Anda di halaman 1dari 4

ZAT BESI ( FE )

1. Zat besi

Zat besi atau fe adalah nutrisi penting untuk tubuh manusia. Kebutuhan zat besi pada tubuh
pria dewasa ialah 40 - 50 mg zat besi/kg berat badan. Bagi tubuh wanita dewasa adalah 35 -
50 mg/kg berat badan. Zat besi mengambil peran penting dalam proses distribusi oksigen
dalam darah tubuh manusia. Zat besi juga berfungsi dalam proses produksi haemoglobin. Zat
besi juga berperan penting dalam fungsi kekebalan tubuh. Kekurangan zat besi akan semakin
memperbesar potensi tubuh mudah terserang penyakit. Zat besi adalah salah satu unsur yang
diperlukan dalam proses pembentukan sel darah merah. Sel darah merah ini mengandung
senyawa kimia bernama hemoglobin, yang berfungsi membawa oksigen dari paru-paru dan
mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Kekurangan zat besi dalam menu makanan sehari-
hari dapat menimbulkan penyakit anemia gizi atau yang dikenal masyarakat sebagai penyakit
kurang darah. Zat besi (Fe) merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, zat ini
terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam sintesa
haemoglobin (Hb). Seorang ibu yang dalam masa kehamilannya telah menderita kekurangan
zat besi tidak dapat memberi cadangan zat besi kepada bayinya dalam jumlah yang cukup
untuk beberapa bulan pertama. Meskipun bayi itu mendapat air susu dari ibunya, tetapi susu
bukanlah bahan makanan yang banyak mengandung zat besi karena itu diperlukan zat besi
untuk mencegah anak menderita anemia. Pada beberapa orang, pemberian tablet zat besi
dapat menimbulkan gejala-gejala seperti mual, nyeri didaerah lambung, kadang terjadi diare
dan sulit buang air besar, pusing bau logam. Selain itu setelah mengkonsumsi tablet tersebut,
tinja akan berwarna hitam, namun hal ini tidak membahayakan. Frekuensi efek samping
tablet zat besi ini tergantung pada dosis zat besi dalam pil, bukan pada bentuk campurannya.
Semakin tinggi dosis yang diberikan maka kemungkinan efek samping semakin besar.
Menurut Wirakusumah (1999), tablet zat besi yang diminum dalam keadaan perut terisi akan
mengurangi efek samping yang ditimbulkan tetapi hal ini dapat menurunkan tingkat
penyerapannya.

2. Sumber Zat besi


Zat besi (Fe) terdapat dalam bahan makanan hewani, kacang-kacangan, dan sayuran
berwarna hijau tua. Pemenuhan Fe oleh tubuh memang sering dialami sebab rendahnya
tingkat penyerapan Fe di dalam tubuh, terutama dari sumber Fe nabati yang hanya diserap 1-
2%. Penyerapan Fe asal bahan makanan hewani dapat mencapai 10-20%. Fe bahan makanan
hewani (heme) lebih mudah diserap daripada Fe nabati (non heme). Sumber terbaik zat besi
berasaska makanan ialah hati, tiram, kerang, buah pinggang, daging tanpa lemak, ayam/itik
dan ikan. Kacang dan sayur yang dikeringkan adalah sumber iron yang baik daripada
tumbuhan.

Sumber zat besi (per 100 gr)

6
Jenis Fe (mg)
Daging 2.2-5

Ikan 1.2-4

Telur 1.2-1.5

Kacang Hijau 6

Kacang Kedelai 15.7


Beberapa jenis makanan yang
mengandung zat besi adalah daging sapi, kambing, ayam, ikan, ikan tuna, dan telur. Dari
enam jenis makanan ini, daging sapi dan kambing menempati posisi tertinggi. Dalam 100 gr
daging sapi, misalnya, terkandung 2,5 mg lebih zat besi. Selain zat besi, daging sapi juga
mengandung protein, vitamin A, zinc (seng), Omega-3, vitamin B12, dan lemak tak jenuh
Agar makanan yang mengandung zat besi tersebut terserap dengan baik,sebaiknya dibantu
dengan asupan vitamin C.

3. Akibat kekurangan zat besi ( fe )


Efek nyata yang mudah untuk dideteksi akibat kekurangan zat besi adalah anemia,
atau dikenal dengan istilah anemia defisiensi besi. Anemia ini mewakili kondisi tubuh
lainnya, karena tanda dan gejala lain defisiensi besi sulit terlihat. Defisiensi besi
dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu:
1. Deplesi besi (Iron depleted state).: keadaan dimana cadangan besinya menurun,
tetapi penyediaan besi untuk eritropoesis belum terganggu.
2. Eritropoesis Defisiensi Besi (Iron Deficient Erytropoesis) : keadaan dimana
cadangan besinya kosong dan penyediaan besi untuk eritropoesis sudah terganggu,
tetapi belum tampak anemia secara laboratorik.
3. Anemia defisiensi besi : keadaan dimana cadangan besinya kosong dan sudah tanpa
gejala anemia defisiensi besi.

Berikut akibat kekurangan zat besi:


1. Kekurangan zat besi menghambat fungsi motorik normal pada bayi (aktifitas dan
gerak tubuh) dan fungsi kecerdasan.
2. Anemia karena kekurangan zat besi (Iron deficiency anemia) selama kehamilan dapat
meningkatkan risiko bayi premature dan berat lahir rendah (BBLR).
3. Pada orang dewasa kekurangan zat besi membuat cepat lelah menurunkan tenaga dan
produktifitas kerja.
4. kekurangan zat besi juga dapat menurunkan daya ingat (memory), fungsi mental dan
kecerdasan.

Kehilangan zat besi, dapat terjadi secara fisiologis atau patologis


Fisiologis:
Menstruasi
Kehamilan, pada kehamilan aterm, sekitar 900mg zat besi hilang dari ibu kepada fetus,
plasenta dan perdarahan pada waktu partus.

Patologis:
Perdarahan saluran makan merupakan penyebab paling sering dan selanjutnya anemia
defisiensi besi. Prosesnya sering tiba-tiba. Selain itu dapat juga karena cacing tambang,
pasien dengan telangiektasis herediter sehingga mudah berdarah, perdarahan traktus
gastrourinarius, perdarahan paru akibat bronkiektasis atau hemosiderosis paru idiopatik.
Yang beresiko mengalami anemia defisiensi zat besi:
Wanita menstruasi
Wanita menyusui/hamil karena peningkatan kebutuhan zat besi
Bayi, anak-anak dan remaja yang merupakan masa pertumbuhan yang cepat
Orang yang kurang makan makanan yang mengandung zat besi, jarang makan daging
dan telur selama bertahun-tahun.
Menderita penyakit maag.
Penggunaan aspirin jangka panjang
Colon cancer
Vegetarian karena tidak makan daging, akan tetapi dapat digantikan dengan
brokoli dan bayam.

Pada tahap awal kekurangan zat besi mungkin seseorang tidak memiliki tanda-tanda atau
gejala apapun. Itulah sebabnya pemeriksaan skrining penting bagi kelompok yang berisiko
tinggi.

Jika seseorang mengalami tanda-tanda dan gejala berikut ini, sebaiknya memeriksakan diri ke
dokter untuk memastikan apakah diriinya kekurangan zat besi atau ada masalah medis
lainnya:

Merasa lelah dan lemah


Kerja menurun dan prestasi sekolah menurun
Fungsi kognitif lambat
Anak-anak kurang aktif
Kesulitan mempertahankan suhu tubuh
Penurunan fungsi kekebalan tubuh, yang meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
menjadi gampang sakit
Glossitis (peradangan pada lidah)

Anda mungkin juga menyukai