Anda di halaman 1dari 11

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

I. Topik: Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan


II. Landasan teori:
1) Pengertian perilaku kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang, baik secara fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan dapat
dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
(Dr. Budi Anna Keliat, 2012 )
2) Penyebab Prilaku kekerasan
Respon kemarahan dapat di fluktuasi dalam rentang adaptif mal adaptif.
Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut; (Keliat, 1997
Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan
orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau
keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan.
Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan
perasaan yang dialami.
Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat
dikontrol oleh individu. Orang agresif bisaanya tidak mau mengetahui hak
orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk
mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama
dari orang lain.
Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai
kehilangan control diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya
sendiri maupun terhadap orang lain.
3) Proses Marah
Strees, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus
dihadapi oleh setiap individu. Strees dapat menyebabkan pemicu
kemarahan.stressor yang kuat dapat menyebabkan mekanisme koping seseorang
tak adekuat sehingga terjadi penyimpangan perilaku kekerasan pada seseorang.
4) Gejala Marah
Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang menimbulkan
pengrusakan, tetapi ada juga yang hanya diam seribu bahasa.

1
2

Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan


marah diantaranya sebagai berikut :
a) Perubahan Fisioligik : tekanan darah meningkat, denyut nadi dan
pernapasan meningkat, pupil dilatasi, tonus otot meningkat, mual,
frekuensi buang air besar meningkat, kadang-kadang konstipasi, refleks
tendon tinggi.
b) Perubahan Emosional : mudah tersinggung, tidak sabar, frustasi, ekspresi
wajah tampak tegang, bila mengamuk kehilangan control diri.
c) Perubahan Perilaku : agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga,
mengamuk, nada suara keras dan kasar.
5) Perilaku Marah
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain:
a) Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena system syaraf otonom
bereaksi terhadap sekresi
b) Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif, dan asesif. Perilaku asertif
adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat
mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik
maupun psikologis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk
mengembangkan diri klien.
c) Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul basanya disertai akibat konflik perilaku acting out
untuk menarik perhatian orang lain.
d) Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan.
6) Mekanisme Koping

Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan


strees, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme
pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri.
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya
ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk
melindungi diri antara lain.
3

a) Sublimasi : menerima suatu pengganti yang mulia artinya dimata


masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran
secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan
kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju
tembok, dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketagangan
akibat rasa marah.
b) Proyeksi : menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang
menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan
sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu,
mencumbunya.
c) Resepsi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
kealam sadar. Misalnya : seseorang anak yang sangat benci pada orang
tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan
yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal
yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu
ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
d) Reaksi formasi: mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan,
dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik
pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
e) Displacement: melepaskan perasaan yang tertekan bisaanya bermusuhan,
pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya
membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena
ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di
dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.
III. Tujuan
a) Tujuan umum
Klien dapat menyebutkan kemarahannya
Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda & gejala
marah)
Klien dapat menyebutkan reksi yang dilakukan saat marah
Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan
b) Tujuan khusus
Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa di lakukan klien
4

Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku


kekerasan
Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah
perilaku kekerasan
IV. Metode terapi
1. Berbagi cerita
2. Diskusi tanya jawab
3. Bermain peran atau stimulasi
V. Tahapan terapi
A. Persiapan
- Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah koorporatif
- Membuat kontrak dengan klien
- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
B. Orientasi
1. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
Membuat kontrak dengan klien
Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
Salam dari terapis kepada klien
Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
3. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
Menanyakan masalah yang dirasakan
4. Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
b) Menjelaskan aturan main sebagai berikut
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada terapis
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
C. Tahap kerja
1. Mendiskusikan penyebab marah
Tanyakan pengalaman setiap klien
Tulis di papan tulis/flipchart/withboard
2. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh penyebab
marah sebelum perilaku kekerasan terjadi
Tanyakan perasaan setiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan
gejala)
5

Tulis di papan tulis/flipchart/withboard


3. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah di lakukan klien (verbal, merusak
lingkungan, menciderai/memukul orang lain dan memukul diri sendiri)
Tanayakan perilaku yang dilakukan saat marah
Tulis di papan tulis/flipchart/withboard
4. Membantu klien memilih perilaku kekerasan yang paling sering dilakukan untuk
diperagakan
5. Melakukan bermain peran/simulasi untuk perilaku kekerasan yang tidak
berbahaya (terapis sebagai sumber penyebab dank lien yang
melakukankkekerasan)
6. Menanyakan perilaku klien setelah selesai bermain simulasi
7. Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan
Tanyakan akibat perilaku kekerasan
Tuliskan di papan tulis/flipchart/withtboard
8. Memberikan reinforcemen pada peran serta klien
9. Dalam menjalankan a sampai h, upayakan semua klien terlibat
10. Beri kesimpulan penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan yang terjadi, dan
akibat dari perilaku kekerasan
11. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat menghadapi
kemarahan
D. Tahap terminasi
1. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang positif
2. Tindak lanjut
Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab
marah, yaitu tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang terjadi serta akibat
perilaku kekerasan
Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala perilaku
kekerasan dan akibat yang belum diceritakan
3. Kontrak yang akan datang
Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku
kekerasan
Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya
VI. Karakteristik klien
Klien yang digunakan dalam terapi ini berjumlah lima orang. Kriteria klien sebagai
anggota yang mengikuti terapi aktivitas kelompok ini adalah

1) Klien yang tidak terlalu gelisah


6

2) Klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi


Aktifitas Kelompok.
3) Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam
kelompok kecil
4) Klien tenang dan kooperatif
5) Kondisi fisik dalam keadaan baik
6) Mau mengikuti kegiatan terapi aktifitas

VII. Pengorganisasian
Hari/Tanggal Kegiatan Penganggung jawab

Orientasi
Salam terapeutik Co. leader
Orientasi
Evaluasi validasi
Kontrak
Kerja
Mendiskusikan penyebab marah
Mendiskusikan tanda gejala kekerasan Leader
Mendiskusikan perilaku kekerasan yang
telah dilakukan klien
Memilih perilaku kekerasan yang pernah
dilakukan klien
Mendiskusikan dampak/akibat dari perilaku Leader, terapist dan
kekerasan co.leader
Memberikan reinforcement klien
Terminasi
Evaluasi
Tindak lanjut
Kontrak yang akan datang

Pembagian tugas
Hari Pertama
1. Leader : Indra Joel Sinaga/ Masri Ulan
7

2. Co. Leader : Michelle Christlevica/ Filisia Rori


3. Fasilitator 1 : Filisia Rori/ Indra Joel Sinaga
4. Fasilitator 2 : Masri Ulan/Ellen Novelita
5. Fasilitator 3 : Ellen Novelita/ Michelle Chrislevica
6. Observer : Michelle Christlevica/ Filisia Rori
Hari Kedua
1. Leader : Filisia Rori / Ellen Novelita
2. Co. Leader : Indra Joel Sinaga / Masri Ulan
3. Fasilitator 1 : Ellen Novelita/ Michelle Christlevica
4. Fasilitator 2 : Masri Ulan/Filisia Rori
5. Fasilitator 3 : Michelle Christlevica / Indra Joel Sinaga
6. Observer : Indra Joel Sinaga / Masri Ulan

Leader :
Tugas :
Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan menciptakan
situasi dan kondisi yang memungkinkan klien termotifasi untuk mengekspresikan
perasaannya.
Auxilergy Ego, yaitu sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
Koordinasi, yaitu mengarahkan proses kegiatan pencapaian tujuan dengan cara
memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan.
Co Leader:
Tugas:
Membuka acara
Mendampingi leader
Mengambil posisi leader jika leader blocking
Menyerahkan posisi kembali kepada leader
Menutup acara diskusi
Fasilitator :
Tugas :
Menyediakan fasilitas yang dibutuhkan pesrta
Menuntun peserta apabila ada yang kurang jelas
Membantu dalam mengantisipasi masalah klien
Observer
Tugas
mengidentifikasi kedalam kegiatan
mengidentifikasi strategi yang digunakan leader
mengamati dan mencatat :
Jumlah anggota yang hadir
8

Siapa yang terlambat


Daftar hadir
Siapa yang memberi pendapat atau ide
Topik diskusi
Mencatat moddifikasi strategi untuk kelompok yang akan datang
memprediksi respon anggota kelompok pada sission berikutnya.

VII. Setting
Tempat terapi: Ruang Merak

Co.
Ps Leader/O
Leader Ps
bserver

Fasilitator Fasilitator

Ps
Ps
Ps
VIII. Proses pelaksanaan Fasilitator

Orientasi
1. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
Membuat kontrak dengan klien
Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
Salam dari terapis kepada klien
Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
3. Evaluasi/Validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
Menanyakan masalah yang dirasakan
4. Kontrak
c) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
d) Menjelaskan aturan main sebagai berikut
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada terapis
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
Tata tertib dan Antisipasi Masalah
9

a) Tata tertib :
1. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK
2. Berpakaian rapid an bersih
3. Peserta tidak diperkenankan makan, minum dan merokok selama kegiatan TAK
4. Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan sebelum tata tertib dibacakan selama
5 menit, dan bila peserta tidak kembali ke ruangan maka peserta tersebut diganti
peserta cadangan.
5. Peserta tidak diperkenankan meninggalkan ruangan setelah tata tertib dibacakan.
Bila peserta meninggalkan ruangan dan tidak bisa mengikuti kegiatan lain setelah
dibujuk oleh fasilitator, maka peserta tersebut tidak dapat diganti oleh peserta
cadangan.
6. Paserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai
7. Peserta yang ingin mengajukan pernyataan, mengangkat tangan terlebih dahulu
dan berbicara setelah dipersilahkan.
8. Program Antisipasi
Usahakan dalam keadaan terapeutik
Anjurkan kepada terafis agar dapat menjaga perasaan anggota kelompok,
menahan diri untuk tertawa atau sikap yang menyinggung.
Bila ada peserta yang direncanakan tidak bisa hadir, maka diganti oleh cadangan
yang telah disiapkan dengan cara ditawarkan terlebih dahulu kepada peserta.
Bila ada peserta yang tidak menaati tata tertib, diperingatkan dan jika tidak bisa
diperingatkan, dikeluarkan dari kegiatan setelah dilakukan penawaran.
Bila ada anggota cadangan yang ingin keluar, bicarakan dan dimintai
persetujuan dari peserta TAK yang lain.
Bila ada peserta TAK yang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan
tujuan, leader memperingatkan dan mengarahkan kembali bila tidak bisa,
dikeluarkan dari kelompok.
Bila peserta pasif, leader memotivasi dibantu oleh fasilitator.
Tahap kerja
1. Mendiskusikan penyebab marah
Tanyakan pengalaman setiap klien
Tulis di papan tulis/flipchart/withboard
2. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh
penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi
Tanyakan perasaan setiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan
gejala)
Tulis di papan tulis/flipchart/withboard
10

3. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah di lakukan klien (verbal,


merusak lingkungan, menciderai/memukul orang lain dan memukul diri
sendiri)
Tanayakan perilaku yang dilakukan saat marah
Tulis di papan tulis/flipchart/withboard
4. Membantu klien memilih perilaku kekerasan yang paling sering dilakukan
untuk diperagakan
5. Melakukan bermain peran/simulasi untuk perilaku kekerasan yang tidak
berbahaya (terapis sebagai sumber penyebab dank lien yang
melakukankkekerasan)
6. Menanyakan perilaku klien setelah selesai bermain simulasi
7. Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan
Tanyakan akibat perilaku kekerasan
Tuliskan di papan tulis/flipchart/withtboard
8. Memberikan reinforcemen pada peran serta klien
9. Dalam menjalankan a sampai h, upayakan semua klien terlibat
10. Beri kesimpulan penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan yang terjadi,
dan akibat dari perilaku kekerasan
11. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat
menghadapi kemarahan
Tahap terminasi
1. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang positif
2. Tindak lanjut
Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab
marah, yaitu tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang terjadi serta akibat
perilaku kekerasan
Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala perilaku
kekerasan dan akibat yang belum diceritakan
3. Kontrak yang akan datang
Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku
kekerasan
Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya

Cook & Fontaine (2001) menjelaskan bahwa terapi kelompok merupakan terapi
modalitas yang didasarkan pada pembelajaran antar perseorangan. Klien mengalami masalah
11

terhadap dirinya sendiri dan juga orang lain, yang kemudian dapat dibagikan melalui kelompok
terapi . Ada dua tipe terapi kelompok, yaitu: Supportive Therapy Group dan Education Group.
Education group menjadi pilihan terapi yang Kami gunakan, yang mana Leader memberikan
materi terlebih dahulu kepada Peserta TAK, kemudian Peserta TAK menanggapi materi yang
diberikan. Diakhir terapi, Leader memberikan pembelajaran sehubungan materi yang diberikan.
Tujuan dari Education Group adalah saling berbagi dan mendiskusikan pengalaman atau belajar
keterampilan yang baru

DAFTAR PUSTAKA

Cook, J.S & Fontaine, K.L. (2001). Essentials of Mental Health Nursing. Edisi kedua. California:
Addison-Wesley

Boyd, M.A. (2008). Psychiatric Nursing Comtemporary Practice. Edisi keempat. Philadelpia: :
Lippincott and Wilkins

Evangelista, M.L.J. (2008). Psychiatric Nursing. Edisi kedua. Philiphines: RMSIA Publishing

Anda mungkin juga menyukai