Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Resusitasi jantung paru (RJP) adalah metode untuk mengembalikan
fungsi pernapasan dan sirkulasi pada pasien yang mengalami henti napas
dan henti jantung yang tidak diharapkan mati pada saat itu. Metode ini
merupakan kombinasi pernapasan buatan dan bantuan sirkulasi yang
bertujuan mencukupi kebutuhan oksigen otak dan substrat lain sementara
jantung dan paru tidak berfungsi.
Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk
mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses
pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret pada klien
yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri.
Sebagian pasien mempunyai permasalahan di pernafasan yang
memerlukan bantuanventilator mekanik dan pemasangan ETT (Endo
Trakeal Tube), dimana pemasangan ETT (Endo Trakeal Tube) masuk
sampai percabangan bronkus pada saluran nafas. Pasien yang terpasang
ETT (Endo Trakeal Tube) dan ventilator maka respon tubuh pasien untuk
mengeluarkan benda asing adalah mengeluarkan sekret yang mana perlu
dilakukan tindakansuction
Pemenuhan kebutuhan Oksigenisasi adalah bagian dari kebutuhan
fisiologis (Hurarki Maslow). Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses
kehidupan, oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh,
kebutuhan oksigen dalam tubuh harus dipenuhi karena apabila kebutuhan
dalam tubuh berkurang, maka terjadi kerusakan pada jaringan otak. Dan
apabila hal tersebut terjadi berlangsung lama akan mengakibatkan
kematian.
Masalah kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Hal ini telah terbukti ada yang

1
kekurangan oksigen akan mengalami hipoxia dan akan terjadi kematian.
Proses pemenuhan kebutuhan pada manusia dapat dilakukan dengan cara
pemberian oksigen melalui saluran pernapasan dan sumbatan yang yang
menghalangi masuknya oksigen, memolihkan dan memperbaiki organ
pernapasan agar dapat berfungsi normal kembali.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan RJP ?

2. Bagaimana teknik Resusitasi Jantung Paru ?

C. Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengetahui mengenai tentang Resusita


si Jantung Paru Pada Bayi

2. Mahasiswa mampu mengetahui tentang Teknik Resusitasi J


antung Paru

(Kompresi)

2
BAB II
PMBAHASAN

A. Pengertian Resusitasi Jantung Paru


Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan gawat darurat akibat
kegagalan sirkulasi dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal
guna mencegah kematian biologis.
Resusitasi jantung paru (RJP),j atau juga dikenal dengan cardio
pulmonier resusitation (CPR), merupakan gabungan antara pijat jantung
dan pernafasan buatan. Teknik ini diberikan pada korban yang mengalami
henti jantung dan nafas, tetapi masih hidup.
Komplikasi dari teknik ini adalah pendarahan hebat. Jika korban
mengalami pendarahan hebat, maka pelaksanaan RJP akan memperbanyak
darah yang keluar sehingga kemungkinan korban meninggal dunia lebih
besar. Namun, jika korban tidak segera diberi RJP, korban juga akan
meninggal dunia.
RJP harus segera dilakukan dalam 4-6 menit setelah ditemukan
telah terjadi henti nafas dan henti jantung untuk mencegah kerusakan sel-

3
sel otak dan lain-lain. Jika penderita ditemukan bernafas namun tidak
sadar maka posisikan dalm keadaan mantap agar jalan nafas tetap bebas
dan sekret dapat keluar dengan sendirinya.

B. Tujuan Resusitasi Jantung Paru Pada Bayi


Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan
dengan segera sebagai upaya untuk menyelamatkan hidup . Tindakan
resusitasi ini dimulai dengan penilaian secara tepat keadaan dan kesadaran
penderita kemudian dilanjutkan dengan pemberian bantuan hidup
dasar (basic life support) yang bertujuan untuk oksigenasi darurat. (AHA,
2003).
Tujuan tahap II (advance life support) adalah untuk memulai
kembali sirkulasi yang spontan, sedangkan tujuan tahap III (prolonged life
support) adalah pengelolaan intensif pasca resusitasi. Hasil akhir dari
tindakan resusitasi akan sangat tergantung pada kecepatan dan ketepatan
penolong pada tahap I dalam memberikan bantuan hidup dasar.
Tujuan utama resusitasi kardiopulmoner yaitu melindungi otak
secara manual dari kekurangan oksigen, lebih baik terjadi sirkulasi
walaupun dengan darah hitam daripada tidak sama sekali. Sirkulasi untuk
menjamin oksigenasi yang adekwat sangat diperlukan dengan segera
karena sel-sel otak menjadi lumpuh apabila oksigen ke otak terhenti
selama 8 20 detik dan akan mati apabila oksigen terhenti selama 3 5
menit. Kerusakan sel-sel otak akan menimbulkan dampak negatif berupa
kecacatan atau bahkan kematian.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Resusitasi


Hipoksia yang disebabkan kegawatan pernafasan akan
mengaktifkan metabolisme anaerob. Apabila keadaan hipoksia semakin
berat dan lama, metabolisme anaerob akan menghasilkan asam laktat.
Dengan memburuknya keadaan asidosis dan penurunan aliran darah ke
otak maka akan terjadi kerusakan otak dan organ lain .Selanjutnya dapat

4
terjadi depresi pernafasan yang dimanifestasikan dengan apneu yang
memanjang bahkan dapat menyebabkan kematian.
Depresi nafas yang dimanifestasikan dengan apneu yang
memanjang hanya dapat diatasi dengan pemberian oksigen dengan tekanan
positif, massase jantung eksternal dan koreksi keadaan asidosis. Hanya
setelah oksigenasi dan perfusi jaringan diperbaiki maka aktivitas respirasi
dimulai.
Resusitasi akan berhasil apabila dilakukan segera setelah kejadian
henti jantung atau henti nafas pada saat kerusakan otak yang
menetap (irreversible) belum terjadi. Kerusakan otak yang menetap akan
terjadi apabila kekurangan O2 dalam darah tidak segera dikoreksi atau
apabila sirkulasi terhenti lebih dari 3 5
Keberhasilan resusitasi tergantung kepada :
1. Keadaan miokardium
2. Penyebab terjadinya henti jantung
3. Kecepatan dan ketepatan tindakan
4. Mempertahankan penderita di perjalanan ke rumah sakit
5. Perawatan khusus di rumah sakit
6. Umur (tetapi tidak terlalu menentukan)

D. Tatalaksana Tindakan Resusitasi


1. Penilaian Bayi
Penilaian kegawatan pada bayi yang mengalami kegawatan tidak lebih
dari 30 detik yang meliputi:
a) Airway
Apakah ada obstruksi yang menghalangi jalan nafas, apakah
memerlukan alat bantu jalan nafas, apakah ada cedera pada leher.
b) Breathing
Frekuensi nafas, gerak nafas, aliran udara pernafasan, warna
kulit/mukosa.
c) Circulation

5
Frekuensi, tekanan darah, denyut sentral, perfusi kulit (capillary
refilling time, suhu, mottling), perfusi serebral, reaksi kesadaran
(tonus otot, mengenal, ukuran pupil, postur).
2. Posisi Bayi
Untuk dapat dilakukan resusitasi jantung paru, penderita harus dibuat
dalam posisi terlentang dan diusahakan satu level atau datar. Posisi
untuk bayi baru lahir (neonatus) leher sedikit ekstensi, atau dengan
meletakkan handuk atau selimut di bawah bahu bayi sehingga bahu
terangkat 2-3 cm.
3. Posisi Penolong
Penolong sebaiknya berdiri disamping penderita dalam posisi dimana
ia dapat melakukan gerakan bantuan nafas dan bantuan sirkulasi tanpa
harus merubah posisi tubuh.
E. Teknik Resusitasi Jantung Paru (RJP)
1. Airway : membuka jalan nafas
a) Tentukan derajat kesadaran dan kesulitan nafas.
b) Buka jalan nafas dengan cara tengadahkan kepala dan topang dagu
(head tilt and chin lift) bila tidak terdapat cedera kepala atau leher
dengan cara satu tangan pada dahi, tekan ke belakang. Jari tangan
lain pada rahang bawah, dorong keluar dan ke atas. Gerakan ini
akan mengangkat pangkal lidah ke atas sehingga jalan nafas
terbuka. Lidah yang jatuh ke belakang sering menjadi penyebab
obstruksi jalan nafas pada penderita yang tidak sadar.
c) Gerakan mendorong rahang ke bawah ke depan (jaw thrust) juga
dapat membuka jalan nafas bila diketahui terdapat cedera leher atau
kepala.
d) Membersihkan benda asing dapat dilakukan dengan :
(1) Finger sweep: yaitu dengan menggunakan jari telunjuk dan jari
tengah penolong untuk membebaskan sumbatan jalan nafas
yang diakibatkan oleh sisa makanan.
(2) Heimlich manuver

6
(3) Abdominal/chest thrust
(4) Suction (pengisapan): yaitu membersihkan jalan nafas dilakukan
pengisapan lendir/cairan dengan menggunakan suction. Pada
bayi dimulai dengan mengisap mulut terlebih dahulu kemudian
bagian hidung supaya tidak terjadi aspirasi dan dilakukan tidak
lebih dari 5 detik.
(5) Setelah jalan nafas terbuka harus dinilai/evakuasi
pernafasan dengan melihat, mendengar dan merasakan adanya
hembusan nafas.
2. Breathing
1) Dekatkan pipi penolong pada hidung dan mulut penderita, lihat dada
penderita.
2) Lihat, dengar dan rasakan pernafasan ( 5 10 detik).
3) Jika tidak ada nafas lakukan bantuan nafas buatan/Ventilasi Tekanan
Positif (VTP) .
4) Lakukan tiupan nafas dengan mulut atau balon resusitasi. Berikan
nafas buatan sebanyak 20 kali untuk bayi.

5) Evaluasi pemberian nafas buatan dengan cara mengamati gerakan


turun naik dada. Bila dada naik maka kemungkinan tekanan adekwat.
Bila dada tidak naik cek kembali posisi anak, perlekatan sungkup,
tekanan yang diberikan, periksa jalan nafas apakah ada mucus atau
tidak bila ada dapat dilakukan penghisapan dengan suction.

7
6) Setelah dilakukan ventilasi selama satu menit, evaluasi apakah dapat
bernafas secara spontan, maka lakukan penilaian pulsasi dan tidak
boleh lebih dari 10 detik. Jika pulsasi ada dan penderita tidak
bernafas, maka hanya dilakukan bantuan nafas sampai penderita
bernafas spontan.
3. Circulation
Jika pulsasi tidak ada atau terjadi bradikardi maka harus dilakukan
kompresi dada sehingga memberikan bantuan sirkulasi disertai bantuan
nafas secara ritmik dan terkoordinasi. Yaitu dengan cara :
a. Satu penolong melakukan kompresi pada sternum dengan ujung dua
jari.
b. Jika ada dua atau lebih penolong, gunakan teknik mengelilingi.
c. Tempatkan kedua ibu jari saling berdampingan pada bagian bawah
tulang dada (seperti di atas) dengan arah ibu jari menunjuk ke arah
kepala bayi.
d. Posisikan kedua tangan dengan jari-jari untuk mengelilingi bagian
bawah tulang rusuk bayi dengan ujung-ujung jari mendukung
punggung bayi.
e. Untuk kedua metode ini, tekan tulang sternum setidaknya sepertiga
dari kedalaman dada bayi (sekitar 4 cm).

8
F. Nilai Normal TTV pada Bayi
Nadi : 120-130 x/mnt
Tekanan Darah : 70-90/50 mmHg
Suhu : 36,6oC - 37,2 oC
Pernapasan : 30-40 x/mnt
G. Penghentian RJP
RJP pada korban dihentikan apabila:
1. Ada penolong yang menggantikan
2. Ada tanda kehidupan
3. Ada tanda kematian
4. Setelah 30 menit

H. Komplikasi RJP
Komplikasi dari teknik ini adalah pendarahan hebat. Jika korban
mengalami pendarahan hebat, maka pelaksanaan RJP akan memperbanyak
darah yang keluar sehingga kemungkinan korban meninggal dunia lebih
besar. Namun, jika korban tidak segera diberi RJP, korban juga akan
meninggal dunia.

I. Kesalahan pada RJP


Kesalahan Akibat

9
1. Penderita tidak berbaring pada 1. RJP kurang efektif
bidang keras 2. Bila kepala penderita lebih
2. Penderita tidak horizontal tinggi maka jumlah darah
3. tekan dahi angkat dagu kurang baik yang ke otak berkurang.
4. Kebocoran saat malakukan napas 3. Jalan napas terganggu
buatan 4. Pernapasan buatan tidak
5. lubang hidung kurang tertutup rapat efektif
dan mulut penderita kurang terbuka 5. Pernapasan buatan tidak
saat pernapasan buatan efektif
6. Letak tangan kurang tepat 6. Patah tulang, lika dalam paru-
7. Tekanan terlalu dalam atau terlalu paru.
cepat 7. jumlah darah yang dialirkan
8. Rasio RJP dan pernapasan buatan kurang
tidak baik 8. Oksigenisasi darah kurang

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan gawat darurat akibat
kegagalan sirkulasi dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal
guna mencegah kematian biologis.
RJP harus segera dilakukan dalam 4-6 menit setelah ditemukan telah
terjadi henti nafas dan henti jantung untuk mencegah kerusakan sel-sel
otak dan lain-lain. Jika penderita ditemukan bernafas namun tidak sadar
maka posisikan dalm keadaan mantap agar jalan nafas tetap bebas dan
sekret dapat keluar dengan sendirinya.
Penghentian RJP dapat dihentikan apabila:
1. Ada penolong yang menggantikan
2. Ada tanda kehidupan
3. Ada tanda kematian

10
4. Setelah 30 menit

B. Saran
Mahasiswa kebidanan diharapkan mengetahui dan memahami
masalah Resusitasi Jantung Paru (RJP) terutama pada Bai karena
merupakan salah satu masalah yang harus dikuasai karena berkaitan
dengan profesinya nanti. Dengan memahaminya tentu akan lebih mudah
dalam menerapkannya dalam kehidupan yang nyata.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.arismaduta.org/index.php?
option=com_content&view=article&id=102:resusitasi-jantung-
paru&catid=63:artikel-lain&Itemid=86, diakses pada Senin, 10 April 2017,
pukul 20.00 WITA

Hudak,CM dan Gallo, BM. 1997. Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik.


Alih Bahasa Monika E. dkk. Edisi VI, Volume I . Jakarta : EGC, diakses pada
Senin, 10 April 2017, pukul 20.00 WITA

Nelson, B. 2000. Ilmu Kesehatan Anak vol 2 edisi 15. Jakarta : EGC, diakses
pada Selasa, 11 April 2017, pukul 08.00 WITA

Rilantono, L I. dkk. 1999. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: FKUI. diakses pada
Selasa, 11 April 2017, pukul 08.00 WITA

Surasmi, A. dkk. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta : EGC. diakses
pada Selasa, 11 April 2017, pukul 10.00 WITA

11
Yu Vy and Monintja, HE. 1997. Beberapa Masalah Perawatan Intesif
Neonatus. Jakarta : FKUI, diakses pada Selasa, 11 April 2017, pukul 10.00
WITA

12

Anda mungkin juga menyukai