswa pada tahun 2018 sebanyak 128 mahasiswa.35
(Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II, 2013)
60
Program D-I Perawat Gigi Mahir Teknik Gigi dibuka
pada tahun ajaran 1982 – 1983 dengan program jalur khusus.
Waktu yang ditempuh dalam pendidikan ini hanya 1 (satu) tahun.
Pendidikan ini berlangsung hingga tahun ajaran 1987 – 1988
yang terdiri dari 6 (enam) angkatan.
Tahun 1997 terbit Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor HK.00.06.1.1.614 tentang
Pembentukan Akademi Teknik Gigi Departemen Kesehatan
Jakarta untuk menyelenggarakan Program Diploma III Teknik
Gigi, ditetapkan di Jakarta pada tanggal 5 Maret 1997. Dengan
terbitnya SK tersebut maka Program Diploma I dialihkan menjadi
Diploma III. Berdasarkan pertimbangan untuk memperlancar
pelaksanaan program pengadaan tenaga kesehatan, Keputusan
Menteri Kesehatan ini menetapkan Akademi Teknik Gigi Jakarta
menyelenggarakan Program Diploma III Teknik Gigi dengan
masa pendidikan 3 tahun.
Tahun 2001 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
No. 298/Menkes dan KesSos/SK/IV/2001, tertanggal 16 April
2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Politeknik Kesehatan
sehingga Pendidikan Teknik Gigi yang tadinya Akademi Teknik
Gigi tergabung dalam tujuh Jurusan Politeknik Kesehatan
Departemen Kesehatan Jakarta II menjadi Jurusan Teknik Gigi.
Yang sekarang berubah menjadi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Jakarta II. Jumlah mahasiswa pada tahun 2018
sebanyak 41 mahasiswa.36 (Politeknik Kesehatan Kemenkes
Jakarta II, 2013)
61
C. Gambaran Umum Responden
Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat 1
Diploma III dan Sarjana Terapan Jurusan Teknik Elektromedik,
Teknik Radiodiagnostik & Radioterapi, Teknik Gigi, dan Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Kemenkes Jakarta II tahun ajaran 2018/2019
dengan total responden sebanyak 90 mahasiswa.
D. Analisis Data
1. Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin
Mahasiswa yang menjadi responden terdiri dari
mahasiswa laki-laki dan perempuan. Berikut ini disajikan tabel
1 distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin responden.
TABEL 7
DISTRIBUSI FREKUENSI JENIS KELAMIN RESPONDEN
Jenis TEM TRO TG KL Total
Kelamin n % n % n % n % n %
Laki-laki 7 31,8 5 25,0 0 0,0 0 0,0 12 13,3
Perempuan 15 68,2 15 75,0 25 100,0 23 100,0 78 86,7
Total 22 100,0 20 100,0 25 100,0 23 100,0 90 100,0
62
b. Keterpaparan Informasi
Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi
berdasarkan keterpaparan informasi tentang label pangan
pada responden.
TABEL 8
DISTRIBUSI FREKUENSI KETERPAPARAN INFORMASI
TENTANG LABEL PANGAN PADA RESPONDEN
63
2. Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan (knowledge)
adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan
seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan
indra penglihatan (mata) 5 (Notoatmodjo, 2010).
Kuesioner pengetahuan mengenai label pangan terdiri
dari 15 soal pilihan ganda. Setiap jawaban yang benar akan
diberi nilai 20 dan untuk jawaban yang salah diberi nilai 0. Total
dari skor yang didapatkan akan dibagi 3 sehingga akan
mendapatkan angka 100 untuk skor tertinggi. Hasil skor
pengetahuan yang didapatkan dikelompokkan menjadi 3
kategori, yaitu baik apabila skor > 75%, cukup apabila 56 – 75%,
dan kurang apabila skor < 56%.
Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi
pengetahuan tentang label pangan berdasarkan kategori baik,
cukup, dan kurang sebelum dan sesudah penyuluhan dengan
media WhatsApp.
TABEL 9
DISTRIBUSI FREKUENSI PENGETAHUAN TENTANG LABEL
PANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN DENGAN
MEDIA WHATSAPP
Sebelum Sesudah
Kategori
n % n %
Baik (> 75) 55 61,1 90 100,0
Cukup (56 – 75) 35 38,9 0 0,0
Kurang (< 56) 0 0,0 0 0,0
Total 90 100,0 90 100,0
64
Sementara itu, persentase pengetahuan pada kategori cukup
sebelum diberikan penyuluhan tentang label pangan sebesar
38,9% dan sesudah diberikan penyuluhan menjadi 0,0%. Dapat
disimpulkan bahwa penyuluhan yang diberikan menggunakan
media WhatsApp ini berhasil meningkatkan pengetahuan
responden. Hal ini sejalan dengan penelitian Wibisono (2017)4,
didapatkan hasil pengetahuan nilai skor terkecil sebelum
perlakuan sebesar 3,25 dan setelah perlakuan menjadi 6,25.
Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang belum diketahui tentang
label pangan dapat dilihat pada tabel 10.
TABEL 10
DISTRIBUSI FREKUENSI SOAL PENGETAHUAN TENTANG
LABEL PANGAN SESUDAH PENYULUHAN DENGAN MEDIA
WHATSAPP
Benar Salah
Soal Pengetahuan
n % n %
Pengertian Label Pangan 90 100,0 0 0,0
Tujuan Label Pangan 90 100,0 0 0,0
Manfaat Label Pangan 90 100,0 0 0,0
Fungsi Label Pangan 90 100,0 0 0,0
Jenis-jenis Label 90 100,0 0 0,0
Jenis-jenis Label 90 100,0 0 0,0
Jenis-jenis Label 49 54,4 41 45,6
Aturan Penulisan Label Pangan 90 100,0 0 0,0
Aturan Penulisan Label Pangan 90 100,0 0 0,0
Informasi pada Label Pangan 59 65,6 31 34,4
Informasi pada Label Pangan 90 100,0 0 0,0
Informasi pada Label Pangan 90 100,0 0 0,0
Informasi pada Label Pangan 90 100,0 0 0,0
Informasi pada Label Pangan 90 100,0 0 0,0
Informasi pada Label Pangan 51 56,7 39 43,3
65
peraturan yang ada bahwa label pangan sekurang-kurangnya
memuat 9 informasi. Akan tetapi, responden sebatas mengetahui
informasi yang dicantumkan pada label pangan sebanyak 5 – 7
informasi seperti nama produk, komposisi, berat bersih, logo
halal, tanggal kadaluarsa, nama dan alamat pihak yang
memproduksi atau mengimpor, serta tanggal dan kode produksi.
Informasi yang lain masih belum diketahui dan dipahami oleh
responden termasuk informasi tambahan khusus untuk produk
pangan olahan dengan nomor pendaftaran BPOM RI MD/ML.
Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan tentang label
pangan sebelum dan sesudah penyuluhan dengan media
WhatsApp, maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji
Paired Samples T Test. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 11.
TABEL 11
PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG LABEL PANGAN
SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN DENGAN MEDIA
WHATSAPP
66
dengan memperoleh selisih nilai rata-rata sebelum dan sesudah
penyuluhan sebesar 13,511.
Perbedaan pengetahuan ini dapat disebabkan karena
kurangnya informasi tentang label pangan. Hal ini dijelaskan
dalam hasil survei Badan POM tahun 2015 yang dilakukan pada
450 mahasiswa di DKI Jakarta hanya 33% yang memiliki
pemahaman baik terhadap label pangan dan 67% tidak memiliki
pemahaman baik terhadap label pangan.3 (Mustinda, 2016)
Terjadinya peningkatan pengetahuan pada hasil post-
test dikarenakan responden sudah diberikan pengetahuan
melalui penyuluhan dengan media WhatsApp. Kalangan muda,
khususnya mahasiswa perguruan tinggi cenderung untuk
memanfaatkan media sosial sebagai sarana komunikasi untuk
mendapatkan informasi. Secara umum dapat dikatakan bahwa
penggunaan teknologi bergerak semacam telepon genggam dan
tablet dalam pembelajaran, yang dikenal sebagai m-learning,
meningkat dalam lingkup lokal maupun global.26 (Tikno, 2017)
Media WhatsApp memiliki keutamaan yaitu memiliki
koneksi 24 jam nonstop selama kita tersambung dengan internet
sehingga memudahkan kita untuk menerima dan mengirim
pesan kapanpun dan di manapun. Dengan sesama pengguna
WhatsApp, kita dapat bertukar foto, audio maupun video. kita
juga bisa membuat grup yang terdiri dari banyak orang untuk
mengobrol online melalui WhatsApp.25 (Wahyuni, 2016).
Manusia memiliki kecenderungan untuk lupa sehingga
dengan adanya media, pengetahuan baru yang didapatkan akan
lebih lama tinggal dalam ingatan. Dapat disimpulkan bahwa
media WhatsApp dapat memfasilitasi pengalaman belajar secara
individu maupun kolaboratif dengan banyak pihak.26 (Tikno,
2017)
67
3. Sikap Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Kuesioner sikap terhadap label pangan terdiri dari 10
pernyataan. Terdapat 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan
negatif. Skor tertinggi pada soal adalah 4 dan terendah adalah 1.
Apabila responden tidak menjawab maka skornya adalah 0.
Total dari skor yang didapatkan akan dikalikan 2,5 sehingga
akan mendapatkan angka 100 untuk skor tertinggi. Hasil skor
sikap yang didapatkan dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu
baik apabila skor > 75%, cukup apabila 56 – 75%, dan kurang
apabila skor < 56%.
Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi sikap
terhadap label pangan berdasarkan kategori baik, cukup, dan
kurang sebelum dan sesudah penyuluhan dengan media
WhatsApp.
TABEL 12
DISTRIBUSI FREKUENSI SIKAP TERHADAP LABEL PANGAN
SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN DENGAN MEDIA
WHATSAPP
Sebelum Sesudah
Kategori
n % n %
Baik (> 75) 50 55,6 76 84,4
Cukup (56 – 75) 36 40,0 14 15,6
Kurang (< 56) 4 4,4 0 0,0
Total 90 100,0 90 100,0
68
label pangan sebesar 4,4% dan sesudah diberikan penyuluhan
menjadi 0,0%.
Hal ini sejalan dengan penelitian Saleh dan Pitriani
(2018)37, didapatkan nilai p sebesar 0,000 (p < 0,05) yang
menyatakan bahwa media WhatsApp memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap pembentukan sikap. Untuk mengetahui
hal-hal apa saja tentang label pangan yang belum mendapatkan
respon positif dari responden dapat dilihat pada tabel 13.
TABEL 13
DISTRIBUSI FREKUENSI SOAL SIKAP TERHADAP LABEL
PANGAN SESUDAH PENYULUHAN DENGAN MEDIA
WHATSAPP
Sangat
Sangat Tidak
Setuju Tidak
Soal Sikap Setuju Setuju
Setuju
n % n % n % n %
Harus Membaca Label
76 84,4 14 15,6 0 0,0 0 0,0
Pangan
Produk Pangan Harus
68 75,6 22 24,4 0 0,0 0 0,0
Berlabel
Tidak Harus Ada
Informasi Nilai Gizi Pada 0 0,0 0 0,0 24 26,7 66 73,3
Label Pangan
Pentingnya Tanggal
41 45,6 49 54,4 0 0,0 0 0,0
Kadaluarsa
Tanpa Membaca Label
Pangan Memberikan 0 0,0 0 0,0 47 52,2 43 47,8
Rasa Aman
Label Pangan Tidak
0 0,0 0 0,0 67 74,4 23 25,6
Bermanfaat
Label Pangan
Membantu dalam 47 52,2 43 47,8 0 0,0 0 0,0
Memilih Suatu Produk
Nomor Izin Edar Tidak
0 0,0 0 0,0 80 88,9 10 11,1
Diperlukan
Pentingnya Memahmi
24 26,7 66 73,3 0 0,0 0 0,0
Label Pangan
Label Pangan yang
Tidak Lengkap Tetap 0 0,0 0 0,0 65 72,2 25 27,8
Dipilih dan Dikonsumsi
69
Berdasarkan tabel 13 di atas, soal sikap terhadap label
pangan menunjukkan respon yang positif. Hal ini menunjukkan
bahwa responden mulai merespon dan memahami materi label
pangan yang diberikan selama intervensi. Untuk mengetahui
perbedaan sikap terhadap label pangan sebelum dan sesudah
penyuluhan dengan media WhatsApp, maka dilakukan uji
statistik dengan menggunakan uji Paired Samples T Test. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 14.
TABEL 14
PERUBAHAN SIKAP TERHADAP LABEL PANGAN SEBELUM
DAN SESUDAH PENYULUHAN DENGAN MEDIA WHATSAPP
70
emosi memegang peranan penting sehingga jika pengetahuan
sudah didapat akan muncul rasa berpikir. Komponen emosi atau
evaluasi terhadap suatu objek dan keyakinan ikut bekerja
sehingga muncul niat (kecenderungan untuk bertindak).
TABEL 15
DISTRIBUSI FREKUENSI TINDAKAN TERHADAP LABEL
PANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN DENGAN
MEDIA WHATSAPP
Sebelum Sesudah
Kategori
n % n %
Baik (> 75) 37 41,1 67 74,4
Cukup (56 – 75) 46 51,1 23 25,6
Kurang (< 56) 7 7,8 0 0,0
Total 90 100,0 90 100,0
71
Berdasarkan tabel 15 di atas, didapatkan hasil bahwa
persentase tindakan pada kategori baik sebelum diberikan
penyuluhan tentang label pangan sebesar 41,1% dan sesudah
diberikan penyuluhan terjadi peningkatan menjadi 74,4%.
Sementara itu, persentase tindakan pada kategori cukup
sebelum diberikan penyuluhan tentang label pangan sebesar
51,1% dan sesudah diberikan penyuluhan menjadi 25,6%.
Persentase tindakan pada kategori kurang sebelum diberikan
penyuluhan tentang label pangan sebesar 7,8% dan sesudah
diberikan penyuluhan menjadi 0,0%.
Hal ini sejalan dengan penelitian Suryadi, dkk (2018)39,
didapatkan hasil besaran rxy (0,921) yang besarnya berkisar
antara 0,81 – 1,00 berarti terdapat korelasi antara penggunaan
media WhatsApp yang memiliki pengaruh yang sangat kuat
dengan tindakan seseorang.
Untuk mengetahui perbedaan tindakan terhadap label
pangan sebelum dan sesudah penyuluhan dengan media
WhatsApp, maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji
Paired Samples T Test. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 16.
TABEL 16
PERUBAHAN TINDAKAN TERHADAP LABEL PANGAN
SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN DENGAN MEDIA
WHATSAPP
72
Hasil rata-rata nilai sikap sebelum dan sesudah
penyuluhan tersebut dibuktikan dengan uji Paired Samples T
Test dengan nilai p sebesar 0,000 (p < 0,05), dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan tindakan terhadap label pangan sebelum
dan sesudah penyuluhan dengan media WhatsApp dengan
memperoleh selisih nilai rata-rata sebelum dan sesudah
penyuluhan sebesar 11,666.
Hal ini sejalan dengan penelitian Pane (2016)40,
kebiasaan seseorang dalam membaca label pangan dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu karakteristik responden (usia, jenis
kelamin, dan uang saku), karakteristik keluarga (jumlah keluarga,
pendidikan orang tua, dan pendapatan orang tua), sumber
informasi (media komunikasi, media elektronik, buku, teman, dll),
serta jenjang semester (lamanya pendidikan).
TABEL 17
HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN PENGETAHUAN
TENTANG LABEL PANGAN SEBELUM PENYULUHAN
DENGAN MEDIA WHATSAPP
Kategori Pengetahuan
Total p Value
Jenis Kelamin Baik Cukup
n % n % n %
Laki-laki 3 5,5 9 25,7 12 13,3
0,009
Perempuan 52 94,5 26 74,3 78 86,7
Total 55 100,0 35 100,0 90 100,0
73
Berdasarkan tabel 17 di atas, didapatkan hasil bahwa
mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki paling banyak memiliki
pengetahuan dengan kategori cukup (25,7%) daripada
pengetahuan dengan kategori baik (5,5%). Sementara itu,
mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan paling banyak
memiliki pengetahuan dengan kategori baik (94,5%) daripada
pengetahuan dengan kategori cukup (74,3%). Hal ini dibuktikan
dengan uji Chi Square (Kai Kuadrat) dengan nilai p sebesar
0,009 (p < 0,05), dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara jenis kelamin dengan pengetahuan
tentang label pangan sebelum penyuluhan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ayu (2014)41,
yang menyatakan bahwa responden perempuan memiliki tingkat
pengetahuan tinggi akan nutrition labeling sebanyak 119
responden (83%), sedangkan responden laki-laki yang memiliki
tingkat pengetahuan tinggi akan nutrition labeling sebanyak 41
responden (72%).
TABEL 18
HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN SIKAP TERHADAP
LABEL PANGAN SEBELUM PENYULUHAN DENGAN MEDIA
WHATSAPP
Kategori Sikap
Jenis Total p Value
Baik Cukup Kurang
Kelamin
n % n % n % n %
Laki-laki 2 4,0 6 16,7 4 100,0 12 13,3
0,000
Perempuan 48 96,0 30 83,3 0 0,0 78 86,7
Total 50 100,0 36 100,0 4 100,0 90 100,0
74
Berdasarkan tabel 18 di atas, didapatkan hasil bahwa
mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki paling banyak memiliki
sikap dengan kategori kurang (100,0%) daripada sikap dengan
kategori cukup (16,7%) dan sikap dengan kategori baik (4,0%).
Sementara itu, mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan
paling banyak memiliki sikap dengan kategori baik (96,0%)
daripada sikap dengan kategori cukup (83,3%) dan sikap dengan
kategori kurang (0,0%). Hal ini dibuktikan dengan uji Chi Square
(Kai Kuadrat) dengan nilai p sebesar 0,000 (p < 0,05), dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
jenis kelamin dengan sikap terhadap label pangan sebelum
penyuluhan.
TABEL 19
HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN TINDAKAN
TERHADAP LABEL PANGAN SEBELUM PENYULUHAN
DENGAN MEDIA WHATSAPP
Kategori Tindakan
Jenis Total p Value
Baik Cukup Kurang
Kelamin
n % n % n % n %
Laki-laki 2 5,4 5 10,9 5 71,4 12 13,3
0,000
Perempuan 35 94,6 41 89,1 2 28,6 78 86,7
Total 37 100,0 46 100,0 7 100,0 90 100,0
75
perempuan paling banyak memiliki tindakan dengan kategori
baik (94,6%) daripada tindakan dengan kategori cukup (89,1%)
dan tindakan dengan kategori kurang (28,6%). Hal ini dibuktikan
dengan uji Chi Square (Kai Kuadrat) dengan nilai p sebesar
0,000 (p < 0,05), dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara jenis kelamin dengan tindakan terhadap
label pangan sebelum penyuluhan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Assifa (2012)19,
didapatakan hasil dari 188 responden, didapatkan hasil 54,5%
responden perempuan patuh dalam membaca label pangan
dibandingkan dengan responden laki-laki yang hanya sebesar
47,4%. Selain itu, dalam penelitian Devi, dkk (2013)15
menyatakan bahwa responden berjenis kelamin perempuan
sebesar 61,8% berkategori benar saat praktik pemilihan
makanan kemasan dibandingkan dengan responden laki-laki
yang hanya sebesar 35,3% .
Hal ini disebabkan karena perempuan lebih teliti
berkaitan dengan ukuran porsi, jumlah energi dan energi yang
berasal dari lemak dibandingkan dengan laki-laki dalam memilih
makanan kemasan sebelum memutuskan untuk membeli
makanan kemasan tersebut. Selain itu, perempuan biasanya
mengatur perencaan makan dan bertanggung jawab terhadap
gizi anak-anak mereka.22 (Nurcahya, 2014)
76
TABEL 20
HUBUNGAN KETERPAPARAN INFORMASI DENGAN
PENGETAHUAN TENTANG LABEL PANGAN SEBELUM
PENYULUHAN DENGAN MEDIA WHATSAPP
Kategori Pengetahuan
Keterpaparan Total p Value
Baik Cukup
Informasi
n % n % n %
Tidak Pernah 2 3,6 16 45,7 18 20,0
0,000
Pernah 53 96,4 19 54,3 72 80,0
Total 55 100,0 35 100,0 90 100,0
77
pangan. Seseorang yang memiliki banyak sumber pengetahuan
cenderung memiliki pengetahuan yang lebih tinggi.40 (Pane,
2016)
TABEL 21
HUBUNGAN KETERPAPARAN INFORMASI DENGAN SIKAP
TERHADAP LABEL PANGAN SEBELUM PENYULUHAN DENGAN
MEDIA WHATSAPP
Kategori Sikap p
Keterpaparan Total
Baik Cukup Kurang Value
Informasi
n % n % n % n %
Tidak Pernah 0 0,0 14 38,9 4 100,0 18 20,0
0,000
Pernah 50 100,0 22 61,1 0 0,0 72 80,0
Total 50 100,0 36 100,0 4 100,0 90 100,0
78
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mudiyah, dkk
(2016)42, didapatkan hasil OR = 0,9 berarti seseorang yang
pernah terpapar informasi dari media sosial mempunyai sikap 0,9
kali lebih baik dibandingkan yang tidak pernah terpapar informasi
dan menyimpulkan bahwa keterpaparan informasi berhubungan
secara signifikan dengan sikap seseorang.
TABEL 22
HUBUNGAN KETERPAPARAN INFORMASI DENGAN TINDAKAN
TERHADAP LABEL PANGAN SEBELUM PENYULUHAN DENGAN
MEDIA WHATSAPP
Kategori Tindakan p
Keterpaparan Total
Baik Cukup Kurang Value
Informasi
n % n % n % n %
Tidak Pernah 0 0,0 11 23,9 7 100,0 18 20,0
0,000
Pernah 37 100,0 35 76,1 0 0,0 72 80,0
Total 37 100,0 46 100,0 7 100,0 90 100,0
79
0,05), dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara keterpaparan informasi dengan tindakan
terhadap label pangan sebelum penyuluhan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Assifa (2012)22,
didapatkan hasil bahwa responden yang patuh membaca label
pangan sebanyak 84 responden (58,7%) pernah terpapar
informasi tentang label pangan, sedangkan responden yang tidak
pernah terpapar informasi tentang label pangan sebanyak 13
responden (28,9%) dengan nilai p sebesar 0,001 (p < 0,05) 19.
80
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh Media
WhatsApp terhadap Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Membaca
Label Pangan pada Mahasiswa Tingkat 1 Program Diploma III dan
Sarjana Terapan Jurusan Teknik Elektromedik, Teknik
Radiodiagnostik & Radioterapi, Teknik Gigi, dan Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Kemenkes Jakarta II”, maka dapat
disimpulkan :
1. Mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki paling banyak berada
di Jurusan Teknik Elektromedik (TEM) (31,8%), sedangkan
mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan paling banyak
berada di Jurusan Kesehatan Lingkungan (KL) dan Teknik Gigi
(TG) (100,0%). Mahasiswa yang yang tidak pernah
mendapatkan informasi tentang label pangan paling banyak
berada di Jurusan Teknik Elektromedik (TEM) (50,0%),
sedangkan mahasiswa yang pernah mendapatkan informasi
tentang label pangan paling banyak berada di Jurusan
Kesehatan Lingkungan (KL) (95,7%).
2. Pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan tentang label
pangan, persentase terbesar terdapat pada kategori baik
(61,1%). Sementara itu, sesudah diberikan penyuluhan selama 8
hari dengan media WhatsApp, terjadi peningkatan persentase
pada kategori baik menjadi 100,0%.
3. Sikap sebelum diberikan penyuluhan mengenai label pangan,
persentase terbesar terdapat pada kategori baik (55,6%).
Sementara itu, sesudah diberikan penyuluhan selama 8 hari
dengan media WhatsApp, terjadi peningkatan persentase pada
kategori baik menjadi 84,4%.
81
4. Tindakan sebelum diberikan penyuluhan mengenai label pangan,
persentase terbesar terdapat pada kategori cukup (51,1%).
Sementara itu, sesudah diberikan penyuluhan selama 8 hari
dengan media WhatsApp, terjadi peningkatan persentase pada
kategori baik menjadi 74,4%.
5. Ada perbedaan pengetahuan tentang label pangan sebelum dan
sesudah penyuluhan dengan media WhatsApp.
6. Ada perbedaan sikap terhadap label pangan sebelum dan
sesudah penyuluhan dengan media WhatsApp.
7. Ada perbedaan tindakan terhadap label pangan sebelum dan
sesudah penyuluhan dengan media WhatsApp.
8. Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan
pengetahuan, sikap, dan tindakan terhadap label pangan
sebelum penyuluhan. Selain itu, terdapat hubungan yang
signifikan antara keterpaparan informasi dengan pengetahuan,
sikap, dan tindakan terhadap label pangan sebelum penyuluhan.
B. Saran
1. Diharapkan adanya lebih banyak sosialisasi tentang pentingnya
membaca label pangan di kalangan mahasiswa.
2. Untuk penelti selanjutnya diharapkan dapat meneliti kebiasaan
mahasiswa dalam membaca label pangan dengan observasi
langsung saat membeli makanan ataupun minuman berkemasan.
82
DAFTAR PUSTAKA
83
11. Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2012 tentang Pangan. 2012;18(9):1689-1699.
doi:10.1017/CBO9781107415324.004.
12. Irrubai ML. Strategi Labeling, Packaging, dan Marketing Produk
Hasil Industri Rumah Tangga. 2016;3(1):17-26.
doi:10.15408/sd.v3i1.3794.Permalink/DOI.
13. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor HK.03.1.5.12.11.09956 Tahun 2011 tentang Tata Laksana
Pendaftaran Pangan Olahan. 2011;(811).
14. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2016. 2016.
15. Devi VC, Sartono A, Isworo JT. Praktek Pemilihan Makanan
Kemasan Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang Label Produk
Makanan Kemasan, Jenis Kelamin, dan Usia Konsumen di Pasar
Swalayan ADA Setiabudi Semarang. 2013;2(November):1-12.
16. Oktaviana W. Hubungan antara Karakteristik Individu dan
Pengetahuan Label Gizi dengan Membaca Label Gizi Produk
Pangan Kemasan pada Konsumen di 9 Supermarket Wilayah Kota
Tangerang Selatan tahun 2016. 2017.
17. Tangkudung JPM. Proses Adaptasi Menurut Jenis Kelamin dalam
Menunjang Studi Mahasiswa FISIP Universitas Sam Ratulangi.
2014;III(4):1-11.
18. Normadewi B. Analisis Pengaruh Jenis Kelamin dan Tingkat
Pendidikan terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi dengan
Love of Money Sebagai Variabel Intervening. 2012.
19. Assifa RR. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Membaca Label Pangan Pada Siswa SMA Negeri 68 Jakarta Tahun
2012. 2012.
20. Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003.
84
21. Nurhasanah AR. Hubungan Persepsi dan Perilaku konsumen di DKI
Jakarta terhadap Label Gizi Pangan dengan Status Gizi dan
Kesehatan. 2013.
22. Nurcahya SA, Indrawani YM. Keterpaparan Informasi Mengenai
Iklan Pangan, Kebiasaan Membaca Label Pangan, dan Faktor-
Faktor Hubungannya. 2014.
23. Simanjuntak M, Utami FS, Johan IR, Vulnerability C. Kerentanan
Konsumen dan Perilaku Pembelian Produk Makanan Kemasan.
2015;8(3):193-203.
24. Islamiyati AN. Pengetahuan, Sikap, Tindakan Konsumsi Makanan
dan Minuman Instan Pada Siswa Kelas XI Program Keahlian Jasa
Boga Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Yogyakarta. 2014.
25. Wahyuni YL. Efektifitas Komunikasi melalui Whatsapp (Studi
terhadap Grup KPI 2012 di Whatsapp Pada Mahasiswa KPI
Angkatan 2012. 2016.
26. Tikno. Analisis Penerimaan Grup WhatsApp Sebagai Sarana
Komunikasi dan Pembelajaran dari Perspektif Mahasiswa. Assoc Inf
Syst – Indones chapter. 2017;2(1):1-13.
27. Enterprise J. Chatting Tanpa Batas Menggunakan Whatsapp. 2012.
28. Abrar AN. Teknologi Komunikasi Perspektif Ilmu Komunikasi.
Yogyakarta: LESFI; 2003.
https://books.google.co.id/books/about/Teknologi_komunikasi.html?i
d=hBNmAAAACAAJ&redir_esc=y.
29. Arimurti DI. Pengaruh Pemberian Komik Pendidikan Gizi Seimbang
terhadap Pengetahuan Gizi Siswa Kelas V SDN Sukasari 4 Kota
Tangerang Tahun 2012. 2012.
30. Rachmat M. Buku Ajar Biostatistika Aplikasi Pada Penelitoan
Kesehatan. Jakarta: EGC; 2012.
31. Palupi IR, Naomi ND, Susilo J. Penggunaan Label Gizi dan
Konsumsi Makanan Kemasan pada Anggota Persatuan Diabetisi
Indonesia. 2017;11(1):1-8.
85
32. Arikunto S, Jabar CSA. Evaluasi Program Pendidikan. 2nd ed.
Jakarta: Bumi Aksara; 2009.
33. Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II. Sejarah Politeknik
Kesehatan Kemenkes Jakarta II.pdf.
http://poltekkesjkt2.ac.id/index.php?option=com_content&view=articl
e&id=46&Itemid=59. Published 2012.
34. Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II. Sejarah Jurusan Teknik
Elektromedik.pdf.
http://tem.poltekkesjkt2.ac.id/index.php?option=com_content&view=
article&id=46&Itemid=54. Published 2013.
35. Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II. Sejarah Jurusan Teknik
Radiodiagnostik dan Radioterapi .pdf.
http://tro.poltekkesjkt2.ac.id/index.php?option=com_content&view=a
rticle&id=46&Itemid=54. Published 2013.
36. Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II. Sejarah Jurusan Teknik
Gigi.pdf.
http://tg.poltekkesjkt2.ac.id/index.php?option=com_content&view=art
icle&id=46&Itemid=54. Published 2013.
37. Saleh G, Pitriani R. Pengaruh Media Sosial Instagram dan
WhatsApp terhadap Pembentukan Budaya “Alone Together.”
2018:103-114.
38. Zahara S, Triyanti. Kepatuhan Membaca Label Informasi Zat Gizi di
Kalangan Mahasiswa. J Kesehat Masy Nas. 2009;4(2):78-83.
39. Suryadi E, Ginanjar MH, Priyatna M. Penggunaan Sosial Media
Whatsapp dan Pengaruhnya terhadap disiplin Belajar Peserta Didik
Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. 2018;7.
doi:10.30868/EI.V7.
40. Pane PS. Analisis Tingkat Kepatuhan Membaca Label Pangan Pada
Mahasiswa Gizi Institut Pertanian Bogor. 2016:53.
41. Ayu ECP. Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Akan Nutrition
Labeling terhadap Minat Beli. 2014.
http://repository.uksw.edu/handle/123456789/5687.
86
42. Mudiyah S, Pratomo H, Besral. Hubungan Antara Kepercayaan dan
Keterpaparan Informasi dengan Pengetahuan dan Sikap terhadap
Perawatan Metode Kanguru Pada Bidan Di Kabupaten Musi Rawas
Sumatera Selatan Tahun 2016. 2016:128-141.
87
LAMPIRAN 1
NASKAH PENJELASAN
88
digunakan tanpa persetujuan tertulis dari anda sebagai responden dan
akan saya jaga kerahasiaannya, serta hanya akan digunakan untuk
kepentingan penelitian.
Atas ketersediaan anda untuk meluangkan waktu dan
memberikan jawaban atas pernyataan yang diberikan, saya sebagai
peneliti mengucapkan terima kasih. Peneliti akan memberikan kompensasi
berupa bingkisan yang berisi pouch bag, 3 buku note kecil, dan 2 buah
pulpen sebagai tanda ucapan terima kasih telah berpartisipasi dalam
penelitian ini.
Peneliti akan menanggung biaya pengobatan, apabila dalam
pelaksanaan penelitian anda mengalami cedera yang disebabkan karena
penelitian ini dan dapat menghubungi Intan Fajar Akbari (081283838527)
sebagai peneliti dan alamat Poltekkes Kemenkes Jakarta II Jurusan Gizi,
Jl. Hang Jebat III Blok F3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Demikian penjelasan dari saya sebelum penelitian ini
dilaksanakan. Apabila anda sudah setuju, maka mohon untuk
menandatangani surat persetujuan ini. Terima kasih atas perhatian dan
partisipasi anda.
Peneliti
89
LAMPIRAN 2
2 FF 15 April 2019
3 4
3 FI 15 April 2019
4 AA 15 April 2019
5 6
5 SD 15 April 2019
6 GF 15 April 2019
7 8
7 AWP 15 April 2019
10 DO 15 April 2019
90
No Nama Mahasiswa Tanggal Tanda Tangan
11 12
11 SAI 15 April 2019
14 DC 15 April 2019
15 16
15 AR 15 April 2019
20 TS 15 April 2019
21 22
21 ZM 15 April 2019
22 SN 15 April 2019
23 24
23 AN 15 April 2019
24 IA 15 April 2019
25 26
25 SS 15 April 2019
32 N 15 April 2019
33 34
33 RT 15 April 2019
91
No Nama Mahasiswa Tanggal Tanda Tangan
35 36
35 AHA 15 April 2019
36 HA 15 April 2019
37 38
37 HMI 15 April 2019
46 RA 15 April 2019
47 48
47 HN 15 April 2019
50 AH 15 April 2019
51 52
51 RU 15 April 2019
54 LP 15 April 2019
55 56
55 AN 15 April 2019
56 FC 15 April 2019
57 58
57 ASN 15 April 2019
58 IR 15 April 2019
92
No Nama Mahasiswa Tanggal Tanda Tangan
59 60
59 MQB 15 April 2019
68 GC 15 April 2019
69 70
69 VDA 15 April 2019
70 IN 15 April 2019
71 72
71 AMAA 15 April 2019
80 RA 15 April 2019
81 82
81 FRA 15 April 2019
93
No Nama Mahasiswa Tanggal Tanda Tangan
83 84
83 RA 15 April 2019
86 NF 15 April 2019
87 88
87 ASK 15 April 2019
94
LAMPIRAN 3
KUESIONER
KARAKTERISTIK RESPONDEN
No. Responden
A. Identitas
1. Nama : .....................................................
2. Jenis Kelamin : Perempuan / Laki-Laki (*coret yang bukan)
3. Umur :
4. Jurusan :
5. Prodi (Program Diploma) :
6. Nomor Telepon :
B. Keterpaparan Informasi
Petunjuk pengisian:
Beri tanda centang (√) pada jawaban yang menurut anda benar di
kotak yang sudah disediakan.
1. Apakah anda pernah mendapatkan informasi tentang label
pangan?
Pernah Tidak pernah
95
3. Siapakah yang memberi informasi tersebut kepada anda? (boleh
pilih lebih dari 1 jawaban)
Orang tua
Keluarga
Teman
Dosen
Tenaga kesehatan
Tetangga / tokoh masyarakat
Lainnya, sebutkan …
96
LAMPIRAN 4
KUESIONER
PENGETAHUAN TENTANG LABEL PANGAN
No. Responden
Nama :
Jurusan :
Prodi (Program Diploma) :
Petunjuk pengisian:
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara memberi tanda silang (x)
pada salah satu jawaban yang menurut anda benar.
97
d. Karena terdapat informasi 8. 1. Ditempatkan pada sisi
mengenai nama dan harga kemasan yang mudah
produk. dilihat orang
2. Huruf dan angka yang
4. Apa saja fungsi dari label tercantum mudah dibaca
pangan? 3. Menggunakan angka
a. Menaikkan jumlah Arab
penjualan produk 4. Menggunakan bahasa
b. Memperketat persaingan Jerman
antar produsen 5. Mudah lepas dari kemasan
c. Mengidentifikasi produk Apa saja yang termasuk cara
dan merek penulisan atau pencetakan
d. Menentukan harga produk label pangan yang benar di
atas?
5. Apa yang termasuk jenis dari a. 1, 2, dan 3
label yang menggambarkan b. 2, 4, dan 5
isi, pemakaian, dan ciri-ciri c. 3, 5, dan 1
produk? d. 4, 1, dan 2
a. Produk
b. Merek 9. Di mana penempatan label
c. Tingkat pangan yang benar?
d. Deskriptif a. Pada sisi kemasan yang
mudah lepas.
6. Apa nama lain dari b. Pada sisi kemasan yang
descriptive label? paling mudah dilihat dan
a. Informative label dibaca.
b. Grade label c. Pada sisi kemasan yang
c. Brand label mudah luntur.
d. Product label d. Pada sisi kemasan yang
mudah rusak dan sobek.
7. Apa yang termasuk jenis dari
label yang mengidentifikasi 10. Berapa jumlah minimal
mutu atau tingkat kualitas keterangan yang tercantum
dari produk itu sendiri? pada label pangan?
a. Produk a. 3
b. Merek b. 5
c. Tingkat c. 7
d. Deskriptif d. 9
98
11. Kapan melihat keteranga\n 14. Kapan keterangan tentang
informasi yang ada pada kandungan gizi/informasi nilai
gambar label di bawah ini? gizi dicantumkan pada suatu
produk?
a. Ketika produk tersebut
merupakan produk pangan
olahan tanpa nomor
pendaftaran izin edar.
b. Ketika produk tersebut
merupakan produk pangan
olahan dengan nomor
a. Ketika mengecek berat
pendaftaran BPOM RI
bersih.
MD/ML.
b. Ketika mengecek tanggal
c. Ketika produk tersebut
kadaluarsa dan kode
merupakan produk non
produksi.
pangan tanpa nomor
c. Ketika mengecek informasi
pendaftaran izin edar.
nilai gizi.
d. Ketika produk tersebut
d. Ketika mengecek nomor
merupakan produk non
izin edar.
pangan dengan nomor
pendaftaran BPOM RI
12. 1. Tanggal kadaluarsa
MD/ML.
2. Berat bersih
3. Nomor izin edar
15. 1. Petunjuk
4. Harga
penggunaan/penyiapan
5. Gambar dan slogan
2. Saran penyajian
makanan
3. Logo halal
Apa saja yang termasuk
4. Cara penyimpanan
keterangan informasi di atas
5. Berat bersih
pada label pangan?
Apa saja yang termasuk
a. 1, 2, dan 3
keterangan tambahan di atas
b. 2, 4, dan 5
untuk produk pangan olahan
c. 3, 5, dan 1
dengan nomor pendaftaran
d. 4, 1, dan 2
BPOM RI MD/ML?
a. 1, 2, dan 3
13. Siapa saja nama dan alamat
b. 2, 4, dan 5
yang diletakkan dalam
c. 3, 5, dan 1
sebuah label pangan?
d. 4, 1, dan 2
a. Pihak yang membeli
b. Pihak yang mendistribusi
c. Pihak yang mengiklankan
d. Pihak yang
memproduksi/mengimpor
99
LAMPIRAN 5
KUESIONER
SIKAP TERHADAP LABEL PANGAN
No. Responden
Nama :
Jurusan :
Prodi (Program Diploma) :
Petunjuk pengisian:
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara memberi tanda centang
(√) pada jawaban yang menurut anda benar.
Sangat
Sangat Tidak
No Pernyataan Setuju tidak
setuju setuju
setuju
Sebelum membeli/
mengonsumsi suatu
1. produk pangan kemasan,
terlebih dahulu membaca
label pangannya.
Setiap produk pangan
kemasan harus
mencantumkan informasi/
2.
keterangan yang benar,
jelas, dan lengkap tentang
produknya.
Setiap label pangan tidak
3. harus memiliki tabel
informasi nilai gizi.
Tanggal kadaluarsa
4.
penting bagi konsumen.
Tanpa membaca label
pangan dapat memberikan
5. rasa aman pada
konsumen terkait dengan
produk yang dipilih.
100
Sangat
Sangat Tidak
No Pernyataan Setuju tidak
setuju setuju
setuju
Informasi/ keterangan
yang tertera pada label
6.
pangan tidak memiliki
manfaat bagi konsumen.
Semua keterangan yang
benar, jelas, dan lengkap
pada label pangan sangat
7.
membantu konsumen
untuk memilih suatu
produk pangan.
Nomor izin edar bagi
8. pangan olahan pada label
pangan tidak diperlukan.
Konsumen penting untuk
memahami arti dari
informasi/keterangan yang
9. tertera pada label pangan
sebelum membeli/
mengonsumsi produk
pangan.
Label pangan yang berisi
10. informasi/keterangan yang
tidak lengkap tetap dipilih
dan dikonsumsi.
101
LAMPIRAN 6
KUESIONER
TINDAKAN TERHADAP LABEL PANGAN
No. Responden
Nama :
Jurusan :
Prodi (Program Diploma) :
Petunjuk pengisian:
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara memberi tanda centang
(√) pada jawaban yang menurut anda benar.
No Pertanyaan Ya Tidak
Apakah anda akan tetap memilih produk yang
memiliki label seperti gambar di bawah ini?
1.
102
No Pertanyaan Ya Tidak
6. Apakah produk pangan kemasan yang akan
anda beli belum kadaluarsa?
7. Apakah produk pangan kemasan yang akan
anda beli sudah terdaftar dan tercantum nomor
izin edarnya?
8. Apakah produk pangan kemasan yang akan
anda beli terdapat tabel informasi nilai gizi
pada labelnya?
9. Apakah dengan membaca label pangan ada
manfaatnya untuk anda?
10. Apakah anda akan mengecek kelengkapan
informasi yang tertera pada label pangan
sebelum anda mengonsumsinya walaupun
produk tersebut pernah anda beli atau
diberikan oleh seseorang yang anda kenal?
103
LAMPIRAN 7
Nama :
Jurusan :
Prodi (Program Diploma) :
Nomor Telepon & Id Line :
Petunjuk pengisian:
Beri tanda centang (√) pada jawaban yang menurut anda benar di kotak
yang sudah disediakan.
1. Media sosial apakah yang paling sering anda gunakan? (boleh pilih
1 – 2 jawaban)
Facebook
Twitter
Instagram
Path
WhatsApp
Line
104
3. Dalam sehari, berapa lama anda menggunakan media sosial
tersebut?
< 1 jam
1 – 2 jam
3 – 4 jam
> 4 jam
4. Perangkat atau cara apakah yang paling sering anda gunakan untuk
menggunakan media sosial tersebut?
Handphone dengan kuota
Handphone dengan wifi / hotspot
Komputer
Lainnya, sebutkan …
105
LAMPIRAN 8
Nama :
Nomor Telepon :
Petunjuk pengisian:
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara memberi tanda centang
(√) pada jawaban yang menurut anda benar.
Keterangan:
4 = Sangat Baik
3 = Baik
2 = Tidak Baik
1 = Sangat Tidak Baik
106
LAMPIRAN 9
1. Pelaksanaan Pre-Test
107
3. Pertanyaan Dari Responden
108
4. Pelaksanaan Post-Test
109
LAMPIRAN 10
10 DO
11 12
11 SAI
KL – SARJANA
12 SMM
TERAPAN
13 14
13 MSP
14 AR
TEM – SARJANA 15 16
15 DC
TERAPAN
16 FNC KL – DIPLOMA III
17 18
17 SPN KL – DIPLOMA III
18 ASQ
110
Nama Jurusan dan
No No. HP Tanda Tangan
Mahasiswa Prodi
TRO – SARJANA 19 20
19 NA
TETAPAN
TRO – SARJANA
20 TS
TETAPAN
21 22
21 ZM
TEM – SARJANA
22 SN
TETAPAN
TEM – SARJANA 23 24
23 SS
TERAPAN
TEM – SARJANA
24 ANZ
TERAPAN
25 26
25 IA
KL – SARJANA
26 SS
TERAPAN
TEM – SARJANA 27 28
27 RAF
TETAPAN
TEM – DIPLOMA
28 MSM
III
29 30
29 GSK KL
30 MS
31 32
31 CCNR
32 N
KL – SARJANA 33 34
33 RT
TERAPAN
TEM – SARJANA
34 DACM
TERAPAN
TEM – DIPLOMA 35 36
35 AHA
III
36 HA
37 38
37 HMI
38 AKDS
39 40
39 DT
40 RMA
111
Nama Jurusan dan
No No. HP Tanda Tangan
Mahasiswa Prodi
41 42
41 DSN
42 APM
TEM – SARJANA 43 44
43 SP
TERAPAN
44 CMH
TEM – SARJANA 45 46
45 AAG
TERAPAN
46 RA
TEM – SARJANA 47 48
47 HN
TERAPAN
TEM – SARJANA
48 HKGP
TETAPAN
TEM – DIPLOMA 49 50
49 MFIR
III
TEM – DIPLOMA
50 AH
III
KL – SARJANA 51 52
51 RU
TERAPAN
52 DPT
53 54
53 ARA
KL – SARJANA
54 LP
TERAPAN
55 56
55 AN
56 FC
57 58
57 ASN
TEM – SARJANA
58 IR
TERAPAN
TEM – DIPLOMA 59 60
59 MQB
III
60 MSA
61 62
61 NAL
62 AAW
112
Nama
No Jurusan dan Prodi No. HP Tanda Tangan
Mahasiswa
63 64
63 AZM
TEM – SARJANA
64 AFN
TETAPAN
TEM – SARJANA 65 66
65 EC
TERAPAN
TEM – SARJANA
66 NPA
TERAPAN
KL – SARJANA 67 68
67 TDM
TERAPAN
TEM – SARJANA
68 GC
TETAPAN
69 70
69 VDA
70 IN
71 72
71 AMAA
72 FAR
73 74
73 SM KL – DIPLOMA III
74 DSPM
75 76
75 SN
76 RCA
77 78
77 AFR
78 DRF
79 80
79 ER TEM – DIPLOMA III
113
Nama
No Jurusan dan Prodi No. HP Tanda Tangan
Mahasiswa
KL – SARJANA 85 86
85 KR 08551847603
TETAPAN
KL – SARJANA
86 NF 083890606182
TETAPAN
87 88
87 ASK KL – DIPLOMA III 082191867612
88 DAB
89 90
89 AO KL – DIPLOMA III 083896265074
90 NIS
114
LAMPIRAN 11
Nama Jurusan
No No. HP Tanda Tangan
Mahasiswa dan Prodi
1 2
1 AN
2 FF
3 4
3 FI
4 AA
5 6
5 SD
6 GF
7 8
7 AWP
8 FNA
9 10
9 AL
10 DO
11 12
11 SAI
12 SMM
13 14
13 MSP
14 DC
15 16
15 AR
16 SPN
17 18
17 FNC
18 ASQ
115
Nama Jurusan
No No. HP Tanda Tangan
Mahasiswa dan Prodi
19 20
19 NA
20 TS
21 22
21 ZM
22 SN
23 24
23 AN
24 IA
25 26
25 SS
26 RAF
27 28
27 SS
28 GSK
29 30
29 MS
30 MSM
31 32
31 CCNR
32 N
33 34
33 RT
34 DACM
35 36
35 AHA
36 HA
37 38
37 HMI
38 AKDS
39 40
39 DT
40 RMA
116
Nama Jurusan
No No. HP Tanda Tangan
Mahasiswa dan Prodi
41 42
41 DSN
42 APM
43 44
43 SP
44 CMH
45 46
45 AAG
46 RA
47 48
47 HN
48 HKGP
49 50
49 MFIR
50 AH
51 52
51 RU
52 DPT
53 54
53 ARA
54 LP
55 56
55 AN
56 FC
57 58
57 ASN
58 IR
59 60
59 MQB
60 MSA
61 62
61 NAL
62 AAW
117
Nama Jurusan
No No. HP Tanda Tangan
Mahasiswa dan Prodi
63 64
63 AZM
64 AFN
65 66
65 EC
66 NPA
67 68
67 TDM
68 GC
69 70
69 VDA
70 IN
71 72
71 AMAA
72 FAR
73 74
73 SM
74 DSPM
75 76
75 SN
76 RCA
77 78
77 AFR
78 DRF
79 80
79 ER
80 RA
81 82
81 FRA
82 LER
83 84
83 RA
84 AFD
118
Nama Jurusan
No No. HP Tanda Tangan
Mahasiswa dan Prodi
85 86
85 KR KL -
86 NF
87 88
87 ASK
88 DAB
89 90
89 AO
90 NIS
119
LAMPIRAN 12
120