Anda di halaman 1dari 15

Journal Review | Representing Contextual

Mathematical Problems In Descriptive


Ordepictive Form: Design Of An Instrument And
Validation Of Its Uses

Kata Pengantar

Terima kasih penulis sampaikan kepada setiap pihak yang membantu


penulisan makalah Journal Review ini. Penulis tentu tidak lupa untuk juga
berterima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, dosen pengampu
matakuliah Evaluasi Hasil Belajar Matematika, yang telah memberikan
pengajaran, dan pencerahan dalam kegiatan perkuliahan.
Journal Review ini disusun untuk melengkapi tugas matakuliah Evaluasi
Hasil Belajar Matematika. Tugas tersebut adalah mencari dua jurnal, dan memilih
satu diantaranya untuk diulas, dan satu jurnal lainnya sebagai pembanding. Tema
yang diangkat dalam ulasan jurnal ini adalah tentang penilaian (assessment).
Penulis juga sangat sadar akan keterbatasan dan kemampuan penulis
dalam mengulas jurnal ini, mulai dari melihat secara objektif, memperhatikan
struktur laporan jurnal, membaca dan memahami isi jurnal, sampai dengan
penyusunan laporan ulasan jurnal ini.
Namun pun demikian, besar harapan penulis, makalah yang berisi laporan
ulasan jurnal ini tetaplah memberikan manfaat dalam keilmuan. Penulis terbuka
untuk saran dan kritik yang membangun dari pembaca atas laporan ini. Atas
perhatian pembaca, penulis ucapkan terimakasih.

Simamora Nabolak, Maret 2017

Rustam E. Simamora

Evaluasi Hasil Belajar Matematika | Program Studi Pendidikan


matematika
Journal Review | Representing Contextual
Mathematical Problems In Descriptive Ordepictive
Form: Design Of An Instrument And Validation Of Its
Uses

A. Sistematika Laporan Journal Review

Identitas Jurnal
Ringkasan Jurnal Utama
Identifikasi Kelebihan dan Kekurangan Jurnal Utama
Pembahasan Kelebihan dan Kekurangan Jurnal Utama
Kesimpulan
Lampiran Jurnal Utama

B. Identitas Jurnal
Berikut adalah jurnal-jurnal yang akan dibicarakan dalam laporan ulasan
jurnal ini:
[1] Jurnal Utama
Judul : Representing contextual mathematical
problems in
descriptive or depiktif form: Design of an
instrument
and validation of its uses
Penulis : Kees Hooglanda, Birgit Pepin, Arthur Bakker,
Jaap de
Koning, Koeno Gravemeijer
Tahun : 2016
Jurnal : Studies in Educational Evaluation
Penerbit (online) : Elsevier
ISSN : 0191-491X (online)
50 (2016) 2232
Indeks Jurnal : - British Education Index
- Contents Pages in Education
- Education Research Index
- ERIC
- Education Abstracts
- Education Index
- Education Technology Abstracts
- Research into Higher Education Abstracts
- UnCover
- Educational Management Abstracts
- Multicultural Education Abstracts
- Sociology of Education Abstracts
- Technical Education & Training Abstracts
- ERA (Educational Research Abstracts
Online)

Evaluasi Hasil Belajar Matematika | Program Studi Pendidikan


matematika
Journal Review | Representing Contextual
Mathematical Problems In Descriptive Ordepictive
Form: Design Of An Instrument And Validation Of Its
Uses

- Scopus
Tebal : 11 halaman
Sumber Jurnal :

http://dx.doi.org/10.1016/j.stueduc.2016.06.00
5

[2] Jurnal Pembanding


Judul : What is assessment for learning?
Penulis : Dylan Wiliam
Tahun : 2011
Jurnal : Studies in Educational Evaluation
Penerbit (online) : Elsevier
ISSN : 0191-491X (online)
37 (2011) 314

Indeks Jurnal : - British Education Index

- Contents Pages in Education

- Education Research Index

- ERIC

- Education Abstracts

- Education Index

- Education Technology Abstracts

- Research into Higher Education Abstracts

- UnCover

- Educational Management Abstracts

- Multicultural Education Abstracts

- Sociology of Education Abstracts

- Technical Education & Training Abstracts

- ERA (Educational Research Abstracts Online)

Evaluasi Hasil Belajar Matematika | Program Studi Pendidikan


matematika
Journal Review | Representing Contextual
Mathematical Problems In Descriptive Ordepictive
Form: Design Of An Instrument And Validation Of Its
Uses

- Scopus

Tebal : 12 halaman
Sumber Jurnal : http://dx.doi.org/10.1016/j.stueduc.2011.03.001

C. Ringkasan Jurnal Utama


Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan kontribusi pada
pengetahuan tentang penggunaan masalah matematika kontekstual. Soal cerita
yang merupakan jenis dominan di ruang kelas matematika dalam menilai
kemampuan siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Penelitian tentang soal cerita, bagaimanapun, mengungkapkan berbagai kesulitan
dalam penggunaannya dalam pendidikan matematika. Dalam penelitian kami,
kami mengambil pendekatan alternatif: kita merancang soal berhitung image-rich
sebagai alternatif atas soal cerita. Satu set soal cerita itu dimodifikasi dengan
sistematis menggantikan representasi deskriptif situasi masalah dengan lebih
representasi depiktif dan instrumen dirancang untuk mengukur efek dari
modifikasi ini pada prestasi siswa. Instrumen ini dapat mengukur efek dari
pendekatan alternatif ini dalam percobaan terkontrol acak. Untuk menggunakan
instrumen di skala, kami membuat instrumen ini untuk dapat juga digunakan
sebagai tes diagnostik untuk ujian nasional yang akan datang pada mata pelajaran
berhitung. Pada artikel ini kami akan menjelaskan dan membahas desain
instrumen dan validasi penggunaan yang dimaksudkan.

Pengantar
Dalam pendidikan matematika ada peningkatan fokus pada kegunaan dari
pengetahuan dan keterampilan matematatika. Oleh karenanya ada peningkatan
kebutuhan bahan dan instrumen untuk mengajar dan menilai penggunaan
pengetahuan matematika dan keterampilan dalam situasi kehidupan nyata. Untuk
sepuluh tahunan telah dipraktekkan secara umum penggunaan soal cerita untuk
mengajar dan menilai kemampuan siswa untuk memecahkan masalah kuantitatif
dalam praktis situasi sehari-hari . Namun, praktek saat menggunakan soal cerita
untuk menilai kemampuan siswa untuk memecahkan masalah kuantitatif dari

Evaluasi Hasil Belajar Matematika | Program Studi Pendidikan


matematika
Journal Review | Representing Contextual
Mathematical Problems In Descriptive Ordepictive
Form: Design Of An Instrument And Validation Of Its
Uses

kehidupan sehari-hari juga menimbulkan keprihatinan serius: Pertanyaannya


adalah apakah soal cerita memadai untuk tujuan ini.
Soal cerita dapat didefinisikan sebagai "deskripsi verbal dari situasi
masalah dimana satu atau lebih pertanyaan diajukan yang jawabannya dapat
diperoleh dengan penerapan operasi data numerik matematika yang tersedia pada
pernyataan masalah.
Kesulitan yang dilaporkan tentang soal cerita yang demikian terus-
menerus yang dalam penelitian ini diselidiki alternatif untuk soal cerita sebagai
sarana untuk mengevaluasi kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
perhitungan dalam praktis situasi sehari-hari. Dalam alternatif ini representasi
deskriptif situasi masalah, seperti umum pada soal cerita, diganti dengan sebanyak
mungkin oleh representasi depiktif, yang berarti menggunakan elemen visual,
sebagian besar foto-foto, yang sedekat mungkin dengan kehidupan nyata situasi
masalah. Kontras mereka dengan soal cerita yang kita sebut dengan soal berhitung
image-rich.
Pilihan untuk representasi yang lebih depiktif dari situasi masalah,
diinformasikan oleh penelitian tentang kesulitan dengan soal cerita, pertimbangan
dari hubungan kadang-kadang bermasalah antara bahasa, konteks dan pengertian
keputusan dalam memecahkan soal cerita, pertimbangan keotentikan pemecahan
masalah matematika dan penelitian tentang pemecahan dalam psikologi kognitif
masalah. Perspektif penelitian ini dikombinasikan kuat bahwa menggunakan
gambaran kehidupan nyata, seperti foto, untuk mewakili situasi masalah memiliki
kesempatan yang lebih baik untuk menjaga siswa dalam pola pikir pemecahan
masalah bukannya jatuh kembali ke pola pikir mendapatkan-jawaban. Fotografi
lebih mudah berhubungan dengan situasi kehidupan nyata, dan bisa dibilang bisa
terkesan lebih otentik bagi siswa, dan karena itu meningkatkan kemungkinan
bahwa siswa terus menggunakan pertimbangan realitas dalam memecahkan
kegiatan masalah. Selain itu, ada kemungkinan bahwa kesulitan bahasa dan teks
pemahaman yang dikurangi dengan representasi yang lebih depiktif dari situasi
masalah. Efek dari perubahan representasi situasi masalah pada kinerja siswa
masih kurang diteliti dan kami memutuskan instrumen divalidasi diperlukan untuk
mengukur efek ini. Dalam artikel ini digambarkan desain instrumen tersebut dan

Evaluasi Hasil Belajar Matematika | Program Studi Pendidikan


matematika
Journal Review | Representing Contextual
Mathematical Problems In Descriptive Ordepictive
Form: Design Of An Instrument And Validation Of Its
Uses

validasi untuk maksud mempergunakannya. Instrumen ini kemudian digunakan


dalam konteks Belanda dan dalam versi bahasa Inggris instrumen, sekarang
tersedia dengan akses terbuka.

2. Perspektif Teori
2.1. Pengetahuan sebagai Pengetahuan yang Dapat dimanfaatkan
Kecenderungan pendidikan matematika dewasa ini, adalah, matematika
sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat pada penekanan
kuat di sekolah, tentang bagaimana matematika digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Pembelajaran seperti Realistic Math Education (RME) yang
menjadikan kehidupan sehari-hari sebagai bagian integral dalam pembelajaran.
Peningkatan fokus terhadap pemecahan dan pemodelan dalam penelitian
pendidikan matematika

2.2. Kesulitan dalam Rasa-berbuat dalam Pemecahan Soal Cerita


Banyak penelitian tentang perilaku siswa dalam memecahkan soal cerita
melaporkan bahwa langkah-langkah memahami situasi sering dangkal dijalankan
oleh siswa. kesulitan lain dengan soal cerita muncul ketika siswa mengabaikan
kemungkinan kendala yang diberlakukan oleh kenyataan ketika mereka
mengalami pemhaman dengan situasi dihadapannya, atau tidak memiliki
keterampilan meta-kognitif yang tepat untuk memecahkan masalah. Kesulitan
yang paling sering dilaporkan adalah bahwa siswa mendasarkan analisis dan
perhitungan mereka pada asosiasi longgar unsur kuantitatif tertentu yang
menonjol dari situasi masalah dengan operasi matematika tertentu.
Perilaku siswa mengindikasikan bahwa siswa melihat soal cerita sebagai
soal "matematika-sekolah" yang menyamarkan beberapa algoritma aritmatika, dan
bukan sebagai representasi dari masalah kehidupan nyata yang harus dipahami.
Perilaku ini berasal dari orientasi perhitungan yang kuat di kelas matematika,
dimana fokusnya adalah pada prosedur dan operasi, bukan pada menjelaskan dan
penalaran. Dalam orientasi perhitungan, masalah kuantitatif tampak pertama dan
terutama digunakan untuk melatih siswa dalam kefasihan prosedural.
Kesulitan yang disebutkan menimbulkan kekhawatiran serius apakah
siswa dapat menunjukkan potensi penuh mereka dalam memecahkan masalah

Evaluasi Hasil Belajar Matematika | Program Studi Pendidikan


matematika
Journal Review | Representing Contextual
Mathematical Problems In Descriptive Ordepictive
Form: Design Of An Instrument And Validation Of Its
Uses

kuantitatif kehidupan nyata ketika dihadapkan dengan soal cerita dalam situasi
penilaian atau evaluasi.

2.3. Menetralkan Masalah dengan Soal Cerita


Siswa memiliki sebuah kecenderungan kuat untuk mengecualikan
pertimbangan realistis yang 'problematizing' soal cerita itu, tidak cukup untuk
memicu pertimbangan yang realistis ke sebagian besar siswa. Meskipun banyak
argumen untuk menggunakan situasi kehidupan nyata yang relevan untuk
mengajar siswa keterampilan pemecahan masalah yang meyakinkan, tidak ada
penyebarluasan praktek-praktek tersebut. Sebagai alternatif, kami memutuskan
untuk mengubah representasi situasi masalah dari deskriptif untuk lebih depiktif
untuk mendapatkan lebih dekat dengan situasi kehidupan nyata.

2.4. Perspektif dalam Menggunakan Unsur Depiktif


Argumen pendukung untuk perubahan ke arah representasi depiktif lebih
dapat ditemukan dalam penelitian tentang isu-isu linguistik siswa hadapi dalam
memecahkan masalah kata. Misalnya, penelitian menyelidiki peran bahwa bahasa
sebenarnya memainkan dalam pemecahan soal cerita, misalnya melalui diskusi-
diskusi-, menunjukkan bahwa perkembangan linguistik siswa memiliki efek pada
kemampuan memecahkan masalah mereka dan pada interaksi antara konteks dan
indrawi pembuatan. Hubungan antara perkembangan linguistik dan keterampilah
pemecahan masalah matematika dikuatkan oleh PISA tahun 2012 yang
menunjukkan bahwa ada korelasi yang signifikan 0,85 antara membaca dan hasil
belajar matematika (OECD, 2014).
Penelitian ini memberikan kita alasan untuk merancang alternatif tertentu,
yang relevan dan dekat dengan bentuk kehidupan nyata sebagai representasi
visual dari situasi masalah yang mungkin membantu siswa dalam membuat sense-
making masalah, mengadopsi model matematika yang relevan, dan interpretasi
hasil dari operasi matematika.

2.5. Pilihan untuk Sebuah Pendekatan Alternatif

Evaluasi Hasil Belajar Matematika | Program Studi Pendidikan


matematika
Journal Review | Representing Contextual
Mathematical Problems In Descriptive Ordepictive
Form: Design Of An Instrument And Validation Of Its
Uses

Dari perspektif psikologis kognitif Schnotz dibedakan antara representasi


deskriptif dan depiktif, untuk masing-masing mereka memunculkan kekuatan
representasional dan inferensial tertentu. Dalam banyak pendekatan yang sama
seperti yang digunakan dalam skema pemecahan masalah, menyatakan bahwa
untuk memecahkan masalah kuantitatif, konstruksi berorientasi tugas dari model
mental matematika yang telah diperlukan. Garis penalaran mereka adalah bahwa
representasi depiktif lebih bisa mendukung siswa untuk membuat model
matematika mental yang relevan dari situasi. Selanjutnya siswa lebih teratur
dengan representatif depiktifnya, memiliki kekuatan inferensial yang tinggi dan
dalam banyak kasus dekat dengan bentuk model mental matematika mental
seperti: sketsa; diagram; dan/atau gambar sehingga mereka menangkap esensi dari
masalah.

2.6. Desain Instrumen dan Isu Validitas.


Untuk mengukur pengaruh perubahan representasi situasi masalah pada
kinerja siswa, kami merancang instrumen sebagai uji coba terkontrol secara acak,
yang memungkinkan untuk menganalisis data dengan lebih canggih dengan model
varibel-tergantung yang terbatas, dalam rangka membangun validitas dari efek
yang diukur dan menafsirkan efek yang mungkin variabel yang saling bergantung.
Untuk penggunaan instrumen diagnostik, kami fokus pada validitas isi tes.

3. Metode
Kegiatan yang dilakukan dalam perancangan instrumen dan validasi
kegunaan yang berbeda dilaporkan pada tabel. Dalam penggunaan sebagai
instrumen dalam perbedaan hasil belajar siswa terkait dengan representasi dari
situasi masalah, difokuskan pada kesetaraan soal cerita dan soal rich-image.
Untuk penggunaan diagnostik kami fokus pada validitas konstruk dan isi item.
Dalam rangka untuk antisipasi terhadap reliabilitas merupakan aspek penting dan
penskoring melalui komputer terhadap penyelesaian siswa, untuk menjamin
bahwa untuk setiap peserta skor konsisten.
Di samping kegiatan untuk memberikan bukti untuk membangun dan
konten validitas kami berpendapat untuk validitas kriteria dengan langkah-

Evaluasi Hasil Belajar Matematika | Program Studi Pendidikan


matematika
Journal Review | Representing Contextual
Mathematical Problems In Descriptive Ordepictive
Form: Design Of An Instrument And Validation Of Its
Uses

langkah yang diperoleh dalam uji coba. Namun, kami menggunakan langkah-
langkah ini dengan hati-hati, karena kita sadar bahwa penggunaan validitas
kriteria juga menjadi topik diskusi di antara psikolog. Dalam paragraf selanjutnya
kita menjelaskan kegiatan yang dilakukan secara lebih rinci.

3.1. Proses Disain


Proses perancangan dimulai dengan pemilihan 40 soal cerita yang relevan
yang digunakan dalam beberapa tahun terakhir dalam buku pelajaran dan tes
Belanda, yang dikembangkan untuk mengajar atau menilai tingkat 2F berhitung di
LaNF. Kriteria seleksi tambahan adalah bahwa masalah yang benar-benar dilihat
dalam situasi nyata, atau setidaknya masalah dapat dibayangkan dalam kehidupan
sehari-hari.

3.2. Aktivitas Validasi oleh Ahli


Ahli dalam pendidikan matematika memainkan peran penting dalam
proses validasi konten. Tujuannya adalah untuk merancang masalah berpasangan
yang hanya berbeda dalam representasi situasi masalah, meninggalkan semua
variabel lain yang mungkin sama. Untuk kesimpulan yang valid tentang efek
mengubah representasi situasi masalah, pasangan masalah harus, terlepas dari
representasi situasi masalah, jika tidak setara.

3.3. Jalannya Instrumen Tes


Uji coba instrumen berlangsung beroperasi paralel (Terhadap Waktu)
dengan activities oleh para ahli.

3.3.1. Peserta untuk Jalannya Tes


Para peserta untuk uji coba dipilih dengan mengundang sekolah-
sekolah untuk berpartisipasi. Kami mencari peserta dari berbagai trek
dan tingkat untuk mengumpulkan informasi tentang kelayakan item
dan tes secara keseluruhan. Distribusi peserta dalam uji coba
instrumen sekitar tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel. Dalam
uji coba instrumen 7.434 siswa dari 63 sekolah yang berbeda
berpartisipasi dalam rentang usia 11-18 tahun.

Evaluasi Hasil Belajar Matematika | Program Studi Pendidikan


matematika
Journal Review | Representing Contextual
Mathematical Problems In Descriptive Ordepictive
Form: Design Of An Instrument And Validation Of Its
Uses

3.3.2. Pengadaan Tes


Untuk setiap peserta tes dihasilkan secara acak memilih 12 item yang akan
disajikan dengan representasi deskriptif situasi masalah (Versi-A) dan yang
lainnya 12 akan disajikan dengan representasi depiktif dari masalah (Versi-B).
Urutan masalah dipresentasikan kepada para peserta pun kembali acak.

4. Hasil
Dengan hasil gabungan dari validasi ahli dan uji coba instrumen,
instrumen akhir disusun dan dibangun sebagai tes berbasis web. Akhirnya 21
dipasangkan item pada domain bilangan, proporsi dan geometri & pengukuran,
dan tiga item tambahan pada hubungan domain yang dipilih untuk instrumen
akhir.

5. Diskusi
Tujuan penting dari pendidikan matematika adalah membina kemampuan
siswa untuk menggunakan pengetahuan matematika dan keterampilan untuk
memecahkan masalah dari kehidupan sehari-hari. Di seluruh dunia penggunaan
praktis matematika dipandang sebagai salah satu dukungan untuk pendidikan
matematika. Untuk mencapai tujuan ini, ada kebutuhan untuk bahan ajar dan
instrumen penilaian yang memadai.
Untuk memvalidasi instrumen menggunakan, kamin mengambil tiga jalur:
pertama, kami merancang item alternatif dan referensi mereka dengan Literacy
Belanda dan Kerangka Berhitung; kedua, kami memiliki dua panel ahli untuk
mengomentari masalah yang digunakan dalam instrumen, dan untuk memvalidasi
kesetaraan masalah kata yang dipilih dan masalah berhitung rich-image alternatif.
Ketiga, kami mengambil tes berjalan dengan instrumen untuk melihat, jika
kondisi uji coba secara acak terkontrol dapat dipenuhi. Kegiatan validasi yang
dilakukan ini berhasil, sehingga instrumen akhir dapat digunakan untuk secara sah
mengukur pengaruh perubahan representasi dari situasi masalah.
Instrumen kami juga memiliki keterbatasan. Jumlah masalah yang
digunakan untuk instrumen yang terbatas. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk

Evaluasi Hasil Belajar Matematika | Program Studi Pendidikan


matematika
Journal Review | Representing Contextual
Mathematical Problems In Descriptive Ordepictive
Form: Design Of An Instrument And Validation Of Its
Uses

mendapatkan tampilan yang lebih baik dari yang masalah khususnya yang sensitif
terhadap perubahan representasi dari situasi masalah, yang mengandung jawaban
tidak dan mengapa.
Dalam artikel ini kita berpendapat bahwa, meskipun terbatas, instrumen
dipercaya bisa mengukur perbedaan hasilbelajar pada dua representasi dari situasi
masalah. Ada, bagaimanapun juga, masih jauh untuk memahami yang merupakan
faktor yang mendasari yang benar-benar dapat menyebabkan perbedaan dalam
hasil belajar. Dalam analisis hasil pengaruh karakteristik tugas, seperti domain
konten tugas milik, mungkin layak diselidiki. Dalam analisis kami berniat untuk
mengambil tugas variabel karakteristik seperti lebaran dari soal cerita atau jumlah
gambar yang digunakan untuk representasi rich-image faktor saling tergantung
untuk mengidentifikasi pola-pola yang mendasari. Hal ini bisa mengakibatkan
ulangan dari penelitian dengan lebih banyak dan lebih khusus dirancang item.
Pada saat yang sama penelitian kualitatif harus dilakukan yang fokus pada
perilaku aktual dan pola pikir siswa saat memecahkan masalah, misalnya dengan
menggunakan protokol atau dirangsang recall. Ini bisa menjelaskan lebih lanjut
tentang hubungan yang rumit antara penggunaan bahasa, pemecahan masalah
kemampuan, dan rasa-berbuat.

6. Conclusions
Instrumen yang dirancang dan divalidasi dalam penelitian ini adalah
alternatif untuk berkontribusi pengetahuan lebih lanjut, dan wawasan dalam hal
bagaimana representasi dari realitas pada masalah matematika kontekstual dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa, dan sebagai akibatnya, hasil dari penilaian
mereka dan implikasi berikutnya.

D. Identifikasi Kelebihan dan Kekurangan Jurnal Utama


Kelebihan
- Konten :
Dari segi konten, dapat diidentifikasi kelebihan-kelebihan berikut pada
jurnal ini:

Evaluasi Hasil Belajar Matematika | Program Studi Pendidikan


matematika
Journal Review | Representing Contextual
Mathematical Problems In Descriptive Ordepictive
Form: Design Of An Instrument And Validation Of Its
Uses

Gagasan yang aktual yang sesuai dengan trend pendidikan matematika


terkini.
Inovasi yang patut dipertimbangkan untuk menjawab tantangan
matematika terkini.
Hadirnya instrumen yang reliabel dan valid untuk mengukur kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa.
- Konteks :
Dari segi konteks, dapat diidentifikasi kelebihan-kelebihan berikut pada
jurnal ini:
Penulisan yang sistematis.
Jurnal ini open access, sehingga sangat mudah untuk dijangkau.
Instrumen yang dihasilkan mudah untuk dijangkau.

Kekurangan
- Konten :
Dari segi konten, dapat diidentifikasi kekurangan-kekurangan berikut
pada jurnal ini:
Narasi pada soal cerita sebagai tantangan bagi siswa.
Masih menjadi pertanyaan tentang reliabilitas tes.
Instrumen yang digunakan tidak dijelaskan dengan spesifik, apakah
digunakan untuk mengukur secara formatif atau sumatif.
- Konteks :
Gaya penulisan yang kurang lugas.
Tidak semua siswa lebih suka melihat gambar dibanding membaca.

E. Pembahasan Kelebihan dan Kekurangan Jurnal Utama


Kelebihan
1. Gagasan yang aktual yang sesuai dengan trend pendidikan matematika
terkini.
Seperti yang dinyatakan dalam jurnal ini, pendidikan matematika intens
membicarakan matematika sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari,
penggunaan model pembelajaran yang kontekstual dengan kehidupan
sehari-hari, dan keterampilan pemecahan masalah. Gagasan ini
memberikan warna dalam khasanah pendidikan matematika dewasa ini.
Jurnal turut memberikan jawaban atas tantangan pendidikan.
2. Inovasi yang patut dipertimbangkan untuk menjawab tantangan
matematika terkini.

Evaluasi Hasil Belajar Matematika | Program Studi Pendidikan


matematika
Journal Review | Representing Contextual
Mathematical Problems In Descriptive Ordepictive
Form: Design Of An Instrument And Validation Of Its
Uses

Dalam melakukan penilaian atas solusi yang diberikan siswa ketika guru
atau peneliti ingin melihat kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa, adalah sulitnya menemukan instrumen yang valid dan reliabel.
Intrumen yang baik pastilah objektif, yaitu valid dan reliabel.
Sesuai dengan perhatian dan kebutuhan guru dan peneliti akan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, mereka membutuhkan
instrumen yang baik. Instrumen yang valid dan reliabel seperti produk dari
penelitian ini menjawab kebutuhan tersebut
3. Penulisan yang sistematis
Jurnal ini ditulis dengan sistematika yang baik. Pembaca bisa langsung
menuju poin-poinyang dibutuhkan tanpa harus membaca isi jurnal secara
keseluruhan.
4. Jurnal ini open access, sehingga sangat mudah untuk dijangkau
Jurnal ini disediakan open access. Para pembaca tak perlu mengeluarkan
uang dalam jurnal besar untuk membaca isi jurnal ini.
5. Instrumen yang dihasilkan mudah untuk dijangkau.
Instrumen yang dihasilkan, yaitu soal depektif, untuk bisa dijadikan
sebagai instrumen untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa, bisa diakses oleh siapa saja.

Kekurangan
1. Gaya penulisan yang kurang lugas.
Jurnal ini menggunakan penulisan dengan banyak sekali kalimat-kalimat
dan frase-frase yang panjang yang mengakibatkan pembaca jurnal tidak
mudah menangkap dan memahami isi jurnal.
2. Tidak semua siswa lebih suka melihat gambar dibanding membaca.
Penulis jurnal tidak mempertimbangkan bahwa siswa dengan kecerdasan
linguistik justru lebih senang membaca dan memahami narasi pada soal
cerita dibanding menginterpretasi gambar. Gambar yang disajikan dalam
instrumen ini, bisa jadi mengaburkan esensi dari instrumen itu sendiri.
Sebab suatu gambar bisa memberikan visualisasi berbeda terhadap orang
yang berbeda. Gambar tidak memberikan batasan sebagaimana soal cerita
dalam memberikan visualisasi mental terhadap peserta yang akan
mengerjakan instrumen.
Hal ini semestinya menjadi perhatian dalam jurnal ini.
3. Reliabilitas Tes

Evaluasi Hasil Belajar Matematika | Program Studi Pendidikan


matematika
Journal Review | Representing Contextual
Mathematical Problems In Descriptive Ordepictive
Form: Design Of An Instrument And Validation Of Its
Uses

Jurnal ini terlalu fokus membahas validitas tes dibanding reliabilitas tes.
Padahal antara validitas dan reliabilitas sama pentingnya sebagai
karakteristik instrumen yang baik. Isi jurnal ini sangat sedikit
membicarakan reliabilitas tes.
4. Narasi pada soal cerita sebagai tantangan bagi siswa.
Instrumen yang menggunakan soal kontekstual, yang dalam hal ini soal
cerita, harus dipertimbangkan juga perannya dalam konteks yang lain.
Misalnya kemampuan koneksi, dan komunikasi siswa akan diasah juga
ketika siswa berupaya menyelesaikan soal cerita.
Penulis jurnal tidak mempertimbangkan bahwa narasi pada soal cerita
bukan upaya untuk mempersulit siswa sebenarnya. Peran narasi pada soal
cerita harus dicermati juga sebagai tantangan bagi siswa. Dalam kehidupan
sehari-hari siswa, terlebih di masa depan, akan diperhadapkan juga dengan
masalah-masalah yang berhubungan dengan literasi.
Instrumen bisa jadi bersifat destruktif, seperti yang menjadi sorotan
Wiliam (2016) bahwa penilaian bisa membawa negatif namun dalam
kondisi tertentu penilaian memiliki potensi yang cukup besar untuk
meningkatkan pembelajaran. Penulis jurnal ini juga perlu
mempertimbangkan implikasi-implikasi ketika gambar mewakili kata-
kata. Sebab, dalam kondisi tertentu, gambar bisa mengaburkan esensi
masalah yang harus diselesaikan.
5. Instrumen yang digunakan tidak dijelaskan dengan spesifik, apakah
digunakan untuk mengukur secara formatif atau sumatif.
Penilaian sebagai istilah umum mengacu pada semua kegiatan yang
dilakukan oleh guru - dan oleh siswa dalam menilai diri mereka sendiri -
yang memberikan informasi untuk digunakan sebagai umpan balik untuk
memodifikasi kegiatan belajar mengajar. Penilaian tersebut menjadi
penilaian formatif ketika bukti tersebut benar-benar digunakan untuk
beradaptasi mengajar untuk memenuhi kebutuhan siswa (Black & Wiliam
dalam Wiliam 2016).
Titik tolak dalam menghasilkan produk instrumen ini seolah menjadikan
belajar untuk penilaian. Penilaian itu sendiri bukan tujuan pembelajaran.
Penilaian adalah alat untuk mengukur ketercapaian belajar. Dan dampak

Evaluasi Hasil Belajar Matematika | Program Studi Pendidikan


matematika
Journal Review | Representing Contextual
Mathematical Problems In Descriptive Ordepictive
Form: Design Of An Instrument And Validation Of Its
Uses

bahwa penilaian itu membatasi pelajaran dan mengurangi waktu belajar


(Wiliam, 2016) harus diminimalisir.
Instrumen yang dikembangkan ini juga tidak dijelaskan secara gamblang
apakah digunakan untuk penilaian formatik atau sumatif. Apabila
instrumen ini memang dikembangkan untuk sebatas untuk menghadapi
ujian nasional, maka kegiatan riset ini justru telah mereduksi arti dari
penilaian itu sendiri.
F. Kesimpulan

Jurnal ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah:


Gagasan yang aktual yang sesuai dengan trend pendidikan matematika
terkini.
Inovasi yang patut dipertimbangkan untuk menjawab tantangan
matematika terkini.
Hadirnya instrumen yang reliabel dan valid untuk mengukur kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa.
Penulisan yang sistematis.
Jurnal ini open access, sehingga sangat mudah untuk dijangkau.
Instrumen yang dihasilkan mudah untuk dijangkau.
Sedangkan yang mejadi kelemahannya adalah:
Narasi pada soal cerita diabaikan sebagai tantangan bagi siswa.
Reliabilitas tes tidak proporsional dikaji sebagaimana validitas padahal
keduanya sama pentingnya.
Instrumen yang digunakan tidak dijelaskan dengan spesifik, apakah
digunakan untuk mengukur secara formatif atau sumatif.
Gaya penulisan yang kurang lugas.
Seharusnya mempertimbangkan bahwa tidak semua siswa lebih suka
melihat gambar dibanding membaca.

Evaluasi Hasil Belajar Matematika | Program Studi Pendidikan


matematika

Anda mungkin juga menyukai