Anda di halaman 1dari 3

Tulisan singkat

Nama: MUTIARA FAZA

Kelas: XI MIPA 6

Absen: 26

1. KEBIJAKAN YANG DI TERAPKAN BELANDA DI SUMATRA,AMBON DAN


BANDA.

A. Sistem Wajib Kerja (Kerja Rodi)

Setelah lebih kurang 200 tahun berkuasa, akhirnya pada tanggal 31 desember 1799,
VOC seara resmi dibubarkan. Hal ini disebabkan banyak biaya perang yang dikeluarkan
untuk mengatasi perlawanan penduduk, terjadinya korupsi diantara pegawainya dan
timbulnya persaingan dengan kongsi dagang yang lain. Kekuasaan VOC kemudian diambil
alih oleh pemerintah Hindia Belanda.
Perubahan politi yang terjadi di Belanda merupakan pengaruh revolusi yang
dikendalikan oleh Prancis. Dalam revolusi tersebut, kekuasaan Raja Willem V. runtuh dan
berdirilah Republik Bataaf. Tidak lama kemudian republik Bataaf juga dibubarkan dan
Belanda dijadikan kerajaan di bawah pengaruh Prancis, sebagai rajanya adalah Louis
Napoleon. Louis Napoleon kemudian mengirim Herman Willems Deandels sebagai gubernur
jenderal dengan tugas utama mempertahankan pulau jawa dari ancaman Inggris. Juga diberi
tugas mengatur pemerintahan di Indonesia. Untuk mewujudkan langkah tersebut, deandels
menerapkan sistem kerja wajib (kerja rodi).

2. KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN BELANDA DI PULAU JAWA.

A. Sistem Sewa Tanah (Landrente)

Peristiwa Belanda menyerah kepada Inggris melalui kapitulasi Tuntang pada tahun 1811,
menjadi awal pendudukan kolonial Inggris di Indonesia. Tahun 1811-1816 berada di
Indonesia dengan bawah kekuasaan Inggris. Thomas Stamford Raffles diangkat sebagai
gubernur di Jawa dan bawahannya. Tujuan utama pemerintahan Raffles adalah meningkatkan
kesejahteraan rakyatr. Salah satu tindakannya yang populer adalah mencetuskan sistem sewa
tanah (landrente). Hal tersebut tidak membebani rakyat, namun kondisi di Eropa membuat
Raffles harus mengakhiri masa jabatanya di Indonesia. Perang koalisi berakhir dengan
kekalahan Prancis. Negara-negara yang menjadi lawan Prancis mengambil keputusan bahwa
sebagai benteng untuk menghadapi Prancis, Belanda harus kuat. Maka dari itu, dalam Traktat
London tahun 1824, ditetapkan bahwa Indonesia dikembalikan kepada Belanda.
B. Sistem tanam paksa (cultuur stelsel)

Cultuur stelsel yang oleh sejarawan Indonesia disebut dengan Sistem Tanam Paksa
ialah peraturan yang dikeluarkan oleh gubernur jenderal Johannes Van Der Bosch pada
tahun 1830 yang mewajibkan setiap desa menyisihkan sebagaian tanahnya (20%) untuk
ditanami komoditi ekspor, khususnya kopi, tebu dan tarum (nila). Hasil tanaman ini akan
dijual kepada pemerintah kolonial dengan harga yang sudah dipastilan dan hasil panen
diserahkan kepada pemerintahan kolonial. Penduduk desa yang tidak memiliki tanah
harus bekerja 75 haru dalam setahun (20%) pada kebun milik pemerintah yang menjadi
semacam pajak.

Tanam paksa mencapai puncak perkembangannya sekitar tahun 1830-1840. Pada


waktu itu Belanda menikmati hasil tanam paksa yang tertinggi. Rakyar di Belanda tidak
banyak mengetahui tentang tanam paksa di Indonesia. Karena saat itu hubungan
telekomunikasi belum ada dan surat kabar masih kurang. Tetapi sesudah tahun 1850
terjadi perubahan. Malapetaka di Ceribon dan Demak lambat laun sampai pula terdengar
di Belanda. Mereka juga mendengar tentang sikap pegawai Belanda sewenang-wenang.

3. KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN BELANDA DI DAERAH BANTEN.

A. Sistem penyerahan wajib oleh VOC

Kompeni mengikat raja-raja kita dengan berbagai perjanjian yang merugikan. Makin
lama kompeni makin berubah menjadi kekuatan yang tidak hanya berdagang, akan tetapi ikut
mengendalikan pemerintahan di Indonesia. Kompeni mempunyai pegawai dan anggota
tentara yang semakin banyak. Daerah kekuasaannya pun semakin luas.

Kompeni membutuhkan biaya besar untuk memelihara pegawai dan tentaranya. Biaya
itu diambil dari penduduk. Pada zaman kompeni penduduk kerajaan diharuskan menyerahkan
hasil bumi seperti beras, lada, kopi, rempah-rempah dan lain sebagainya kepada VOC. Hasil
bumi itu harus dikumpulkan pada kepala desa dan untuk setiap desa ditetapkan jatah tertentu.

Kepala desa menyerahkannya kepadabupati untuk disampaikan kepada kompeni.


Tentu saja kompeni tidak mendapatkannya secara gratis, tetapi juga memberi imbalan berupa
harga hasil bumi itu,. Tetapi harga itu ditetapkan oleh kompeni. Lagi pula, uang harga
pembelian itu tidak sampai ke tangan petani. Biasanya uang itu sudah dipotong oleh pegawai
VOC ataupun oleh kepala desa pribumi.

4. KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN BELANDA DI MALUKU.


A. Politik Devide Et Impera

Melaksanakan politik devide et impera (memecah dan menguasai) dalam rangka untuk
menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia. Apabila ada konflik internal di satu kerajaan, atau
ada pertikaian antara satu kerajaan dengan kerajaan tetangganya, Belanda membantu salah satu pihak
untuk mengalahkan lawannya, dengan imbalan yang sangat menguntungkan bagi pihak Belanda,
termasuk antara lain memperoleh sebagian wilayah yang bersama-sama dikalahkan. Dengan tipu
muslihat dan bantuan penguasa setempat, Belanda berhasil mengusir Portugis dari wilayah yang
mereka kuasai di Maluku, yang sangat kaya akan rempah-rempah, yang mahal harganya di Eropa.

B. Pelayaran Hongi

Tujuan pelayaran hongi adalah menjaga, mengawasi, sekaligus mencegah adanya


pelanggaran perdagangan dari para pedagang yang mencari rempah-rempah di wilayah
nusantara. Dari tindakan VOC tersebut tentunya menimbulkan dampak baik positif maupun
negatif. Di satu sisi dengan diterapkanya monopoli serta pelayaran hongi tersebut VOC
semakin berkuasa dan mendapat keuntungan yang berlipat. Sementara di sisi lain masyarakat
Nusantara perlahan mulai mengetahui kecurangan yang dilakukan oleh VOC sehingga pada
perkembangannya rakyat Nusantara melakukan perlawanan terhadap VOC.

Anda mungkin juga menyukai