Anda di halaman 1dari 2

RS GRAHA HUSADA KEBIJAKAN DAN PROSEDUR RS DALAM

PENANGANAN, PEMBATASAN DAN


PENGURANGAN HAMBATAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman

A 1/2

Tanggal Terbit Ditetapkan, Juli 2016


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. H. Is Yulianto., Sp.OG
PENGERTIAN Prosedur untuk mengidentifikasi, menangani, membatasi sehingga
mengurangi hambatan melakukan pelayanan kepada pasien dengan
hambatan tertentu.
TUJUAN 1. Sebagai acuan langkah langkah penerapan menangani, membatasi
dan mengurangi hambatan pada pasien.
2. Untuk mengurangi dampak dari hambatan dalam memberikan
pelayanan.
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RS Graha Husada nomor ...../Akre/SK-
RSGH/..../2016 tentang Prosedur RS dalam penanganan, pembatasan,
dan pengurangan hambatan
PROSEDUR 1. Petugas pendaftaran dan petugas triase mengidentifikasi hambatan
pada pasien dengan mengisi identifikasi sewaktu mendaftar.
2. Dokter IGD/DPJP mengkaji hambatan pada pasien.
3. Data diperoleh dari data rekam medis satu tahun sebelumnya
4. Hambatan yang di dapatkan dalam populasi pasien berupa pasien
tua,cacat fisik, bicara dengan berbagai bahasa daerah mapun asing
dan budaya
5. Hambatan yang paling sering didapatkan di RS Graha Husada
adalah pasien tua, cacat fisik, bahasa asing
6. Rumah sakit melakukan proses untuk mengatasi hambatan tersebut
7. Semua pasien dengan ksulitan mobilisasi akan disediakan kursi roda
di area drop off
8. Semua pasien dengan kendala bisu dan tuli, bila membutuhkan
penolong komunikai akan di fasilitasi
9. Pasien penyandang disabiliti harus dibantu dengan alat bantu yang
dibutuhkan sesuai denga kecacatan yang terjadi (kruk,walker,kursi
roda,brankar,pendamping)
10. Pasien pasien dengan kendala bahasa yang tidak dimengerti akan di
fasilitasi oleh RS
11. Untuk pasien tua, atau pasien datang sendiri/emergency, rumah
sakit menyediakan tenaga untuk membantu pasien dalam proses
pendaftaran.

Hambatan Fisik (Cacat Fisik)


1. Petugas Rumah Sakit (POS/Satpam/Perawat) menerima pasien
dengan keterbatasan fisik seperti kondisi lemah, tidak sadar, tidak
bisa jalan atau tidak bisa melihat maka pasien diantar dengan
menggunakan stretcher atau kursi roda ke tempat pemeriksaan
pasien baik Poliklinik maupun Instalasi Gawat Darurat hingga
pasien pulang atau rawat inap.
2. Petugas Rumah Sakit membantu mengantar pasien dengan
keterbatasan fisik tersebut melakukan pemeriksaan penunjang atau
tindakan yang dibutuhkan sesuai instruksi dokter.
3. Petugas Rumah Sakit membantu mengantar pasien dengan
keterbatasan fisik tersebut ke depan pintu Rumah Sakit bila pasien
pulang atau ke Ruangan bila pasien Rawat Inap.
4. Petugas Rumah Sakit/Dokter berkomunikasi dengan pasien tuna
rungu/tuna wicara dengan tulisan atau melalui keluarga tuna rungu/
tuna wicara dengan tulisan atau melalui keluarga yang memahami
komunikasinya.
5. Petugas Rumah Sakit/Dokter membantu aktifitas pasien tuna netra,
membantu menuliskan informasi yang harus diberikan dan
menjelaskan secara lisan semua informasi yang diberikan dan
disertai keluarga sebagai pendamping.
6. Pasien tuna netra memberikan tanda tangan/ cap jempol disertai
tanda tangan keluarga dan petugas rumah sakit setelah jelas
mendapat informasi untuk persetujuan tindakan atau bukti mendapat
informasi.
7. Dokter melakukan komunikasi melalui orang tua atau pendamping
pasien anak anak atau orang tua atau cacat mental. Untuk anak
anak > 3 tahun atau orang tua atau cacat mental yang masih dapat
komunikasi dapat dikonfirmasikan pemeriksaan fisik dengan
keluhan anak atau orang tua dengan pendamping.
8. Anak anak atau orang tua atau cacat mental untuk persetujuan
tindakan atau bukti telah mendapat informasi diwakili keluarga
yang mendampingi sesuai dengan prosedur persetujuan tindakan
medik.

Hambatan Tidak Sadar


1. Petugas Rumah Sakit (POS/Satpam/Perawat) menerima pasien tidak
sadar maka pasien diantar dengan menggunakan stretcher tempat
pemeriksaan Instalasi Gawat Darurat dengan menjaga jalan nafas.
2. Dokter menerima pasien tidak sadar dengan menilai jalan nafas,
pernafasan dan sirkulasi serta melakukan tindakan sesuai prosedur.
3. Dokter melakukan anamnesa kepada keluarga/ pengantar pasien
untuk diketahui Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) dan Riwayat
Penyakit Dahulu (RPD).
4. Dokter melakukan pemeriksaan pasien sesuai prosedur pelayanan
gawat darurat, hambatan anak anak atau orang tua atau cacat
mental.

Hambatan Bahasa
1. Dokter/ perawat mengkaji keterbatasan bahasa pasien melalui
anamnesa, pasien mengerti atau tidak.
2. Dokter/ perawat/ petugas admisi menghubungi penerjemah dan
memastikan bahwa penerjemah akan datang.
3. Bila penerjemah belum datang dapat menggunakan bahasa isyarat
atau gambar bagian tubuh yang sakit atau menunjukkan bagian
tubuh yang sakit.
4. Dalam kondisi khusus seperti akan operasi, DPJP visite pasien dan
penerjemah harus ada di tempat.
UNIT TERKAIT 1. IGD
2. Unit Rawat Jalan dan Rawat Inap
3. Satpam
4. Rekam Medik
5. Pendaftaran

Anda mungkin juga menyukai