Anda di halaman 1dari 9

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FKUP-RSHS BANDUNG

TUGAS PENGAYAAN
Oleh : I Wayan Andrew H
Divisi : Gastroenterologi
Pembimbing : Dr. dr. H. Dwi Prasetyo, Sp. A. (K), M.Kes
Hari/Tanggal : 19 Maret 2015

SAKIT PERUT PADA ANAK

Pendahuluan
Sakit perut pada anak merupakan gejala klinis yang sering ditemukan
dalam praktik kedokteran. Sakit perut dapat berasal dari gangguan organ
intraabdomen maupun luar abdomen. Tindakan yang penting dalam
penatalaksanaan nyeri perut ialah menentukan apakah perlu dilakukan tindakan
pembedahan.
Sakit perut berulang ialah serangan sakit perut sekurang-kurangnya tiga
kali dalam 3 bulan dan mengakibatkan gangguan dalam aktifitas sehari-hari.
Nyeri perut ini biasanya terjadi pada usia 4-14 tahun. Sakit perut berulang lebih
sering terjadi pada anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki.
Sakit perut berulang merupakan gejala yang paling sering dialami oleh
anak di seluruh dunia dan menyebabkan angka tidak masuk sekolah yang tinggi
pada anak usia sekolah. Kondisi ini sangat mengganggu dan dapat menyebabkan
ketidakpastian diagnosis, sehingga tatalaksananya akan menjadi sulit dan
membutuhkan biaya yang tinggi.

Patofisiologi
Sakit perut dapat bersumber antara lain dari : distensi visceral, iskemia,
radang intraabdominal, kelainan pada dinding abdominal, kelainan
ekstraabdominal, kelainan metabolik, dan kelainan pada susunan saraf.
Traktus gastrointestinal dan organ sekitarnya berdasarkan vaskularisasi
dan persayrafannya secara embriologi berasal dari foregut, midgut dan hindgut.
Organ yang berasal dari foregut ialah orofaring, esophagus, gaster, sebagian
duodenum, pancreas, hati, kandung empedu dan limpa. Organ yang berasal dari
midgut adalah duodenum bagian distal, jejunum, ileum, appendiks, kolon
asenden serta sebagian kolon transversum. Sedangkan organ yang berasal dari
hindgut adalah kolom transversum bagian distal, kolon desenden, sigmoid dan
rectum. Rangsang sakit dari ketiga segmen tersebut dapat mencerminkan letak
sakit yakni bagian atas, tengah dan bawah.
Peritoneum berasal dari mesoderm. Peritoneum visceralis dipersarafi
bilateral oleh sistim saraf otonom, sedangkan peritoneum parietalis dipersarafi
oleh sistim saraf somatis. Rasa sakit dari peritoneum viseralis akan dirasakan
digaris tengah perut, sedangkan rasa sakit dari peritoneum parietalis akan
terlokalisasi secara baik.
Reseptor sakit dalam traktus digestikus terletak pada saraf yang tidak
bermielin berasal dari sistim saraf otonom pada mukosa usus. Jaras saraf ini
merupakan serabut saraf C yang menghantarkan nyeri lebih lama dan lebih luas.
Reseptor nyeri pada perut terbatas di submukosa, lapisan muskularis dan serosa
dari organ di abdomen. Impuls aferen dari visera biasanya dimulai karena
regangan atau akibat dari penurunan hebat ambang nyeri pada jaringan yang
meradang. Nyeri ini sifatnya tumpul, pegal dan batasnya tidak jelas.
Impuls nyeri dari visera abdomen atas akan mencapai medulla spinalis
setinggi thorakalis 6-8 dan dirasakan didaerah epigastrium. Impuls nyeri yang
berasal dari ligamentum treitz sampai fleksura hepatica akan mencapai medulla
spinalis setinggi thorakalis 9-10 dan dirasakan pada umbilicus. Sedangkan yanga
berasal dari abdomen bawah akan mencapai medulla spinalis setinggai
thorakalis 11-12 dan lumbalis 1. Nyeri tersebut dapat dirasakan diaerah
suprapubik dan terkadang menjalar hingga skrotum.
Patofisiologi sakit perut berulang yang fungsional sampai saat ini masih
sulit dimengerti. Diperkirakan ada hubungan antara sakit perut berulang
fungsional dengan penurunan amban batas nyeri.

Patogenesis
Mekanisme timbulnya nyeri perut dapat berasal dari :
1. Gangguan vascular
Gangguan vascular ini dapat ditemukan pada kejadian kista ovarium terpuntir
dan invaginasi usus.
2. Peradangan
Peradangan dapat menimbulkan rasa sakit bila terjadi pada periotoneum
parietalis. Mekanisme yang berperan adalah mekanisme sistim saraf somatis.
3. Gangguan pasase/obstruksi organ
Gangguan pasase dapat menyebkan rasa sakit diakibatkan oleh peningkatan
tekanan intralumen dari organ yang terkena.
4. Penarikan, peregangan dan pembentangan peritoneum visceralis.
Hal ini dapat terjadi pada pembengkakan hati dan ginjal.
Pada praktiknya, penyebab nyeri jarang ditemukan berdir sendiri. Mungkin dapat
ditemukan pathogenesis nyeri berasal dari empat hal tersebuut diatas.

Etiologi
Etiologi nyeri perut dibagi berdasarkan usia dan membutuhkan pengobatan atau
tidak
Tabel 2. Etiologi sakit perut menurut usia

Usia < 2 Abdomen Perforasi tukak lambung


tahun Obstruksi usus : intususepsi, volvulus,
Luar abdomen malrotasi
Hernia inguinalis strangulasi
Apendisitis dan enterokolitis
nekrotikan

Usia > 2 Abdomen Obstruksi :


tahun Volvulus/malrotasi
Perforasi Akibat ostruksi

Peradangan :
Apendisitis
Peritonitis primer
Peritonitis akibat perforasi
diverticulum meckel
Kolesistitis
Toksik megacolon

Trauma :
Ruptura limpa, buli, organ visera
Hematoma subserosa

Pendarahan
Pendarahan kedalam kista ovarium
Luar Abdomen
Torsio testis
Hernia Inguinalis dengan strangulasi

Tabel 3. Penyebab non-bedah sakit perut akut

Anak < 2 Abdomen


tahun - Infeksi intestinal
Luar abdomen
- Pneumonia
- Infeksi traktus urinarius
Anak > 2 Abdomen
tahun - Infeksi : infeksi salmonella, sigela, Yersinia
- Keracunan makanan
- Penyakit Chron
- Kolitis
- Purpura Henoch Schonlen
- Hepatiis
- Kolelitiasis
- Pankreatitis
- Infeksi traktus urinarius
- Batu saluran kemih
- Nefritis
- Porfiria
- Salpingitis
- Ketoasidosis diabetikum
Luar abdomen
- Pneumonia
- Limfadenitis inguinal
- Osteomilitis
- Hematoma otot
- Herpes zooster

Manifestasi Klinis
Pada bayi dan anak manifestasi klinis bergantung pada usia penderita.
Pada bayi yang berusia 0-3 bualn keluhan biasanya digambarkan dengan adanya
muntah. Pada usia 3 bulan hingga 2 tahun biasanya penderita akan muntah,
tiba-tiba menjerit, menangis tanpa sebab. Sedangkan penderita yang berusia
dua tahun keatas biasanya sudah dapat mengatakan nyeri , namun lokasi nyeri
baru dapat tepat diaktakan pada penderita yang berusia lima tahun keatas.

Pendekatan Diagnosis
Pemeriksaan yang baik ialah pada saat terjadi serangan. Pemeriksaan yang
dilakukauan meliputi :
1. Anamnesis
Pada saat anamnesis yang harus ditanyakan antara lain ialah usia, menggali
lebih dalam mengenai nyeri, pola kencing, siklus haid, gangguan respirasi dan
riwayat trauma.
2. Pemeriksaan Fisik
Walaupun keluhan hanya pada abdomen, namun pemeriksaan fisik harus
dilakukan secara lengkap dari ujung kepala hingga kaki.Pemeriksaan abdomen
harus dilakukan dengan posisi anak santai, dan yang perlu dinilai antara lain
ialah :
- Asimetri perut
- Bentuk perut
- Gambaran usus
- Lokasi nyeri
- Massa, asites
- Ketegangan dinding perut
- Nyeri tekan
- Rebound tenderness
- Bising usus
- Colok dubur
- Pemeriksaan Ginekologis
Pada pemeriksaan luar abdomen yang perlu dicari adalah
- Hernia Inguinalis
- Pneumonia
- Ruam abdomen
Sedangkan pada neonatus gejala akut abdomen dapat dilihat pada table 4.
Tabel 4. Gejala akut abdomen pada neonatus

Muntah empedu
Distensi abdomen
Nyeri tekan abdomen
Massa pada abdomen
Obstipasi
Omfalitis
Edema dinding abdomen
Menangis
Iritabel
Letargi
Darah pada tinja
Hernia inguinalis
Panas

3. Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang


Pemeriksaan laboratorium dan penunjang hanya membantu saja dalam
menegakan diagnosis. Yang harus diperiksa antara lain ialah :
- Darah perifer lengkap
- Urin
- Test fungsi hati
- Biakan darah
- Tinja
- Foto toraks
- Foto polos abdomen
- USG
- CT-SCAN
Tatalaksana
Bila seseorang menderita sakit perut akut maka yang penting dilakukan adalah
menentukan apakah perlu dilakukan tindakan pembedahan atau tidak. Bila
memerlukan pembedahan maka perlu dicari tahu etiologi dan pengobatan sesuai
etiologi. Terapi simtomatis perlu juga diberikan seperti istirahat dan pengawasan
diet serta cairan.

SAKIT PERUT BERULANG PADA ANAK


Batasan sakit perut berulang (SPB) menurut Apley adalah serangan sakit perut
yang timbul sekurang-kuranganya tiga kali dalam jangka waktu tiga bulan
beruturut-turut dan mengakiabtkan terganggunya aktifitas sehari-hari. Pada
beberapa anak, sakit yang timbul bisa terjadi setiap hari dan pada beberapa
anak lainnya timbul secara episodik.
Sakit perut berulang, biasanya terjadinya pada anak berusia antara 4 sampai
tahun14 tahun, sedangkan frekuensi tertinggi pada usia 5-10 tahun dan turun
setelah usia itu. Anak perempuan cenderung lebih sering menderita sakit ini
dibandingkan anak laki-laki (perempuan : laki-laki = 5:3).
Kelainan organik sebagai penyebab sakit perut berulang terdapat pada 5%-10%
kasus sedangkan 90%-95% kasus disebabkan kelainan fungsional saluran cerna.
Dengan bertambah majunya ilmu pengetahuna dan alat-alat kedokteran
diagnostik, maka diperkiran makin banyak kelaianan organik yang dapat
ditemukan. Pada anak di bawah usia 4 tahun kelaian organik saluran pencernaan
merupakan penyebab yang terbanyak.

Etiologi
Beberapa ahli mencoba mengelompokkan penyebab SPB ke dalam beberapa
golongan. Konsep pertama yaitu konsep klasik membagi sakit perut berulang ke
dalam dua golonga, organik dan psikogenik (fungsional atau psikosomatik). Pada
anak di bawah umur 2 tahun, gejalanya sering dikaitkan dengan penyebab
organik; namun pada anak yang lebih besar hanya 10% kasus yang disebabkan
oelh penybebab organik. Pendekatan diagnostik yang dilakukan adalah dengan
mencari dulu penyebab organik, apabula tidak ditemukan baru dipikirkan
kemungkinan penyebab psikogenik. cara pendekatan seperti ini memerlukan
waktu dan biaya yang besar.
Barr mengajukan konsep kedua yang agak berbeda. Sakit berut oberulang
digolongkan atas 3 kelompok, yaitu : organik, disfungsional dan psikogenik. Nyer
organik disebabkan oleh suatu penyakit, mislanya infeksi saluran kemih. Nyeri
disfungsional disebabkan oleh berbagai variasi fisiologi normal dan dibagi dalam
2 kategori, yaitu sindrom nyeri spesifik (mekanisme penyebab nyerinya
dikteahui, misalnya defisiensi laktase dan konstipasi) dan sindrom nyeri nos-
spesifik (mekanisme penyebab nyeri tidak jelas atau tidak diketahui). Nyeri
psikogenik disebabkna oleh tekanan emosional atau psikososial tanpa adanya
kelainan organik.
Konsep ketiga diajukan oelh Levine dan Rappaport yang menekankan penyebab
multifaktorial. Sakit perut berulang merupakan resultan dari 4 faktor,
perdisposisi somatik, disfungsi atau penyakit. (2) kebiasaan dan cara hidup, (3)
watak dan pola respons, dan (4) lingkungan dan peristiwa pencetus.
faktor=faktor tersebut berperan meningkatkan atau meredakan rasa sakit.
Dengan demikian dapat diterankgan mengapa beberapa anak menderita
konstipasi tanpa sakit berut berulang. Demikian pula dengan kondisi psikosial
yang buruk akan menimbulkan sakit perut berulang pada kasus tertentu, tetapi
tidak pada anak yang lain (Gambar 9.1.)

KEBIASAAN DAN
CARA HIDUP

PREDISPOSISI SAKIT PERUT WATAK


SOMATIK TIDAK SAKIT PERUT POLA RESPON
DISFUNGSI PENYAKIT

LINGKUNGAN DAN
PERISTIWA PENCETUS
Penyebab sakit perut berulang yang terbanyak adalah faktor psikofisiologi,
sedangkan kelaian organik sebagai penyebab sakit perut berulang dahulu hanya
dilaporkan pada 10% kasus, namun sekarang 30%-40%. Van der Meer dkk (1993)
menemukan 42% kelainan organik pada 106 anak usia di atas 5 tahun yang
mengalami keluhan perut berulang, yaitu malabsorpsi lakotsa (15%),
duodenitis/gastritis (13%), infeksi H. pylori (7%), refluks gastroesofageal (4%)
dan alergi makanan (3%)
Pada garis besar kelaianan organik penyebab sakit perut berulang dapat
intraabdominal dan ekstraabdominal. Penyebab intraabdominal diklasfikasikan
menjadi penyebab dari dalam saluran cerna, ginjal dan lain-lain.
Persepsi tentang sakit perut berulang adalah sumasi dari masukan sensorik,
emosi, dan kognitif. Kornu dorsalis medulla spinalis dan otak, dan perasaan nyeri
selanjutnya dipengaruhi oleh pusat kognitif dan pusat emsoi. Nyeri perifer kronis
dapat menyebabkan naiknya aktivitas saraf di pusat-pusat SSS yang lebih tinggi
sehingga menyebabkan nyeri terus menerus. Stress psikosoial dapat
mempengarhui intenstias dan kualitas nyeri melalui mekanisme ini. Perbedaan
dalam sesai viseral dapat juga menyebabkan perbedaan dalam persepsi nyerik.
Respons anak terhadap nyeri dapat dipengaruhi oleh stres, jenis kepribadian dan
perilaku sakit dalam keluarga

Manifestasi Klinis
Keluhan salkit perut berulang sering ditemukan pada anak usia 4 14 tahun
dengan frekuensi tertinggi pada usia 5 -10 tahun. Manifestasi klinis pada nyeri
perut berulang antara lain ialah mual, berkeringat dingin, muntah, pusing pucat
dan palpitasi. Gejala nyeri berulang klasik antara lain ialah :
- Paroksisimal
- Daerah umbilicus atau suprapubis
- Nyeri berlangsung lebih dari 1 jam
- Nyeri menjalar, kram, tajam
- Tidak berhubungan dengan makanan, aktifitas dan kebiasan BAB
- Mengganggu aktifitas
- Antara 2 episode masih ada bebas gejala
- Pemeriksaan fisik dapat normal
- Pemeriksaan Laboratorium dapat normal
Pendekatan diagnosis
1. Anamnensis
Pada anamnesis yang harus ditanyakan antara lain ialah : usia, rasa sakit, pola
makan, pola defekasi, kencing, siklus haid, nutrisi, trauma, aspek psikososial,
gangguan traktus respirasi dan akibat sakit perut pada anak.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik yang perlu digali adalah apakah ditemukan alarm sign
pada anak antara lain meliputi :
- nyeri terlokalisir
- nyeri menjalar
- nyeri hingga membangunkan anak hingga malam hari
- nyeri muncul tiba-tiba
- muntah berulang
- dismotilitas
- dysuria
- gangguan menstruasi
- gangguan tumbuh kembang
- gejala sistemik
- terjadi pada usia kurang dari empat tahun
- terdapat organomegali
- tedapat tanda peradangan pada abdomen
- kelainan perirectal
-
3. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang
Pemeriksaan ini dibagi dalam 3 tahap
Tahap 1 : Dilakukan pada seluruh anak dengan sakit perut berulang
Tahap 2 : Dilakukan bila ditemukan alarm sign atau tidak ada kelaian
pada tahap 1
Tahap 3 : Dilakukan bila masih diperlukan

Tabel 5. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang pada sakit perut berulang

Tahap 1 Darah tepi lengkap


LED
Biokimia
Urin
Biakan dalam urin
Uji serologis
Foto polos abdomen
USG abdomen
Tahap 2 Uji Hidrogen
Amilase urin dan darah
Test benzidin
Gastrokopi
Tahap 3 Enema Barium
EEG
Porifirin
Kolonoskopi
CT SCAN abdomen

Terapi
Pengobatan disesuaikan dnegan etiologi. Pada sakit perut berulang fungsional
pendekatan ditujukan kepada keluarga dan penderita. Tujuan pengobatan ialah
memberikan rasa aman serta edukasi kepada penderita dan keluraga sehingga
kehidupa keluarga menjadi normal kembali. Kadang kadang diperlukan
konsultasi kepada psikater atau psikolog.

DAFTAR PUSTAKA

1. Juffrie, M,dkk. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. IDAI 2010


2. Garna H, dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Departemen Ilmu Kesehatan
Anak UNPAD-RSHS. 2014

Anda mungkin juga menyukai