Anda di halaman 1dari 42

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai

keberhasilan ekonomi suatu negara/daerah. Secara umum, pertumbuhan ekonomi

didefenisikan sebagai peningkatan kemampuan dari suatu perekonomian dalam

memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu

indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan

ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh

mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat

pada suatu periode tertentu. Karena pada dasamya aktivitas perekonomian adalah

suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, maka

proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor

produksi yang dimiliki oIeh masyarakat.

Selama ini pertumbuhan ekonomi Indonesia belum dapat melebihi pertumbuhan

ekonomi China, Singapura dan Filipina yang merupakan negara dalam satu kawasan.

Dikutip dalam WEO (World Economic Outlook, Edisi Januari 2008) pertumbuhan

ekonomi Indonesia pada tahun 2010 hanya sebesar 6,1% sedangkan China

mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 10,3%, Filipina mencapai 7,4%, begitu

juga dengan Singapura, Thailand, dan Malaysia, perekonomiannya juga tumbuh

positif masing- masing sebesar 14,6 %, 7,8% dan 7,2 % di tahun 2010. Oleh karena

1
2

itu pemerintah Indonesia harus berusaha meningkatkan pertumbuhan ekonominya.

Hal ini disebabkan karena pemerintah berfungsi sebagai peredam gejolak ekonomi

yaitu mampu menstabilkan situasi menjadi lebih kondusif melalui berbagai kebijakan.

Pemerintah dapat melakukan dua jenis kebijakan yaitu kebijakan moneter dan

kebijakan fiskal. Kebijakan moneter merupakan kebijakan pemerintah dalam

mempengaruhi tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar. Kebijakan fiskal adalah

kebijakan pemerintah melalui pajak, pengeluaran pemerintah serta adanya hutang luar

negri. Untuk meningkatkan penerimaan atau sumber fiskal, pertama pemerintah harus

memiliki kekuatan untuk menarik pungutan/pajak. Sumbangan pajak bagi anggaran

pemerintah sangat besar, sehingga peran pajak sangat penting. Untuk itu pemerintah

selalu berupaya meningkatkan pendapatan dari sektor pajak. Pajak dapat

dipergunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah (budgeter), maupun untuk

meningkatkan kegiatan masyarakat. Alokasi pajak untuk pembangunan prasarana,

dan perbaikan kualitas sumberdaya manusia berpengaruh positif terhadap kegiatan

ekonomi masyarakat. Dengan adanya pajak tersebut pemerintah dapat meningkatkan

pertumbuhan ekonomi melalui pengeluaran pemerintah.

Pengeluaran pemerintah adalah seluruh pembelian atau pembayaran barang dan

jasa untuk kepentingan nasional, seperti pembelian persenjataan dan alat-alat kantor

pemerintah, pembangunan jalan dan bendungan, gaji pegawai negeri, angkatan

bersenjata, dan lainnya (Samuelson, 2004). Di samping itu, pengeluaran pemerintah

dapat menjadi penentu pokok jumlah pengeluaran agregat, dan juga penentu
3

pertumbuhan GNP riil jangka pendek. Sehingga pengeluaran pemerintah bila

disalurkan secara tepat akan meningkatkan perekonomian.

Selain sumber penerimaan lain yang memainkan peranan penting dalam

peningkatan pertumbuhan ekonomi yakni dengan adanya utang negara. Utang negara

merupakan sumber-sumber dana tambahan pemerintah baik dari dalam negeri

maupun dari luar negeri yang berupa pinjaman negara. Sumber pendanaan ini

digunakan untuk menutupi kekurangan dana yang mampu diciptakan oleh

pemerintah.

Utang merupakan salah satu alternatif yang dipilih sebagai sumber pembiayaan

karena adanya kebutuhan yang perlu diselesaikan. Hutang luar negeri dimaksudkan

sebagai penerimaan pembangunan yang berasal dari pinjaman program dan pinjaman

proyek. Dana luar negeri yang diperoleh kemudian digunakan sebagai sumber

pembiayaan pembangunan di berbagai sektor kehidupan negara.

Adapun pajak, pengeluaran pemerintah dan hutang luar negeri serta

pertumbuhan ekonomi Indonesia ditampilkan melalui tabel berikut :


4

Tabel 1.1. Pajak, Pengeluaran Pemerintah, Hutang Luar Negeri dan Pertumbuhan
Ekonomi
Hutang Pertumbuhan
Pajak Pengeluaran
Tahun % % Luar % ekonomi
(Milyar) Pemerintah
Negeri (%)
1986 119.879,00 - 17.881 - 35.147 4,92
1987 122.341,65 2,05 18.092 1,18 39.889 13,49 4,93
1988 124.876,45 2,07 21.247 17,44 40.259 0,93 5,78
1989 125.869,00 0,79 26.188 23,26 47.110 17,02 7,46
1990 126.452,74 0,46 39.754 51,80 59.998 27,36 7,24
1991 128.467,00 1,59 44.581 12,14 68.785 14,65 7,23
1992 129.435,25 0,75 52.048 16,75 84.658 23,08 6,21
1993 130.470,30 0,80 57.833 11,11 95.654 12,99 6,50
1994 137.258,10 5,20 62.607 8,25 99.542 4,06 7,54
1995 141.878,10 3,37 65.342 4,37 110.887 11,40 8,22
1996 149.826,10 5,60 82.221 25,83 118.546 6,91 7,82
1997 162.705,80 8,60 109.302 32,94 120.599 1,73 4,70
1998 187.712,30 15,37 172.670 57,98 122.560 1,63 13,13
1999 197.408,80 5,17 184.581 6,90 125.796 2,64 0,79
2000 197.484,80 0,04 221.466 19,98 141.693 12,64 4,92
2001 157.195,90 -20,40 341.565 54,23 133.073 -6,08 3,83
2002 180.099,00 14,57 322.180 -5,68 131.343 -1,30 4,38
2003 198.722,00 10,34 376.505 16,86 135.402 3,09 4,88
2004 226.435,00 13,95 427.187 13,46 137.024 1,20 4,89
2005 347.031,10 53,26 511.619 19,76 130.652 -4,65 5,67
2006 409.203,00 17,92 666.212 30,22 128.736 -1,47 5,51
2007 490.988,70 19,99 757.650 13,73 136.640 6,14 6,32
2008 658.700,80 34,16 985.731 30,10 155.080 13,50 6,03
2009 619.922,20 -5,89 937.382 -4,90 172.871 11,47 4,58
2010 743.325,90 19,91 1.042.117 11,17 183.476 6,13 6,11
Rata-rata 248.547,5596 8,74 301.758,44 19,54 109.616,8 7,44 4,93
Sumber: Bank Indonesia, data diolah

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa penerimaan pajak mengalami peningkatan

8,74%. Untuk pengeluaran pemerintah meningkat 19,54%, hutang luar negeri

meningkat 7,44%. Sedangkan pertumbuhan ekonomi atas dasar PDB hanya 4,93%

rata-rata per tahun selama tahun 1986-2010. Adapun dominasi kenaikan pajak

tertinggi pada tahun 2005 karena adanya kebijakan untuk kenaikan tarif pajak.

Pengeluaran pemerintah naik tertinggi pada tahun 1998 karena pada saat itu puncak

terjadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Hutang luar negeri meningkat
5

tertinggi pada tahun 1990 karena adanya peningkatan pinjaman luar negeri.

Sedangkan pertumbuhan ekonomi meningkat tertinggi pada tahun 1998 karena pada

waktu itu pemerintah memacu pertumbuhan ekonomi untuk mengimbangi krisis yang

terjadi.

Beberapa hasil penelitian empiris menunjukkan bahwa pajak, pengeluaran

pemerintah dan hutang luar negeri berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Seperti penelitian yang dilakukan oleh Dewi Kamalia (2010) bahwa pajak

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Susi Indriani (2011) menemukan

bahwa pengeluaran pemerintah mempunyai dampak yang positif terhadap

pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya Desmawati Sihombing (2010) menemukan

bahwa utang luar negeri memilki pengaruh nyata dan signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis tertarik melakukan penelitian

dengan judul : Pengaruh Pajak, Pengeluaran Pemerintah dan Utang Luar Negeri

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi permasalahan

dirumuskan sebagai berikut : Apakah pajak, pengeluaran pemerintah dan hutang luar

negeri berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?


6

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pajak, pengeluaran

pemerintah dan hutang luarnegeri terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi pengambil kebijakan ekonomi, dapat dijadikan sebagai bahan informasi

dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan ekonomi di Indonesia sehubungan

dengan adanya pajak, pengeluaran maupun hutang luar negeri.


2. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai salah satu bahan referensi dalam

melakukan penelitian yang ada kaitannya dengan pajak, pengeluaran pemerintah

hutang luar negeri serta pertumbuhan ekonomi.


3. Bagi penulis merupakan media pengembangan ilmu pengetahua melalui aplikasi

teori yang telah dipelajari selama mengikuti perkuliahan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah analisis pengaruh pajak, pengeluaran

pemerintah, hutang luar negeri dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1986

sampai dengan 2010.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian dan Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang digunakan untuk

mengukur prestasi ekonomi suatu negara. Dalam kegiatan ekonomi, pertumbuhan

ekonomi berarti perkembangan ekonomi fisik. Beberapa perkembangan ekonomi fisik

yang terjadi di suatu negara adalah pertambahan produksi barang dan jasa dan

perkembangan infrastruktur. Semua hal tersebut biasanya diukur dari perkembangan

pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara dalam periode tertentu.

Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan peningkatan output agregat atau

pendapatan riil. Kedua peningkatan tersebut biasanya dihitung perkapita selama

jangka waktu yang cukup panjang sebagai akibat peningkatan penggunaan input.

Berbeda pengertiannya dengan pembangunan ekonomi yang memiliki pengertian

pertumbuhan ekonomi yang lebih luas baik dari segi struktur output, input, perubahan

dalam tehnik produksi, sikap dan perilaku sosial serta kerangka kelembagaan menuju

kepada keadaan dan taraf hidup yang secara menyeluruh lebih baik. Dengan demikian

jelas terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi hanya merupakan salah satu aspek saja

dari pembangunan ekonomi.

Model yang dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave (Todaro, 2000)

mengemukakan hubungan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-

7
8

tahap pembangunan ekonomi yang dibedakan antara tahap awal, tahap menengah dan

tahap lanjut.

Pada tahap awal perkembangan ekonomi, persentase investasi pemerintah

terhadap total investasi besar sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan

prasarana, misalnya pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi dan sebagainya.

Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan

untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas, namun pada

tahap ini peranan investasi swasta sudah semakin membesar. Peranan pemerintah

tetap besar pada tahap menengah, oleh karena peranan swasta yang semakin besar ini

banyak menimbulkan kegagalan pasar, dan juga menyebabkan pemerintah harus

menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih banyak dan kualitas

yang lebih baik. Selain itu, pada tahap ini perkembangan ekonomi menyebabkan

terjadinya hubungan antar sektor yang semakin rumit.

Musgrave (2009) berpendapat bahwa dalam suatu proses pembangunan,

investasi swasta dalam persentase terhadap GNP semakin besar dan persentase

investasi pemerintah dalam persentase terhadap GNP akan semakin kecil. Pada

tingkat ekonomi lebih lanjut, Rostow mengatakan bahwa pembangunan ekonomi,

aktivitas pemerintah beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaran-pengeluaran

untuk aktivitas sosial.

Ada tiga faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa :

1. Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang

ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumberdaya manusia.
9

Investasi produktif yang bersifat langsung harus dilengkapi dengan berbagai

investasi penunjang yang disebut investasi, infrastruktur. ekonomi dan sosial.

Contohnya adalah pembangunan jalan-jalan raya, penyediaan listrik, persediaan

air bersih dan perbaikan sanitasi, pembangunan fasilitas komunikasi dan

sebagainya, yang kesemuanya itu mutlak dibutuhkan dalam rangka menunjang

dan mengintegrasikan segenap aktivitas ekonomi produktif.

Investasi dalam pembinaan sumberdaya manusia dapat meningkatkan

kualitas modal manusia, sehingga pada akhirnya akan membawa dampak positif

yang sama terhadap angka produksi, bahkan akan lebih besar lagi mengingat terus

bertambahnya jumlah manusia. Pendidikan formal, program pendidikan dan

pelatihan kerja perlu lebih diefektifkan untuk mencetak tenaga.tenaga terdidik dan

sumberdaya manusia yang terampil. Logika konsep investasi dalam pembinaan

sumberdaya manusia dan penciptaan modal manusia (human capital) dapat

dianalogikan dengan peningkatan kualitas dan produktifitas sumberdaya tanah

melalui investasi strategis.

2. Pertumbuhan penduduk, yang pada akhirnya memperbanyak jumlah angkatan

kerja. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja secara tradisional

dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi.

Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga kerja

produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti

meningkatkan ukuran pasar domestiknya.


10

3. Kemajuan teknologi,terdapat tiga klasifikasi yaitu:

a. Kemajuan teknologi yang bersifat netral

b. Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja

c. Kemajuan teknologi yang hemat modal

Selain itu Pemerintah juga memiliki peran dalam kehidupan bernegara yang

dapat diklasifikasikan menjadi empat macam kelompok peran (Dumairy, 2004)

yaitu :

1. Peranan alokasi, yakni peranan pemerintah dalam mengalokasikan sumberdaya

ekonomi yang ada agar pemanfaatannya bisa optimal dan mendukung efisiensi

produksi. Kegagalan pasar dan eksternalitas mengundang pemerintah untuk turut

campur dalam perekonomian. Pemerintah harus merencanakan peraturan dan

mengatur penggunaan sumberdaya ekonomi yang ada agar teralokasi secara

efisien. Peran alokatif ini tidak cukup sekedar melibatkan pemerintah selaku

pelindung masyarakat, tapi juga menuntut pengeluaran biaya. Keterlibatan peran

dan pengeluaran pemerintah biasanya cukup besar di negara.negara sedang

berkembang termasuk Indonesia, karena pemerintah bertindak pula sebagai

pelopor dan pengendali pembangunan.

2. Peranan distributif, yakni peranan pemerintah dalam mendistribusikan

sumberdaya, kesempatan dan hasil.hasil ekonomi secara adil dan wajar. Pemilikan

sumberdaya, kesempatan dan hasil. Hasil ekonomi secara adil dan wajar.

Pemilikan sumberdaya dan kesempatan ekonomi di setiap negeri acap kali tidak

setara,baik di antara wilayah.wilayah negara yang bersangkutan maupun diantara


11

sektor.sektor ekonomi. Begitu pula dengan kecenderungan pembagian

hasil.hasilnya. Kesenjangan pemilikan sumberdaya dan kesempatan ekonomi

akan cenderung mengkonsentrasikan kekuatan dan kekuasaaan ekonomi di tangan

segelintir .pihak. tertentu. Daya tawar (bargaining posisition) antar pelaku

ekonomi menjadi tidak seimbang. Disisi lain ketidakseimbangan daya tawar dapat

melemahkan pasar. Peran distributif pemerintah dapat ditempuh baik melalui jalur

penerimaan maupun lewat jalur pengeluarannya. Di sisi penerimaan, pemerintah

mengenakan pajak dan memungut sumber.sumber pendapatan lainnya untuk

kemudian diredistribusikan secara adil dan proporsional. Dengan pola serupa pula

pemerintah membelanjakan pengeluarannya.

3. Peran stabilitatif, yakni peran pemerintah dalam memelihara stabilitas

perekonomian dan memulihkannya jika berada dalam keadaaan disequlibrium.

Peranan ini bertolak dari kenyataan objektif sering tidak berdayanya pihak swasta

mengatasi sejumlah masalah yang timbul, bahkan kadang.kadang tidak mampu

menyelesaikan masalah mereka sendiri. Namun kadang kala ketidakberdayaan

pihak swasta itu justru diciptakan sendiri secara subjektif oleh pemerintah, dalam

arti pemerintah secara apriori berpandangan pihak swasta tidak mampu mengatasi

masalahnya.

4. Peran dinamisatif, yakni peranan pemerintah dalam menggerakkan proses

pembangunan ekonomi agar lebih cepat tumbuh , berkembang dan maju. Peran ini

diwujudkan dalam bentuk perintisan kegiatan. Kegiatan ekonomi tertentu.

Argumentasi pemerintah bahwa ia harus berperan sebagai dinamisator didukung


12

pula oleh sebuah premis yang dicanangkan dan dikampanyekan sendiri. Karena

dialah yang merencanakan dan memodali pembangunan, maka ia merasa paling

bertanggung jawab atas pelaksanaannya : atas dasar itu ia merasa berhak

melakukan apa saja yang menurutnya pantas ditempuh demi pembangunan.

2.1.2 Pengertian dan Teori Pajak

Penggalian potensi penerimaan dalam negeri akan terus ditingkatkan seoptimal

mungkin melalui perluasan sumber penerimaan negara guna menggantikan

pendanaan negara yang bersumber dari utang luar negeri. Salah satu sumber

penerimaan dalam negeri yang cukup dominan berasal dari penerimaan pajak.Berikut

Pengertian pajak menurut beberapa ahli antara lain :

Mangkoesoebroto (2008) mengemukakan bahwa pajak adalah suatu pungutan

yang merupakan hak prerogatif pemerintah, pungutan tersebut didasarkan pada

Undang-Undang, pemungutannya dapat dipaksakan kepada subjek pajak untuk mana

tidak ada balas jasa yang langsung dapat ditunjukkan penggunaannya.

Smeets dalam Suandy (2008) mengemukakan bahwa pajak adalah prestasi

kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat

dipaksakan, tanpa ada kalanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang

individual; maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

Rochmad Soemitro (2002) mengemukakan bahwa pajak adalah iuran kepada

kas Negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak


13

mendapat cara timbal balik (kontra prestasi), yang langsung dapat ditujukan dan di

gunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak adalah

iuran atau pungutan yang digunakan oleh suatu badan yang bersifat umum (negara)

untuk memasukkan uang ke dalam kas negara dalam menutupi segala pengeluaran

yang telah dilakukan dimana pemungutannya dapat dipaksakan oleh kekuatan publik.

Adapun jenis- jenis pajak di Indonesia ditinjau dari segi lembaga pemungutan pajak

dibagi menjadi dua jenis, yaitu pajak negara dan pajak daerah. Adapun penjelasan dan

definisi dari kedua jenis pajak tersebut diuraikan sebagai berikut :

1. Pajak Negara, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat, dan terdiri dari :

a. Pajak Penghasilan ( PPh )

Pajak penghasilan adalah pajak adalah pajak yang dikenakan kepada

perorangan atau badan hukum atas penghasilan yang diperolehnya. Segala hal

mengenai pajak penghasilan ini diatur dalam UU no. 7 Tahun 1993 dan

amandemennya dalam UU no. 36 Tahun 2008.

b. Pajak Pertambahan Nilai

Pajak pertambahan nilai adalah pajak pajak yang dikenakan atas setiap

pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam distribusinya dari produsen ke

konsumen. Pajak ini mungkin adalah jenis pajak yang tidak asing lagi bagi

sebagian besar masyarakat karena paling mudah diaplikasikan

pemungutannya. Pajak pertambahan nilai diatur dalam UU no. 8 Tahun 1983

dan UU no. 42 Tahun 2009.


14

c. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

Sama halnya seperti pajak pertambahan nilai, pajak ini dengan lengkap diatur

dalam UU no. 8 Tahun 1983 dan UU no. 42 Tahun 2009.

d. Pajak Bumi dan Bangunan

Pajak bumi dan bangunan secara terperinci dijelaskan dalam UU no. 12 Tahun

1985 dan diubah dengan UU no.12 Tahun 1994.

e. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan diatur secara terperinci dalam UU

no. 21 Tahun 1997 dan di amandemen dalam UU no. 20 Tahun 2000.

f. Bea Materai. Bea Materai diatur dalam UU no. 13 Tahun 1985.

2. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh daerah, terdiri dari :

b. Pajak Kendaraan Bermotor

c. Pajak Radio

d. Pajak Reklame

2.1.3 Pengertian dan Teori Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah adalah seluruh pembelian atau pembayaran barang dan

jasa untuk kepentingan nasional, seperti pembelian persenjataan dan alat-alat kantor

pemerintah, pembangunan jalan dan bendungan, gaji pegawai negeri, angkatan

bersenjata, dan lainnya (Samuelson, 2004).

Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah. Apabila

pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa,
15

pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh

pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut. (Mangkoesoebroto, 2004)

Pengeluaran pemerintah juga merupakan instrumen pengukur dimana

pemerintah menentukan seberapa besar peran sektor pemerintah dan sektor swasta. Di

samping itu, pengeluaran pemerintah dapat menjadi penentu pokok jumlah

pengeluaran agregat, dan juga penentu pertumbuhan GNP riil jangka pendek. Ada

beberapa teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah yang telah

dikembangkan para ekonomi antara lain :

1. Model Pembangunan Tentang Pengeluaran Pembangunan

Model ini dikemukakan oleh Rostow dan Musgrave yang menghubungkan

perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap- tahap pembangunan

ekonomi yang dibedakan antara tahap awal, tahap menengah dan tahap lanjut.

a) Pada tahap awal perkembangan ekonomi, persentase investasi pemerintah

terhadap total investasi besar terhadap total investasi besar, sebab pada tahap ini

pemerintah harus menyediakan prasarana seperti pendidikan, kesehatan,

transportasi dan lainnya.

b) Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap

diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Investasi swasta yang

sudah semakin besar akan menimbulkan kegagalan pasar dan menyebabkan

pula pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang

lebih banyak dan kualitas yang lebih baik.


16

c) Pada tahap lebih lanjut aktivitas pemerintah beralih dari penyediaan prasarana

ke pengeluaran-pengeluaran untuk kegiatan sosial seperti halnya program

kesejahteraan hari tua, program pelayanan kesehatan masyarakat dan

sebagainya.

2. Hukum Wagner

Wagner mengemukakan bahwa dalam suatu perekonomian apabila

pendapatan perkapita meningkat secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan

meningkat. Teori Wagner didasarkan pada teori organis mengenai pemerintah

yang menganggap pemerintah sebagai individu yang bebas bertindak, terlepas

dari anggota masyarakat lainnya.

Hukum Wagner dapat diformulasikan sebagi berikut:

PPKt < PkPP2 < ............ PkPPn

PPKt PPK2 PPKn

Dimana:

Pk PP adalah Pengeluaran Pemerintah Pekapita

PPK adalah Pendapatan Perkapita (GDP/jumlah penduduk)

1,2,.. n adalah jangka waktu (tahun)

3. Teori Peacock dan Wiseman

Teori Peacock dan Wiseman didasarkan pada suatu pandangan bahwa

pemerintah senantiasa berusaha untuk memperbesar pengeluaran sedangkan

masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai

pengeluaran pemerintah yang semakin besar.


17

Perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin

meningkat yang kemudian menyebabkan penegeluaran pemerintah juga semakin

meningkat. Oleh akrena itu meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan

pemerintah yang semakin besar, begitu juga dengan pengeluaran pemerintah

menjadi semakin besar.

Pengeluaran pemerintah juga mempunyai dasar teori yang dapat dilihat dari

identitas keseimbangan pendapatan nasional yaitu Y = C + I + G + (X-M) yang

merupakan sumber legitimasi pandangan kaum Keynesian akan relevansi campur

tangan pemerintah dalam perekonomian. Dari persamaan diatas dapat ditelaah bahwa

kenaikan atau penurunan pengeluaran pemerintah akan menaikan atau menurunkan

pendapatan nasional. Banyak pertimbangan yang mendasari pengambilan keputusan

pemerintah dalam mengatur pengeluarannya. Pemerintah tidak cukup hanya meraih

tujuan akhir dari setiap kebijaksanaan pengeluarannya. Tetapi juga harus

memperhitungkan sasaran antara yang akan menikmati kebijaksanaan tersebut.

Memperbesar pengeluaran dengan tujuan semata-mata untuk meningkatkan

pendapatan nasional atau memperluas kesempatan kerja adalah tidak memadai.

Melainkan harus diperhitungkan siapa yang akan terpekerjakan atau meningkat

pendapatannya. Pemerintah pun perlu menghindari agar peningkatan perannya dalam

perekonomian tidak melemahkan kegiatan pihak swasta. (Dumairy, 2004)


18

2.1.4 Pengertian dan Teori Hutang Luar Negeri

Hutang luar negeri dapat diartikan berdasarkan berbagai aspek. Berdasarkan

aspek materiil, pinjaman luar negeri merupakan arus masuk modal dari luar negeri ke

dalam negeri yang dapat digunakan sebagai penambah modal di dalam negeri.

Berdasarkan aspek formal, pinjaman luar negeri merupakan penerimaan atau

pemberian yang dapat digunakan untuk meningkatkan investasi guna menunjang

pertumbuhan ekonomi. Sedangkan berdasarkan aspek fungsinya, pinjaman luar

negeri merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaan yang diperlukan dalam

pembangunan (Triboto, 2001).

Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan dan Menteri Negara/ Ketua

Bappenas No. 185/KMK/03/1995 dan No. Kep-031/KET/5/1995 tentang Tatacara

Perencanaan, Pelaksanaan atau Penatausahaan dan Pemantauan Pinjaman atau Hibah

Luar Negeri dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara,

dijelaskan bahwa pinjaman luar negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam

bentuk devisa dan atau yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan atau jasa

yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan

persyaratan tertentu. Secara umum, pinjaman luar negeri adalah pinjaman yang

menimbulkan kewajiban membayar kembali terhadap luar negeri baik dalam valuta

asing maupun dalam rupiah. Dalam hal ini pinjaman luar negeri tidak berbeda (sama)

dengan utang luar negeri.


19

Adapun Jenis-jenis pinjaman luar negeri dibagi berdasarkan beberapa aspek

yaitu berdasarkan bentuk pinjaman yang diterima, sumber dana pinjaman, jangka

waktu peminjaman, status penerimaan pinjaman dan persyaratan pinjaman (Tribroto,

2001).

Berdasarkan bentuk pinjaman yang diterima, pinjaman dibagi atas (1) bantuan

proyek, yaitu merupakan bantuan luar negeri yang digunakan untuk keperluan proyek

pembangunan dengan cara memasukkan barang modal, barang dan jasa; (2) bantuan

teknik, yaitu merupakan pemberian bantuan tenaga-tenaga terampil atau ahli; dan (3)

bantuan program, yaitu merupakan bantuan yang dimaksudkan untuk dana bagi

tujuan-tujuan yang bersifat umum sehingga penerimanya bebas memilih

penggunaannya sesuai pilihan.

Berdasarkan sumber dana pinjaman, pinjaman dibagi atas (1) pinjaman dari

lembaga internasional, yaitu merupakan pinjaman yang berasal dari badan-badan

internasional seperti World Bank dan Asia Development Bank, yang pada dasarnya

adalah pinjaman yang berbunga ringan; dan (2) pinjaman dari negara-negara anggota

IGGI/IGI, hampir sama seperti pinjaman dari lembaga internasional, hanya biasanya

pinjaman ini dari negara-negara bilateral anggota IGGI/IGI. Biasanya berupa

pinjaman lunak.

Berdasarkan jangka waktu peminjaman, pinjaman dibagi atas (1) pinjaman

jangka pendek, yaitu pinjaman dengan jangka waktu sampai dengan lima tahun; (2)

pinjaman jangka menengah, yaitu pinjaman dengan jangka waktu 5-15 tahun; dan (3)

pinjaman jangka panjang, yaitu pinjaman dengan jangka waktu di atas 15 tahun.
20

Berdasarkan status penerimaan pinjaman, pinjaman dibagi atas (1) pinjaman

pemerintah, yaitu pinjaman yang dilakukan oleh pihak pemerintah; dan (2) pinjaman

swasta, yaitu pinjaman yang dilakukan oleh pihak swasta. Sedangkan berdasarkan

persyaratan pinjaman, pinjaman dibagi atas (1) pinjaman lunak, yaitu merupakan

pinjaman yang berasal dari lembaga multilateral maupun negara bilateral yang

dananya berasal dari iuran anggota (untuk multilateral) atau dari anggaran negara

yang bersangkutan (untuk bilateral) yang ditujukan untuk meningkatkan

pembangunan. Bunga dari pinjaman lunak maksimum 3.5 persen dengan jangka

waktu pengembalian 25 tahun atau lebih, dan masa tenggang (grace period)

sekurang-kurangnya tujuh tahun. Pinjaman lunak biasanya mengandung hibah

sekurang-kurangnya 35 persen dari total pinjaman; (2) pinjaman setengah lunak, yaitu

pinjaman yang memiliki persyaratan pinjaman yang sebagian lunak dan sebagian lagi

komersial; dan (3) pinjaman komersial yaitu pinjaman yang bersumber dari bank atau

lembaga keuangan dengan persyaratan yang berlaku di pasar internasional pada

umumnya. Tingkat bunga yang berlaku di pasar internasional antara lain LIBOR

ditambah margin sekitar 0.5-1.5 persen.

Terkait dengan hutang luar negeri, penulis menjelaskan tentang keterkaitan

antara kemampuan membayar pada negara debitur. Lebih jelasnya diuraikan dalam

bentuk kurva sebagai berikut :

1. Kurva Laffer Utang (Debt Laffer Curve)

Kurva Laffer menggambarkan hubungan antara kemampuan membayar

utang luar negeri dengan jumlah utang luar negeri pada negara debitur.
21

Peningkatan stok utang dapat menurunkan ability to pay dari negara debitur. Hal

ini dikarenakan stok utang yang tinggi dapat berakibat terhadap buruknya

perekonomian melalui tereduksinya kemampuan membayar utang luar negeri

(Batiz, 2004).

Expected debt payment

Jumlah utang LN

Gambar 2.1 Kurva Laffer Utang


Sumber: Batiz (2004)

Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa segmen AB menggambarkan stok utang

luar negeri yang lebih tinggi demikian juga peningkatan dalam kemampuan

membayar utang oleh dalam negeri (expected debt payment). Hal ini dikarenakan

stok utang masih relatif kecil. Kedua peningkatan memiliki proporsi yang sama

dikarenakan pada tingkat utang yang rendah, kreditur dapat mengharapkan

pembayaran yang penuh dari debitur. Pada tingkat utang di atas X1, terdapat

probabilitas dimana debitur tidak mampu untuk membayar utangnya secara

penuh. Sedangkan segmen BC menggambarkan bagaimana kemungkinan


22

kemampuan pembayaran utang sebagai respon dari tingkat utang yang semakin

tinggi. Setelah X2 ke kanan (daerah/segmen CD), peningkatan utang akan

mengurangi kemampuan untuk membayar utang tersebut. Selanjutnya pada tahap

ini, utang akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Akumulasi utang yang besar akan menimbulkan kewajiban pembayaran

yang besar pula. Hal ini dapat memaksa pemerintah untuk menaikkan tingkat

pajak, sebagai salah satu sumber penerimaan negara yang efektif. Pajak yang

tinggi tentunya akan menurunkan gairah investasi di dalam negeri dan

menurunkan usaha produktif. Sebagai akibatnya, pertumbuhan ekonomi akan

rendah dan kemampuan untuk melunasi utang juga akan semakin rendah. Di titik

D menunjukkan reduksi utang akan meningkatkan kemampuan membayar utang

dimana debitur dan kreditur akan mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang

didapatkan kreditur adalah pelunasan pokok dan bunga utang sementara

keuntungan debitur adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi

reduksi utang biasanya hanya akan diberikan kepada negara miskin yang tingkat

utangnya sangat tinggi dan tidak memiliki kemampuan untuk membayar (heavily

indebted countries).

Kurva Laffer menunjukkan bahwa pada bagian kiri dari kurva adalah good

side dari kurva yakni meningkatkan nilai pembayaran utang luar negeri.

Sementara jika terjadi debt overhang yaitu suatu kondisi dimana negara tidak

memiliki kemampuan untuk membayar utang secara penuh dan pembayaran


23

aktual tergantung dari pelaksanaan kebijakan ekonomi. Hal ini menunjukkan

bagian wrong side dari kurva Laffer.

2. Utang Luar Negeri dalam Perpotongan Keynesian

Defisit anggaran yang dialami pemerintah akan menimbulkan kewajiban

bagi pemerintah untuk mencari sumber dana untuk mengatasi masalah defisit

anggaran tersebut. Salah satu kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah adalah

dengan menerapkan kebijakan utang (loan policy). Defisit anggaran

mengharuskan pemerintah untuk menutupinya melalui pinjaman. Hal ini

menunjukkan pengeluaran pemerintah (G) yang lebih tinggi. Hal ini akan

menyebabkan terjadinya peningkatan output yang berarti akan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi. Secara grafik dapat dilihat pada Gambar 2.

E Y=AE

B AE2

AG
AE1
A

Pendapatan,output.Y
Y1 Y2

Gambar 2.2 Kenaikan dalam Pembelian Pemerintah dalam Perpotongan


Keynesian
(Sumber: Mankiw, 2003)
24

Pada Gambar 2, ketika pembelian pemerintah meningkat, hal ini

menyebabkan peningkatan dalam AE (Agregat Expenditure). Hal ini sesuai teori

bahwa AE = Y = C + I +G + (X M) , sehingga ketika G meningkat, AE juga akan

meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan bergesernya kurva AE dari AE1 ke AE2

karena adanya peningkatan G sebesar G . Hal ini menyebabkan adanya

peningkatan pendapatan atau output dari Y1 ke Y2. Berdasarkan teori, ketika

pendapatan meningkat, menurut fungsi konsumsi, C=C(Y-T), yang berarti bahwa

pendapatan yang lebih tinggi akan menyebabkan konsumsi yang lebih tinggi.

Konsumsi yang lebih tinggi selanjutnya akan menyebabkan AE atau pendapatan

atau output yang lebih tinggi lagi.

2.2. Landasan Empirik

2.2.1 Pengaruh Pajak Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Dewi Kamalia (2010) hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa secara simultan

penerimaan pajak daerah, belanja modal dan tingkat inflasi berpengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi di lima kota besar di Indonesia.

Penerimaan pajak merupakan fenomena umum sebagai sumber penerimaan

negara yang berlaku diberbagai negara. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa

hampir semua negara didunia mengenakan pajak kepada warganya kecuali negara

yang kaya akan sumberdaya alam yang dijadikan sumber utama penerimaan negara,

tidak mengenakan pajak. Bagi Indonesia pajak merupakan sumber penerimaan negara

yang sangat penting sebagai urat nadi kehidupan bangsa artinya penerimaan pajak
25

digunakan dalam pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk

mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

Tiap negara membuat aturan dan ketentuan dalam pengenaan dan memungut

pajak yang umumnya meliputi prinsip-prinsip atau kaidah dalam perpajakan.

Misalnya aspek keadilan dalam pengenaannya, adanya rasa nyaman bagi pembayar

pajak, besaran atau jumlah pajak yang proporsional (efisien), efektif dan mudah

dalam pemungutannya secara administratif dan mekanisme perpajakan, hal ini tidak

terlepas dari peranan pemerintah yang telah memperbaiki sistem perpajakan nasional

agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih mandiri dalam pembiayaan negara

dan pembiayaan pembangunannya dalam arti tidak terlalu bergantung pada pinjaman

luar negeri. Kontribusi penerimaan pajak terhadap penerimaan negara dari tahun

ketahun semakin meningkat, seiring dengan semakin menurunnya peranan sektor

migas dalam penerimaan negara.

Mengingat pajak merupakan urat nadi dalam kelangsungan kehidupan bangsa,

sehingga sangat diperlukan untuk membiayai kebutuhan yang diperlukan negara

dalam melaksanakan pembangunan dan pengeluaran rutin, demi kepentingan publik

sesuai dengan tingkat perkembangan dan dinamika yang terjadi pada masyarakat

sehingga penerimaan (RAPBN) meningkat setiap tahunnya, hal itu disesuaikan

dengan asumsi kenaikan pertumbuhan ekonomi dan ekstensifikasi yang dilakukan

oleh Direktorat Jendral Pajak 70% dari penerimaan negara tahun 2010 berasal dari

pajak.
26

Menurut Suparmoko (2000) bahwa pengaruh pajak terhadap perekonomian

dapat kita bedakan menjadi beberapa bagian yaitu sebagai berikut :

1. Pengaruh terhadap produksi

Perngaruh pajak tehadap produksi dapat dibagi dalam pengaruhnya terhadap

produksi sebagai keseluruhan dan komposisi produksi. Pengaruhnya terhadap

produksi sebagai keseluruhan berlangsung melalui pengaruh-pengaruhnya

terhadap kerja, tebungan dan investasi. Kemudian lebih laju lagi kita melihat

pengaruh-pengaruh pajak terhadap kerja, tebungan dan investasi melalui

kemampuan dan keinginan; yaitu kemampuan dan keinginan untuk bekerja,

menabung, dan mengadakan investasi.

2. Pengaruh pajak terhadap kemampuan untuk bekerja, menabung, dan berinvestasi

Kemampuan setiap orang untuk bekerja akan berkurang apabila ia dikenai

pajak yang dapat mengurangi efisiensi kerjanya. Oleh karena itu suatu pajak yang

dikenakan kepada golongan yang mempunyai tingkat penghasilan yang rendah

dalam suatu mesyarakat hanya akan menurunkan tingkat efisiensi baik bagi

golongan orang-orang dewasa maupun golongan anak-anak pada masa yang akan

datang.

3. Pengaruh pajak terhadap kemauan untuk bekerja, menabung, dan berinvestasi

Pada umunya dianggap bahwa pajak mempunyai pengaruh yang bersifat

diinseftif artinya ialah mengurangi keinginan untuk bekerja, menabung, dan

mengadakan investasi dari wajib pajak. Perlu ditambahkan bahwa hanya pajak

yang mempunyai sifat dikenakan secara terus menerus akan berpengaruh terhadap
27

keinginan untuk bekerja, menabung, dan mengadakan investasi. Sebagai contoh

adalah pajak penghasilan dan pbb

4. Pengaruh pajak terhadap komposisi produksi

Pajak dapat mengakibatkan adanya penyimpangan dalam penggunaan faktor

produksi, yaitu penggunaan yang seharusnya dpat menghasilakan produksi

maksimum menuju kearah penggunaan yang menghasilkan produksi lebih sedikit.

Oleh karenanya pajak yang dikenakan jangan sampai mengakibatkan adanya

penyimpangan penggunaan faktor-faktor produksi atau kalau memang tidak dapat

dihindarkan, pajak yang dikenakan dlam perekonomian jangan sampai

menimbulkan terlalu benyak penyimpangan-penyimpangan.

5. Pengaruh pajak terhadap distribusi pendapatan

Baik atau tidaknya suatu kebijakan haruslah dipertimbangkan dari berbagai

segi. Hendaknya kita ketahui pula bahwa tujuan pembangunan suatu negara pada

umumnya adalah berupa peningkatan pendapatan nasional per kapita, penciptaan

lapangan kerja, distribusi pendapatan yang lebih merata dan keseimbangan dalam

neraca pembayaran internasional. Keempat tujuan umum pembangunan ini tidak

selalu sejalan dan selaras dalam pencapaiannya, melainakan seringkali untuk

mencapai tujuan yang satu terpaksa harus mengurangi keberhasilan dari tujuan

yang lain. Sebagai contoh untuk mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi

seringkali terjadi adanya distribusi pendapatan yang kurang/tidak merata.


28

6. Pengaruh pajak terhadap keinginan untuk bekerja

Pajak progresif adalah pajak yang dikenakan dengan persentase yang

semakin tinggi dengan semakin tingginya taxable capacity. Jadi rata-rata tingkat

pajak akan meningkatkan untuk setiap dasar pajak. Jika pajak progresif dikenakan

pada pendapatan kerja maka tenaga kerja tersebut akan berkurang keniginannya

untuk bekerja.

2.2.2 Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Susi Indriani (2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa secara

bersamaan pengeluaran konsumsi pemerintah dan pengeluaran investasi pemerintah

mempunyai dampak yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Penelitian yang dilakukan Kustepeli (2005) juga menyimpulkan bahwa

pengeluaran pemerintah mempunyai dampak yang positif terhadap pertumbuhan

ekonomi di Indonesia. Kustepeli membangun dua model dengan variabel terikat

yang sama tetapi salah satu variabel bebasnya berbeda. Keseluruhan model tersebut

adalah investasi sebagai fungsi dari GDP, suku bunga, dan kebijakan fiskal. Pada

model pertama, variabel fiskal yang dimasukkan adalah pengeluaran pemerintah dan

model yang kedua adalah defisit fiskal. Model pertama mencerminkan pemikiran

Keynesian, sedangkan model kedua adalah aliran Monetaris-Klasik.

Pengeluaran pemerintah menyebabkan investasi terdorong masuk, sedangkan

defisit mendorong investasi untuk keluar (crowd out). Selain itu, Wahyuningtyas

(2010) menemukan bahwa pengeluaran pemerintah yang difokuskan pada sektor


29

pendidikan, kesehatan dan infrastruktur untuk memacu adanya investor-investor baru

yang akan pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, pertumbuhan

ekonomi di Indonesia dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah atas perumahan dan

pengeluaran pemerintah atas transportasi, sedangkan pengeluaran pemerintah atas

pendidikan dan pengeluaran pemerintah atas kesehatan tidak signifikan berpengaruh.

Dalam jangka pendek, pengeluaran pemerintah atas transportasi signifikan

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sedangkan pengeluaran

pemerintah atas pendidikan dan pengeluaran pemerintah atas kesehatan tidak

berpengaruh.

Parulian Sihombing (2010) menemukan bahwa perubahan pengeluaran

pemerintah tahunan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi.

Penelitian yang dilakukan oleh Luky Alfirman dan Edy Sutriono (2006)

menyebutkan terdapat hubungan kausalitas antara total pengeluaran pemerintah

dengan produk domestik bruto. Pengeluaran rutin tidak signifikan mempengaruhi

produk domestik bruto karena lebih bersifat konsumtif dan tidak produktif serta

sebagian besar bersifat kontraktif seperti belanja untuk pembayaran bunga utang.

Sementara pengeluaran pembangunan memiliki hubungan kausalitas positif dan

signifikan terhadap produk domestik bruto. Hal ini dapat dijelaskan oleh pengaruh

positif pengeluaran sektor pertanian, infrastruktur dan transportasi serta pendidikan


30

terhadap produk domestik bruto dan pengaruh positif perubahan produk domestik

bruto terhadap pengeluaran pemerintah.

2.2.3 Pengaruh Hutang Luar negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Desmawati Sihombing (2010) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa utang

luar negeri memilki pengaruh nyata dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di

Indonesia.

Dungdang Hutapea (2010), penelitiannya memberikan gambaran kondisi

perekonomian Indonesia dilihat dari sisi utang luar negeri pemerintah. Faktor-faktor

yang diduga berpengaruh terhadap volume penyerapan utang luar negeri tersebut

antara lain adalah pertumbuhan ekonomi.

Meminjam ke luar negeri adalah salah satu solusi yang digunakan oleh

pemerintah untuk mengatasi defisit anggaran negara. Penerimaan dari pajak

seringkali tidak cukup untuk membiayai seluruh pengeluaran pemerintah. Pada

sebagian negara berkembang termasuk Indonesia, defisit anggaran pemerintah

ditutupi dengan utang luar negeri. Dengan demikian defisit anggaran pemerintah

berhubungan positif dengan volume penyerapan utang luar negeri. Hal ini berarti

ketika defisit anggaran pemerintah meningkat, maka utang luar negeri juga akan

meningkat.

Tingkat pertumbuhan ekonomi (economic growth) juga mempengaruhi volume

penyerapan utang luar negeri Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat dapat

merepresentasikan kondisi perekonomian yang semakin baik. Perekonomian yang


31

semakin baik seharusnya dapat merepresentasikan bahwa kondisi permodalan untuk

pembangunan dapat tercukupi sehingga tidak perlu untuk melakukan pinjaman

terhadap luar negeri. Berdasarkan keadaan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

tingkat pertumbuhan ekonomi berhubungan negatif dengan volume penyerapan utang

luar negeri.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Terdapat lima faktor yang

mempengaruhi volume penyerapan utang luar negeri ke Indonesia. Kelima faktor

tersebut adalah: (1) defisit keuangan pemerintah; (2) tingkat pertumbuhan ekonomi;

(3) tingkat inflasi; (4) tingkat suku bunga internasional dan (5) kondisi kestabilan

politik. Selain itu, Defisit keuangan pemerintah memiliki hubungan negatif dengan

volume penyerapan utang luar negeri dalam jangka panjang, namun tidak

berpengaruh dalam jangka pendek. Tingkat pertumbuhan ekonomi berhubungan

negatif tapi tidak signifikan pada jangka panjang dan berhubungan negatif pada

jangka pendek.

2.3 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kajian teoritis maupun empiris maka kerangka pikir yang

mendasari penelitian ini adalah bahwa kebijakan ekonomi meliputi pajak,

pengeluaran pemerintah dan hutang luar negeri merupakan komponen-komponen

yang mempengaruhi persoalan pertumbuhan ekonomi.

Pajak adalah total keseluruhan pungutan yang dilakukan pemerintah terhadap

wajib pajak tertentu berdasarkan undang undang yang ada. Pengeluaran Pemerintah
32

adalah jumlah total realisasi pengeluaran pemerintah selama satu tahun anggaran,

yang termasuk belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah sesuai dengan APBN.

Hutang luar negeri adalah sejumlah pembayaran cicilan pinjaman luar negeri, beserta

bunga yang wajib dibayar kembali terhadap pihak luar negeri.

Pajak, pengeluaran pemerintah maupun hutang luar negeri dapat memberikan

pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sedangkan pertumbuhan

ekonomi adalah kegiatan perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang

diproduksi dalam masyarakat meningkat. Lebih jelasnya kerangka tersebut

ditampilkan melalui gambar berikut :

Pembangunan Ekonomi

( Kebijakan Ekonomi )

Pajak Pengeluaran Pemerintah Hutang Luarnegeri

Pertumbuhan Ekonomi

Analisis Regresi Linear


Berganda

Kesimpulan Dan Saran

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran


33

2.4 Hipotesis

Bertitik tolak dari permasalahan dan kerangka pikir, maka hipotesis yang

diajukan sebagai berikut : Pajak, pengeluaran pemerintah dan hutang luar negeri

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.


34

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan melalui pengambilan data (pajak,

pengeluaran pemerintah dan hutang luar negeri serta pertumbuhan ekonomi di

Indoenesia) yang terpublikasi di Bank Indonesia. Waktu penelitian direncanakan pada

bulan November sampai dengan Desember 2012.

3.2 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah penelitian eksplanatif asosiatif. Menurut

Sugiyono (2004:11) penelitian eksplanatif asosiatif adalah penelitian yang bertujuan

untuk mengetahui pengaruh antar dua variabel atau lebih dengan cara meneliti

pengaruh diantara variabel tersebut. Dalam hal ini pengaruh pajak, pengeluaran

pemerintah, hutang luar negeri serta pertumbuhan ekonomi.

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data

yang diperoleh dari hasil lembaga berkompeten. Data-data tersebut adalah :

1. Data pajak

1. Data pengeluaran pemerintah


2. Data hutang luar negri
3. Data pertumbuhan ekonomi

34
35

3.3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari :

1. Kantor Bank Indonesia Cabang Kendari


2. Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara
3. Berbagai literatur dan artikel yang diunduh melalui media internet.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

3.4.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari :

1. Variabel bebas (Independent) yaitu pajak (X1), pengeluaran pemerintah (X2),

hutang luar negeri (X3)

2. Variabel terikat (dependent) yaitu pertumbuhan ekonomi (Y).

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi Operasional variabel penelitian ini sebagai berikut :

1. Pajak adalah keseluruhan pungutan yang dilakukan pemerintah terhadap wajib

pajak tertentu berdasarkan undang-undang yang dinyatakan dalam satuan Miliar

Rupiah.
2. Pengeluaran Pemerintah adalah realisasi pengeluaran pemerintah selama satu

tahun anggaran, termasuk belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah sesuai

dengan APBN. Jumlah pengeluaran ini dinyatakan dalam satuan Miliar Rupiah.
3. Hutang luar negeri adalah sejumlah pembayaran cicilan pinjaman luar negeri,

beserta bunga yang wajib dibayar kembali terhadap pihak luar negeri yang

dinyatakan dalam satuan Miliar Rupiah.


36

4. Pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan perekonomian yang menyebabkan barang

dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat meningkat yang dinyatakan dalam

satuan persentase.

3.5 Analisis Data

Pengaruh pajak, pengeluaran pemerintah dan hutang luar negeri terhadap

pertumbuhan ekonomi di Indonesia dianalisis dengan menggunakan regresi linear

berganda. Persamaannya sebagai berikut :

Y = 0 + 1X1 + 2X2 + . + nXn+

Sumber : Gujarati (2004:158)

Dimana:

Y = Variabel tidak bebas (dependent variable)


X1, X2,Xn = Variabel bebas (independent variable)
0 = Konstanta/ intercept
1, 2, n = Koefisien regresi
= Faktor kesalahan / error term

Dengan mengacu pada bentuk umum tersebut maka model regresi linear

berganda dalam penelitian ini adalah :

Y = 0 + 1X1 + 2X2 + 3X3 +

Dimana:

Y = Pertumbuhan ekonomi
X1 = Pajak
X2 = Pengeluaran pemerintah
X3 = Utang luar negri
0 = Konstanta/ intercept
37

1, 2, 3 = Koefisien regresi
= Faktor kesalahan / error term

Hasil perhitungan regresi selanjutnya diuji dengan menggunakan uji F dan

uji t pada tingkat keyakinan 0,95 atau taraf nyata = 0,05. Pengujian hipotesis

menggunakan kriteria sebagai berikut :

Uji F (Uji simultan) :

- Bila sig 0,05 maka pajak, pengeluaran pemerintah dan hutang luar negeri secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

- Bila sig > 0,05 maka pajak, pengeluaran pemerintah dan hutang luar negeri secara

simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di

Indonesia.

Uji t (Uji parsial) :

- Bila sig 0,05 maka pajak, pengeluaran pemerintah dan hutang luar negeri secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

- Bila sig > 0,05 maka pajak, pengeluaran pemerintah dan hutang luar negeri secara

parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Sebelum dilakukan analisis regresi maka terlebih dahulu dilakukan uji syarat

regresi (uji asumsi klasik) sebagai berikut :

a. Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas dan terikat

mempunyai distribusi data yang normal atau tidak melalui pengujian metode
38

grafis, dimana bila data menyebar disekitar dan mengikuti garis diagonal maka

model regresi memenuhi asumsi normalitas (Santoso, 2000:34). Model regresi

yang baik adalah yang mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal.

Selain itu juga dilakukan uji chi square dengan Ho = distribusi data adalah

normal dalam tingkat signifikansi 0,05 bila probabilitas < 0,05 maka Ha diterima

(Santoso, 2000:35)

b. Uji heteroskedastisitas

Terjadinya heteroskedastisitas ditunjukkan dengan adanya ketidaksamaan varian

nilai residual antara variabel-variabel bebas melalui perhitungan uji koefisien

korelasi Rank Spearman yang mengkorelasikan antara nilai absolute residual

dengan setiap variabel bebas. Bila probabilitas hasil korelasi lebih kecil dari 0,05

maka persamaan regresi yang terbentuk mengandung gejala heteroskedastisitas,

dan bila sebaliknya maka akan menunjukkan terjadinya non heteroskedastisitas

atau homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi

heteroskedastisitas (Ghozali, 2002:69)

c. Uji multikolineritas

Satu dari asumsi model regresi linear klasik adalah tidak boleh terdapat

multikolineritas diantara variabel-varibel yang bebas yang termasuk dalam model

(Gujarati, 2004:157). Terjadinya multikolineritas ditunjukan dengan adanya

korelasi antar variabel-variabel bebas dalam bentuk nilai variance inflating factor
39

(VIF). Bila VIF di sekitar angka 1 dan nilai tolerance mendekati 1, maka tidak

terjadi multikolineritas (Santoso, 2000:33).

d. Uji autocorrelation

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antar anggota

serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time series) atau ruang

(cross section). Menurut Gujarati (2004) ada beberapa cara untuk mendeteksi ada

atau tidaknya autokorelasi, yaitu dengan menggunakan metode grafik, metode

durbin-waston, metode van hewmann dan metode runtest, sebagai salah satu uji

statistik nonparametrik.
40

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. 1986-2010.. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia berbagai

edisi. Bank Indonesia, Jakarta.

Batiz F.L, 2004, International Finance and Open Economy Macroeconomics,


Macmillan Publishing Company, New York

Desmawati Sihombing, 2010, Analisis Pengaruh Utang Luar Negeri Terhadap


Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Universitas Sumatra Utara, Medan.

Dewi Kamalia, 2010, Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah, Belanja Modal dan
Tingkat Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia, Universitas
Pembangunan Nasional, Indonesia.

Dumairy, 2004, Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta

Ghozali, Imam, 2002, Model Persamaan Struktural, Konsep dan Aplikasi dengan
Program Amos 16.0, Badan Penerbit Undip, Semarang

Gujarati, Damodar N. 2004. Basic Econometrics. The McGrawHill Companies,


New York

Hutapea,Dungdang P.2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume


Penyerapan Utang Luar Negeri di Indonesia. Skripsi, Institut Pertanian
Bogor

Kustepeli, Yesim. 2005. Effectiveness of Fiscal Spending: Crowding out


and/orcrowdingin di akses dari http//www.bayar.edu.tr, Tanggal 2 Oktober
2012

Luky Alfirman dan Sutriono, Edy. 2006. Analisis Hubungan Pengeluaran


Pemerintah Dan Produk Domestik Bruto Dengan Menggunakan
Pendekatan Granger Causality Dan Vector Autoregression.Jurnal Keuangan
Publik,.di akses dari http://Www.Bppk.Depkeu.Go.Id/Jurnal-
KeuanganPublik.Html).

Mangkoesoebroto, Guritno, 2008, Ekonomi Publik, BPFE, UGM, Yogyakarta


41

Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makro Ekonomi. Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta

Musgrave, Richard A Musgrave, Peggy B, 2009. Public Finance in Theory and


Practise. Mc Graw Hill Book Company, New York.

Rochmad Soemitro, 2002, Asas dan Dasar Perpajakan II, PT. Erisco, Bandung

Samuelson, A.Paul dan Nordhaus, D.William. 2004. Ilmu Makro Ekonomi, PT. Media
Global Edukasi. Jakarta

Santoso, Singgih. 2000. SPSS, Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT. Elex
Media Komputindo, Jakarta.

Sihombing, Parulian, 2010, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Pengeluaran Pemerintah Dengan Pendekatan Error Correction Model,
Skripsi, Universitas Diponegoro, Yogyakarta

Suandy, Erly, 2008. Perencanaan Pajak, Salemba Empat, Jakarta

Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Bisnis, alfabeta (on line), Bandung

Suparmoko, M.. 2000. Ekonomika Lingkungan. BPFE, UGM, Yogyakarta

Susi Indriani, 2011, Pengaruh Pengeluaran Konsumsi Dan Investasi Pemerintah


Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia. Jurnal Ekonomi.

Todaro, Michael P, alih bahasa oleh Haris Minandar, 2000. Pembangunan Ekonomi di
Dunia Ketiga, Erlangga, Jakarta

Tribroto, 2001. Kebijakan dan Pengelolaan Pinjaman Luar Negeri. Di dalam:


Sigalingging, Hotbin [editor]. Profil Pinjaman Luar Negeri Indonesia dan
Permasalahannya. Jakarta

Wahyuningtyas, Agustina Endah. 2010. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah


dan Defisit Anggaran Terhadap Investasi Di Indonesia Tahun 1986
2008.Skripsi, Universitas Diponegoro.

WEO (World Economic Outlook), Edisi Januari 2008

Widarjono,Agus. 2007. Ekonometrika:Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis,


Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta
42

Anda mungkin juga menyukai