Penurunan Volume darah arteri efektif (VDAE) akan mengaktifasi
reseptor
Volume pada pembuluh darah besar termasuk low-pressure
baroreceptors, intrarenal receptors sehingga terjadi peningkatan tonus simpatis yang akan menurunkan aliran darah pada ginjal. Jika aliran darah ke ginjal berkurang akan dikompensasi oleh ginjal dengan menahan natrium dan air melalui mekanisme sebagai berikut :
1. Peningkatan reabsorpsi garam dan air di tubulus proksimalis.
Penurunan aliran darah ke ginjal dipersepsikan oleh ginjal
sebagai penurunan tekanan darah sehingga terjadi kompensasi peningkatan sekresi renin oleh apparatus jukstaglomerulus. Renin akan meningkatkan pembentukan angiotensin II, angiotensin II, angiotensin II ini akan menyebabkan kontriksi arteriol eferen sehingga terjadi peningkatan fraksi filtrasi (rasio laju glomerulus terhadap aliran darah ginjal) dan peningkatan tekanan osmotik kapiler glomerulus. Peningkatan tekanan osmotik ini akan menyebabkan peningkatan reabsorpsi air pada tubulus proksimalis.
2. Peningkatan reabsorpsi natrium dan air di tubulus distalis.
Angiotensin II akan merangsang kelenjar adrenal melepaskan
aldosterone, aldosterone ini akan menyebabkan retensi natrium pada tubulus kontortus distalis.
Sekresi hormon anti diuretic (ADH)
Penurunan VDAE akan merangsang reseptor volume pada
pembuluh arteri besar hipotalamus aktivasi reseptor ini akan merangsang pelepasan ADH yang kemudian mengakibatkan ginjal menahan air. Pada kondisi gangguan ginjal, komposisi cairan tubuh pada beberapa kompartemen tubuh akan terganggu dan menyebabkan edema. Penyebab umum edema :
a) Penurunan tekanan osmotik
Sindrom nefrotik
Sirosis hepatis
Malnutrisi b) Peningkatan permeabilitas vaskular terhadap protein
Angioneurotik edema
c) Peningkatan tekanan hidrostatik
Gagal jantung kongestif
Sirosis hepatis
d) Obstruksi aliran limfe
Gagal jantung kongestif
e) Retensi air dan natrium
Gagal ginjal
Sindrom nefrotik
Pembentukan edema pada sindrom nefrotik
Sindrom nefrotik adalah kelainan glomerulus dengan
karakteristik proteinuriakehilangan protein melalui urin >3,5 gram/hari), hipoproteinemia, edema dan hyperlipidemia. Pasien sindrom nefrotik juga mengalami volume plasma yang meningkat sehubungan dengan defek intrinsic eksresi natrium dan air. Hipoalbuminemia pada sindrom nefrotik berhubungan dengan kehilangan protein sehingga terjadi penurunan tekanan osmotic menyebabkan perpindahan cairan intavaskular ke interstitium dan memperberat pembentukan edema. Pada kondisi tertentu, kehilangan protein dan hipoalbumin dapat sangat berat sehingga volume plasma menjadi berkurang yang menyebabkan penurunan perfusi ginjal yang juga merangsang retensi natrium dan air.
Ada 2 mekanisme yang menyebabkan terjadinya edema pada
sindrom nefrotik :
1. Mekanisme underfilling
Pada mekanisme underfilling, terjadinya edema disebabkan karena
rendahnya kadar albumin serum yang mengakibatkan rendahnya tekanan osmotik plasma, kemudian akan diikuti peningkatan transudasi cairan dari kapiler keruangan interstitial sesuai dengan hokum starling, akibatnya volume darah yang beredar akan berkurang (undefilling) yang selanjutnya mengakibatkan perangsangan sekunder sistem renin-angiotensi-aldosteron yang meretensi natrium dan air pada tubulus distalis. Hipotesis ini menempatkan albumin dan volume plasma berperan penting pada proses terjadinya edema.
2. Mekanisme overfilling
Pada beberapa pasien sindrom nefrotik terdapat kelainan yang bersifat
primer yang mengganggu eksresi natrium pada tubulus distalis, sebagai akibatnya terjadi peningkatan volume darah, penekanan sistem renin-angiotensin dan vasopressin. Kondisi volume darah yang meningkat (overfilling) yang disertai dengan rendahnya tekanan osmosis plasma mengakibatkan transudesi cairan dari kapiler ke interstitial sehingga terjadi edema.
Referensi :
Ocallaghan, Chris. At a Glance SISTEM GINJAL
Ed.IIterj.ElizabethYasmine. Jakarta :Erlangga.
Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. dkk. Buku Ajar
IlmuPenyakitDalam. Jilid II. Edisi V. Jakarta: IPD FKUI. 2009. Hal:947- 948.