ANTROPOLOGI KESEHATAN
NORMA ATAU ATURAN DALAM MASYARAKAT
DisusunOleh:
KELOMPOK 4
TINGKAT 1 A
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMKAB PONOROGO
2016
MAKALAH
ANTROPOLOGI KESEHATAN
NORMA ATAU ATURAN DALAM MASYARAKAT
Oleh:
KELOMPOK 4
TINGKAT 1 A
Oleh:
KELOMPOK 4
Pembimbing
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunianya sehingga makalah Antropologi Kesehatan tentang Norma Dan Aturan Dalam
Masyarakat dapat diselesaikan.Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah Antropologi Kesehatan.
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN..................................................................................................... i
SAMPUL DALAM................................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. iii
KATA PENGANTAR............................................................................................... iv
DAFTAR ISI............................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
2.1 Pengertian Norma....................................................................................... 3
2.2 Ciri-ciri, Fungsi dan Peranan Norma Sosial............................................... 4
2.3 Macam-Macam Norma............................................................................... 5
2.3.1........................................................................................................Norma
Berdasarkan...................................................................................... 5
2.3.2........................................................................................................Norma
Berdasarkan Kekuatan Sanksinya.................................................... 6
2.4 Tingkatan Norma Dalam Masyarakat.......................................................... 12
BAB III PENUTUP................................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 14
3.2 Saran ............................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
22.
2) Norma Kesusilaan
23. Norma kesusilan adalah kaidah yang bersumber
pada suara hati atau insan kamil manusia, kaidah itu
berupa bisikan-bisikan suara batin yang diyakini dan
diinsyafi oleh setiap orang dan menjadi dorongan atau
pedoman dalam perbuatan dan sikapnya. Bagi mereka yang
melanggar norma kesusilaan akan mendapatkan sanksi
yang bersifat otonomiyang datangnya dari diri orang itu
sendiri berupa penyesalan, siksa batin atau sejenisnya.
24. Norma kesusilaan berhubungan dengan manusia
sebagai invidu karena menyangkut kehidupan pribadi
manusia, Sebagai pendukung kaidah kesusilaan adalah
nurani individu dan bukan manusia sebagai makhluk sosial
atau sebagai anggota masyarakat yang terorganisir.Kaidah
ini dapat melengkapi ketidakseimbangan hidup pribadi dan
mencegah kegelisahan diri sendiri.
25. Norma atau kaidah kesusilaan ditujukan umat
mannusia agar terbentuk kebaikan akhlak pribadi guna
menyempurnakan manusia dan melarang manusia
melakukan perbuatan jahat.Membunuh, berzina, mencuri
dan sebagainya tidak hanya dilarang oleh kaidah
kepercayaan atau keagamaan saja, tetapi dirasakan juga
sebagai bertentangan dengan (kaidah) kesusilaan dalam
setiap hati nurani manusia.Kaidah kesusilaan hanya
membebani manusia dengan kewajiban-kewajiban saja.
26. Asal atau sumber kaidah kesusilaan adalah dari
manusia sendiri, jadi bersifat otonom tidak ditujukan
kepada sikap lahir, tetapi ditujukan kepada sikap batin
manusia juga.Batinnya sendirilah yang mengancam
perbuatan yang melanggar kaidah kesusilaan dengan
sanksi.Tidak ada kekuasaan diluar dirinya yang memaksa
sanksi itu.
34.
35. Mengucapkan Salam, mengetuk Pintu merupakan
contoh Penerapan Norma Kesopanan di Indonesia
36. Bagi mereka yang melanggar norma
kesopanan, sanksi yang dijatuhkan akan menimbulkan
celaan dari sesamanya, dan celaan itu dapat berwujud kata-
kata, sikap kebencian, pandangan rendah dari orang
sekelilingnya, dijauhi dari pergaulan, sehingga akan
menimbulkan rasa malu, rasa hina, rasa dikucilkan yang
dirasakan sebagai penderitaan batin.
4) Norma kebiasaan
37. Norma kebiasaan adalah sekumpulan peraturan
sosial yang dibentuk secara sadar atau tidak yang berisi
mengenai petunjuk akan perilaku secara terus-menerus
sehingga menjadi kebiasaan individu. Pelanggaran norma
kebiasaan berupa sanksi celaan, kritik dan pengucilan.
43.
44. Pembunuhan merupakan contoh
pelanggaran norma hukum
45. Contoh beberapa norma hukum, antara lain:
a) Pasal 362 KUHP yang menyatakan bahwa barang siapa
mengambil sesuatu barang yang seluruhnya atau
sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki
secara melawan hukum, diancam karena pencurian
dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau
denda paling banyak enam puluh rupiah.
b) Pasal 1234 BW menyatakan bahwa tiap-tiap perikatan
adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat
sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu.
c) Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002
(Undang-Undang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang)
menyatakan bahwa setiap orang yang melaporkan
terjadinya dugaan tindak pidana pencucian uang, wajib
diberi perlindungan khusus oleh negara dari
kemungkinan ancaman yang membahayakan diri, jiwa,
dan atau hartanya, termasuk keluarganya.
d) Pasal 51 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
(Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah)
menyatakan bahwa Kepala Daerah diberhentikan oleh
Presiden tanpa melalui Keputusan DPRD apabila terbukti
melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam
dengan hukuman lima tahun atau lebih atau diancam
dengan hukuman mati sebagaimana yang diatur dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
46.
47. Contoh lembaga penegakkan hukum di
Indonesia
48. Bagi pelanggar norma hukum dapat dikenakan sanksi
berupa pidana penjara ataupun denda maupun pembatalan
atau pernyataan tidak sahnya suatu kegiatan atau
perbuatan, dan sanksi tersebut dapat dipaksakan oleh
penguasa atau lembaga yang berwenang.
49.
2.4 Tingkatan Norma Sosial Dalam Masyarakat
50. Dalam tingkatan norma sosial dalam masyarakat, norma-
norma sosial dibagi menjadi empat macam, yaitu:
1) Cara (Usage) adalah norma yang paling lemah daya
mengikatnya. Cara atau usage lebih menonjol dalam hubungan
antar individu. Orang-orang yang melanggarnya paling-paling
akan mendapat cemoohan atau ejekan saja. Contoh: ketika
selesai makan seseorang bersendawa atau mengeluarkan bunyi
sebagai tanda kekenyangan. Tindakan tersebut dianggap tidak
sopan, dan oleh karena orang tersebut akan mendapat
ejekan/cemoohan.
2) Kebiasaan, adalah perbuatan yang diulang-ulang dalam
bentuk yang sama karena orang banyak menyukai dan
menganggap penting dan karenanya juga terus dipertahankan.
Daya mengikatnya lebih tinggi dibandingkan cara atau usage.
Selain hanya merupakan soal rasa atau selera belaka, kebiasaan
merupakan tindakan yang berkadar moral kurang penting. Bila
orang tidak melakukannya, maka akan dianggap sebagai suatu
penyimpangan terhadap kebiasaan umum dalam masyarakat.
Setiap perilaku yang menyimpang (berlainan) dari yang umum
selalu mengundang gosip atau tertawaan orang lain, namun
tidak dihukum atau dipenjara. Contoh, Jika mau masuk ke rumah
orang harus permisi dulu dengan mengetuk pintu, menghormati
orang yang lebih tua, kebiasaan menggunakan tangan kanan
ketika hendak memberikan sesuatu kepada orang lain, dan
sebagainya.
3) Tata Kelakuan, merupakan kebiasaan tertentu yang tidak
sekedar dianggap sebagai cara berperi laku, melainkan diterima
sebagai norma pengatur. Tata kelakuan mencerminkan sifat-sifat
yang hidup dalam kelompok manusia dan dilaksanakan sebagai
alat kontrol oleh masyarakat terhadap anggotanya. Tata kelakuan
memaksakan suatu perbuatan sekaligus melarang perbuatan
tertentu. Pelanggaran terhadap tata kelakuan adalah sanksi yang
agak berat, seperti dikucilkan secara diam-diam dari pergaulan.
Contoh: berciuman di depan umum, berpakaian sangat minim
dan sebagainya.
51. Adat Istiadat merupakan aturan yang sudah menjadi tata
kelakuan dalam masyarakat yang sifat kekal serta memiliki
keterpaduan (integritas) yang tinggi dengan pola perilaku
masyarakat. Anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat
akan menerima sanksi yang keras yang kadang-kadang secara
tidak langsung diperlukan. Contoh hukum adat yang melarang
terjadinya perceraian antara suami isteri yang berlaku di daerah
Lampung. Suatu perkawinan dinilai sebagai kehidupan bersama
yang sifatnya abadi dan hanya dapat terputus apabila salah satu
meninggal dunia. Apabila terjadi perceraian, maka tidak hanya
yang bersangkutan yang tercemar namanya, tetapi seluruh
keluarga dan bahkan seluruh suku. Untuk menghilangkan
kecemaran tersebut diperlukan suatu upacara adat khusus dan
membutuhkan biaya besar. Biasanya orang yang melakukan
pelanggaran tersebut dikeluarkan dari masyarakat itu. Juga
keturunannya sampai dia dapat mengembalikan keadaan yang
semula.
52.
53. BAB III
54. PENUTUP
3.1 Simpulan
a) Stratifikasi sosial atau pelapis an sosial merupakan suatu konsep
dalam sosiologi yang melihat bagaimana anggota masyarakat
dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya.
b) Status yang dimiliki oleh setiap anggota masyarakat ada yang
didapat dengan suatu usaha (achievement status) dan ada yang
didapat tanpa suatu usaha (ascribed status). Terjadinya Pelapisan
Sosial terbagi menjadi 2, yaitu: Terjadi dengan Sendirinya Proses
ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri.
c) Adapun orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk
bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya
oleh masyarakat itu, tetapi berjalan secara alamiah dengan
sendirinya. Oleh karena itu sifat yang tanpa disengaja inilah yang
membentuk lapisan dan dasar dari pada pelapisan itu bervariasi
menurut tempat, waktu, dan kebudayaan masyarakat dimana
sistem itu berlaku. Terjadi dengan Sengaja Sistem pelapisan ini
dengan sengaja ditujukan untuk mengejar tujuan bersama.
55.
3.2 Saran
56. Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka penulis
mengajukan beberapa saran untuk dijadikan pertimbangan, yaitu:
Masyarakat mampu menghargai perbedaan yang sudah terjadi di
masyarakat, tidak memaksakan suatu Kelompok untuk mengikuti
atau memaksakan sesuatu hal yang berbeda seperti perbedaan
derajat atau persamaan yang sudah berbeda.
57. DAFTAR PUSTAKA
58.
59.
60. http://belajarpsikologi.com/pengendalian-sosial/ (Diakses
pada tanggal 25 September 2016)
61. http://www.goocir.com/2012/10/pengertian-norma-dan-jenis-
jenis-norma.html (Diakses pada tanggal 25 September 2016)
62. Maryati, Kun dan Juju Suryati. 2014. Sosiologi Kelompok Peminatan
Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : Gelora Aksara Pratama
63. Ali, Nur, dkk. 2006. Modul Bahan Ajar Sosiologi. Ponorogo : MGMP
Kabupaten Ponorogo
64.