Anda di halaman 1dari 7

Atlas berwarna histologi edisi ke lima

Sistem respirasi terdiri dari bagian konduksi dan bagian respirasi. Daerah

ekstrapulmonal bagian konduksi terdiri atas rongga hidung, faring, laring trakea

dan bronkus. Daerah intrapulmonal bagian konduksi terdiri atas bronkus

intrapulmonal, bronkiolus dan bronkiolus terminalis.

Daerah ekstrapulmonal dari bagian konduksi mengubah udara yang

dihirup dengan melembabkan, membersihkan dan menyesuaikan suhu udara.

Kerja membersihkan dan melembabkan dilakukan oleh mukosa saluran

pemapasan. Mukosa saluran pernapasan terdiri atas epitel bertingkat torak bersilia

(epitel respiratori) dengan sejumlah sel-sel goblet dan sarung jaringan ikat di

bawahnya yang ditempati kelenjar seromukosa. Perubahan temperatur udara

pernapasan dicapai melalui adanya pembuluh darah yang banyak dalam jaringan

ikat tepat di sebelah dalam epitel respirasi.

Bagian konduksi sistem respirasi disokong oleh suatu rangka yang terdiri atas

tulang dan/atau tulang rawan agar dapat mempertahankan lumen tetap terbuka.

Diameter lumen ini dikendalikan oleh sel otot polos yang letaknya pada dinding

bangunan ini. Larings yaitu suatu daerah dari bagian konduksi, diperuntukkan

mencegah makanan, cairan dan benda asing masuk ke dalamnya dan untuk

pembentukan suara. Larings terdiri atas sembilan tulang rawan, tiga di antaranya

berpasangan, sejumlah otot ekstrinsik dan intrinsik dan beberapa ligamen. Kerja

otot ini pada tulang rawan dan ligamen mengubah memungkinkan variasi nada

suara yang dihasilkannya. Lumen larings dibagi menjadi tiga kompartemen :

vestibulum, ventrikel dan ruang infraglotis. Ruang infraglotis adalah kontinyu


dengan lumen trakea, suatu struktur yang disokong oleh cincin-C 15-20 segmen

tulang rawan hialin yang berbentuk tapal kuda. Lumen trakea dibatasi oleh epitel

respirasi yang terdiri atas berbagai jenis sel, yaitu sel goblet, sel-sel basal, sel

bersilia, sel sikat dan mungkin sel DNES penghasil hormon. Trakea bercabang

menjadi dua bronkus primer yang menuju ke paru kanan dan kiri.

Daerah intrapulmonal terdiri atas bronkus intrapulmonal (bronkus

sekunder), yang dindingnya disokong oleh lempeng tulang rawan hialin yang

tidak beraturan. Setiap bronkus infrapulmonal mempercabangkan beberapa

bronkiolus, diameter saluran yang makin berkurang yang tidak mempunyai rangka

tulang rawan sebagai penyokong. Epitel yang membatasi bronkiolus yang lebih

besar bersilia dengan sedikit sel goblet, tetapi untuk cabang yang lebih kecil

menjadi selapis kolumnar, dengan sel goblet digantikan oleh sel Clara.

Selanjutnya, ketebalan dindingnya juga berkurang, juga diameter lumennya.

Daerah paling akhir dari bagian konduksi terdiri atas bronkiolus terminalis yang

mukosanya makin menurun ketebalannya dan strukturnya makin sederhana. Agar

saluran udara ini tetap terbuka dimana dindingnya tidak mempunyai sokongan

tulang rawan maka dipertahankan oleh serat elastin yang memancar dari bagian

tepinya dan bersatu dengan serat elastin yang terdapat pada struktur yang

berdekatan.

Bagian respirasi mulai dengan percabangan bronkiolus terminalis, disebut

bronkiolus respiratorius. Saluran ini menyerupai bronkiolus terminalis kecuali

saluran ini mempunyai kantong-kantong kecil yang menonjol keluar yang dikenal

sebagai alveoli, yang berdinding tipis memungkinkan terjadinya pertukaran gas.


Bronkiolus respiratorius seterusnya menuju ke duktus alveolaris yang berakhir

pada daerah yang melebar yaitu sakus alveolaris, dengan setiap sakus terdiri atas

sejumlah alveoli. Epitel sakus alveolaris dan alveoli terdiri atas dua jenis sel:

pneumosit tipe I yang sangat tipis, yang menyusun dinding alveolus dan sakus

alveolaris; dan pneumosit tipe II, sel yang membentuk surfaktan, suatu fosfolipid

yang menurunkan tegangan permukaan. Berkaitan dengan bagian respirasi paru

adalah suatu jala-jala kapiler yang sangat banyak, dialirkan melalui arteria

pulmonalis dan dikosongkan melalui vena pulmonalis. Kapiler memperdarahi

setiap alveolus dan kapiler kontinyu yang sangat tipis ini, sel endotel yang

kontinyu sangat dekat dengan pneumosit tipe I. Ternyata, pada banyak lamina

basalis kedua dinding melebur menjadi satu lamina basalis, sehingga sawar udara-

darah minimal, j adi memudahkan pertukaran gas. Karena itu, sawar darah-udara

(blood-air barrier) terdiri atas sel endotel kapiler yang tipis, dua lamina basalis

yang menyatu, pneumosit tipe I yang tipis dan surfaktan serta cairan yang

melapisi alveolus.

Karena paru mengandung sejumlah besar alveoli 300 juta dengan total

area permukaan 75 m', ruangruang kecil ini yang berkelompok satu sama lain

dipisahkan satu dari yang lain oleh dinding dengan ketebalan yang berbeda,

dikenal sebagai septa interalveolaris. Bagian yang paling tipis ini sering ada

hubungan melalui porus alveolaris, dimana udara dapat lewat antar alveoli. Bila

septum sedikit agak tebal mungkin ada jaringan ikat yang tipis seperti kapiler

dengan lamina basalisnya atau mungkin mempunyai serat kolagen dan serat

elastin, juga serat otot polos dan sel jaringan ikat. Makrofag yang dikenal sebagai
sel debu (dust cell) sering ada di septum interalveolaris. Sel ini berasal dari

monosit dan masuk ke jaringan paru melalui aliran darah. Di sini makrofag

menjadi matang dan menjadi benar-benar pembersih yang efisien. Diduga sel

debu paling banyak dari semua jenis sel-sel, meski sel ini dibuang darijaringan

paru dengan kecepatan 50 juta per hari. Meskipun tidak diketahui apakah sel debu

secara aktif bermigrasi ke bronkiolus atau mencapai bronkiolus melalui aliran

cairan, diketahui bahwa sel-sel itu dibawa dari sana dalam lapisan lendir,melalui

getaran silia epitel respiratoris, ke dalam farings. Saat mencapai farings, sel-sel ini

dibatukkan keluar atau ditelan.

Histologi defiore

Bagian konduksi sistem Pernapasan terdiri atas rongga hidung, faring,

laring, trakea, bronkus ekstrapulmonal, dan serangkaian bronkus dan bronkiolus

intrapulmonal dengan diameter yang semakin kecil yang berakhir sebagai

bronkiolus terminalis. Untuk menjamin agar saluran napas yang lebih besar selalu

terbuka, maka saluran ini ditunjang oleh tulang rawan hialin (cartilago hyalina).

Trakea dilingkari oleh cincin tulang rawan hialin bentuk-C yang tidak utuh. Serat

elastik dan otot polos, yang disebut otot trakealis, menghubungkan ruang di antara

ujung'ujung tulang rawan hialin. Cincin tulang rawan trakea menghadap ke

posterior dan terletak berbatasan dengan esofagus. Setelah trakea bercabang

menjadi bronkus yang lebih kecil dan bronkus kemudian masuk ke dalam paru-

paru, maka cincin tulang rawan hialin diganti oleh lempeng tulang rawan hialin

tidak beraturan yang mengelilingi bronkus. Sewaktu bronkus terus bercabang dan

berkurang ukurannya, jumlah dan ukuran lempeng tulang rawan ini juga
berkurang. Saat diameter bronkiolus mengecil kira-kira I mq lempeng tulang

rawan seluruhya menghilang dari saluran udara bagian konduksi. Jadi, bagian

konduksi saluran pernapasan yang terkecil adalah bronkiolus terminalis dengan

diameter antara -0,5-1,0 mm. Terdapat 20- 25 generasi percabangan sebelum

saluran pernapasan mencapai ukuran bronkiolus terminalis. Bronkiolus yang lebih

besar dilapisi oleh epitel bertingkat semu bersilia, seperti pada trakea dan bronkus.

Seiring dengan berkurangnya ukuran saluran, epitel ini berangsur memendek

sampal menjadi epitel selapis bersilia (epithelium simplex ciliatum). Epitel

bronkiolus yang lebih besar juga mengandung banyak sel goblet. Jumlah sel ini

berangsur berkurang seiring dengan berkurangnya ukuran saluran, dan sel goblet

tidak terdapat di epitel bronkiolus terminalis. Bronkiolus yang lebih kecil hanya

dilapisi oleh epitel selapis kuboid (epithelium simplex cuboideum). Pada

bronkiolus terminalis dan bronkiolus respiratorius, terdapat jenis sel lainnya,

pengganti sel goblet, yaitu sel Clara (exocrinocytus caliciformis). Sel Clara adalah

sel kuboid tanpa silia yang jumlahnya bertambah seiring dengan berkurangnya

sel-sel bersiria.

Bagian respiratorik sistem pernapasan adalah lanjutan distal bagian konduksi dan

dimulai dengan saluran PernaPasan tempat berlangsungnya pertukaran gas atau

respirasi. Bronkiolus terminalis bercabang menjadi bronkiolus respiratorius, yang

ditandai oleh adanya kantung-kantung udara berdinding tipis yaitu alveoli, tempat

berlangsungnya respirasi. Bronkiolus respiratorius adalah zona peralihan antara

bagian konduksi dan bagian respirasi atau pertukaran gas. Respirasi hanya dapat

berlangsung di dalam alveoli karena sawar antara udara yang masuk ke dalam
alveoli dan darah vena dalam kapiler sangat tipis. Struktur intrapulmonal lainnya

tempai berlangsungnya respirasi adalah duktus alveolaris dan sakus alveolaris

(sacculus alveolaris). Selain sel-sel di saluran pernapasan, terdapat jenis sel

lainnya di dalam paru. Alveoli mengandung dua jenis sel. Sel yang paling banyak

adalah sel alveolus gepeng atau pneumosit tipe I (pneumocytus typus I). Sel

gepeng ini melapisi seluruh permukaan alveolus. Di antara sel-sel alveolis geplng

ini terselip pneumosit tipe II (pneumocytus typus II) baik tunggal maupun dalam

kelompot t paru, berasal dari monosit darah, juga ditemukan di jaringan ikat

dinding alveolu"s. iiUakrofag atau septum interalveolaris (macrophagocytus

alveolaris) dan di alveoli (set debu). Di dalam septum interalveolaris juga terdapat

banyak anyaman kapiler, arteri pulmonalis, vena pulmonalis, duktus limfe, dan

saraf.

Alveoli paru mengandung banyak jenis sel. Sel alveolus tipe I , yang juga disebut
pneumosit tipe I (pneumocytus typus l), adalah sel selapis gepeng yang sangat
tipis yang melapisi alveoli di paru dan merupakan tempat utama pertukaran gas.
Di antara alveoli yang berdekatan terdapat septuminteralveolare tipis. Di dalam
septum interalveolare, di antara serat-serat halus elastik dan retikular, terdapat
anyaman kapiler. Sel alveolus tipe I berkontak erat dengan lapisan endotel kapiler,
membentuk sawar darah-udara (claustrum aerosanguineum) yang sangat tipis,
tempat pertukaran gas berlangsung. Sawar darah-udara terdiri dari lapisan
permukaan dan sitoplasma pneumosit tipe l, penyatuan membrana basalis
pneumosit dan sel endotel, dan sitoplasma endotel kapiler yang tipis. Sel alveolus
tipe ll, yang juga disebut pneumosit tipe ll (pneumocytus typus ll) atau sel septalis
(cellula septalis), jumlahnya lebih sedikit dan berbentuk kuboid. Sel ini ditemukan
tunggal atau berkelompok di sekitar sel alveolus tipe I di dalam alveoli. Apeksnya
yang bulat menonjol ke dalam alveoli di atas sel alveolus tipe l. Sel alveolus ini
sekretorik dan mengandung corpusculum lamellare (lamellar body) terpulas-geiap
di sitoplasma apikalisnya. Sel ini menyintesis dan mengeluarkan produk kaya-
fosfolipid yaitu surfaktan paru. Ketika dikeluarkan ke dalam alveolus, surfaktan
menyebar berupa lapisan tipis di atas permukaan sel alveolus tipe l, menurunkan
tegangan permukaan alveolus. Berkurangnya tegangan permukaan di alveoli
mengurangi gaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan alveoli sewaktu
inspirasi. Karena itu, surfaktan menstabilkan diameter alveolus, mempermudah
pengembangan alveolus, dan mencegah kolapsnya alveolus sewaktu respirasi
dengan memperkecil gaya kolaps. Sewaktu perkembangan janin, sel alveolus
besar mengeluarkan surfaktan dalarn jumlah memadai untuk respirasi pada usia
28 sampai 32 minggu gestasi. Selain menghasilkan surfaktan, sel alveolus besar
dapat membelah diri dan berfungsi sebagai sel induk untuk sel alveolus gepeng
tipe ldi alveoli. Surfaktan juga dianggap memiliki efek bakterisidal di alveoli
untuk melawan patogen inhalan yang memiliki potensi berbahaya.

Anda mungkin juga menyukai