Resistensi antimikrobakterial akan bakteri merupakan masalah yang terus berkembang dan
resisten timbul dibawah tekanan tertentu dari antibiotik. Di rumah sakit, ketika penggunaan
antiibiotik skala besar menjadi umum, bakteri yang resisten terhadap beberapa antibiotic sering
terjadi dan menghasilkan masalah-masalah serius pada perawatan pasien dengan infeksi akibat
menyebabkan masalah di banyak negara di dunia adalah Staphylococcus aureus yang resisten
terhadap methicillin, enterococci yang resisten terhadap vankomisin, penumococci yang resisten
yang multiresisten.
Untuk mengurangi masalah resistensi antimikroba, tindakan yang harus dilakuakan ada dua hal:
promosi penggunaan antibiotik dengan hati-hati dan pencegahan penyebaran bakteri resisten.
Dengan ini pencegahan resistensi antimikroba menjadi tanggung jawab setiap pelaku kesehatan.
Dokter, ketika ini berhubungan dengan penggunaan antibiotik yang rasional, dokter dan setiap
pelaku/tenaga kesehatan lain yang memiliki kontak dengan pasien, ketika ini berhubangan
dengan penerapan aturan dengan hati-hati untuk pengontrolan infeksi dan kebersihan rumah
sakit.
Antara September 2000 dan 2004 penelitian AMRIN dilakukan di Surabaya dan Semarang untuk
Surabaya, Universitas Diponegoro, R.S Dr. Kariadi di Semarang dan tiga pusat pendidikan tinggi
Belanda, Pusat Medis Universitas Leiden, Pusat Medis Universitas Erasmus Rotterdam dan
Pusat Medis Universitas Radboud Nijmegen. Studi/penelitian tersebut didukung secara finansial
oleh dana SPIN dari Akademi Seni dan Ilmu Pengetahuan Kerajaan Belanda.
Salah satu tujuan studi AMRIN adalah untuk mengembangkan sebuah program yang efisien dan
antibiotic, dan pengukuran kontrol infeksi di rumah sakit-rumah sakit di Indonesia. Program ini
harus diterapkan di setiap rumah sakit di Indonesia. Rumah sakit, yang mengevaluasi situasi
mereka berdasarkan program yang tervalidasi ini, dapat mengumpulkan dan membandingkan
data mereka. Dengan melakukan pengamatan resistensi antibiotik secara nasional , penggunaan
Dokumen ini menyajikan susunan yang tervalidasi untuk penilaian diri, yang dikembangkan
Agar efektif bagi rumah sakit dalam melawan resistensi antimikroba, rumah sakit membutuhkan
beberapa fasilitas:
Para profesional, yang mengatur layanan dan komite-komite ini , harus bekerja sama dengan erat
dan aktivitas-aktivitas mereka harus didukung penuh oleh manajemen rumah sakit. Mereka dapat
menggunakan program penilaian diri yang disajikan dalam dokumen ini sebagai panduan untuk
Resistensi Antimikroba
Resistensi terhadap agen-agen antimikroba adalah sifat umum dari mikroorganisme, khususnya
bakteri pathogen. Resistensi terhadap agen antimikroba tertentu dapat terjadi melalui mutase
secara spontan dalam genom mikroba atau melalui serapan resistensi gen dari mikroba lain.
Resistensi antimikroba timbul sebagai sebuah masalah seperti mutan yang reisten diberikan
Pengamatan mikroorganisme yang resisten adalah sangat penting dalam berbagai usaha untuk
pengumpulan data resistensi yang sistematis pada spesies-spesies bakteri yang relevan secara
klinis, analisis data tersebut dan laporan rutin mengenai informasi kecenderungan resistensi
pelaksanaan sebuah seleksi harus dilakukan. Dua kriteria seleksi yang penting adalah
relevansi sosial dari spesies bakteri (misalnya, pemerataan dan dampak pada kesehatan
populasi), dan probabilitas menghasilkan data dengan nilai prediksi untuk resistensi
serupa pada spesies-spesies lain, dan terkait (fungsi penjaga). Untuk spesies gram-positif
daftar seleksi harus mencakup urutan menurun dari segi kepentingannya (urutan dari
yang paling penting untuk dimasukkan ke dalam penelitian sampai yang paling kurang
Dalam studi AMRIN hanya Staphylococcus aureus dan Escherichia coli yang
dimasukkan.
2) Dari sumber dan material apa bakteri berasal dan harus diisolasikan?
Sumber isolate bakteri yang dilibatkan dalam pengamatan harus secara jellas ditentukan
terlebih dahulu. Data resistensi sering didapat dari pengujian kerentanan rutin dari galur
yang diisolasikan dari kultur klinis karena data-data tersebut telah tersedia dengan sedikit
tambahan biaya. Dalam kasus ini, menjadi sangat penting untuk mendaftar tipe fasilitas
(rumah, pusat kesehatan utama, fasilitas perawatan jangka panjang, rumah sakit, dll),
ruangan (rawat inap atau rawat jalan, unit perawatan) dan spesifikasi medis khusus
dimana para pasien dirawat pada saat pengambilan sampel , dan juga tipe bahan
percobaan dimana galur bakteri diisolasi. Akan tetapi, informasi tentang resistensi
berdasarkan pada kultur klinis rutin sangat bias dan telah membatasi kemungkinan
antimikroba yang diuji di antara isolat-isolat dari pasien-pasien ICU tidak memprediksi
level resistensi yang ditemukan di tempat lain di rumah sakit, apalagi pada populasi
diawasi melalui pemantauan individu-individu dari komunitas tersebut. Dalam kasus ini,
pengambilan sampel microflora komensal di hidung, tenggorokan, kulit, dan kotoran tinja
diperlukan, terutama diambil dari sebuah sampel acak dari populasi dalam area geografis
tertentu. Seperti sebuah populasi berdasarkan pada studi yang dilakukan dalam proyek
AMRIN dengan mengambil dari hidung (untuk mengisolasi Staphylococcus aureus) dan
kultur-kultur dubur (untuk mengisolasi Esherichia coli dan Enterobacteriaceae lain) dari
pasien dan keluarganya yang dating ke pusat-pusat pelayanan kesehatan utama dan rumah
sakit terlepas dari penyakitnya. Akan tetapi, informasi resistensi kemudian dapat
diperoleh sebaliknya, tidak terekstrapolasi terhadap tata keadaan klinis, seperti ICU.
3) Berapa banyak isolat dari sebuah spesies bakteri yang kita butuhkan untuk
dari informasi resistensi. Ketika tingkat resistensi dilaporkan (lihat di bawah), tingkat
tingkat. Biasanya akurasi atau confidence interval yang dibutuhkan adalah 5% atau
kurang. Ini menggambarkan kira-kira 300 isolat per spesies yang butuh diuji sedikitnya.
Lebih besar akurasi (misalnya confidence interval <1%) sangat jarang diperlukan karena
hal tersebut tidak berpengaruh banyak pada konsekuensi klinis dari informasi yang
sebuah spesies dari pasien atau individu yang sama dalam set pengamatan. Untuk setiap
spesies bakteri hanya satu, biasanya yang pertama atau yang dominan (dalam kasus galur
berganda dalam sebuah sampel), harus dimasukkan dalam jangka waktu tertentu
yang baik dari agen-agen mikroba diuji. Agen-agen yang dilibatkan diseleksi dengan
basis kerentanan natural dari spesies, penggunaan aktual dari agen tersebut di rumah sakit
atau area di bawah pengamatan, dan ketersediaan metode tes yang valid untuk kombinasi
tertentu dari penyakit dan obat. Sebuah table silang dari kombinasi-kombinasi ini
mengspesifikasikan beberapa, lebih detil, table-tabel silang yang dapat digunakan sebagai
sering diresepkan dalam populasi dalam studi. Dalam setiap kelas antibiotik (beta-
lactams, aminoglycosides, macrolides, dll), seseorang dapat memilih satu atau beberapa
agen untuk tujuan pengamatan seperti yang terprediksi untuk seluruh kelas antibiotic.
memantau resistensi macrolide dalam pathogen ini. Demikian juga, cefotaxime dapat
melawan generasi ke-3 dan ke-4 cephalosporins di antara galur Escheria coli dan
Enterobacteriaceae lain. Dalam studi AMRIN isolate Staphylococcus aereus diuji untuk
gentamici dan ciprofloxacin. Dengan cara ini banyak yang dipelajari dengan hanya
menguji dengan hati-hati jajaran tertentu antibiotic untuk pengamatan (lihat juga referensi
2).
resistensi?
Ada dua syarat utama untuk metode mikrobiologi yang dapat digunakan untuk
pengamatan resistensi. Pertama dan terpenting, sistem pengujian harus tervalidasi dan
kualitasnya terkontrol. Hal ini dapat dengan mudah tercapai dengan mengikuti standar-
standar yang diterbitkan untuk pengujian kerentanan (misalnya, oleh NCCLS [lihat
resistensi sejajar yang diketahui selama uji kerentanan (lihat referensi 1 untuk daftar
galur-galur yang sesuai). Hasil pengujian kontrol kualitas juga harus dicatat dan diperiksa
untuk stabilitas dari waktu ke waktu. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk
pengujian kerentanan, namun dalam studi AMRIN uji difusi cakram berbasis NCCLS
pada agar Mueller Hinton dilakukakn, karena merupakan metode yang lebih murah
dibandingkan dengan metode lain, dan memiliki sebuah sejarah penggunaan terpercaya
konsentrasi penghalang minimum (MICs), atau ukuran zona inhibisi sekitaran atibiotik
yang mengandung cakram pada agar, sebaiknya dicatat; hal ini lebih informative daripada
kuantitatif terkait langsung dengan kerentanan mikroba dan lebih sensitif dalam
mendeteksi perubahan kerentanan dari waktu kke waktu. Sebaliknya, data resistensi
intepretatif (S,I,R) sangat dipengaruhi oleh parameter klinis dan farmalogi dan lebih tidak
sensitive terhadap resistensi-resistensi yang timbul diantara pathogen-patogen mikroba.
Kemungkinan, data sistematis yang terencana dengan hati-hati dapat dikumpulkan selama
periode waktu tertentu setiap tahun. Perencanaan harus menjelaskan variasi musiman
yang mungkin terjadi dalam populasi pada studi, dan harus, tentunya, memenuhi jumlah
minimum galur yang dibutuhkan untuk akurasi (lihat di atas). Dalam studi AMRIN
periode 3-4 bulan cukup untuk mengumpulkan dan menguji sampel dari hidung dan
dubur dari 2.000 orang pada masing-masing dari dua kota di Jawa tersebut. Akan tetapi,
sistem pengamatan apapun yang dipilih, yang penting adalah pengamatan dilakukan
berulang kali dalam interval regular sehingga kecenderungan dalam resistensi tersebut
dapat dideteksi. Ketika data resistensi dikumpulkan berkelanjutan dari waktu ke waktu,
resistensi pada tahap awal. Sebaliknya, suatu sistem pengamatan berkelanjutan lebih sulit
7) Bagaimana kita dapat melakukan analisa data resistensi terbaik dan menyediakan
yang informative untuk mereka yang perlu mengetahuinya. Karena audiens target
biasanya tidak terlatih dalam mikrobiologi medis, penting untuk menyesuaikan laporan
tersebut dengan baik. Tabel-tabel sederhana menunjukkan tingkat resistensi yang
memadai. Tingkat resistensi dihitung dari jumlah isolat yang resisten dibagi jumlah
seluruh galur yang diuji untuk kombinasi penyakit-obat tertentu tersebut dikalikan 100.
informative dapat dibuat. Tingkat resistensi dapat diperinci per spesies bakteri dan dari
tipe sampel atau tipe infeksi. Laporan tingkat insidensi dapat menjadi lebih informative,
misalnya jumlah kasus bakteremia MRSA per 1.000 hari kerja rumah sakit. Sekali lagi,
laporan harus di buat sesederhana mungkin dan disusun secara langsung sesuai
kebutuhan orang-orang yang menerima presentasi tersebut. Perlu diingat, mereka hanya
akan bertindak sesuai ketika informasi terkait tersebut disajikan dalam format yang baik
dan sesuai!
Penggunaan antibiotik
Dua aspek penggunaan antibiotic yang penting untuk dievaluasi: jumlah antibiotik yang
digunakan, misalnya kuantitas, dan kepatutan pilihan dan dosis antibiotic dan durasi
Kuantitas
Kuantitas penggunaan antibiotic di sebuah rumah sakit dapat diukur secara retrospektif
dan prospektif. Dalam studi AMRN sebuah metode retrospektif digunakan karena metode
ini membutuhkan waktu penguji yang lebih sedikit daripada metode prospektif. Validasi
metode di salah satu rumah sakit menemukan bahwa metode retrospektif mengarah pada
ketidaklengkapan data dalam catatan medis (Usman Hadi et al. Penggunaan antibiotic di
rumah sakit. Diajukan untuk publikasi). Level estimasi yang terlalu rendah dalam
keadaan tertentu harus ditentukan. Perbandingan antara rumah sakit sangatlah penting,
sedangkan untuk perbandingan berdasarkan waktu dalam satu rumah sakit bersifat
opsional.
(ABCalc) dari Grup Studi Eropa terkait Kebijakan Antibiotik (ESGAP), dapat
untuk menatat penemuan. Prosedurnya dijelaskan secara detil dalam prosedur operasional
standar (SOP Penggunaan antibiotic di rumah sakit, lihat lampiran 4). Pada setiap resep,
nama antibiotic, dosis, frekuensi, durasi, dan apakah antibiotic diberikan untuk terapi,
pencegahan penyakit, atau alasan yang tidak diketahui , dicatat (untuk definisi-definisi
nya, lihat SOP). Dari data tersebut jumlah maksimal antibiotic yang diresepkan dapat
untuk menetukan dosis antibiotic yang diresepkan mana yang sebenarnya telah di berikan
kepada pasien. Dari data-data tersebut, jumlah minimal penggunaan antibiotik dihitung
dengan menjumlahkan semua dosis yang diberikan. Ini adalah jumlah yang orang dapat
hari dari hari pasien masuk sampai keluar dari rumah sakit. Setiap harinya pasien
dikunjungi oleh peneliti dan ditanyakan tentang pengobatan yang dilakukan dalam 24
jam terakhir. Peneliti memeriksa semua sumber yang tersedia mengenai peresepan dan
pemberian antibiotik, jika terindikasi, peneliti bertanya kepada perawat apakah sebuah
antibiotik telah diberikan. Setiap dosis yang diberikan dicatat. Formulir yang sama dapat
digunakan untuk pengumpulan data retrospective (Lampiran 5). Umlah antibiotic yang
dengan metode retrospektif, hasilnya dibandingkan dengan hasil dari metode prospektif
antibiotik). Validasi hanya harus dilakukan pada bagian pasien. Tidak terlalu penting
untuk mengumpulkan data pada keseluruhan hari rawat inap pasien. Pada kasus tersebut,
Kualitas
Kualitas penggunaan antibiotik diukur dengan pemeriksaan catatan medis oleh peneliti
antibiotik (Gyssens IC, Van den Broek PJ, Kulberg BJ, Hekster YA, Vand der Meer JWM.
antibiotik dapat menjadi tidak sesuai karena terdapat sebuah alternatif yang lebih efektif,
tidak beracun, murah atau sebuah alternative dengan spektrum yang kurang luuas. Durasi
terapi juga bisa terlalu pendek atau terlalu panjang. Dosis bisa jadi tidak sesuai karena
penemuan mereka menggunakan format laporan untuk evaluasi kualitas (lihat lampiran
7). Evaluasi kualitas merupakan aktifitas yang memakan waktu, karena itu harus
dilakukan dalam sebuah seleksi acak pasien. Sebuah seleksi 40 sampai 50 pasien
departemen.
Setidaknya dua orang harus meninjau catatan yang sama secara independen. Perbedaan
peninjau. Para peninjau harus mengevaluasi kasus secara independen dan harus diberikan
pengalaman perawatan penyakit menular, khususnya memiliki pelatihan khusus dalam
penyakit menular.
Kontrol Infeksi
Kontrol infeksi di rumah sakit dinilai dengan pengamatan infeksi-infeksi terkait
Pengamatan
Pengamatan infeksi dapat dilakukan melalui penelitian cross-sectional (sampel yang
tetapi, catatan medis berisi informasi yang tidak mencukupi untuk mendiagnosa infeksi-
infeksi kesehatan dalam retrospek. Dalam kerangka kerja studi AMRIN, sebuah metode
untuk studi cross-sectional yang berulang dikembangkan, yang disajikan di sini (lampiran
9 dan 10).
infeksi sangat relevan untuk anggota komite kontrol infeksi. Informasi berharga dapat
didapatkan dengan kuisioner untuk pekerja kesehatan di rumah sakit. Sebuah contoh
kuisioner yang digunakan dalam studi AMRIN dilampirkan dalam lampiran 11.
prosedur kontrol infeksi rumah sakit. J Nippon Med Sch 2000; 67: 396-399). Standar
tersebut menilai apakah program luas rumah sakit untuk kontrol infeksi dilakukan dan
menjadi titik awal untuk pengembangan, awal dari sebuah siklus kualitas penuh.
Penilaian diri adalah langkah awal yang memungkinkan untuk mengidentifikasi masalah-
masalam dalam rumah sakit terkait resistensi antimikroba, penggunaan antibiotic dan
kontrol infeksi.
Masala
Proposal
Hambatan
Ketika masalah telah didefinisikan, proposal perubahan dapat
menggagalkan halangan ini. Hambatan yang tidak dapat ditangani dapat memaksa
seseorang untuk mengagalkan rencana untuk intervensi. Jika hal tersebut tidak terjadi
pengembangan.
Contoh-contoh intervensi
Studi AMRIN mengemukakan beberapa masalah terkkait penggunaan antibiotik dan
kontrol infeksi. Berikut proses keputusan seperti yang dijelaskan diatas, kelompok studi
- Profilaksis bedah
Topik-topik ini dipilih karena hasil dari separuh awal studi AMRIN menunjukkan bahwa
sebuah proporsi besar antibiotik yang digunakan dalam rumah sakit untuk merawat
pasien dengan demam dan untuk mencegah infeksi luka operasi tidak dibenarkan dan
Profilaksis bedah
Studi intervensi pada profilaksis bedah dilakukan di departemen Bedah, Ginekologi, dan
panduuan profilaksis bedah dengan konsensus yang berbasis bukti. Dalam setiap
departemen panduan tersebut diajukan dengan sesi-sesi edukasi yang interaktif diikuti
dengan respon balik setelah beberapa waktu tertentu. Departemen bedah menerima enam
dilakukan selama masa studi. Berkaitan dengan intervensi ini sebuah protocol yang
Studi intervensi pada manajemen pasien dengan demam dilakukan di Semarang dan
tersebut diminta untuk melakukan konsensus tentang manajemen pasien dengan demam
pada penerimaan dan untuk menerapkan konsensus ini dalam sebuah panduan. Panduan
antibiotik atau tidak, pengenalan kultr darah rutin dan sebuah formularium dimana
antibiotik digunakan untuk penyakit yang diduga. Hal ini diperkenalkan dengan aktivitas-
aktivitas pengajaran diikuti dengan respon balik setelah beberapa waktu. Pengenalan,
pelatihan, dan repon balik tidak diberikan pada waktu yang bersamaan pada departemen
pasien yang menerima antibiotik yang dibenarkan atau tidak berdasarkan panduan lokal,
menggunakan pengukuran hasil seperti kualitas terapi antibiotic seperti yang dinilai oleh
periode (dalam departemen berbeda), yang tidak bersinggungan satu sama lain,
memungkinkan kita untuk membuat perbandingan antar 4 periode ini (pre-intervensi,
pasca pemberitahuan panduan, periode pasca pelatihan, dan periode pasca respon balik)
dalam departemen dan kota yang berbeda. Bersama ini dapat diidentifikasi faktor-faktor
penggunaan jubah, sarung tangan, dan masker dan penggunaan jarum yang aman.
Pengukuran hasil merupakan ketaatan terhadap panduan yang diukur melalui observasi
Respon balik terhadap ketaatan diberikan terhadap pekerja kesehatan pada kedua
departemen sebulan setelah studi. Pada departemen Penyakit Dalam, respon balik
Pada kedua departemen, ketaatan terhadap panduan, khususnya pada kebersihan tangan,
pencuucian tangan di departemen Penyakit Dalam dan lebih dari dua kali lipat
Anak ketaatan berkurang sedikit setelah empat bulan, sementara di departemen Penyakit
dalam tetap stabil. Seara keseluruhan, di kedua departemen, ketaatan terhadap panduan
tentang kebersihan tangan adalah lebih dari 60%, dimana mmerupakan sangat baik.