Kata Pengantar
Rustam E. Simamora
Identitas Jurnal
Ringkasan Jurnal Utama
Identifikasi Kelebihan dan Kekurangan Jurnal Utama
Pembahasan Kelebihan dan Kekurangan Jurnal Utama
Kesimpulan
Lampiran Jurnal Utama
B. Identitas Jurnal
Berikut adalah jurnal-jurnal yang akan dibicarakan dalam laporan ulasan
jurnal ini:
[1] Jurnal Utama
Judul : Representing contextual mathematical
problems in
descriptive or depiktif form: Design of an
instrument
and validation of its uses
Penulis : Kees Hooglanda, Birgit Pepin, Arthur Bakker,
Jaap de
Koning, Koeno Gravemeijer
Tahun : 2016
Jurnal : Studies in Educational Evaluation
Penerbit (online) : Elsevier
ISSN : 0191-491X (online)
50 (2016) 2232
Indeks Jurnal : - British Education Index
- Contents Pages in Education
- Education Research Index
- ERIC
- Education Abstracts
- Education Index
- Education Technology Abstracts
- Research into Higher Education Abstracts
- UnCover
- Educational Management Abstracts
- Multicultural Education Abstracts
- Sociology of Education Abstracts
- Technical Education & Training Abstracts
- ERA (Educational Research Abstracts
Online)
- Scopus
Tebal : 11 halaman
Sumber Jurnal :
http://dx.doi.org/10.1016/j.stueduc.2016.06.00
5
- ERIC
- Education Abstracts
- Education Index
- UnCover
- Scopus
Tebal : 12 halaman
Sumber Jurnal : http://dx.doi.org/10.1016/j.stueduc.2011.03.001
Pengantar
Dalam pendidikan matematika ada peningkatan fokus pada kegunaan dari
pengetahuan dan keterampilan matematatika. Oleh karenanya ada peningkatan
kebutuhan bahan dan instrumen untuk mengajar dan menilai penggunaan
pengetahuan matematika dan keterampilan dalam situasi kehidupan nyata. Untuk
sepuluh tahunan telah dipraktekkan secara umum penggunaan soal cerita untuk
mengajar dan menilai kemampuan siswa untuk memecahkan masalah kuantitatif
dalam praktis situasi sehari-hari . Namun, praktek saat menggunakan soal cerita
untuk menilai kemampuan siswa untuk memecahkan masalah kuantitatif dari
2. Perspektif Teori
2.1. Pengetahuan sebagai Pengetahuan yang Dapat dimanfaatkan
Kecenderungan pendidikan matematika dewasa ini, adalah, matematika
sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat pada penekanan
kuat di sekolah, tentang bagaimana matematika digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Pembelajaran seperti Realistic Math Education (RME) yang
menjadikan kehidupan sehari-hari sebagai bagian integral dalam pembelajaran.
Peningkatan fokus terhadap pemecahan dan pemodelan dalam penelitian
pendidikan matematika
kuantitatif kehidupan nyata ketika dihadapkan dengan soal cerita dalam situasi
penilaian atau evaluasi.
3. Metode
Kegiatan yang dilakukan dalam perancangan instrumen dan validasi
kegunaan yang berbeda dilaporkan pada tabel. Dalam penggunaan sebagai
instrumen dalam perbedaan hasil belajar siswa terkait dengan representasi dari
situasi masalah, difokuskan pada kesetaraan soal cerita dan soal rich-image.
Untuk penggunaan diagnostik kami fokus pada validitas konstruk dan isi item.
Dalam rangka untuk antisipasi terhadap reliabilitas merupakan aspek penting dan
penskoring melalui komputer terhadap penyelesaian siswa, untuk menjamin
bahwa untuk setiap peserta skor konsisten.
Di samping kegiatan untuk memberikan bukti untuk membangun dan
konten validitas kami berpendapat untuk validitas kriteria dengan langkah-
langkah yang diperoleh dalam uji coba. Namun, kami menggunakan langkah-
langkah ini dengan hati-hati, karena kita sadar bahwa penggunaan validitas
kriteria juga menjadi topik diskusi di antara psikolog. Dalam paragraf selanjutnya
kita menjelaskan kegiatan yang dilakukan secara lebih rinci.
4. Hasil
Dengan hasil gabungan dari validasi ahli dan uji coba instrumen,
instrumen akhir disusun dan dibangun sebagai tes berbasis web. Akhirnya 21
dipasangkan item pada domain bilangan, proporsi dan geometri & pengukuran,
dan tiga item tambahan pada hubungan domain yang dipilih untuk instrumen
akhir.
5. Diskusi
Tujuan penting dari pendidikan matematika adalah membina kemampuan
siswa untuk menggunakan pengetahuan matematika dan keterampilan untuk
memecahkan masalah dari kehidupan sehari-hari. Di seluruh dunia penggunaan
praktis matematika dipandang sebagai salah satu dukungan untuk pendidikan
matematika. Untuk mencapai tujuan ini, ada kebutuhan untuk bahan ajar dan
instrumen penilaian yang memadai.
Untuk memvalidasi instrumen menggunakan, kamin mengambil tiga jalur:
pertama, kami merancang item alternatif dan referensi mereka dengan Literacy
Belanda dan Kerangka Berhitung; kedua, kami memiliki dua panel ahli untuk
mengomentari masalah yang digunakan dalam instrumen, dan untuk memvalidasi
kesetaraan masalah kata yang dipilih dan masalah berhitung rich-image alternatif.
Ketiga, kami mengambil tes berjalan dengan instrumen untuk melihat, jika
kondisi uji coba secara acak terkontrol dapat dipenuhi. Kegiatan validasi yang
dilakukan ini berhasil, sehingga instrumen akhir dapat digunakan untuk secara sah
mengukur pengaruh perubahan representasi dari situasi masalah.
Instrumen kami juga memiliki keterbatasan. Jumlah masalah yang
digunakan untuk instrumen yang terbatas. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
mendapatkan tampilan yang lebih baik dari yang masalah khususnya yang sensitif
terhadap perubahan representasi dari situasi masalah, yang mengandung jawaban
tidak dan mengapa.
Dalam artikel ini kita berpendapat bahwa, meskipun terbatas, instrumen
dipercaya bisa mengukur perbedaan hasilbelajar pada dua representasi dari situasi
masalah. Ada, bagaimanapun juga, masih jauh untuk memahami yang merupakan
faktor yang mendasari yang benar-benar dapat menyebabkan perbedaan dalam
hasil belajar. Dalam analisis hasil pengaruh karakteristik tugas, seperti domain
konten tugas milik, mungkin layak diselidiki. Dalam analisis kami berniat untuk
mengambil tugas variabel karakteristik seperti lebaran dari soal cerita atau jumlah
gambar yang digunakan untuk representasi rich-image faktor saling tergantung
untuk mengidentifikasi pola-pola yang mendasari. Hal ini bisa mengakibatkan
ulangan dari penelitian dengan lebih banyak dan lebih khusus dirancang item.
Pada saat yang sama penelitian kualitatif harus dilakukan yang fokus pada
perilaku aktual dan pola pikir siswa saat memecahkan masalah, misalnya dengan
menggunakan protokol atau dirangsang recall. Ini bisa menjelaskan lebih lanjut
tentang hubungan yang rumit antara penggunaan bahasa, pemecahan masalah
kemampuan, dan rasa-berbuat.
6. Conclusions
Instrumen yang dirancang dan divalidasi dalam penelitian ini adalah
alternatif untuk berkontribusi pengetahuan lebih lanjut, dan wawasan dalam hal
bagaimana representasi dari realitas pada masalah matematika kontekstual dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa, dan sebagai akibatnya, hasil dari penilaian
mereka dan implikasi berikutnya.
Kekurangan
- Konten :
Dari segi konten, dapat diidentifikasi kekurangan-kekurangan berikut
pada jurnal ini:
Narasi pada soal cerita sebagai tantangan bagi siswa.
Masih menjadi pertanyaan tentang reliabilitas tes.
Instrumen yang digunakan tidak dijelaskan dengan spesifik, apakah
digunakan untuk mengukur secara formatif atau sumatif.
- Konteks :
Gaya penulisan yang kurang lugas.
Tidak semua siswa lebih suka melihat gambar dibanding membaca.
Dalam melakukan penilaian atas solusi yang diberikan siswa ketika guru
atau peneliti ingin melihat kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa, adalah sulitnya menemukan instrumen yang valid dan reliabel.
Intrumen yang baik pastilah objektif, yaitu valid dan reliabel.
Sesuai dengan perhatian dan kebutuhan guru dan peneliti akan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, mereka membutuhkan
instrumen yang baik. Instrumen yang valid dan reliabel seperti produk dari
penelitian ini menjawab kebutuhan tersebut
3. Penulisan yang sistematis
Jurnal ini ditulis dengan sistematika yang baik. Pembaca bisa langsung
menuju poin-poinyang dibutuhkan tanpa harus membaca isi jurnal secara
keseluruhan.
4. Jurnal ini open access, sehingga sangat mudah untuk dijangkau
Jurnal ini disediakan open access. Para pembaca tak perlu mengeluarkan
uang dalam jurnal besar untuk membaca isi jurnal ini.
5. Instrumen yang dihasilkan mudah untuk dijangkau.
Instrumen yang dihasilkan, yaitu soal depektif, untuk bisa dijadikan
sebagai instrumen untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa, bisa diakses oleh siapa saja.
Kekurangan
1. Gaya penulisan yang kurang lugas.
Jurnal ini menggunakan penulisan dengan banyak sekali kalimat-kalimat
dan frase-frase yang panjang yang mengakibatkan pembaca jurnal tidak
mudah menangkap dan memahami isi jurnal.
2. Tidak semua siswa lebih suka melihat gambar dibanding membaca.
Penulis jurnal tidak mempertimbangkan bahwa siswa dengan kecerdasan
linguistik justru lebih senang membaca dan memahami narasi pada soal
cerita dibanding menginterpretasi gambar. Gambar yang disajikan dalam
instrumen ini, bisa jadi mengaburkan esensi dari instrumen itu sendiri.
Sebab suatu gambar bisa memberikan visualisasi berbeda terhadap orang
yang berbeda. Gambar tidak memberikan batasan sebagaimana soal cerita
dalam memberikan visualisasi mental terhadap peserta yang akan
mengerjakan instrumen.
Hal ini semestinya menjadi perhatian dalam jurnal ini.
3. Reliabilitas Tes
Jurnal ini terlalu fokus membahas validitas tes dibanding reliabilitas tes.
Padahal antara validitas dan reliabilitas sama pentingnya sebagai
karakteristik instrumen yang baik. Isi jurnal ini sangat sedikit
membicarakan reliabilitas tes.
4. Narasi pada soal cerita sebagai tantangan bagi siswa.
Instrumen yang menggunakan soal kontekstual, yang dalam hal ini soal
cerita, harus dipertimbangkan juga perannya dalam konteks yang lain.
Misalnya kemampuan koneksi, dan komunikasi siswa akan diasah juga
ketika siswa berupaya menyelesaikan soal cerita.
Penulis jurnal tidak mempertimbangkan bahwa narasi pada soal cerita
bukan upaya untuk mempersulit siswa sebenarnya. Peran narasi pada soal
cerita harus dicermati juga sebagai tantangan bagi siswa. Dalam kehidupan
sehari-hari siswa, terlebih di masa depan, akan diperhadapkan juga dengan
masalah-masalah yang berhubungan dengan literasi.
Instrumen bisa jadi bersifat destruktif, seperti yang menjadi sorotan
Wiliam (2016) bahwa penilaian bisa membawa negatif namun dalam
kondisi tertentu penilaian memiliki potensi yang cukup besar untuk
meningkatkan pembelajaran. Penulis jurnal ini juga perlu
mempertimbangkan implikasi-implikasi ketika gambar mewakili kata-
kata. Sebab, dalam kondisi tertentu, gambar bisa mengaburkan esensi
masalah yang harus diselesaikan.
5. Instrumen yang digunakan tidak dijelaskan dengan spesifik, apakah
digunakan untuk mengukur secara formatif atau sumatif.
Penilaian sebagai istilah umum mengacu pada semua kegiatan yang
dilakukan oleh guru - dan oleh siswa dalam menilai diri mereka sendiri -
yang memberikan informasi untuk digunakan sebagai umpan balik untuk
memodifikasi kegiatan belajar mengajar. Penilaian tersebut menjadi
penilaian formatif ketika bukti tersebut benar-benar digunakan untuk
beradaptasi mengajar untuk memenuhi kebutuhan siswa (Black & Wiliam
dalam Wiliam 2016).
Titik tolak dalam menghasilkan produk instrumen ini seolah menjadikan
belajar untuk penilaian. Penilaian itu sendiri bukan tujuan pembelajaran.
Penilaian adalah alat untuk mengukur ketercapaian belajar. Dan dampak