PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Mata kuliah Perancangan Bangunan Rekayasa Sipil II bertujuan untuk
memberikan pengetahuan kepada mahasiswa Teknik Sipil tentang hal-hal yang
dikerjakan dalam merancang suatu bangunan air beserta sistem jaringannya sesuai
dengan situasi topografi daerah yang ditentukan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Dengan:
dimana:
= konstanta psychrometric (kPa/oC),
P = tekanan atmospher (kPa),
= laten heat of vaporization = 2.45 (MJ/kg),
cp = pemanasan spesifik pada tekanan konstan = 1.013x10-3 (MJ/kg/oC),
= perbandingan berat molekul uap air/ udara kering = 0.622.
b. Temperatur rata-rata (Tmean)
Temperatur rata-rata dihitung dengan Persamaan 3.7 berikut ini:
Tmax Tmin
Tmean
2
(3.7)
dimana:
Tmean = temperatur udara harian rata-rata (oC),
Tmax = temperatur udara harian maksimum (oC),
Tmin = temperatur udara harian minimum (oC).
c. Kelembaban relatif (RH)
Kelembaban relatif (RH) yang digunakan adalah nilai rata-rata dari
kelembaban relatif maksimum (RHmax) dan minimum (RHmin) yang dinyatakan
sebagai kelembaban relatif rata-rata RH mean (Anonim, 1999).
ea
RH 100
e T
o
(3.8)
17.27T
e o T 0.6108 exp
T 237.3
(3.9)
dimana:
RH = kelembaban relatif (%)
ea = tekanan uap aktual (kPa)
eo(T) = tekanan uap jenuh pada temperatur udara T (kPa)
T = temperatur udara (oC)
17.27T
4098 0.6108 exp
T 237.3
T 237.3 2
(3.14)
dengan:
= kurva kemiringan tekanan uap jenuh pada temperatur udara T (kPa),
T = temperatur udara (oC).
Rs K Rs Tmax Tmin Ra
(3.19)
-5
Rso = (0.75 + 2 l0 z)Ra (3.20)
24(60)
Ra Gsc d r s sin sin cos cos sin s
(3.21)
2
d r 1 0.033 cos J
365
(3.22)
2
0.409 sin J 1.39
365
(3.23)
s arccos tan tan
(3.24)
Rnl
Tmax K 4 Tmin K 4
2
0.34 0.14 ea 1.35
Rs
Rso
0.35
(3.25)
keterangan:
Rn = radiasi netto (MJ/m2/hari),
Rns = radiasi matahari netto (MJ/m2/hari),
= koefisien albedo,
as+bs = fraksi radiasi ektrateresterial yang mencapai bumi pada hari yang cerah (n
= N),
KRs = Koefisien tetapan = 0.16 untuk daerah tertutup dan 0.19 untuk daerah
pantai (oC-0.5),
z = elevasi stasiun di atas permukaan laut (m),
Ra = radiasi ekstrateresterial (MJ/m2/hari),
Gsc = konstanta matahari = 0.0820 (MJ/m2/min),
dr = inverse jarak relatif bumi-matahari (pers.3.22),
s = sudut jam matahari terbenam (pers. 3.24),
= garis lintang (rad),
= deklinasi matahari (rad),
J = nomor hari dalam tahun antara 1 (1 Januari) sampai 365 atau 366 (31
Desember),
Rnl = radiasi netto gelombang panjang yang pergi (MJ/m2/hari),
= konstanta Stefan-Boltzmann (4.903 10-9 MJ/K4/m2/hari),
Tmax, K = temperatur absolut maksimum selama periode 24 jam (K = C + 273.16),
Tmin, K = temperatur absolut minimum selama periode 24 jam (K = C + 273.16),
Ti Ti 1
G cs z
t
(3.26)
dimana:
G = kerapatan panas terus-menerus pada tanah (MJ/m2/hari),
cs = kapasitas pemanasan tanah (MJ/m3/C),
Ti = temperatur udara pada waktu i (C),
Ti-1 = temperatur udara pada waktu i-1 (C),
t = panjang interval waktu (hari),
z = kedalaman tanah efektif (m).
Untuk periode harian atau 10-harian, nilai G sangat kecil (mendekati nol),
sehingga nilai G tidak perlu di perhitungkan (FAO, 1999).
i. Kecepatan angin pada ketinggian 2 m (u2)
Kecepatan angin pada ketinggian 2 m (u 2) dihitung menggunakan Persamaan 3.26
berikut ini:
4.87
u2 u z
ln( 67.8 z 5.42)
(3.27)
dimana:
u2 = kecepatan angin 2 m di atas permukaan tanah (m/s),
uz = kecepatan angin terukur z m di atas permukaan tanah (m/s),
z =ketinggian pengukuran di atas permukaan tanah (m).
2. MetodeBlaneyCriddle
Metode ini untuk memprakirakan besarnya evapotranspirasi potensial (PET) pada
awalnya dikembangkan untuk memprakirakan besarnya konsumsi air irigasi di Amerika
Serikat.
Et = (0,142 Ta + 1,095)(Ta + 17,8)kd
Keterangan :
Ta = suhu rata-rata (oC). Apabila Ta lebih kecil daripada 3 oC, besarnya angka konstan
0,142 harus diganti dengan 1,38.
d = fraksi lama penyinaran matahari per bulan dalam waktu satu tahun.
Untuk memprakirakan besarnya air yang diperlukan statu vegetasi selama masa
pertumbuhannya, dapat juga memanfaatkan humus Blaney-Criddle dalam bentuk sbb:
i=1
Keterangan :
3. MetodePanciEvaporasi
Panci Evaporasi Teknik pengukuran ET paling sederhana adalah dengan
menggunakan Panci untuk mendapatkan angka indeks potensial evapotranspirasi. Cara
perhitungan ini memerlukan statu angka koefisien yang harus dievaluasi tingkat
ketepatannya.
PET = CeEp
Keterangan :
Standar panci yang umum digunakan adalah Panci Evaporasi klas A dengan ukuran
diameter 122 cm dan kedalaman 25 cm. Dalam pemakaiannya kedalaman air
dipertahankan antara 18 hingga 20 cm dan pengukuran dilakukan secara luas untuk
memprakirakan besarnya evaporasi danau atau badan air lainnya dengan angka koefisien
(Ce) ditentukan antara 0,50 hingga 0,80. Angka koefisien panci tahunan rata-rata yang
biasa digunakan adalah 0,70 hingga 0,75, terutama untuk tempat-tempat yang Belum
pernah digunakan sebagai tempat percobaan.
Pola tata tanam adalah jadwal tanam dan jenis tanaman yang diberikan
pada suatu jaringan irigasi.
Untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman. Penentuan pola tata tanam
merupakan hal yang perlu dipertimbangkan. Tabel dibawah ini merupakan contoh
pola tata tanam yang tepat dipakai.
Tabel Pola Tanam
Kc
memprediksi nilai evapotranspirasi . Koefisien tanaman ( ) dihitung
suatu lahan dengan kondisi vegetasi seragam dan air melimpah ( ET ), dengan
ET 0
evapotranspirasi referensi ( ). Jika digambarkan dengan rumus:
ET
K c=
ET 0
bahkan ada benih atau bibit yang tidak tumbuh sehingga nilai ET secara teori
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan air irigasi
pada suatu proyek irigasi. Faktor-faktor penting yang menentukan besarnya
kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah:
a. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
penyiapan lahan.
Rotasi III
1 golongan dibuka dan dua golongan ditutup
A = 53,10/(53,10+47,55+35) x 168/1 = 65 jam = 2 hari 18 jam
B = 47,55/(53,10+47,55+35) x 168/1 = 58 jam = 2 hari 11 jam
C = 35,00/(53,10+47,55+35) x 168/1 = 43 jam = 1 hari 19 jam
Pemberian Air
Terus Menerus Q Rotasi I Q=30- Rotasi II
=65-100% 60% Q30%
petak petak
petak yang
jam yang jam yang
diari
jam diairi diairi
6:0
6:00 6:00
Senin 0
Selasa B
Rabu A+B 17:00
Kamis
Jum'at 12:00
Sabtu 11:0 A
0
Mingg
u A+B+C
Senin B+C 6:00
Selasa
17:0
17:00
Rabu 0
Kamis C
Jum'at A+C 12:00
Sabtu A
Mingg
u
6:0
6:00
Senin 0 6:00
Q
Petak
Luas Q (lt/dt) Rencan
sub
(Ha) a
Tersier
1,00 0,65 0,30
158,7 121,5
a 53,10 150,80 158,73
3 5
151,7 121,5
b 47,55 140,27 151,70
0 5
1141,1 111,6 121,5
c 35,00 121,55
0 6 5
jumla 422,0 121,5
135,65 405,17
h 9 5
Dari tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa debit yang terbesar tidak selalu
terdapat dari Q = Qmax. Sehingga debit rencana tidak dapat begitu saja ditentukan
dari pembagian debit pada 100% Qmax
a + b = 310,43
b + c = 263,36
a + c = 270,39
Dalam musim kemarau dimana keadaan air mengalami kritis , maka pemberian
air tanaman akan diberikan / diperioritaskan kepada tanaman yang telah
direncanakan.
Dalam sistem pemberian air secara bergilir ini, permulaan tanam tidak
serentak, tetapi bergilir menurut jadwal yang ditentukan, dengan maksud
penggunaan air lebih efisien. Sawah dibagi menjadi golongan-golongan dan saat
permulaan pekerjaan sawah bergiliran menurut golongan masing-masing.
Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari sistem giliran adalah:
- Timbulnya komplikasi sosial
- Eksploitasi lebih rumit
- Kehilangan akibat eksploitasi sedikit lebih tinggi
- Jangka waktu irigasi untuk tanaman pertama lebih lama, akibatnya lebih
sedikit waktu tersedia untuk tanaman kedua
- Daur/siklus gangguan serangga, pemakaian insektisida
2.1.5 Perkolasi
Perkolasi adalah besarnya air yang masuk dari lapisan tanah tak jenuh
(unsaturated) ke lapisan tanah jenuh (saturated) sedangkan Infiltrasi ialah
masuknya air (besarnya air merembes) dari permukaan tanah ke lapisan tak jenuh
(unsaturated). Pada tanaman ladang, perkolasi air kedalam lapisan tanah bawah
hanya akan terjadi setelah pemberian air irigasi. Dalam mempertimbangkan
efisiensi irigasi, perkolasi hendaknya diperhitungkan.
Laju perkolasi sangat tergantung kepada sifat-sifat tanah. Pada tanah
lempung berat dengan karakteristik pengolahan yang baik laju perkolasi dapat
mencapai 1-3 mm/hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, lalu perkolasi bisa
lebih tinggi. Dari hasil-hasil penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan,
perlurusan besarnya laju perkolasi serta tingkat kecocokan tanah untuk
pengolahan tanah dapat ditetapkan dan dianjurkan pemakaiannya. Guna
menentukan laju perkolasi, tinggi muka air tanah juga harus diperhitungkan.
Perembesan terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul sawah.
3. Jangka waktu WLR = 1,5 bulan (selama 1,5 bulan air digunakan untuk
WLR sebesar 50 mm )
Dimana:
IR = kebutuhan air irigasi
I = efisiensi irigasi
c. Kebutuhan air irigasi untuk tanaman palawija
( ETcReff )
IR = ef ....(2.3)
Dimana:
IR = kebutuhan air irigasi
Etc = evaporasi potensial
Reff = curah hujan efektif
d. Kebutuhan air irigasi untuk penyiapan lahan
e
( k 1)
IRp = M ek ....(2.4)
Dimana:
IRp = kebutuhan air irigasi
Me = kebutuhan air untuk mengganti air yang hilang akibat evaporasi dan
perkolasi disawah yang telah dijenuhkan (mm/hr)
MT
k= S
a. Pembagian air tidak kurang dari 20 lt/dt. Untuk menjamin hal tersebut
pemberian air digilir.
b. Seluruh jaringan tersier tergilir, jika jumlah air bersesuaian dengan FPR
0,10 lt/dt/ha.
Keterangan :
FPR (Factor Polowijo Relatif) adalah perbandingan antara debit minimum
terhadap LPR.
Rumus :
FPR = Q/LPR ....(2.5)
Dimana:
Q = Debit air minimum
LPR = Angka perbandingan antara satuan luas baku terhadap polowijo yang
berdasarkan jumlah kebutuhan satuan air terhadap tanaman polowijo.
Besar LPR di Jawa Timur
1. Polowijo :1
2. Pembibitan padi gadu ijin : 20
3. Garapan padi gadu ijin :6
4. Tanaman padi gadu ijin :4
5. Padi gadu tidak ijin :1
6. Tebu muda : 1,5
7. Tebu bibit : 1,5
8. Tebu tua :0
9. Tembakau :1
10. Beru :0
Ketentuan-ketentuan yang diperoleh dari sistim giliran adalah
- Berkurangnya kebutuhan pengambilan puncak
- Kebutuhanpengambilan bertambah secara berangsur-angsur pada awal
waktu pemberian air irigasi (pada perioda pengolahan lahan)
Sedangkan yang tidak menguntungkan adalah
- jangka waktu irigasi untuk tanaman pertama lebih lama akibat lebih sedikit
waktu tersedia untuk tanaman
- kehilangan air akibat eksploitasi ssedikit lebih tinggi
2.1.11.2 Sistem Golongan
Untuk memperoleh tanaman dengan pertumbuhan dengan optimal guna
mencapai produksivitas yang tinggi, maka penanaman harus memperhatikan
pembagian air secara merata ke semua petak tersier dalam jaringan irigasi.
Sumber air tidak selalu dapat menyediakan air irigasi yang dibutuhkan,
sehingga harus dibuat rencana pembagian air yang baik, agar air yang tersedia
dapat dapat dibutuhkan secara merata dan seadil-adilnya. Kebutuhan air yang
tertinggi untuk sutau petak tersier adalah Qmax, yang dapat sewaktu
merencanakan seluruh sistim irigasi. Besarnya debit Q yang tersedia tidak tetap,
tergantung pada sumber dan jenis tanaman yang harus dialiri.
Pada saat-saat dimana air tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan air
tanaman dengan pengaliran menerus, maka pemberian air tanaman dilakukan
dalam sistem pemberian air secara bergilir, dengan maksud menggunakan air lebih
efisien. Sawah dibagi menjadi golongan-golongan saat permulaan pekerjaan
sawah bergiliran menurut golongan masing-masing
Kelebihan :
a. berkurangnya kebutuhan pengambilan puncak
b. kebutuhan pengambilan puncak bertambah secara berangsur-angsur pada
awal waktu pemberian air irigasi (pada periode penyiapan lahan)
kekurangan
a. Timbulnya komplikasi sosial
b. Eksploitasi rumit
c. Kehilangan akibat eksploitasi sediit lebih tinggi
d. Jangka waktu irigasi untuk tanaman pertama lebih lama, akibatnya lebih
sedikit waktu yang tersedia untuk tanaman yang kedua
e. Daur/siklus gangguan serangga, pemakaian insektisida.
Persediaan air dalam jangka waktu satu tahun tetap tidak, artinya ada
bulan-bulan yang persediaan airnya cukup ada pula yang tidak. Pada musim hujan
padi mulai ditanam. Penggarapan tanah dilakukan pada awal musim hujan dimana
persediaan air pada waktu itu masih sangat sedikit. Jika seluruh lahan
menggunakan air pada waktu yang sama kebutuhan air tidak akan tercukupi.
Mengingat hal tersebut dalam sistem penanaman padi raeding, lahan dibagi
menjadi beberapa golongan.
Apabila penggarapan tanah untuk penanaman padi dimulai diseluruh areal
dalam suatu daerah pengaliran dalam jangka waktu yang bersamaan, maka
kebutuhan air maksimumnya akan melampaui daya tampung saluran maupun
kemampuan daya guna airnya.
Sistem golongan adalah mencari (memisah-misahkan) periode-periode
pengolahan (penggarapan) dengan maksud menekan kebutuhan air maksimum.
Pengatuiran-pengaturan umum tehadap golongan-golongan adalah sebagai
berikut:
a. Tiap jaringan induk dibagi menjadi tiga golongan A,B,C. Tiap golongan
dadakan sampai seluruh petak-petak tersier dengan cara menggolongkan
baku-baku sawah yang seharusnya hampir sama menjadi masing-masing
golongan.
b. Tiap golongan A,B,C digilir.
c. Untuk keperluan pengolahan tanahnya (garapan), masing-masing golongan
menerima air selama dua periode sepuluh harian mulai dari golongan A.
d. Tanaman padi gadu yang masih ada di sawah diberi air dengan cukup.
Ijin dimulainya golongan-golongan akan datang dari seksi. Cabang seksi
harus menjamin bahwa seksi mempunyai data-data yang tepat mengenai tanaman,
debit dan curah hujan dari tahun-tahun yang telah lalu untuk digunakan menjadi
dasar perhitungan terhadap permulaan tanggal dan masing-masing golongan.
Tiap golonga harus diberi batas yang tetap. Tiap-tiap tahun pengaturan
golongan digilir, sehingga keuntungan atau kerugian bagian dapat terbagi secara
merata.
Prosedur-prosedur yang digunakan pada sistem golongan adalah:
a. Dibuat batas-batas golongan yang pasti pada batas-batas primer atau
sekunder, dalam tiga bagian yang kira-kira hampir sama. Pemberian air ke
petak tersier tidak langsung mengambil dari saluran primer maupun saluran
sekunder.
b. Setelah diteliti dan dibenarkan seksi dan menyetujui panitia irigasi, golongan-
golongan diberi tanda tetap di peta-peta pengairan. Setelah itu dibuat daftar
desa-desa serta petak-petak di masing-masing golongan lalu dikirim ke
semua-desa-desa yang bersangkutan.
c. Setelah mempertimbangkan adanya tanaman-tanaman yang masih ada
disawah, pengamat mengusulkan ke seksi tentang pengaturan golonga-
golongan untuk musim yang akan datang.
d. Langkah selanjutnya adalah mengadakan pertemuan dengan panitia irigasi
untuk mempertimbangkan rencana tanaman musim penghujan.
e. Pada pertemuan ini akan ditentukan adanya golongan-golongan oleh
sekertaris panitia irigasi sebelum permulaan musim penghujan desa-desa
yang bersangkutan akan diberi tahu tantang aturan golongan baru.
Sistem golongan dikerjakan sebagai berikut:
N Periode Golongan A Golongan B Golongan C
o
Garapan
s/d hari ke
tanah untuk -
satu
pembibitan
Bibit dan
garap tanah Garap tanah
1 hari ke 1-20 unuk untuk -
tanaman pembibtan
padi
Bibit dan
garap tanah Garap tanah
hari ke 21- Pemindahan
2 untuk untuk
40 tanaman
tanaman pemibitan
padi
Bibit dan
garap tanah
hari ke 41- Tanaman Pemindahan
3 untk
60 padi tanaman
tanaman
padi
Petak tersier
Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing-masing seluas kurang
lebih 8 sampai dengan 15 hektar. Pembagian air, eksploitasi dan perneliharaan di
petak tersier menjadi tanggungjawab para petani yang mempunyai lahan di petak
yang bersangkutan dibawah bimbingan pemeintah. Petak tersier sebaiknya
mempunyai batas-- batas yang jelas, misalnya jalan, parit, batas desa dan batas-
batas lainnya. Ukuran petak tersier berpengaruh terhadap efisiensi pemberian air.
Beberapa faktor lainnya yang berpengaruh dalam penentuan luas petak tersier
antara lain jumlah petani, topografi dan jenis tanaman. Apabila kondisi topografi
memungkinkan, petak tersier sebaiknya berbentuk bujur sangkar atau segi empat.
Hal ini akan memudahkan dalam pengaturan tata letak dan perabagian air yang
efisien. Petak tersier sebaiknya berbatasan langsung dengan saluran sekunder atau
saluran primer. Sedapat mungkin dihindari petak tersier yang terletak tidak secara
langsung di sepanjang jaringan saluran irigasi utama, karena akan memerlukan
saluran muka tersier yang mebatasi petak-petak tersier lainnya.
Petak Sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh
satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi
yangterletak di saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder pada
urnumnya berupa tanda topografi yang jelas misalnya saluran drainase. Luas petak
sukunder dapat berbeda-beda tergantung pada kondisi topografi daerah yang
bersangkutan. Saluran sekunder pada umumnya terletak pada punggung mengairi
daerah di sisi kanan dan kiri saluran tersebut sampai saluran drainase yang
membatasinya. Saluran sekunder juga dapat direncanakan sebagai saluran garis
tinggi yang mengairi lereng lereng medan yang lebih rendah.
Petak Primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil langsung air
dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang
mengambil air langsung dari bangunan penyadap. Daerah di sepanjang saluran
primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara menyadap air dari
saluran sekunder. Apabila saluran primer melewati sepanjang garis tinggi daerah
saluran primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari saluran primer.
Bangunan Irigasi
Keberadaan bangunan ingasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan
pengaturan air irigasi Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijurnpai dalam
praktek irigasi antara lain:
1. Bangunan utama.
2. Bangunan pembawa.
3. Bangunan bagi Bangunan sadap.
4. Bangunanm pengatur muka air.
5. Bangunan pernbuang dan penguras serta.
6. Bangunan pelengkap.
Bangunan Utama
Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk
dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan sumber airnya,
bangunan utarna dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, bendung,
pengambilan bebas, pengambilan dari waduk, dan stasiun pompa
Bendung
Bendung adalah adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang dibangun
melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud untuk
meninggikan elevasi muka air sungai. Apabila muka air di bendung mencapai
elevasi tertentu yang dibutuhkan, maka air sungai dapat disadap dan dialirkan
secara gravitasi ke tempat-ternpat yang mernerlukannya. Terdapat beberapa jenis
bendung, diantaranya adalah:
1. Bendung tetap (weir)
2. Bendung gerak (barrage).
3. Bendung karet (inflamble weir).
Pada bangunan bendung biasanya dilengkapi dengan bangunan pengelak, peredam
energi, bangunan pengambilan, bangunan pembilas , kantong lumpur dan tanggul
banjir.
Pengambilan bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai menyadap air
sungai untuk dialirkan ke daerah irigasi yang dilayani. Perbedaan dengan bendung
adalah pada bangunan pengambilan bebas tidak dilakukan pengaturan tinggi muka
air di sungai. Untuk dapat mengalirkan air secara, gravitasi muka air di sungai
harus lebih tinggi dari daerah irigasi yang dilayani.
Stasiun Pompa
Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila upaya-upaya
penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk dilakukan, baik dari
segi teknik maupun ekonomis. Salah satu karakteristik pengambilan irigasi
dengan pompa adalah investasi awal yang tidak begitu besar namun biaya operasi
dan eksploitasi yang sangat besar.
Bangunan Pembawa
Bangunan pernbawa mempunyai fungsi mernbawa / mengalirkan air dari
surnbemya menuju petak irigasi. Bangunan pernbawa meliputi saluran primer,
saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk dalam bangunan
pernbawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan dan got miring. Saluran
primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang dilayaninya.
Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa yang
terletak pada petak sekunder tersebut. Berikut ini penjelasan berbagai saluran
yang ada dalam suatu sistern irigasi.
Bangunan Drainase
Bangunan drainase dimaksudkan untuk membuang kelebihan air di petak sawah
maupun saluran. Kelebihan air di petak sawah dibuang melalui saluran pernbuang,
sedangkan kelebihan air disaluran dibuang melalui bengunan pelimpah. Terdapat
beberapa jenis saluran pembuang, yaitu saluran pembuang kuerter, saluran
pernbuang tersier, saluran pernbuang sekunder dan saluran pernbuang primer.
Jaringan pembuang tersier dimaksudkan untuk :
Mengeringkan sawah
Mernbuang kelebihan air hujan
Mernbuang kelebihan air irigasi
Saluran pernbuang kuarter menampung air langsung dari sawah di daerah atasnya
atau dari saluran pernbuang di daerah bawah. Saluran pernbuang tersier
menampung air buangan dari saluran pernbuang kuarter. Saluran pernbuang
primer menampung dari saluran pernbuang tersier dan membawanya untuk
dialirkan kernbali ke sungai.
Bangunan Pelengkap
Sebagaimana namanya, bangunan pelengkap berfungsi sebagai pelengkap
bangunan-bangunan irigasi yang telah disebutkan sebelumnya. Bangunan
pelengkap berfungsi sebagai untuk memperlancar para petugas dalam eksploitasi
dan pemeliharaan. Bangunan pelengkap dapat juga dimanfaatkan untuk pelayanan
umum. Jenis-jenis bangunan pelengkap antara lain jalan inspeksi, tanggul,
jernbatan penyebrangan, tangga mandi manusia, sarana mandi hewan, serta
bangunan lainnya.
6. Sistem jalan
Petak tersier adalah bagian dari petak sekunder yang dialiri oleh saluran
tersier. Meskipun petak tersier merupakan bagian petak terakhir, saluran tersier
masih dapat dibagi lagi menjadi beberapa saluran yaitu saluran sub tersier atau
saluran kwarter. Perlu diperhatikan bahwa pengambilan tidak boleh dilakukan
pada saluran primer atau sekunder, sebab jika hal itu dilakukan maka akan
mengakibatkan susunan saluran primer atau sekunder menjadi tidak rasional lagi
dan banyaknya exploitasi air menjadi sulit, selain itu juga akan mengakibatkan
banyaknya bangunan pengairan yang dibuat sehingga jaringan irigasi memerlukan
biaya yang besar. Setiap bidang tanah harus dapat menerima air dengan sebaik
baiknya, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Luas petak sedapat mungkin diseragamkan.
2. Pemberian air melalui tersier harus melalui tempat yang dapat diukur dan diatur
dengan baik.
3. Batas-batas petak tersier harus jelas dan tegas.
4. Semua batas sawah dalam petak tersier harus dapat menerima air dari tempat
pemberian air.
5. Petak tersier diharapkan merupakan satu kesatuan yang dimiliki satu desa saja.
6. Air kelebihan yang tidak berguna harus dapat dibuang dengan baik melalui
saluran drainase yang terpisah dari saluran pemberi.
7. Batas-batas petak tersier diusahakan menggunakan batas alam.
Untuk menghitung atau mengukur luas areal pertanian, umumnya digunakan
satuansatuan :
1 ha = 10.000 m = 2.471 acre = 1,409 bahu
1 acre = 4,840 yard = 0,4047 ha = 0,57 bahu
1 bahu = 0,71 ha = 1,71 acre = 7066,5 m
2. Bangunan bagi
3. Bangunan sadap
6. Bangunan pelengkap
1. Bangunan Utama
Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk
dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan sumber airnya,
bangunan utama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori
Bendung
Pengambilan bebas
Stasiun pompa
a. Bendung
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai menyadap air
sungai untuk dialirkan ke daerah irigasi yang dilayani. Perbedaan dengan
bendung adalah pada bangunan pengambilan bebas tidak dilakukan
pengaturan tinggi muka air di sungai. Untuk dapat mengalirkan air secara
gravitasi, muka air di sungai harus lebih tinggi dari daerah irigasi yang
dilayani.
Salah satu fungsi waduk adalah menampung air pada saat terjadi kelebihan air
dan mengalirkannya pada saat diperlukan. Dilihat dari kegunaannya, waduk
dapat bersifat eka guna dan multi guna. Pada umumnya waduk dibangun
memiliki banyak kegunaan seperti untuk irigasi, pembangkit listrik, peredam
banjir, pariwisata, dan perikanan. Apabila salah satu kegunaan waduk untuk
irigasi, maka pada bangunan outlet dilengkapi dengan bangunan sadap untuk
irigasi. Alokasi pemberian air sebagai fungsi luas daerah irigasi yang dilayani
serta karakteristik waduk.
d. Stasiun Pompa
Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain menuju
saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka ataupun gorong-
gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur agar debit yang
masuk saluran dapat diatur.
Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk
mengukur besarnya debit yang mengalir.
Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu dilakukan
pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran primer),
cabang saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan sekunder.
Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur muka air
sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang
konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan pengukur
dimaksudkan untuk dapat memberi informasi mengenai besar aliran yang
dialirkan. Kadangkala, bangunan pengukur dapat juga berfungsi sebagai
bangunan pangatur.
4. Bangunan Drainase
5. Bangunan Pelengkap
Bangunan Pembawa
Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder
dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada
bangunan bagi yang terakhir.
Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir
Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks tersier
terakhir
Saluran kuarter mernbawa air dari bangunan yang menyadap dari boks
tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter
terakhir
Empat eksemplar dari peta-peta tata letak ini harus seluruhnya diberi nama,
sedangkan empat eksemplar yang terakhir akan diberi warna hanya di
sepanjang batas-batas petak saja. Lebar warna sepanjang perbatasan ini
adalah 1 sentimeter.
- biru untuk jaringan irigasi, garis penuh untuk jaringan pembawa yang
ada dan garis putus-putus untuk jaringan yang sedang direncana
- merah untuk sungai dan jaringan pembuang; garis penuh untuk jaringan
yang sudah ada dan garis putus-putus untuk jaringan yang sedang
direncana;
- coklat untuk jaringan jalan;
- kuning untuk daerah yang tidak diairi (dataran tinggi, rawa-rawa);
- hijau untuk perbatasan kabupaten, kecamatan desa dan kampung,
- merah untuk tata nama bangunan;
- hitam untuk jalan kereta api;
- warna bayangan akan dipakai untuk batas-batas petak sekunder; batas-
batas petak tersier akan diarsir dengan warna yang lebih muds dari
warna yang sama.