Seorang dokter gigi dipanggil dari pihak reskrim polwitabes setempat. Setelah
tiba dilokasi petugas kepolisian meminta bantuan untuk meidentifikasi korban yang telah
jenazah dibuka terlihatlah beberapa bagian potongan tubuh, dibagian potongan tubuh
tersebut maka terdapat beberapa luka memar dengan bentuk atau pola yang teratur,
didalam kantong tersebut juga ditemukan beberapa tulang dan beberapa gigi bahkan
tambalan dari potongan tubuh tersebut terlihat beberapa sobekan ada kulit dan
otot yang menunjukan karakteristik tertentu, apa yang harus dilakukan dokter gigi
tersebut.
Instruksi :
1
TINJAUAN PUSTAKA
2. Jika ada data yang tidak cocok, maka kemungkinan tersangka sebagai individu
Atas dasar itu, maka dalam identifikasi individu, sebanyak mungkin metode
1. Visual
Identifikasi dilakukan dengan melihat tubuh atau bagian tubuh korban secara visual,
misalnya muka, tungkai dsb. Metode ini hanya dapat dilakukan jika tubuh atau bagian
2
2. Perhiasan
Beberapa perhiasan yang dipakai korban, seperti cincin, gelang, rantai, arloji, liontin,
dsb dapat mengarahkan kita kepada identitas korban tersebut. Perhiasan mempunyai
nilai yang lebih tinggi jika ia mempunyai ciri khas, seperti gravir nama, foto dalam
3. Pakaian
Pakaian luar dan dalam yang dipakai korban merupakan data yang amat berharga
mempunyai label tertentu (label nama, penjahit, binatu atau merek) memiliki nilai
4. Dokumen
Dokumen seperti SIM, KTP, Pasport dapat menunjukkan identitas orang yang
membawa dokumen tersebut, khususnya jika dokumen tersebut dibawa sendiri oleh
Pemeriksaan medis dilakukan untuk mendapatkan data umum dan data khusus
data umum dicari data yang umum diketahui dan dimiliki oleh setiap individu dan
mudah dikonfirmasi kepada keluarga, seperti data ras, jenis kelamin, umu, berat
3
badan, warna kulit, rambut, dsb. Data khusus adalah data yang belum tentu dimiliki
oleh setiap individu atau data yang tidak dengan mudah dikonfirmasi kepada
keluarganya, seperti data foto ronsen, data lab, adanya tattoo, bekas operasi atau
6. Odontologi forensik
Pemeriksaan atas gigi geligi dan jaringan sekitarnya serta berbagai perubahan akibat
7. Serologi forensik
(HLA). Pada saat ini dengan berkembangnya analisis polimorfisme DNA, bidang ini
menjadi lebih luas lagi karena bahan pemeriksaan bukan lagi darah, melainkan
hampir seluruh sel tubuh kita. Hal ini memberikan dampak kecenderungan
penggantian istilah serologi dengan istilah hemereologi yang mencakup semua hal
diatas.
8. Sidik jari
4
Telah lama diketahui bahwa sidik jari setiap orang di dunia tidak ada yang sama
9. Eksklusi
nama-namanya ada dalam daftar individu (data penumpang, data pegawai), maka jika
(n-1) individu telah teridentifikasi, maka satu individu terakhir diputuskan tanpa
pemeriksaan (per ekslusionam) sebagai individu yang tersisa menurut daftar tersebut.
1. Memeriksa label mayat (dari pihak kepolisian) yang biasanya diikatkan pada
jempol kaki mayat. Gunting pada tali pengikat, simpan bersama berkas
pemeriksaan. Catat warna, bahan, dan isi label selengkap mungkin. Sedangkan
label rumah sakit, untuk identifikasi di kamar jenazah, harus tetap ada pada
tubuh mayat.
3. Mencatat jenis/bahan, warna, corak, serta serta kondisi (ada tidaknya bercak/
4. Mencatat pakaian mayat dengan teliti mulai dari yang dikenakan di atas sampai
bawah, dari yang terluar sampai terdalam. Pencatatan meliputi bahan, warna
dasar, warna dan corak tekstil, bentuk/model pakaian, ukuran, merk penjahit,
5
cap binatu, monogram/inisial, dan tambalan/tisikan bila ada. Catat juga letak
dan ukuran pakaian bila ada tidaknya bercak/pengotoran atau robekan. Saku
5. Mencatat perhiasan mayat, meliputi jenis, bahan, warna, merek, bentuk serta
b. Kaku mayat : distribusi, derajat kekakuan pada beberapa sendi, dan ada
c. Suhu tubuh mayat : memakai termometer rektal dan dicatat juga suhu
d. Pembusukan.
warna kulit, status gizi, tinggi badan, berat badan, disirkumsisi/tidak, striae
9. Mencatat segala sesuatu yang dapat dipakai untuk penentuan identitas khusus,
meliputi rajah/tattoo, jaringan parut, kapalan, kelainan kulit, anomali, dan cacat
pada tubuh.
10. Memeriksa distribusi, warna, keadaan tumbuh, dan sifat dari rambut.
11. Memeriksa mata, seperti apakah kelopak terbuka atau tertutup, tanda kekerasan,
kelainan. Periksa selaput lendir kelopak mata dan bola mata, warna, cari
6
pembuluh darah yang melebar, bintik perdarahan, atau bercak perdarahan.
dan warna iris serta kelainan lensa mata. Catat ukuran pupil, badingkan kanan
dan kiri.
12. Mencatat bentuk dan kelainan/anomali pada daun telinga dan hidung.
13. Memeriksa bibir, lidah, rongga mulut, dan gigi geligi. Catat gigi geligi dengan
14. Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan. Pada pria dicatat kelainan
bawaan yang ditemukan, keluarnya cairan, kelainan lainnya. Pada wanita dicatat
keadaan selaput dara dan komisura posterior, periksa sekret liang sanggama.
sianosis, edema, bekas pengobatan, bercak lumpur atau pengotoran lain pada
tubuh.
terdekat.
7
g. Dasar luka: jaringan bawah kulit, otot, tulang, atau rongga badan.
k. Lain-lain: misalnya pada luka lecet jenis serut diperiksa pola penumpukan
warnanya.
lama waktu, apalagi mengingat pada evakuasi bencana massal yang memungkinkan
waktu lebih panjang untuk pemindahan para korban ke kamar mayat / ruang autopsi.
a. Kulit wajah pucat, karena sirkulasi berhenti, darah mengendap terutama pembuluh
darah besar.
b. Relaksasi primer : krn tonus otot tidak ada rahang bawah melorot
c. Perubahan pada mata : pandangan mata kosong, refleks (-)
d. Setelah waktu 10-12 jam keruh kornea
b. Penurunan suhu mayat (algor mortis), karena adanya perpindahan panas ke dingin
a. Faktor lingkungan
8
Semakin besar perbedaan antara suhu tubuh dengan suhu lingkungan, semakin cepat
akan selalu didahului dengan peningkatan suhu yang akan memengaruhi penafsiran
Ada 3 contoh perubahan biokimia pada fase lanjut post mortem, yaitu :
Perubahan plasma, yaitu peningkatan kadar kalium, pospor, CO & asam laktat dan
darah post mortem menyerupai lemak ayam yang berwarna merah kekuningan.
Bekuan ini biasanya kita temukan pada jantung mayat yang mati dengan proses
kematian lama.
mortum hypostasis)
Hal ini dapat terjadi karena pengendapan butir-butir ertirosit karena adanya gaya
gravitasi sesuai dengan tubuh, berwarna biru ungu tetapi masih dalam pembuluh darah,
timbul 20-30 menit dan setelah 6-8 jam lebam mayat masih bisa ditekan dan masih bisa
berpindah tempat. Suhu tubuh yang tinggi dapat mempercepat timbulnya lebam mayat.
9
Terbentuknya lebam mayat terjadi karena kegagalan sirkulasi, dan aliran balik vena gagal
mempertahankan darah mengalir melalui saluran pembuluh darah kapiler akibatnya butir
sel darahnya saling tumpuk memenuhi saluran tersebut dan sukar dialirkan di tempat lain
(fenomena kopi tubruk). Gaya gravitasi meyebabkan darah yang terhenti tersebut
mengalir ke area terendah. Kejadian ini timbul kurang lebih 30 menit setelah kematian
somatis dan intensitas maksimal (menjadi lengkap) setelah 8-12 jam post mortal.
Sebelum waktu ini, lebam mayat masih dapat berpindah-pindah, jika posisi mayat diubah,
misalnya dari terlentang menjadi tengkurap, namun setelahnya, lebam mayat sudah tidak
Tidak hilangnya lebam mayat pada saat itu, dikarenakan telah terjadinya
perembesan darah kedalam jaringan sekitar akibat rusaknya pembuluh darah akibat
tertimbunnya sel sel darah dalam jumlah yang banyak, adanya proses hemolisa sel-sel
darah dan kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah. Dengan demikian penekanan pada
daerah lebam yang dilakukan setelah 8 12 jam tidak akan menghilang. Hilangnya lebam
pada penekanan dengan ibu jari dapat memberi indikasi bahwa suatu lebam belum
terfiksasi secara sempurna. Atas dasar keadaan tersebut, maka dari sifat-sifat serta
distribusi lebam mayat dapat diperkirakan apakah pada tubuh korban telah terjadi
manipulasi merubah posisi korban. Warna lebam mayat biasanya bergantung pada
oksigenasi sewaktu korban meninggal. Bila terjadi bendungan, hipoksia, mayat memiliki
warna lebam yang lebih gelap karena adanya hemoglobin tereduksi dalam pembuluh
darah kulit. Lebam mayat merupakan indikator kurang akurat dalam menentukan
10
mekanisme kematian, dimana tidak ada hubungan antara tingkat kegelapan lebam mayat
dengan kematian yang disebabkan asfiksia. Sering kematian sebab wajar oleh karena
gangguan koroner atau penyakit lain memiliki lebam yang lebih gelap. Terkadang area
lebam mayat berwarna terang dan dilanjutkan dengan area lebam mayat berwarna lebih
gelap.
beberapa waktu, seperti tenggelam, dimana warna lebam mayat dapat menentukan
penyebab kematian, tetapi relatif tidak spesifik oleh karena mayat yang terpapar udara
dingin setelah mati (terutama bila mayat yang di dalam lemari es mayat) dapat terjadi
perubahan lebam dari merah padam menjadi merah muda. Hal ini dapat dimengerti pada
kasus hipotermia, dimana metabolisme reduksi dari jaringan gagal mengambil oksigen
Diketahui bahwa lebam mayat yang merah padam berubah menjadi merah muda
pada batas horizontal anggota tubuh bagian atas, warna lebam pada anggota tubuh bagian
bawah tetap gelap, sehingga perubahan secara kuantitatif lebam dapat ditentukan, dimana
Perubahan lainnya pada warna lebam lebih berguna. Pada keracunan gas
karbonmonoksida, lebam mayat akan berwarna merah bata atau cherry red, yang
memberikan warna lebam merah terang. Oleh karena kadar oksi hemoglobin (HbO)
dalam darah vena tetap tinggi. Pada keracunan zat yang dapat menimbulkan
methemoglobinemia, seperti pada keracunan kalium khlorat, kinine, anilin, asetanilid dan
11
nitrobensen, lebam akan berwarna coklat-kebiruan (slaty) oleh karena adanya
Padakasus tenggelam atau pada kasus dimana tubuh korban berada pada suhu
lingkungan yang rendah, maka lebam mayat khususnya yang dekat letaknya dengan
tempat yang bersuhu rendah, akan berwarna merah terang. Ini disebabkan karena suhu
yang rendah akan mempengaruhi kurva dissosiasi dari oksi-hemoglobin. Kematian yang
disebabkan sepsis dimana Clostridium perfringens sebagai agen infeksi, bercak berwarna
viskositas darah, termasuk berbagai penyakit yang mempengaruhinya, kadar Hb, dan
rigor mortis. Rigor mortis berasal dari bahasa latin Rigor berarti stiff atau kaku, dan
mortis yang berarti tanda kematian (sign of death). Hal ini terjadi karena adanya
kelenturan otot setelah mati karena adanya metabolisme tingkat selular masih berjalan
aktin miosin masih renggang. Rigor mortis terjadi akibat hilangnya ATP. ATP digunakan
untuk memisahkan ikatan aktin dan miosin sehingga terjadi relaksasi otot. Namun karena
pada saat kematian proses metabolisme tidak terjadi sehingga tidak ada produksi ATP.
12
Karena kekurangan ATP sehingga kepala miosin tidak dapat dilepaskan dari filamen
aktin, dan sarkomer tidak dapat berelaksasi. Karena hal ini terjadi pada semua otot tubuh
Rigor mortis timbul 1-3 jam postmortem (rata-rata 2 jam), dipertahankan 6-24
jam, dimulai dari otot kecil : rahang bawah, anggota gerak atas, dada, perut dan anggota
V. PENYEBAB KEMATIAN
Berbagai hal dapat menjadi penyebab suatu peristiwa kematian. Perlu diingat
pada pembahasan kasus ini, kematian massal disebabkan karena bencana (kebakaran
hotel), sehingga faktor-faktor penyebab kematian korban dapat diseleksi sebagai berikut.
13
1. Inhalation of Suffocating Gasses
Inhalation of suffocating gasses adalah suatu keadaan dimana korban menghisap
gas tertentu dalam jumlah berlebihan sehingga kebutuhan O2 tidak terpenuhi. Ada tiga
cara kematian pada korban kasus inhalation of suffocating gasses, yaitu menghisap gas
(hemoglobin tereduksi).
f. Diagnosis pasti dapat kita tentukan dengan melakukan pemeriksaan saturasi, yaitu
lebih dari 10%. Gas karbon monoksida (CO) 210 kali lebih kuat dari gas oksidan (O 2)
Luka bakar merupakan luka yang diakibatkan oleh persentuhan tubuh dengan api
berikut.
14
- Menurut gejala umum, diklasifikasikan sebagai berikut.
Nyeri yang sangat hebat, yang dapat menyebabkan syok bahkan kematian.
Pugillistic attitude / coitus attitude berupa ekstremitas fleksi, kulit menjadi arang
dan mengelupas.
Ekstremitas fleksi akibat koagulasi protein. Ekstremitas fleksi tidak sampai
hematom).
Pseudoepidural Hematom: Warna bekuan darah coklat. Konsistensi rapuh.
otak menjadi cekung sesuai dengan bekuan darah. Garis patah melewati
15
Lambat : shock dehidrasi, acute renal failure, infeksi & sepsis, ulcus curling,
kiri.
Luas daerah 18% permukaan tubuh, yaitu meliputi : permukaan ekstremitas
16
Ada dua kemungkinan reaksi dari tubuh korban, yaitu:
a. Reaksi lokal
meninggalkan scar.
Vesikel, bulla & bleps dengan albumin atau NaCl tinggi.
Necrosis coagulativa, dengan ciri-ciri : warna coklat gelap hitam dan sembuh
b. Reaksi umum
1. Heat exhaustion
17
Gejala : badan panas, pusing, pucat, berkeringat, otot lemah, suhu tubuh menurun,
exhaustion, yaitu :
Arteriosklerosis arteri koroner.
Darah berwarna gelap di jantung.
Organ dalam mengalami kongesti.
2. Heat stroke / sun stroke / pingsan panas
paralisis centrum di medulla. Keadaan ini dapat terjadi pada udara yang panas
(mencapai 1000o Fahrenheit) dan lembab serta telah berlangsung beberapa hari.
Ada enam gejala heat stroke / sun stroke / pingsan panas, yaitu : badan panas,
pusing, sakit kepala, irama denyut nadi cepat dan berat, kolaps sirkuler, syok
3. Heat cramp
Heat cramp dapat terjadi pada individu yang bekerja dalam ruangan yang
bersuhu tinggi. Kita dapat melakukan terapi terhadap reaksi heat cramp dengan
menggunakan campuran air & garam atau larutan PZ IV bila korban mengalami
konvulsi.
18
VI. Pemeriksaan Dalam
dilakukan atau bukti-bukti penunjang belum memadai, maka pemeriksaan dalam dapat
1. Sistem Pernafasan
19
Pada saat petugas kepolisian membawa tulang untuk dilakukan pemeriksaan medis, hal-hal
yang biasanya dipertanyakan pihak kepolisian kepada petugas medis antara lain:
3. Apakah tulang-tulang tersebut merupakan tulang dari satu individu atau beberapa
individu.
5. Waktu kematian.
Hal ini merupakan tugas dokter karena pihak kepolisian dan rakyat biasa sering acuh, sehingga
pernah terjadi kekeliruan dengan tulang binatang, terutama dengan tulang-tulang anjing, babi dan
Jika tulang yang dikirim utuh atau terdapat tulang skeletal akan sangat mudah untuk
membedakannya, tetapi akan menjadi sangat sulit bila hanya fragmen kecil yang dikirim tanpa
Tes precipitin yang dikonduksi dengan serum anti-human dan ekstrak dari fragmen juga dapat
dipergunakan untuk mengetahui apakah tulang tersebut tulang manusia. Tulang manusia dan
Sebelum masa dewasa, jenis kelamin tidak dapat ditentukan hanya dengan tulang-tulang saja.
Baru setelah masa puber hal-hal berikut dapat dipakai sebagai pegangan:
20
- Panggul. Panggul pada wanita lebih lebar, khususnya tulang kemaluan (os pubis) dan
tulang usus (os oschii); sudut pada incisura ischiadica major lebih terbuka, foramen orburatum
mendekati bentuk segitiga. Sangat diagnostik adalah Arc compose. Pada pria lengkung yang yag
terbentuk oleh pinggir kranial ventral facies auricularis, kl. Dapat dilanjutkan pada pinggir
kranial dan ventral incisura ischiadica major; pada wanita terbentuk dua lengkung terpisah. Di
samping itu pada wanita terdapat lengkung pada bagian ventral tulang kemaluan, yang tidak
kentara pada pria; pada wanita bagian subpubica dari rasmus ischio-pubicus cekung, pada pria
tulang ini cembung; dilihat dari sisi ventral , pada wanita bagian yang sama agak tajam, pada pria
lebih membulat.
- Tulang tengkorak. Besarnya tengkorak adalah salah satu ciri dimorfis seksual. Tengkorak
pria lebih besar, lebih berat dan tulangnya lebih tebal. Seluruh rellef tengkorak (benjolan,tonjolan
Tulang dahi dipandang dari norma lateralis kelihatan lebih miring pada pria, pada wanita hampir
tegal lurus; benjolan dahi (tubera frontalla) lebih kentara pada wanita, pada pria agak
menghilang. Arci supercilliaris lebih kuat pada laki-laki; sering hampir tidak kentara pada
wanita; pinggir lekuk mata (orbita) agak tajam/tipis pada wanita dan tumpul/tebal pada pria.
Bentuk orbita pada pria lebih bersegi empat (menyerupai layar TV dengan sudut tumpul), pada
Pada tulang pelipis tahu mastoid (prossesus mastoideus) besar dan takiknya (incisura mastoidea)
21
No Yang membedakan Laki laki Perempuan
.
1. Ukuran Kapasitas intra Kapasitas intra
persegi empat
10.
Nasion Angulasi jelas Angulasi kurang
menonjol
11.
Malar prominence Lebih lengkung Lebih datar
12.
Lobang hidung Lebih tinggi dan Lebih rendah dan
sempit luas
13.
Eminentia parietalis Kurang Lebih
14.
Condilus occipitalis Besar Kecil
22
15.
Condylar facet Panjang dan sempit Pendek dan luas
16.
Foramina Lebih besar Lebih kecil
17.
Palatum Lebih besar dan Lebih kecil dan
huruf U
18.
Digastric groove Dalam Dangkal
19.
Sinus frontalis Lebih berkembang Kurang berkembang
20.
Gigi Lebih besar Lebih kecil
21.
Permukaan tulang Permukaan Seluruhnya halus
pria (mendekati 90). Benjol dagu (protuberia mentalis) lebih jelas/besar pada pria. Processus
.
1. Ukuran Lebih besar Lebih kecil
2.
Sudut anatomis Everted Inverted
3.
Dagu Berbentuk persegi Agak bulat
empat
4.
Bentuk tulang Berbentuk seperti Berbentuk seperti
23
menonjol
5.
Mental tubercle Menonjol dan dalam Tidak signifikan
6.
Myelohyoid line Lebih Kurang menonjol
dan dangkal
7.
Tinggi pada simphisis mentii Lebih lebar Kurang
8.
Ramus ascending Lebih besar Lebih sempit
9.
Condylar facet Lebih besar Lebih kecil
10.
Berat dan permukaan Lebih Lebih ringan dengan
perlengketan otot
yang menonjol
11. Lebih besar
Gigi Lebih kecil
Tulang-tulang yang dikirim untuk dilakukan pemeriksaan harus dipisahkan berdasarkan sisi
asalnya, dan selanjutnya dilakukan pencatatan jika terdapat tulang yang berlebih dari yang
sebenarnya , atau terdapat jenis tulang yang sama dari sisi yang sama.
Pada pemeriksaan rahang bawah, bisa dibedakan rahang bayi, dewasa dan orang tua. Rahang
bayi corpusnya dangkal dan rasmusnya sangat pendek dan membentuk sudut 140 dengan corpus
24
dari rahan tersebut. Pada rahang dewasa corpus menjadi tebal dan panjang dan susut antara
rasmus dan corpus mengarah 90. Pada orang tua batas dari prosessus alveolarismulai hilang dan
corpus akan menjadi tumpul. Pada anak kecil foramen mentalis terletak pada pinggir bawahnya.
Prossesus condyloideus hampir segaris dengan corpus dan prosesus coronoideus project di atas
condylus. Pada orang dewasa foramen mentalis terletak di pertengahan batas atas dan bawah dari
corpus condylus panjang dan menonjol di atas prosessus coronoideus. Pada usia tua foramen
Pada pertemuan dari tulang rawan pada ephypisis dengan diaphysis pada wanita lebih dahulu
terjadi dari laki-laki. Sedangkan sutura pada cranium hilang lebih dahulu pada laki-laki. Pada
umur 18 tahun ephypisis dari phalanx, metacarpal dan ujung bawah dari ulna dan radius mulai
menutupi pusat penulangan. Pada umur 19 tahun bagian tersebut sudah tertutup rapat. Pada
daerah tropis, pusat penulangan dan pertemuan (persatuan) dari ephypisis pada tulang panjang
lebih cepat 2 tahun pada laki-laki, sedangkan pada weanita 3 tahun lebih dahulu
Sangatlah susah untuk memperkirakan waktu kematian dari pemeriksaan tulang, meskipun
begitu dugaan-dugaan dapat dibuat dengan memperhatikan adanya fraktur, aroma, dan kondisi
jaringan lunak dan ligamen yang melekat dengan pada tulang tersebut. Pada kasus-kasus fraktur,
perkiraan waktu kematian dapat diperkirakan dalam berbagai tingkatan ketepatan, dengan
pemeriksaan callus setelah dibedah sebelumnya secara longutidunal. Aroma yang dikeluarkan
tulang pada beberapa kematian sangat khas dan menyengat. Harus diingat bahwa anjing, serigala
dan pemakan daging lainnya akan menggunduli tulang tanpa sedikit pun jaringan lunak dan
25
ligamen, meskipun dalam waktu yang sangat singkat, tetapi aroma yang ditinggalkanya masih
merupakan bukti dan tetap berbeda dari tulang yang telah mengalami penguraian di tanah.
selama tiga sampai sepuluh tahun, yang biasanya terjadi dalam peti mati. Perubahan yang terjadi
pada tulang diikuti dengan berkurangnya berat dan bahan organik, seperti tulang menjadi lebih
gelap atau kecoklatan atau menjadi rapuh. Akan menjadi sangat susah untuk memperkirakan jika
perubahan warba terjadi, tetapi itu tergantung kepada kemurnian tanah, model penguburan
(dengan atau tanpa peti mati), dan usia dari orang tersebut (lebih cepat pada usia muda).
Tulang, bagian ujung ujung dari tulang, harus diperiksa dengan sangat teliti untuk mengetahui
apakah tulang-tulang tersebut dipotong dengan benda tajam, atau digerogoti binatang, atau
medulanya telah dimakan. Terkadang petugas kepolisian yang kurang berpengalaman salah
mengira tulang yang digerogoti binatang dan mengiranya dipotong dengan benda tajam, lalu
berusaha menerangkannya dengan berbagai teori yang tidak jelas. Saluran-saluran nutrisi juga
harus diperiksa untuk melihat ada atau tidaknya arsenic merah atau zat pewarna lainnya untuk
mengetahui dengan pasti apakah tulang tersebut berasal dari ruang pemotongan.
Hampir tidak mungkin untuk menentukan penyebab kematian dari tulang, kecuali jika didapati
fraktur atau cedera, seperti fraktur pada tulang tengkorak atau pada cervikal atas atau potongan
yang dalam pada tulang yang mengarahkan kepada penggunaan alat pemotong yang kuat.
Penyakit-penyakit pada tulang, seperti karies atau nekrosis, atau bekas cedera bakar.
26
Racun-racun metalik seperti arsenik, antimoni atau merkuri dapat dideteksi melalui analisa kimia
Identifikasi Bitemark
Bitemark merupakan pola yang dibuat oleh gigi pada kulit, makanan atau substrat yang
Menurut William Eckert (1992), pola gigitan adalah bekas gigitan dari pelaku yang
tertera pada kulit korban dalam bentuk luka, jaringan kulit maupun jaringan ikat di bawah kulit
sebagai pola akibat dari pola permukaan gigitan dari gigi-gigi pelaku melalui kulit korban.
Kebanyakan bitemark pada bagian forensik adalah kontak antara gigi manusia dengan
kulit dan analisis memperlihatkan keunikan gigi yang tercatat secara akurat pada kulit.
Perempuan lebih sering digigit dibandingkan pada pria, dengan kebanyakan gigitan terjadi pada
Prosedur identifikasi:
1. Kumpulkan bukti
27
Misalkan terdapat 20 buah bitemark dan kemudian difoto dengan satu orang operator
dengan menggunakan kamera digital (coolpix 2100 nikon) menggunakan skala ABFO
heavy-bodied. Hanya satu cetakan dari bitemark yang diambil, untuk mencegah
manipulasi, distorsi atau kehilangan barang bukti. Prosedur ini dilakukan untuk
menghilang secara alami dikarenakan oleh regenerasi jaringan (pada korban yang masih
bertahan dalam air panas (60C) dengan lilin pink extra-hard. Dikarenakan ini adalah
tipe IV. Kemudian cetakan discan dengan menggunakan flatbed scanner dengan skala
fisiknya yang baik, seperti kemampuan untuk ekspansinya yang rendah, kekuatan
kompresinya meningkat dari 55 menjadi 117 MPa hanya dalam 48 jam. Sifat inilah yang
menjamin stabilitas dimensional dan daya tahannya. Rahang pelaku dicetak dua kali,
cetakan yang pertama digunakan sebagai examination cast sedangkan setakan kedua
sebagai untouched cast, yang diletakkan di daerah yang aman). Pemeriksaan model
28
Model cetak kedua (model polyether) : cetakan positif dicampur dengan polieter yang
berkonsistensi light-bodied dengan menggunakan kuas cat dan digetarkan sedikit untuk
dissimilar-degree match.
b. Metode manual
Model cetakannya diposisikan pada bitemark yang telah dicetak dengan gips maupun
polieter. Prosedur ini dilakukan untuk meminimalisasi pola penyimpangan pada kulit.
Tekanan dengan jari dilakukan pada model polieter pada sisi lawan dari bitemark,
sehingga melemahkan daerah yang luas. Pencocokan harus dapat dilakukan dengan
29
Gigitan Ikan Hiu Gigitan Anjing
cara menggigit.
4. Modus kriminal lainnya.
Tipe-Tipe Gigitan
30
1 2 3
4 5 6
31
1. Clearly Defined = Tekanan tergambar pada kulit.
2. Obviously Defined = Tekanan gigitan tingkat satu (terdapat lekukan jelas pada kulit).
3. Quite Noticeable = tekanan penuh kekerasan (terjadi luka).
4. Lacerated = kulit ditekan dengan kasar sehingga rusak dari tubuh.
1 2
3 4
digunakan
Restorasi dan protesa yang digunakan setiap orang bersifat individual dimana tidak sama
satu dengan yang lainnya dan memiliki ciri-ciri khusus yang tergantung pada pemakainya.
Restorasi dan protesa yang ditemukan pada korban harus dicatat secara teliti. Jika ditemukan
adanya restorasi, harus dicatat jenis restorasi yang dipakai, pada gigi apa, permukaan yang
32
terkena, dan luasnya restorasi. Pada protesa harus diperhatikan gigi sandarannya, jumlah dan
DAFTAR PUSTAKA
Bernard Knight CBE. Simpsons Forensic Medicine. 11th ed. New York: Arnold
Publishers, 1997.
Lukman, Djohansyah. Ilmu Kedokteran Gigi Forensik Jilid II. 2006. Jakarta : CV. Sagung
Seto.
http://www.scribd.com/doc/54671022/3/IDENTIFIKASI-FORENSIK
http://wiki.blogbeken.com/teknik-autopsi-forensik
http://www.freewebs.com/traumatologie2/traumatologi.htm
http://sulaifi.wordpress.com/2010/01/15/luka-bakar-minor-dan-cara-penanganannya/
http://daffodilmuslimah.multiply.com/journal/item/260/Luka_Bakar
33
S. Keiser Nielsen. Person Identification by Means of the Teeth. Bristol: John Wright &
34