Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kosmetika sudah dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada


abad ke-19, pemakaian kosmetika mulai mendapatkan perhatian, yaitu selain
untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Tidak disangkal lagi bahwa produk
kosmetika sangat diperlukan oleh manusia, baik laki-laki maupun perempuan,
sejak lahir hingga saat meninggalkan dunia. Produk-produk itu dipakai secara
berulang setiap harinya sehingga dibutuhkan persyaratan yang aman untuk
pemakaiannya (Tranggono dan Latifah, 2007:3).
Kosmetik pada dasarnya adalah campuran bahan yang diaplikasikan pada
anggota tubuh bagian luar seperti epidermis kulit, kuku, rambut, bibir, gigi, dan
sebagainya dengan tujuan untuk menambah daya tarik, melindungi, memperbaiki,
sehingga penampilannya lebih cantik dari semula.
Kosmetika terbagi atas beberapa jenis tergantung pada kebutuhan masing-
masing individu. Terdapat berbagai macam sediaan, warna dan keunikan kemasan
serta keunggulan dalam memberikan fungsi bagi konsumen, karena diproses
dengan teknologi yang terus berkembang khususnya dalam industri kosmetik.
Kosmetik harus bermanfaat bagi pemakainya dan memberikan jaminan bahwa
produk kosmetik tersebut aman dan tidak memberikan efek samping yang
membahayakan untuk pemakaian jangka panjang.

Salah satu upaya manusia mencapai kebersihan tubuhnya adalah


menggunakan sabun mandi ketika melakukan aktifitas mandinya. Sabun mandi
merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk kesehatan, khususnya dapat
menghilangkan kotoran yang menempel pada kulit tubuh.

Sabun mandi yang biasanya digunakan oleh masyarakat sekarang ini


termasuk kedalam kosmetika yang dikategorikan sebagai sediaan mandi. Banyak
produsen kosmetik, baik lokal maupun asing, mengeluarkan beberapa jenis sabun
mandi untuk menarik minat konsumen. Bermacam-macam produksi sabun mandi
yang dihasilkan pihak produsen yang beredar dimasyarakat mempunyai merk dan

1
2

mutu yang berbeda sehingga kualitasnya pun berbeda. Untuk menghindari


dampak negatif dari sabun mandi yang mutunya tidak sesuai dengan persyaratan
kesehatan, pemerintah telah melakukan upaya-upaya dengan membuat peraturan
perundang-undangan dibidang kosmetik agar produsen kosmetik bertanggung
jawab sepenuhnya terhadap produk yang dihasilkan.

Persyaratan mutu bahan baku kosmetika dimuat dalam Kodeks Kosmetika


Indonesia, sedangkan persyaratan mutu kosmetika dituangkan dalam Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, seperti dalam Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK. 03.1.23.08.11.07517 Tahun 2011
tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika. Salah satunya tentang bahan aktif
yang diperbolehkan adalah Triklorokarbanilida. Triklorokarbanilida merupakan
zat aktif yang digunakan sebagai pengawet dan juga sebagai antiseptik.

Untuk menghindari efek negatif yang dapat ditimbulkan dari zat aktif
tersebut, maka penggunaan zat aktif tersebut harus sesuai dengan Peraturan
Kepala Badan POM RI No. HK. 03.1.23.08.11.07517 Tahun 2011 tentang
Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika yang menyatakan bahwa persyaratan batas
kadar maksimum bahan aktif dalam produk akhir adalah 1,5 %. Standar tersebut
harus dipenuhi oleh setiap produk akhir yang mengandung bahan aktif
triklorokarbanilida.

1.2 Perumusan Masalah

Dalam Karya Tulis Ilmiah ini, masalah yang diangkat adalah apakah kadar
triklorokarbanilida yang terkandung dalam sabun mandi padat tersebut sesuai
dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
No.HK.03.1.23.08.11.07517 tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika yang
mempersyaratkan batas kadar maksimum bahan aktif trikolorokarbanilida dalam
produk akhir 1,5 %.

1.3 Pembatasan Masalah


3

Dalam Karya Tulis Ilmiah ini, penulis membatasi pengujian sampel hanya
pada Penetapan Kadar Triklorokarbanilida dalam sediaan sabun mandi padat
dengan Metode Spektrofotodensitometri.

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Pengujian sediaan sabun mandi padat yang mengandung


triklorokarbanilida bertujuan untuk mendapatkan informasi apakah sabun mandi
padat yang di uji tersebut memenuhi syarat atau tidak untuk pemakaian sehari-hari
sesuai dengan peraturan yang telah di tetapkan mengenai penggunaan
triklorokarbanilida dalam kosmetik.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pemisahan zat aktif triklorokarbanilida dalam sediaan sabun


mandi padat dengan cara Kromatografi Lapis Tipis.

2. Menetapkan kadar triklorokarbanilida dalam sediaan sabun mandi padat


dengan metode Spektrofotodensitometri.

1.5 Manfaat

1.5.1 Bagi Mahasiswa


Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,
pengalaman dan wawasan penulis dalam bidang pengujian kosmetika serta dalam
memilih jenis sediaan kosmetika khususnya dalam sediaan sabun mandi padat
yang mengandung triklorokarbanilida sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan.

1.5.2 Bagi Masyarakat

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi


pembaca khususnya dan masyarakat pada umumnya, mengenai sabun mandi padat
4

yang mengandung triklorokarbanilida sehingga dapat memilih sabun mandi padat


yang baik dan aman untuk digunakan dalam pemakaian sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai