Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH PENERAPAN SAP, KOMPETENSI SDM, PENGAWASAN

KEUANGAN DAERAH , TEKNOLOGI INFORMASI, DAN


PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KUALITAS LAPORAN
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (SKPD KABUPATEN
POLEWALI MANDAR)

Hardyansyah/10800112027
I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi sekarang ini sektor publik dituntut untuk


meningkatkan transparansi kepada publik Reformasi dibidang akuntansi tersebut
ditandai dengan terbitnya pp no.105 tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah. Setelah dikeluarkannya paket Undang-Undang keuangan Negara yaitu
UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No.1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, UU No.15 Tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan
dan Tanggungjawab keuangan Negara, maka informasi keuangan Negara yang
meliputi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah harus dilengkapi dengan
informasi Laporan Realisasi APBN/APBD, Neraca, laporan Arus Kas, Catatan
atas laporan keuangan. Pelaporan keuangan pemerintah selanjutnya harus
mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintah seperti yang tertuang dalam PP 24
tahun 2005 ditambah lagi dengan terbitnya Permendagri No.13 Tahun 2006 .
Permendagri No.59 Tahun 2007 tentang pedoman Pengelolaan Keuangan daerah,
memunculkan tuntutan mengenai perlunya pemahaman teoritis dan praktis pada
akuntansi keuangan daerah dan standar akuntansi pemerintah, sebagai kunci dari
pengelolaan keuangan daerah yang sehat (Afiah, 2009 dalam Fikri et al., 2015).
Melihat fenomena tersebut maka secara langsung peran akuntansi sangat
dibutuhkan dalam melaksanakan akutanbilitas yang baik.

Laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan


merupakan media yang di gunakan oleh entitas dalam hal pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan kinerja keuangan kepada pihak yang berkepentingan
(publik). Dari sisi rakyat di daerah, laporan keuangan pemerintah daerah yang
disusun dengan baik dapat menjelaskan bagaimana pemerintah pusat mengelola
keuangan dalam melaksanakan pembangunan sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Lahirnya Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) telah
membuat perubahan hebat terhadap pola pengelolaan keuangan pemerintah di
Indonesia. Standar tersebut dikukuhkan dengan terbitnya Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan(Ramadhan,
2015). Jadi pemerintah harus mampu menyajikan laporan keuagnan yang
mengandung informasi keuangan yang berkualitas. Dalam Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) dijelaskan bahwa laporan keuangan berkualitas itu
memenuhi karakteristik ; relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami
( PP No.71 tahun 2010 dalam Permadi, 2009).

Demi terciptanya good governance dalam mengelola keuangan maka harus


di ikuti dengan sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten dibidang
pengelola keuangan. Namun sudah jadi permasalah umum yang terjadi di
pemerintahan khususnya diistansi pemerintah daerah bahwa untuk memanage
sumberdaya manusia, seringkali yang dilakukan tidak sesuai dengan kebutuhan
baik secara kuantitas maupun kualitas. Banyak Temuan-temuan menunjukkan
bahwa kompetensi sumber daya manusia yang ada di instansi pemerintahan
berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan sehingga pemerintah daerah
membuat program/kebijakan untuk meningkatkan sumber daya manusia. Wati et
al., (2014) menunjukkan kompetensi sumber daya manusia berpegaruh positif da
signifikan terhadap kualitas laporan keuagnan daerah. Sama halnya penelitian
Pratiwi et al., (2015) menunjukkan bahwa sumber daya manusia berpengaruh
terhadap nilai informasi keuagan daerah. Kegagalan sumber daya manusia
Pemerintah Daerah dalam memahami dan menerapkan logika akuntansi akan
berdampak pada kekeliruan laporan keuangan yang dibuat dan ketidaksesuaian
laporan dengan standar yang ditetapkan pemerintah (Warisno, 2008 dalam
Nurillah, 2014). Jadi untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan maka
dibutuhkan tidak kapasitas sumberdaya manusia melainkan kompetensi dan
kemampuan yang dimiliki.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah menjelaskan bahwa: 1) Pengawasan atas anggaran dilakukan
oleh dewan, 2) Dewan berwenang memerintahkan pemeriksa eksternal di daerah
untuk melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan anggaran. Pengawasan yang
dilakukan oleh DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) harus sudah dilakukan
sejak tahap perencanaan, tidak hanya pada tahap pelaksanaan dan pelaporan saja
sebagaimana yang terjadi selama ini. Hal ini penting karena dalam era otonomi,
DPRD memiliki kewenangan untuk menentukan Arah dan Kebijaan Umum
APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah). Apabila DPRD lemah dalam
tahap perencanaan (penentuan Arah dan Kebijakan Umum APBD), maka
dikhawatirkan pada tahap pelaksanaan akan mengalami penyimpangan. Akan
tetapi harus dipahami oleh anggota DPRD bahwa pengawasan terhadap eksekutif
daerah hanyalah pengawasan terhadap pelaksanaan (policy) yang digariskan
bukan pemeriksaan. Dewan dapat meminta BPK (Badan Pemeriksa
Keuangan)atau auditor independen lainnya untuk pemeriksaan terhadap kinerja
keuangan eksekutif. (Mardiasmo, 2009)

Selain sumber daya manusia dan pengawasan keuangan, hal yang mungkin
mempengaruhi kualitas informasi akuntansi pada pelaporan keuangan pemerintah
adalah pemanfaatan teknologi informasi. Rahadi (2007) menyatakan bahwa
Teknologi Informasi (TI) mempunyai manfaat atau kemudahan bagi seseorang
dalam menghemat waktu maupun tenaga. Kewajiban pemanfaatan teknologi
informasi oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah yang
merupakan pengganti dari PP No. 11 Tahun 2001 tentang Informasi Keuangan
Daerah.

Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang memadai adalah salah satu factor
yang mendukung dalam menilai laporan keuangan yang berkualitas. Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terkait dengan laporan keuangan
merupakan suatu proses yang didesain untuk memberikan keyakinan yang
memadai atas keandalan laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP), yang mana akan menghasilkan laporan keuangan yang
mempunyai nilai informasi. (Gerry, 2013)

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 menyatakan bahwa


pengendalian internal meliputi berbagai kebijakan yaitu, (1) terkait dengan catatan
keuangan, (2) memberikan keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan
telah disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintah, serta penerimaan dan
pengeluaran telah sesuai dengan otorisasi yang memadai, (3) memberikan
keyakinan yang memadai atas keamanan aset yang berdampak material pada
laporan keuangan pemerintah. Jika penerapan SPI berjalan dengan baik maka
laporan keuangan yang dihasilkan akan mempunyai hasil yang baik, begitu juga
sebaliknya jika penerapan SPI tidak berjalan dengan baik maka akan
memungkinkan laporan keuangan yang dihasilkan tidak mempunyai nilai
informasi yang baik.

Pemerintah telah berupaya untuk menyusun laporan berdasarkan sistem


akuntansi keuangan daerah, sehingga kualitas yang dihasilkan dari laporan
keuangan daerah tersebut dapat meningkat. Namun kenyataanya tidak semua
pegawai di pemerintahan memahami teknologi dan sistem akuntansi keuangan
daerah tersebut. Kurangnya pengendalian intern dan pengawasan daerah juga
mengakibatkan kualitas laporan keuangan.

BPK telah resmi membuka kantor perwakilan sulawesi barat pada tahun
2008 . hal tersebut bertujuan untuk memperbaiki opini terhadap LKPD, BPK
mendorong Kepala Daerah dan para Kepala Satuan Kerja untuk menyusun
rencana aksi (action plan) perbaikan akuntabilitas pertanggungjawaban keuangan
daerah. Rencana aksi tersebut minimal meliputi (1) perbaikan sistem akuntansi
dan pelaporan keuangan, (2) sistem teknologi informasi, (3) penertiban rekening
pemerintah daerah, (4) inventarisasi dan penilaian aset dan utang, (5) peningkatan
kualitas SDM pengelola keuangan negara/daerah, (6) penjaminan mutu oleh
pengawas intern, (7) penyusunan anggaran dan laporan keuangan yang tepat
waktu, dan (8) penerapan sistem reward dan punishment yang adil dan konsisten
(http://www.polmankab.go.id). Akan tetapi sampai saat ini masih saja ada belum
ada wujud dari perbaikan itu

Jadi fenomena mengenai kualitas informasi laporan keuangan sangat


menarik untuk dikaji lebih jauh. Salah satu target yang ingin diraih Polewali
mandar (Polman) sehubungan dengan agenda reformasi birokrasi sebagaiaman
yang tertuang dalam Dokumen Penetapan Kabupaten Polman tahun 2013, yaitu
meraih predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Sehubungan dengan hal
tersebut, diharapkan kepada para SKPD agar meningkatkan tertib pengelolaan
keuangan dan aset daerah serta mengembangkan sistem pengendalian internal
yang optimal (http://www.polmankab.go.id). Akan tetapi kenyataan Kabupaten
Polman masih saja mendapatkan opini Wajar dengan Pengecualian itu
dikarenakan kurangnya kualitas laporan keuangan yang telah dibuat.

B. Rumusan Masalah

Topik penelitian ini penting dikaji pada SKPD Kabupaten Polewali


Mandar. Hal ini karena kualitas laporan keuangan di masing-masing SKPD
dipengaruhi oleh faktor-faktor diantaranya penerapan standar akuntansi
pemerintahan, kompetensi sumber daya manusia, pengawasan keuangan daerah,
pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern. Selain itu belum ada
yang meneliti penerapan standar akuntansi pemerintahan, kompetensi sumber
daya manusia, Pengawasan keuangan daerah,teknologi informasi ,pengendalian
intern dan kualitas laporan keuangan
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa penerapan standar
akuntansi pemerintahan, kompetensi sumber daya manusia, Pengawasan keuangan
daerah, pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern menjadi faktor
penting dalam menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Di mana apabila
kualitas laporan keuangan telah terpenuhi maka pemerintahaan yang baik akan
dapat tercapai. Dengan demikian, berdasarkan latar belakang yang telah
dikemukakan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Apakah Penerapan SAP berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan


kabupaten Polman?.
2. Apakah Kompetensi SDM berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan kabupaten Polman?
3. Apakah Pengawasan keuangan daerah berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan kabupaten Polman?
4. Apakah Teknologi informasi berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan kabupaten Polman?
5. Apakah Pengendalian intern berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan kabupaten Polman ?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

penelitian ini diharapkan dapat wawasan tentang faktor-faktor yang


mempengaruhi kualitas laporan keuangan yaitu penerapan standar akuntansi
pemerintahan, kompetensi sumber daya manusia, pengawasan keuangan daerah,
pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan saran serta
dapat digunakan sebagai salah media dalam meningkatkan kualitas laporan
keuagan daerah di waktu yang akan datang.
II.Tinjauan Teoretis

A. Signalling Theory (Teori pensinyalan)

Teori pensinyalan menjelaskan bagaimana manajemen (agen)


meyampaikan sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan kepada pemilik
(principal). Teori pensinyalan menunjukkan adanya asimetri informasi antara
pihak manajemen perusahaan dengan pennguna laporan keuangan yang
berkepentingan dengan informasi tersebut. Menurut Jamaan (2008) teori
pensinyalan mengemukakan bagaimana seharusnya perusahaan memberikan
sinyal kepada laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi yang dapat
menggambarkan seluruh kegiatan menajemen dalam menjalankan fungsinya
sebagai pengelola perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan,yaitu
memakmurkan pemilik (pemegang saham). Kualitas informasi yang diungkapkan
dalam laporan keuangan dapat mempengaruhi kualitas keputusan pengguna
laporan keuangan (Immaculatta, 2006 dalam Manajemen Keuangan.html).
Teori Sinyal (Signalling Theory) menjelaskan bahwa pemerintah sebagai
pihak yang diberikan amanah dari rakyat berkeinginan menunjukkan signal
kepada masyarakat. Pemerintah akan memberikan signal ke masyarakat dengan
cara memberikan laporan keuangan yang berkualitas, peningkatan sistem
pengendalian intern, pengungkapan yang lebih lengkap. Pemerintah daerah dapat
juga mengemas informasi prestasi dan kinerja keuangan dengan lebih lengkap
untuk menunjukkan bahwa pemerintah daerah telah menjalankan amanat yang
diberikan oleh rakyat

B. Standar Akuntansi Pemerintahan

Definisi Standar Akuntansi Pemerintahan menurut Bastian (2005:134)


dalam Kusumah (2012), selanjutnya disebut SAP, adalah prinsip-prinsip akuntansi
yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.
Standar Akuntansi Pemerintahan yang digunakan saat ini oleh instansi pemerintah
dikuatkan dalam PP No.71 Tahun 2010, SAP ini mengatur tentang penyajian
laporan keuangan.
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis Akrual adalah Standar
Akuntansi Pemerintahan yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang dan
ekuitas dalam pelaporan keuangan berbasis akrual, serta mengakui pendapatan,
belanja dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis
yang ditetapkan dalam APBN/APBD.

Dalam Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 dijelaskan bahwa Sistem


Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan yang mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan.
Sedangkan Sistem Akuntansi Pemerintahan pada pemerintahan daerah diatur
dengan peraturan gubernur / bupati / walikota yang mengacu pada pedoman
umum Sistem Akuntansi Pemerintahan.Pedoman umum Sistem Akuntansi
Pemerintahan diatur dengan Peraturan Menteri Akuntansi Keuangan setelah
berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri . Sistem akuntansi Pemerintahan
daerah disusun dengan berpedoman pada prinsip pengendalian internal sesuai
dengan peraturan pemerintah yang mengatur tentang pengendalian internal dan
peraturan pemerintah tentang standar akuntansi pemerintahan.
C. Kompetensi SDM
Kompetensi diartikan sebagai kemampuan dasar dan kualitas kerja yang
diperlukan untuk mengerjakan pekerjaan dengan baik (Furham, 1990 dalam
Aruan, 2003). Kompetensi aparatur pemerintah daerah berarti kemampuan yang
harus dimiliki seseorang aparatur berupa pengetahuan, ketrampilan, sikap dan
prilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugasnnya, Aruan (2003). Jadi untuk
mendapatkan kualitas laporan keuangan yang baik maka dibutuhkan SDM yang
berkompeten dalam hal pengelolaan keuangan.
Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai suatu tujuan sangat
ditentukan oleh kualitas dan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berada di dalamnya. Dalam organisasi publik, peran SDM lebih ditekankan pada
kemampuan memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat, sehingga
organisasi tetap memiliki reputasi kinerja yang unggul dan akuntabel dimata
masyarakat. Oleh karenanya, kompetensi SDM pada setiap level manajemen
menjadi urgen baik level pimpinan maupun staf pemerintahan.
D. Pengawasan Keuangan Daerah
Menurut Yosa (2010) dalam Arfianti (2011) yang dimaksud dengan
pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja standar
pada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk
membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk
menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan, serta untuk mengambil
tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa sumber data
organisasi atau pemerintahan telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin
guna mencapai tujuan organisasi atau pemerintah.
Yani (2002), ruang lingkup pengelolaan keuangan daerah yang harus
menjadi perhatian untuk pengawasan dalam pelaksanaannya : 1) Asas umum
pengelolaan keuangan daerah, 2) Pejabat-pejabat yang mengelola ke-uangan
daerah, 3) Struktur APBD, 4) Penyusunan RKPD, KUA, dan RKA-SKPD, 5)
Penyusunan dan penetapan APBD, 6) Pelaksanaan dan perubahan APBD, 7)
Penatausahaan keuangan daerah, 8) Pertanggungjawaban pengelolaan APBD, 9)
Pengendalian defisit dan penggunaan surplus APBD, 10) Pengelolaan kas umum
negara, 11) Pengelolaan piutang daerah, 12) Pengelolaan investasi daerah, 13)
Pengelolaan barang milik negara, 14) Pengelolaandana cadangan, 15)
Pengelolaan utang daerah, 16) Pembinaan Pengelolaan keuangan daerah, 17)
Penyelesaian kerugian daerah, 18) Pengelolaan keuangan badan layanan umum
daerah, Pengaturan Pengelolaan keuangan daerah.
E. Teknologi informasi
Menurut penelitian Hamzah (2009) dalam Winidyaningrum dan
Rahmawati (2010), pemanfaatan teknologi informasi tersebut mencakup adanya
(a) pengolahan data, pengolahan informasi, sistem manajemen, dan proses kerja
secara elektronik, dan (b) pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar
pelayanan publik dapat diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat di
seluruh wilayah negeri ini.
Dalam hubungannya dengan sistem informasi akuntansi, komputer akan
meningkatkan kapabilitas sistem. Ketika komputer dan komponen-komponen
yang berhubungan dengan teknologi informasi diintegrasikan ke dalam suatu
sistem informasi akuntansi, tidak ada aktivitas umum yang ditambah atau
dikurangi. Sistem informasi akuntansi masih mengumpulkan, memproses, dan
menyimpan data. Sistem masih memasukkan pengendalian-pengendalian atas
keakurasian data. Sistem juga menghasilkan laporan-laporan dan informasi
lainnya.
F. Pengendalian intern
Menurut Ikatan Akuntan Publik Indonesia (2011) sistem pengendalian
intern merupakan suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen
dan personil lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang
pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a) Keandalam pelaporan keuangan. b)
Efektifitas dan efisiensi operasi. c) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku.
Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan,
mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi, serta berperan penting
dalam pencegahan dan pendeteksian penggelapan (fraud). Dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) dijelaskan bahwa SPIP adalah Sistem Pengendalian Intern
yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.
G. Kualitas Laporan Keuangan
Dalam memenuhi keinginan pemakai laporan, akuntansi keuangan perlu
berupaya untuk membentuk dirinya agar lebih bermanfaat dan berdaya guna. Oleh
karena itu perlu kriteria persyaratan laporan akuntansi keuangan yang dianggap
dapat memenuhi keinginan tersebut yaitu keinginan para pemakai laporan
keuangan (Harahap, 2008 dalam windiastuti, 2013).
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) menjelaskan karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah
ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi
sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik kualitatif yaitu
relevan, andal, dapat dibandingkan, dapat dipahami merupakan prasyarat normatif
yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang
dikehendaki.
H. Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian
As Syifa Pengaruh kompetensi SDM,
Kompetensi Sumber
Nurillah,2014 penerapan Sistem
Daya Manusia,
Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan
Akuntansi Keuangan
Daerah, pemanfaatan
Daerah (Sakd),
Pemanfaatan teknologi informasi
Teknologi Informasi,
dan sistem
Dan Sistem
Pengendalian Intern pengendalian intern
Terhadap Kualitas
pemerintah
Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah mempunyai pengaruh
(studi empiris pada
positif dan signifikan
skpd kota depok)
terhadap kualitas
laporan keuangan
pemerintah daerah.
Silfiana,2015 Pengaruh Pengaruh
pengawasan pengawasan
keuangan daerah dan keuangan daerah dan
sistem pengendalian sistem pengendalian
intern pemerintah intern pemerintah
terhadap kualitas terhadap kualitas
laporan keuangan laporan keuangan
pemerintah daerah pemerintah daerah
(studi kasus pada
pemerintah daerah
kota bandung)
Irma Novalia,2015 Pengaruh kompetensi SDM,
Kompetensi Sumber
penerapan sistem
Daya Manusia,
Penerapan Sistem
Akuntansi Keuangan akuntansi keuangan
Daerah Dan Sistem
daerah, dan sistem
Pengendalian Intern
Terhadap Kualitas pengendalian intern
Laporan Keuangan
mempunyai pengaruh
Pemerintah Daerah
(studi empiris pada positif dan signifikan
dinas skpd kota
terhadap kualitas
surakarta)
disusun oleh : laporan keuangan
irma novalia
pemerintah daerah.
Ruri windiastuti,2013 Pengaruh Sumber secara parsial Sumber
Daya Manusia Daya Manusia
Bidang Akuntansi berpengaruh positif
Dan Sistem terhadap Kualitas
Pengendalian Laporan Keuangan
Internal Terhadap Pemerintah Daerah
Kualitas Laporan dan Sistem
Keuangan Pengendalian Internal
Pemerintah Daerah berpengaruh positif
terhadap Kualitas
Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah.
Selain itu secara
bersama-sama
Sumber Daya
Manusia dan Sistem
Pengendalian Internal
mampu
mempengaruhi
Kualitas Laporan
Keuangan Daerah
Kota Bandung.
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif verifikatif dengan pendekatan survey. Statistik deskriptif adalah statistik
yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek
yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya (Sugiyono,
2012:29). Metode verifikatif adalah menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang
dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan (Arikunto, 2002:86). Survey
statistik adalah suatu proses pengumpulan data primer dengan menanyai
responden untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan (Hakim,
2010:26).
B. Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah SKPD yang ada di
Kabupaten Polewali. Berdasarkan kriteria pengambilan sampel, diperoleh 46
SKPD yang ada memenuhi kriteria sampel.

C. Metode analisis data


Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diolah dan dianalisis dengan alat-
alat statistik sebagai berikut:

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif berhubungan dengan pengumpulan data, peringkasan data,


penyamplingan dan penyajian hasil peringkas tersebut. Statistik deskriptif akan
digunakan untuk mendeskripsikan secara statistik variable-variabel dalam
penelitian ini. Untuk mengetahui deskripsi data diperlukan ukuran yang lebih
ringkas yaitu ringkasan statistik. Ukuran yang akan dipakai dalam penelitian ini
adalah nilai rata-rata, nilai maksimum, nilai minimum, median dan deviasi
standar.

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan agar memperoleh hasil regresi yang bisa
dipertanggungjawabkan dan mempunyai hasil yang tidak bias. Dari pengujian
tersebut asumsi-asumsi yang harus dipenuhi adalah tidak terdapat korelasi yang
erat antara variable independen (multikolinearitas), tidak terdapat korelasi residual
t dengan t-1 (autokorelasi), dan tidak terjadi ketidaksamaan varian dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain (heterokedastisitas), data yang
dihasilkan terdistribusi normal. Adapun pengujian asumsi klasik terdiri dari :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,
variable bebas atau variable terikat kedua-duanya mempunyai distribusi normal
atau tidak. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Kolgorov
Smirnov satu arah. Apabila nilai Z statistiknya tidak signifikan maka suatu data
disimpulkan terdistribusi secara normal. Uji Kolmogorov smirnov dipilih dalam
penelitian ini karena uji ini dapat secara langsung menyimpulkan apakah
data yang ada terdistribusi normal secara statistic atau tidak. Sementara uji
normalitas data yang lain seperti dari statistika deskriptif dirasa tidak efisien karna
memerlukan kesimpulan tambahan.

b. Uji Autokorelasi

Tujuan dari uji ini adalah menguji apakah dalam sebuah regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka terdapat masalah
autokorelasi. Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam suatu model regresi
adalah varian sampel tidak menggambarkan varian populasinya. Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
lainnya. Pengujian ini menggunakan model Durbin Watson (DW-Test). Bila nilai
DW lebih besar dari batas atas upper bound (du) dan kurang dari (4-du) berarti
tidak ada autokorelasi dan sebaliknya jika nilainya mendekati 2 maka terjadi
autokorelasi (Ghozali, 2007 dalam Adyani, 2011).

c. Uji Multikolinieritas
Uji ini bertujuan apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara
variable bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variable independen multikolinearitas dapt dilihat dari nilai
toleransi dan lawannya variance inflation (VIF). Pengujian ini dapat dilihat dari
nilai VIF menggunakan persamaan VIF = 1 / tolerance mengukur variabilitas
variable bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variable bebas lainnya.
Nilai cuttof yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai
VIF diatas 10. Jika nilai VIF < dari 10 maka tidak terdapat multikolinearitas.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi


terjadi ketidaksamaan varian dari residual pengamatan satu ke pengamatan yang
lain. Jika varian dari residual satu ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas begitu juga sebaliknya jika berbeda disebut
Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homokedastisitas bukan
Heteroskedastisitas. Uji ini dapat dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai
prediksi variable (ZPRED) dengan nilai residualnya SRESID. Model regresi yang
baik jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap
sehingga diidentifikasi tidak terdapat heteroskedastisitas (Ghozali, 2007 dalam
Adyani,2011).

D. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Kualitas laporan kuangan (Y)

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitas laporan
keuangan . Kualitas laporan keuangan adalah ukuran-ukuran perlu dicapai agar
pihak yang kepentingan memenuhi tujuannya. karakteristik kualitatif yaitu
relevan, andal, dapat dibandingkan, dapat dipahami.
2. Penerapan SAP (X1)

Penerapan standar akuntansi pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi


yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.
Penerapan SAP terdiri dari 12 pertanyaan dengan menggunakan skala likert 4
point.

3. Kompetensi SDM (X2)

Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan


suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta
didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh perkerjaan tersebut. Kompetensi
aparatur terdiri dari 23 pertanyaan dengan menggunakan skala likert 4 point.

4. Pengawasan Keuangan Daerah (X3)

Pengawasan keuangan daerah adalaha suatu upaya untuk menjamin bahwa


keluar masuk keuangan daerah seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai
tujuan pemerintah. Pengawasan keuangan daerah terdiri dari 12 pertanyaan
dengan menggunakan skala likert 4 point.

5. Teknologi informasi

Teknologi Informasi adalah gambaran dari setiap teknologi yang membantu


manusia dalam berkomunikasi, menyimpan, memanipulasi, menghasilkan, dan
menyebarkan informasi. Teknologi informasi terdiri dari 12 pertanyaan dengan
menggunakan skala likert 4 point.

6. Sistem pengendalian intern


Sistem Pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai
untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan
aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
Daftar pustaka

Aruan N, (2003). Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah Studi Empiris di Jawa


Timur Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi Jawa Timur.
ISBN: 979 682 672 0.

Arfianti, D. 2011. Analisis Faktor faktor yang Mempengaruhi Nilai Informasi


Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Batang. Skripsi, Universitas
Diponegoro, Semarang.

Fikri, M. Ali., Biana A.D dan RR. Sri P.M. 2015. Pengaruh Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan, Kompetensi Aparatur Dan Peran Audit Internal
Terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan Dengan Sistem
Pengendalian Intern Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris Pada
Skpd-Skpd Di Pemprov. NTB). Simposium Nasional Akuntansi 18
Universitas Sumatera Utara Medan.

http://www.polmankab.go.id

Jama'an. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Kantor


Akuntan Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan , 43-52.

Kusumah A.A, (2012). Pengaruh penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan


terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Survei pada SKPD/OPD
Pemerintahan Kota Tasikmalaya).

Permadi, Angga Dwi. 2009. Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan


Pemerintah Daerah terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah. Skripsi Mahasiswa Universitas Widyatama.

Pratiwi, P. Ratih., I.M Pradana Adiputra dan A. Wikrama T.Admaja. 2015.


Pengaruh Pengawasan Keuangan Daerah, Sumber Daya , Pemanfataan
Teknologi Informasi, Dan Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Nilai
Informasi Pelaporan Keuagna Pemerintah Daerah( Studi Kasus pada
SKPD Kabupaten Tabanan). E-journal S1 AK Universitas Pendidikan
Ganesha Jurnal Akuntansi program S1 Volume 3 No:1.

Ramadhan, Shahrul. 2015. Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia


Pengelolaan Keuangan, Pengendalian Intern, Teknologi Informasi dan
Komitmen Organisasi Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pada Satker
Kemerintrian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya Provinsi
Kepri. Skripsi Universitas Maritim Raja Ali Tanjungpinang
Wati, K. Desianan., N. Trisna Herawati dan Ni. K. Sinarwati. 2014. Pengaruh
Kompetensi SDM, Penerapan SAP, dan Sistem Akutansi Keuangan Daerah
Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Daerah. E-journal S1 AK
Universitas Pendidikan Ganesha Jurnal Akuntansi program S1 Volume 2
No:1.

Nurillah, As Syifa. 2014. Pengaruh kompetensi sumber daya manusia, penerapan


sistem akuntansi keuangan daerah (sakd), pemanfaatan teknologi informasi,
dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah (studi empiris pada skpd kota depok) . Skripsi
Mahasiswa Universitas Diponegoro

Mardiasmo, 2009. Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Andi Yogyakarta.

Rahadi, Dedi Rianto. 2007. Peranan Teknologi Informasi dalam Peningkatan


Pelayanan di Sektor Publik. Disampaikan dalam Seminar Nasional
Teknologi 2007 (SNT 2007), Yogyakarta: ISSN: 1978 9777.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:


Alfabeta.

Winidyaningrum. 2010. Pengaruh SDM dan Pemanfaatan TI Terhadap


Keterandalan dan Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Pemda Dengan
Variabel Intervening Pengendalian Intern Akuntansi. Jurnal SNA. STIE ST.
Pignatelli: Surakarta.

Windiastuty, Ruri. 2013. Pengaruh Sumber Daya Manusia Bidang Akuntansi Dan
Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah ( Studi Kasus Pada Dinas Pengelolaan Keuangan Dan
Asset Daerah Kota Bandung ). Skripsi, mahasiswa Unversitas Widyatama

Anda mungkin juga menyukai