Anda di halaman 1dari 11

Pendidikan dijadikan sebagai asal dari setiap perubahan yang ada.

Perubahan yang dimaksud


adalah perubahan paradigma atas segala hal yang ada di tengah kita. Pendidikan yang dimaksud
diusahakan supaya peserta didik diberikan suatu paradigma baru, bersikap kreatif, dan menjadi
generasi muda yang reformatif dalam kaitannya terhadap perubahan. Landasan pendidikan
diupayakan mampu menjadi solusi baru dalam menciptakan generasi muda yang nantinya akan
menjadi penerus bangsa, pembawa perubahan, sehingga bangsa semakin maju dalam
peradabannya. Di dalam institusi pendidikan, terutama di dalam lingkungan universitas, segala
sarana dan prasarana diupayakan mampu membantu para peserta didik dalam membentuk
karakter, mendapatkan ilmu pengetahuan baru yang nantinya mampu diimplementasikan ketika para
peserta didik itu sudah menyelesaikan semua tugas dan pelajaran yang menjadi syarat kelulusan
setiap peserta didik. Berhasilnya suatu pendidikan ditentukan oleh beberapa faktor. Pertama,
adanya sarana dan prasarana yang memadai dan tentunya yang berkualitas. Kedua, kualitas dari
peserta didik. Ketiga, mutu dari tenaga edukatif. Keempat, adanya sinergitas antara peserta didik
dan tenaga edukatif di dalam lingkungan institusi pendidikan, yang dimaksudkan oleh penulis adalah
lingkungan universitas. Keempat faktor ini menjadi faktor penting dalam memajukan suatu lulusan.
Tanpa adanya sinergitas yang baik, maka pendidikan yang menghasilkan lulusan yang baik akan
sangat sulit dicapai. Segala bentuk distingsi yang berasal dari perbedaan status sosial, latar
belakang (ras, suku dan agama) akan berdampak positif dan negatif dalam suatu komunitas.
Komunitas yang dimaksudkan adalah komunitas lingkungan universitas. Di dalam lingkungan
universitas, masing-masing dari peserta didik dan tenaga edukatif mempunyai latar belakang yang
berbeda pula. Segala bentuk distingsi itu diupayakan mampu menjadikan keanekaragaman menjadi
faktor pendukung dalam memajukan suatu komunitas. Struktur sosial yang berbeda juga sangat
mempunyai dampak yang krusial juga. Segala distingsi yang ada juga akan memberikan dampak
yang besar dan signifikan jika perbedaan itu mampu dijadikan sebagai landasan utama dalam
memajukan paradigma dan menumbuhkembangkan kecintaan kita akan setiap perbedaan yang
ada. Lingkungan universitas menjadi tempat untuk belajar, melakukan penelitian dan setelah
melewati setiap tes kelulusan yang ditetapkan oleh pihak universitas, maka peserta didik tadi
diharapkan mampu mengaplikasikan segala ilmu yang sudah didapatnya di mana pun nantinya dia
berada. Sangat diharapkan bahwa setiap lulusan mempunyai keahlian, karakter yang baik, dan
mampu bersikap inovatif di tengah masyarakat nantinya. Segala masalah yang ada, sangat
diharapkan mampu dielaborasi sehingga apa pun yang dihadapi, para lulusan selalu mampu
mengatasinya dengan bersikap bijaksana dan selalu berpikir komprehensif dalam mengambil
afirmasi atas setiap permasalahan yang dihadapi. Para mahasiswa hendaknya memiliki daya kritis
dan konstruktif untuk menciptakan proses pendidikan yang baik. Bagaimanapun mahasiswa adalah
subjek sekaligus objek pendidikan di perguruan tinggi. Penguatan daya kritis dan konstsruktif
mampu dilakukan melalui berbagai kajian, pelatihan, workshop dan aktivitas ektrakulikuler. Di dalam
universitas seringkali terjadi penyimpangan sosial yang disebabkan oleh berbagao macam faktor.
Beberapa faktor yang dimaksud penulis adalah adanya dorongan yang berasal dari intern dan
ekstern dalam setiap pribadi atau kelompok. Faktor-faktor yang berasal dari pribadi, meliputi faktor
bilogis atau genetik, faktor lingkungan keluarga, dan berbagai macam faktor lain yang mendorong
sesorang melakukan penyimpangan sosial di dalam lingkungan universitas. Hal ini dapat saja dipicu
karena tidak adanya lingkungan yang baik di dalam keluarga atau lingkungan, sehingga seorang
mahasiswa melakukan penyimpangan sosial dalam suatu kampus, atau lingkungan universitas.
Sementara penyimpangan sosial yang dilakukan secara komunal yakni adanya perbedaan agama,
ras, suku dan budaya yang ada di dalam universitas. Perbedaan ini dijadikan alasan utama
timbulnya kesenjangan sosial di dalam kampus. Segala perbedaan itu telah membuat suatu
kelompok yang dilatarbelakangi, misalnya perbedaan suku, perbedaan agama yang ada di tengah
kampus. Salah satu dari suku, ras atau agama itu merasa diri yang paling baik, mempunya derajat
lebih tinggi dibandingkan dengan suku, agama atau ras yang lain. Sehingga dengan adanya prinsip
seperti ini, maka timbullah masalah di dalam kampus. Di dalam universitas, seringkali bentrokan dan
pertikaian sesama mahasiswa melebar dan melibatkan mahasiswa lain. Pertikaian antara
mahasiswa yang satu dengan mahasiswa yang lain melibatkan mahasiswa lain yang merasa satu
kelompok dengan mahasisa yang satu, sehingga bentrokan itu melibatkan kelompok yang berbeda
paham, latar belakang. Bentrokan sesama mahasiswa berdampak negatif terhadap proses belajar
mengajar di lingkungan kampus. Bentrokan sesama mahasiswa seringkali berjalan dengan adanya
pengrusakan fasilitas yang ada di ligkungan kampus. Jika hal ini terjadi, sarana dan prasarana yang
berguna dalam proses pendidikan dirusak, maka mahasiswa itu sendiri lah yang rugi. Banyak kasus
yang seringkali terjadi di dalam lingkungan kampus. Berbagai kasus itu harus diproses secara
hukum melalui lembaga yang mengurusnya, yakni pihak yang berwajib. Semua ini menyebabkan
dampak negatif dalam diri mahasiswa yang terlibat dalam segala pelanggaran hukum dan norma
tersebut. Seringkali juga kita temukan di dalam lingkungan universitas itu menjadi tempat dan basis
peredaran narkoba. Hal ini bertentangan dengan esensi dari pendidikan yang sesungguhnya.
Mahasiswa menjadi pengedar sekaligus menjadi pecandu narkoba yang bisa merusak tubuh dan
masa depan mahasiswa yang adalah sebagai calon penerus bangsa. Jika generasi muda sudah
rusak, bagaimanakah perjalanan bangsa kita ini selanjutnya? Masih banyak pelanggaran yang
terjadi dalam lingkungan universitas. Namun penulis berharap dari salah satu contoh di atas, kita
bisa mengetahui apa sebenarnya dampak dari setiap pelanggaran tersebut. Menjadi mahasiswa
berarti menjadi generasi yang mampu bersikap inovatif untuk hal hal yang positif dan bukan pribadi
yang bertindak anarkis. Mahasiswa harus memiliki daya kritis dan konstruktif untuk menciptakan
proses pendidikan yang baik dan menghasilkan lulusan yang berkompeten dan mempunyai integrasi
yang tinggi. Bagaimanapun, mahasiswa adalah subjek sekaligus objek pendidikan di perguruan
tinggi. Untuk meminimalisir segala bentuk penyimpangan sosial yang seringkali terjadi di dalam
lingkungan universitas dapat dilakukan melalui program penguatan daya kritis dan konstsruktif
melalui berbagai kajian, pelatihan, workshop dan aktivitas ektrakurikuler. Sebagai seorang
mahasiswa yang berbeda dari seorang siswa Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah
Atas, maka yang dinamakan mahasiswa seharusnya mampu bersikap kritis atas setiap persoalan
yang ada, dan bukan bersikap reaktif atas segala persoalan. Lingkungan pendidikan merupakan
tempat untuk memebentuk generasi muda yang nantinya akan menjadi calon penerus dan pemimpin
bangsa. Jika fondasi dari calon penerus dan pemimpin saja sudah menyalahi, bagaimanakah
nantinya lulusan dari universitas itu mampu menjadi panutan di tengah masyarakat? Untuk
membuat suatu perubahan, kita harus berani mengambil resiko, dan tentunya semuanya itu diambil
melalui pertimbangan yang komprehensif. Sehingga apa pun yang akan dilakukan di masa yang
akan datang, maka perubahan yang dimaksudkan oleh penulis akan mendatangkan kebaikan bagi
semua orang dan member kontribusi yang efektif dan signifikan. Tidak ada kemajuan tanpa
perubahan. Dan tidak ada perubahan jika kita tidak berani mengubah diri kita terlebih dahulu.
Sebagai seorang mahasiswa yang kritis dan tidak suka bersikap reaktif, maka sudah saatnya setiap
mahasiswa itu berani mengambil sikap dan menolak segala bentuk tindakan yang melanggar nilai
etika dan moral. Nilai etika dan moral itu seharusnya menjadi sumber dari setiap perubahan.
Perubahan akan berjalan dengan baik jika diikuti dengan keseriusan setiap individu dan mau
melaksanakan semua tatanan sosial yang ada. Mahasiswa sangat diharapkan tidak menjadi tameng
dari setiap oknum politik yang berusaha melakukan semua hal dengan cara menunggangi
mahasiswa dalam memuluskan tujuan mereka dalam kancah dunia politik. Mahasiswa seharusnya
menjadi penengah dari setiap persoalan yang ada di tengah masyarakat dan bersikap bijaksana
dalam menyelesaikan setiap masalah. Jika mahasiswa berani mengatakan tidak untuk
ketidakbaikan, maka akan terciptalah suatu paradigma baru bahwa universitas yang menjadi tempat
para mahasiswa dalam menimba ilmu akan menghasilkan lulusan yang kompetitif, berkarakter,
berintegrasi dan mempunyai kredibilitas dalam setiap perubahan yang ada. Mahasiswa yang
mendapatkan pendidikan di dalam lingkungan universitas ditempah bukan untuk menjadi pribadi
yang anarkis dan tidak bermoral, melainkan menjadi pribadi yang mampu mengatasi segala
masalah yang ada dengan sikap bijaksana, dan bukan menjadi orang yang mampu diperalat oleh
sekelompok orang. Menjadi mahasiswa berarti menjadi generasi muda yang kreatif, observatif,
berkarakter dan berilmu pengetahuan. Ilmu yang didapatkan itu hendaknya diaplikasikan secara
efektif di tengah maswarakat, dan bukan menjadi pribadi yang yang kerapkali melakukan tindakan
tidak terpuji. Perbedaan yang ada di dalam lingkungan universitas itu hendaknya dijadikan sebagai
faktor pendukung dalam mengembangkan pribadi mau bersikap tolerir dengan perbedaan.
perbedaan itu bukan menjadi masalah, melainkan menjadi pelengkap dan penyempurna atas
kekurangan yang kita miliki. Kita bisa belajar dari kekurangan kita terhadap perbedaan. Kita bisa
melakukan tindakan yang berguna bagi banyak orang. Sehingga dengan adanya perbedaan itu, kita
diarahkan menuju mahasiswa yang mampu menjadikan perbedaan itu sebagai sarana menuju
kemajuan dalam berpikir dan bertindak.

A. LATAR BELAKANG
Salah satu faktor yang ikut mempengaruhi proses belajar
adalah fasilitas belajar. Fasilitas belajar merupakan sesuatu yang
sangat penting di dalam proses belajar. Apabila fasilitas belajar
tidak atau kurang mendukung proses belajar, kemungkinan
besar pelajar mudah jenuh dan proses penerimaan informasi
terhambat. Pembelajaran yang efektif, efisien, dan cepat sangat
perlu ditekankan dan dituntut. Fasilitas yang sifatnya sangat
krusial diperlukan oleh pelajar adalah tempat, dalam hal ini
tempat untuk duduk di ruang kuliah. Ada sekitar 32 ruang kuliah
di FKIP Unlam yang memiliki tempat duduk.

Tempat duduk, selanjutnya disebut kursi kuliah, memiliki


peran yang sangat besar dalam proses pembelajaran. Kursi
kuliah sekarang tidak hanya berfungsi untuk duduk, tetapi juga
untuk tempat menulis dan menaruh barang-barang pelajaran
(misal: tas, buku, alat tulis, dll). Dengan fungsi yang bermacam-
macam tersebut, kursi kuliah harus bisa menampung keperluan
penggunanya.

Ditinjau dari bentuk dan fungsinya, setidaknya ada dua jenis


kursi kuliah yang ditemukan di FKIP Unlam: 1) kursi dengan
sandaran, tanpa fasilitas menulis yang menyatu dengan kursi,
tanpa fasilitas menaruh barang di bawah kursi; 2) kursi dengan
sandaran yang memiliki fasilitas menulis menyatu dengan kursi
dan dilengkapi dengan tempat menaruh barang di bagian bawah
kursi.

Pada prakteknya, mahasiswa sering kesulitan mengikuti


perkuliahan dikarenakan kurang nyamannya suasana belajar.
Mahasiswa kesulitan mengatur tempat meletakkan barang.
Mahasiswa membawa lebih dari satu bahan pelajaran, rata-rata
membawa 2-3 buah buku, disertai dengan alat tulis. Bahkan
beberapa diantaranya membawa bahan pelajaran penunjang
lainnya, misalnya laptop (komputer lipat), kamus, ensiklopedi,
diktat, dsb.

Ada dugaan bahwa masalah diatas dipengaruhi oleh fasilitas


kelas, yaitu tempat duduk atau kursi kuliah. Secara singkat,
variabel-variabel penelitian diidentifikasi sebagai berikut:
motivasi belajar mahasiswa FKIP Unlam dan fasilitas
perkuliahan. Untuk mengetahui lebih lanjut apakah benar bahwa
masalah kesulitan belajar mahasiswa FKIP Unlam ada
hubungannya dengan kursi kuliah, maka perlu adanya upaya
penelitian.
B. RUMUSAN MASALAH

Berkenaan dengan motivasi belajar mahasiswa dan peranan


fasilitas kuliah, secara umum rumusan masalah penelitian adalah
Apakah ada hubungan antara masalah kesulitan belajar
mahasiswa FKIP Unlam dan fasilitas kursi kuliah?. Secara
khusus rumusan masalah penelitian sebagai berikut:

(1) Apakah mahasiswa FKIP Unlam memiliki masalah


dengan kursi kuliah yang tersedia?

(2) Apakah mahasiswa FKIP Unlam merasa nyaman atau


tidak nyaman dengan kursi kuliah yang tersedia?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah ingin memverifikasi hubungan


antara masalah kesulitan belajar mahasiswa FKIP Unlam dan
fasilitas kursi kuliah yang tersedia. Secara operasional, tujuan
penelitian mengetahui adanya: (1) masalah antara mahasiswa
FKIP Unlam dan fasilitas kursi kuliah; (2) kenyamanan atau
ketidaknyamanan yang dihadapi mahasiswa FKIP Unlam saat
menggunakan kursi kuliah yang tersedia.

D. KAJIAN LITERATUR

Belajar adalah perubahan internal seseorang dalam pembentukan


sesuatu yang baru atau potensi untuk merespon sesuatu yang baru.
Seorang siswa dapat dikatakan telah belajar, jika kondisi internal dan
proses kognisi siswa telah berinteraksi dengan stimulus dari
lingkungan belajar, dan diakhir kegiatan pembelajaran siswa tersebut
terjadi perubahan tingkah laku. Salah satu komponen lingkungan
belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah peerancangan kursi
kuliah untuk mencapai kenyamanan , efisiensi dan efektifitas. (Widyo
Nugroho)

Sarana adalah sesuatu yang secara tidak langsung digunakan


dalam proses kegiatan belajar-mengajar, sedangkan prasarana adalah
segala sesuatu yang ada dan dibutuhkan sebelum adanya kegiatan
belajar mengajar. Untuk itu dibutuhkan upaya-upaya dari setiap
lembaga pendidikan dalam menjaga dan memelihara agar sarana
prasarana selalu dalam kondisi baik dan siap pakai saat dibutuhkan
sewaktu-waktu oleh komponen kampus. Upaya ini menjaga dan
memelihara kondisi dari sarana dan prasarana pendidikan adalah
tanggung jawab seluruh warga kampus agar sarana prasarana
pendidikan berdayaguna sepenuhnya sebagai penunjang
pembelajaran, selain itu juga dapat membantu terlaksananya
pembelajaran agar dapat berjalan efektif sesuai dengan tujuan yang
telah dirumuskan. (Siti Alfidiyah, 2008)

Berkaitan dengan pendayagunaan sarana prasarana pendidikan,


kursi kuliah merupakan salah satu komponen penting dalam
menunjang keefektifan pembelajaran. Sumbangan yang dapat
diberikan dari sarana dan prasarana pendidikan diwujudkan dalam
realisasi penggunaan sarana dan prasarana pendidikan untuk
menunjang pembelajaran agar pembelajaran dapat mencapai tujuan
pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung
Mangkurat telah mendayagunakan sarana dan prasarana pendidikan
berupa kursi kuliah untuk menunjang keefektifan pembelajaran.
Keefektifan pembelajaran dapat terlaksana jika kursi kuliah pendidikan
yang dibutuhkan tersedia dan didayagunakan sebagaimana mestinya.
Selain sebagai penunjang pembelajaran sarana dan prasarana
pendidikan, kursi kuliah juga dapat membantu pendidik, peserta didik,
dan lembaga pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah
dirumuskan secara efektif dan efisien.

E. RUANG LINGKUP DAN KETERBATASAN PENELITIAN

Ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut:

Variabel Indikator Instrumen Sumber dat


Motivasi belajar Motivasi belajar Angket Mahasiswa
mahasiswa FKIP
Unlam
Kursi kuliah yang
Fasilitas kursi
tersedia di FKIP Angket Mahasiswa
kuliah
Unlam

F. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

Definisi atau batasan operasional variabel-variabel yang diuji


dalam penelitian ini, meliputi: (1) motivasi belajar mahasiswa
FKIP Unlam; dan (2) fasilitas kursi kuliah di FKIP Unlam.

1. Motivasi belajar mahasiswa FKIP Unlam

Motivasi adalah

1 dorongan yg timbul pd diri seseorang secara sadar atau tidak


sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan
tertentu; 2 Psiusaha yg dapat menyebabkan seseorang atau
kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu krn ingin
mencapai tujuan yg dikehendakinya atau mendapat kepuasan dng
perbuatannya.

(Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline v1.3)

Pengertian motivasi menurut para ahli

Menurut Taidin Suhaimin

Motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan dan


mengarahtujukan seseorang dalam tindakan-
tindakannya secara negatif maupun secara positif.

Menurut Woolfolk

Sesuatu yang datang dari dalam diri sendiri yang


menimbulkan gairah belajar atau dorongan untuk
belajarsecara langsung agar menjadi suatu kebiasaan.
Motivasi belajar mahasiswa FKIP Unlam dapat didefinisikan
sebagai dorongan yang timbul pada diri mahasiswa FKIP
Unlam secara sadar untuk mengikuti proses perkuliahan
dari awal memasuki ruang kuliah hingga meninggalkan
ruang kuliah.

2. Fasilitas kursi kuliah FKIP Unlam

Fasilitas adalah

sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi; kemudahan

(Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline v1.3)

segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan


memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu
tujuan.

(Zakiah Daradjat)

Segala sesuatu yang dapat mempermudah dan


memperlancar pelaksanaan sesuatu usaha dapat beruapa
benda-benda maupun uang.

(Suryo subroto)

Lebih luas tentang pengertian fasailitas suhaisimi arikonto

Kursi kuliah FKIP Unlam adalah jenis kursi kuliah yang


disediakan di ruang-ruang kuliah lingkungan FKIP Unlam.
Terdapat dua jenis kursi kuliah, kedua-duanya disebutkan
di latar belakang penelitian ini
G. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini akan memberikan kontribusi kepada;

1. Penyedia fasilitas perkuliahan untuk meninjau kembali


pemilihan kursi kuliah yang tepat secara fungsional dan
kenyamanan.

2. Peneliti lain yang ingin mengembangkan konsep


ketepatan dan kenyamanan fasilitas kursi kuliah.
BAB II

METODE

A. RANCANGAN PENELITIAN

Sebagaimana yang telah diterangkan pada tujuan penelitian


ini, maka untuk mendapatkan data yang valid dan dapat
dipertanggung jawabkan untuk dikemukakan ke khalayak umum
maka rancangan penelitian ini disusun dalam bebeberapa
tahapan-tahapan penelitian sebagai berikut :

Tahap I: mempersiapkan angket, menetukan populasi dan


sample. Tahap II: menyebar angket, meminta sample mengisi
angket, dan mengumpulkan kembali angket. Tahap III:
memproses dan menganalisis angket.

B. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

Penelitian ini mengambil populasi mahasiswa FKIP Unlam


Kampus I, dengan sampel penelitian yang diambil secara acak
(random). Sampel akan mewakili setiap program studi di FKIP
Unlam, yaitu sampel 25% dari seluruh mahasiswa di setiap
program studi.
C. PROSEDUR PENELITIAN

Data penelitian akan dikumpulkan dengan kuesioner atau


angket. Angket akan langsung diberikan kepada sampel secara
langsung oleh peneliti. Sampel akan diminta untuk
mengembalikan angket pada hari yang sama. Ini bertujuan agar
pada saat pengisian angket, sampel tidak banyak terpengaruh
dengan pendapat-pendapat lain di luar sampel.

D. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah


lembar angket. Setiap angket berisi 15 pertanyaan dengan
bentuk pilihan ganda.

E. ANALISIS DATA

Data yang dikumpulkan dalam penelitian berupa lembar


angket yang sudah diisi oleh sampel penelitian. Data ini bersifat
kualitatif dan penyajiannya berupa paparan dan eksplanasi data.

F. DAFTAR PUSTAKA

Alfidiyah, S. 2008. Hubungan Kondisi dan Penggunaan Sarana


Prasarana Pendidikan dengan Keefektifan Pembelajaran Di
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Se-Kabupaten
Tulungagung.Skripsi. Jurusan Administrasi Pendidikan.
Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Malang.

Nugroho, Widyo. Perancangan Ergonomis Kursi Kuliah untuk


Mencapai Kenyamanan, Efisiensi, dan efektifitas
Belajar. Depok. Indonesia

Anda mungkin juga menyukai