Hardyansyah/10800112027
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Selain sumber daya manusia dan pengawasan keuangan, hal yang mungkin
mempengaruhi kualitas informasi akuntansi pada pelaporan keuangan pemerintah
adalah pemanfaatan teknologi informasi. Rahadi (2007) menyatakan bahwa
Teknologi Informasi (TI) mempunyai manfaat atau kemudahan bagi seseorang
dalam menghemat waktu maupun tenaga. Kewajiban pemanfaatan teknologi
informasi oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah yang
merupakan pengganti dari PP No. 11 Tahun 2001 tentang Informasi Keuangan
Daerah.
Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang memadai adalah salah satu factor
yang mendukung dalam menilai laporan keuangan yang berkualitas. Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terkait dengan laporan keuangan
merupakan suatu proses yang didesain untuk memberikan keyakinan yang
memadai atas keandalan laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP), yang mana akan menghasilkan laporan keuangan yang
mempunyai nilai informasi. (Gerry, 2013)
BPK telah resmi membuka kantor perwakilan sulawesi barat pada tahun
2008 . hal tersebut bertujuan untuk memperbaiki opini terhadap LKPD, BPK
mendorong Kepala Daerah dan para Kepala Satuan Kerja untuk menyusun
rencana aksi (action plan) perbaikan akuntabilitas pertanggungjawaban keuangan
daerah. Rencana aksi tersebut minimal meliputi (1) perbaikan sistem akuntansi
dan pelaporan keuangan, (2) sistem teknologi informasi, (3) penertiban rekening
pemerintah daerah, (4) inventarisasi dan penilaian aset dan utang, (5) peningkatan
kualitas SDM pengelola keuangan negara/daerah, (6) penjaminan mutu oleh
pengawas intern, (7) penyusunan anggaran dan laporan keuangan yang tepat
waktu, dan (8) penerapan sistem reward dan punishment yang adil dan konsisten
(http://www.polmankab.go.id). Akan tetapi sampai saat ini masih saja ada belum
ada wujud dari perbaikan itu
B. Rumusan Masalah
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan saran serta
dapat digunakan sebagai salah media dalam meningkatkan kualitas laporan
keuagan daerah di waktu yang akan datang.
II.Tinjauan Teoretis
1. Statistik Deskriptif
Uji asumsi klasik dilakukan agar memperoleh hasil regresi yang bisa
dipertanggungjawabkan dan mempunyai hasil yang tidak bias. Dari pengujian
tersebut asumsi-asumsi yang harus dipenuhi adalah tidak terdapat korelasi yang
erat antara variable independen (multikolinearitas), tidak terdapat korelasi residual
t dengan t-1 (autokorelasi), dan tidak terjadi ketidaksamaan varian dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain (heterokedastisitas), data yang
dihasilkan terdistribusi normal. Adapun pengujian asumsi klasik terdiri dari :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,
variable bebas atau variable terikat kedua-duanya mempunyai distribusi normal
atau tidak. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Kolgorov
Smirnov satu arah. Apabila nilai Z statistiknya tidak signifikan maka suatu data
disimpulkan terdistribusi secara normal. Uji Kolmogorov smirnov dipilih dalam
penelitian ini karena uji ini dapat secara langsung menyimpulkan apakah data
yang ada terdistribusi normal secara statistic atau tidak. Sementara uji normalitas
data yang lain seperti dari statistika deskriptif dirasa tidak efisien karna
memerlukan kesimpulan tambahan.
b. Uji Autokorelasi
Tujuan dari uji ini adalah menguji apakah dalam sebuah regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka terdapat masalah
autokorelasi. Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam suatu model regresi
adalah varian sampel tidak menggambarkan varian populasinya. Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
lainnya. Pengujian ini menggunakan model Durbin Watson (DW-Test). Bila nilai
DW lebih besar dari batas atas upper bound (du) dan kurang dari (4-du) berarti
tidak ada autokorelasi dan sebaliknya jika nilainya mendekati 2 maka terjadi
autokorelasi (Ghozali, 2007 dalam Adyani, 2011).
c. Uji Multikolinieritas
Uji ini bertujuan apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara
variable bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variable independen multikolinearitas dapt dilihat dari nilai
toleransi dan lawannya variance inflation (VIF). Pengujian ini dapat dilihat dari
nilai VIF menggunakan persamaan VIF = 1 / tolerance mengukur variabilitas
variable bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variable bebas lainnya.
Nilai cuttof yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan
nilai VIF diatas 10. Jika nilai VIF < dari 10 maka tidak terdapat multikolinearitas.
d. Uji Heteroskedastisitas
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitas laporan
keuangan . Kualitas laporan keuangan adalah ukuran-ukuran perlu dicapai agar
pihak yang kepentingan memenuhi tujuannya. karakteristik kualitatif yaitu
relevan, andal, dapat dibandingkan, dapat dipahami.
5. Teknologi informasi
Fikri, M. Ali., Biana A.D dan RR. Sri P.M. 2015. Pengaruh Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan, Kompetensi Aparatur Dan Peran Audit Internal
Terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan Dengan Sistem
Pengendalian Intern Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris Pada
Skpd-Skpd Di Pemprov. NTB). Simposium Nasional Akuntansi 18
Universitas Sumatera Utara Medan.
http://www.polmankab.go.id
Windiastuty, Ruri. 2013. Pengaruh Sumber Daya Manusia Bidang Akuntansi Dan
Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah ( Studi Kasus Pada Dinas Pengelolaan Keuangan Dan
Asset Daerah Kota Bandung ). Skripsi, mahasiswa Unversitas Widyatama