Anda di halaman 1dari 54

ASUHANKEPERAWATANVERTIGO

A.Pengertian

PerkataanvertigoberasaldaribahasaYunanivertereyang
artinyamemutar.Pengertianvertigoadalah:sensasigerakan
ataurasagerakdaritubuhataulingkungansekitarnya,dapat
disertaigejalalain,terutamadarijaringanotonomikakibat
gangguanalatkeseimbangantubuhVertigomungkinbukan
hanyaterdiridarisatugejalapusingsaja,melainkankumpulan
gejalaatausindromyangterdiridarigejalasomatik(nistagmus,
unstable),otonomik(pucat,peluhdingin,mual,muntah)dan
pusing.Dari(http://www.kalbefarma.com).

B.Etiologi

Menurut(Burton,1990:170)yaitu:

1.Lesivestibular:
*Fisiologik
*Labirinitis
*Menire
*Obat;misalnyaquinine,salisilat.
*Otitismedia
*Motionsickness
*Benignposttraumaticpositionalvertigo
2.Lesisarafvestibularis
*Neuromaakustik
*Obat;misalnyastreptomycin
*Neuronitis
*vestibular
3.Lesibatangotak,serebelumataulobustemporal
*Infarkatauperdarahanpons
*Insufisiensivertebrobasilar
*Migrainearteribasilaris
*Sklerosidiseminata
*Tumor
*Siringobulbia
*Epilepsylobustemporal

Menurut(http://www.kalbefarma.com)

1.PenyakitSistemVestibulerPerifer:
*Telingabagianluar:serumen,bendaasing.
*Telingabagiantengah:retraksimembrantimpani,otitismedia
purulentaakuta,otitismediadenganefusi,labirintitis,
kolesteatoma,rudapaksadenganperdarahan.
*Telingabagiandalam:labirintitisakutatoksika,trauma,
seranganvaskular,alergi,hidropslabirin(morbusMeniere),
mabukgerakan,vertigopostural.
*NervusVIII.:infeksi,trauma,tumor.
*IntiVestibularis:infeksi,trauma,perdarahan,trombosisarteria
serebeliposteriorinferior,tumor,sklerosismultipleks.
2.PenyakitSSP:
*HipoksiaIskemiaotak.:Hipertensikronis,arteriosklerosis,
anemia,hipertensikardiovaskular,fibrilasiatriumparoksismal,
stenosisdaninsufisiensiaorta,sindromsinuskarotis,sinkop,
hipotensiortostatik,blokjantung.
*Infeksi:meningitis,ensefalitis,abses,lues.
*Traumakepala/labirin.
*Tumor.
*Migren.
*Epilepsi.
3.Kelainanendokrin:hipotiroid,hipoglikemi,hipoparatiroid,
tumormedulaadrenal,keadaanmenstruasihamilmenopause.
4.Kelainanpsikiatrik:depresi,neurosacemas,sindrom
hiperventilasi,fobia.
5.Kelainanmata:kelainanproprioseptik.
6.Intoksikasi.

C.Patofisiologi
Vertigotimbuljikaterdapatketidakcocokaninformasiaferen
yangdisampaikankepusatkesadaran.Susunanaferenyang
terpentingdalamsisteminiadalahsusunanvestibuleratau
keseimbangan,yangsecaraterusmenerusmenyampaikan
impulsnyakepusatkeseimbangan.Susunanlainyangberperan
ialahsistemoptikdanproprioseptik,jarasjarasyang
menghubungkannukleivestibularisdengannukleiN.III,IVdan
VI,susunanvestibuloretikularis,danvestibulospinalis.
Informasiyangbergunauntukkeseimbangantubuhakan
ditangkapolehreseptorvestibuler,visual,danproprioseptik;
reseptorvestibulermemberikankontribusipalingbesar,yaitu
lebihdari50%disusulkemudianreseptorvisualdanyang
palingkecilkontribusinyaadalahproprioseptik.
Dalamkondisifisiologis/normal,informasiyangtibadipusat
integrasialatkeseimbangantubuhberasaldarireseptor
vestibuler,visualdanproprioseptikkanandankiriakan
diperbandingkan,jikasemuanyadalamkeadaansinkrondan
wajar,akandiproseslebihlanjut.Responsyangmunculberupa
penyesuaianototototmatadanpenggeraktubuhdalamkeadaan
bergerak.Disampingituorangmenyadariposisikepaladan
tubuhnyaterhadaplingkungansekitar.Jikafungsialat
keseimbangantubuhdiperiferatausentraldalamkondisitidak
normal/tidakfisiologis,atauadarangsanggerakanyanganeh
atauberlebihan,makaprosespengolahaninformasiakan
terganggu,akibatnyamunculgejalavertigodangejalaotonom;
disampingitu,responspenyesuaianototmenjaditidakadekuat
sehinggamunculgerakanabnormalyangdapatberupa
nistagmus,unsteadiness,ataksiasaatberdiri/berjalandangejala
lainnya(http://www.kalbefarma.com).

D.KlasifikasiVertigo

Berdasarkangejalaklinisnya,vertigodapatdibagiatasbeberapa
kelompok:
1.Vertigoparoksismal
Yaituvertigoyangserangannyadatangmendadak,berlangsung
beberapamenitatauhari,kemudianmenghilangsempurna;
tetapisuatuketikaserangantersebutdapatmuncullagi.Di
antaraserangan,penderitasamasekalibebaskeluhan.Vertigo
jenisinidibedakanmenjadi:
*Yangdisertaikeluhantelinga:
Termasukkelompokiniadalah:MorbusMeniere,Arakhnoiditis
pontoserebelaris,SindromLermoyes,SindromCogan,tumor
fossacraniiposterior,kelainangigi/odontogen.
*Yangtanpadisertaikeluhantelinga:
Termasukdisiniadalah:Seranganiskemisepintasarteria
vertebrobasilaris,Epilepsi,Migrenekuivalen,Vertigopadaanak
(VertigodeLenfance),Labirinpicu(triggerlabyrinth).
*Yangtimbulnyadipengaruhiolehperubahanposisi:
Termasukdisiniadalah:Vertigoposisionalparoksismallaten,
Vertigoposisionalparoksismalbenigna.
2.Vertigokronis
Yaituvertigoyangmenetap,keluhannyakonstantanpa(Cermin
DuniaKedokteranNo.144,2004:47)seranganakut,dibedakan
menjadi:
*Yangdisertaikeluhantelinga:Otitismediakronika,
meningitisTb,labirintitiskronis,Luesserebri,lesilabirinakibat
bahanototoksik,tumorserebelopontin.
*Tanpakeluhantelinga:Kontusioserebri,ensefalitispontis,
sindrompascakomosio,pelagra,siringobulbi,hipoglikemi,
sklerosismultipel,kelainanokuler,intoksikasiobat,kelainan
psikis,kelainankardiovaskuler,kelainanendokrin.
*Vertigoyangdipengaruhiposisi:Hipotensiortostatik,Vertigo
servikalis.
3.Vertigoyangserangannyamendadak/akut,kemudian
berangsurangsurmengurang,dibedakanmenjadi:
*Disertaikeluhantelinga:Traumalabirin,herpeszosterotikus,
labirintitisakuta,perdarahanlabirin,neuritisn.VIII,cederapada
auditivainterna/arteriavestibulokoklearis.
*Tanpakeluhantelinga:Neuronitisvestibularis,sindrom
arteriavestibularisanterior,ensefalitisvestibularis,vertigo
epidemika,sklerosismultipleks,hematobulbi,sumbatanarteria
serebeliinferiorposterior.

Adapulayangmembagivertigomenjadi:

1.VertigoVestibuler:akibatkelainansistemvestibuler.
2.VertigoNonVestibuler:akibatkelainansistem
somatosensorikdanvisual.

D.Manifestasiklinik

Perasaanberputaryangkadangkadangdisertaigejala
sehubungandenganreakdanlembabyaitumual,muntah,rasa
kepalaberat,nafsumakanturun,lelah,lidahpucatdengan
selaputputihlengket,nadilemah,puyeng(dizziness),nyeri
kepala,penglihatankabur,tinitus,mulutpahit,matamerah,
mudahtersinggung,gelisah,lidahmerahdenganselaputtipis.

E.PemerikasaanPenunjang

1.Pemeriksaanfisik:
*Pemeriksaanmata
*Pemeriksaanalatkeseimbangantubuh
*Pemeriksaanneurologik
*Pemeriksaanotologik
*Pemeriksaanfisikumum.
2.Pemeriksaankhusus:
*ENG
*AudiometridanBAEP
*Psikiatrik
3.Pemeriksaantambahan:
*Laboratorium
*RadiologikdanImaging
*EEG,EMG,danEKG.
F.PenatalaksanaanMedis

Terapimenurut(CerminDuniaKedokteranNo.144,2004:48):
Terdiridari:

1.Terapikausal
2.Terapisimtomatik
3.Terapirehabilitatif.

ASUHANKEPERAWATANPADAPASIENDENGAN
VERTIGO

A.Pengkajian

1.Aktivitas/Istirahat
*Letih,lemah,malaise
*Keterbatasangerak
*Keteganganmata,kesulitanmembaca
*Insomnia,bangunpadapagiharidengandisertainyerikepala.
*Sakitkepalayanghebatsaatperubahanposturtubuh,aktivitas
(kerja)ataukarenaperubahancuaca.
2.Sirkulasi
*Riwayathypertensi
*Denyutanvaskuler,misaldaerahtemporal.
*Pucat,wajahtampakkemerahan.
3.IntegritasEgo
*Faktorfaktorstressemosional/lingkungantertentu
*Perubahanketidakmampuan,keputusasaan,ketidakberdayaan
depresi
*Kekhawatiran,ansietas,pekarangsanganselamasakitkepala
*Mekanismerefresif/dekensif(sakitkepalakronik).
4.Makanandancairan
*Makananyangtinggivasorektiknyamisalnyakafein,coklat,
bawang,keju,alkohol,anggur,daging,tomat,makanberlemak,
jeruk,saus,hotdog,MSG(padamigrain).
*Mual/muntah,anoreksia(selamanyeri)
*Penurunanberatbadan
5.Neurosensoris
*Pening,disorientasi(selamasakitkepala)
*Riwayatkejang,cederakepalayangbaruterjadi,trauma,
stroke.
*Aura;fasialis,olfaktorius,tinitus.
*Perubahanvisual,sensitifterhadapcahaya/suarayangkeras,
epitaksis.
*Parastesia,kelemahanprogresif/paralysissatusisitempore
*Perubahanpadapolabicara/polapikir
*Mudahterangsang,pekaterhadapstimulus.
*Penurunanreflekstendondalam
*Papiledema.
6.Nyeri/kenyamanan
*Karakteristiknyeritergantungpadajenissakitkepala,misal
migrain,keteganganotot,cluster,tumorotak,pascatrauma,
sinusitis.
*Nyeri,kemerahan,pucatpadadaerahwajah.
*Fokusmenyempit
*Fokuspadadirisendiri
*Responemosional/perilakutakterarahsepertimenangis,
gelisah.
*Ototototdaerahleherjugamenegang,frigiditasvokal.
7.Keamanan
*Riwayatalergiataureaksialergi
*Demam(sakitkepala)
*Gangguancaraberjalan,parastesia,paralisis
*Drainasenasalpurulent(sakitkepalapadagangguansinus).
8.Interaksisosial
*Perubahandalamtanggungjawab/peraninteraksisosialyang
berhubungandenganpenyakit.
9.Penyuluhan/pembelajaran
*Riwayathypertensi,migrain,stroke,penyakitpadakeluarga
*Penggunaanalcohol/obatlaintermasukkafein.Kontrasepsi
oral/hormone,menopause.

B.DiagnosaKeperawatan(Doengoes,1999:2021)

1.Nyeri(akut/kronis)berhubungandenganstressdan
ketegangan,iritasi/tekanansyaraf,vasospressor,peningkatan
intrakranialditandaidenganmenyatakannyeriyangdipengaruhi
olehfaktormisal,perubahanposisi,perubahanpolatidur,
gelisah.
2.Kopingindividualtakefektifberhubungandenganketidak
adekuatanrelaksasi,metodekopingtidakadekuat,kelebihan
bebankerja.
3.Kurangpengetahuan(kebutuhanbelajar)mengenaikondisi
dankebutuhanpengobatanberhubungandenganketerbatasan
kognitif,tidakmengenalinformasidankurangmengingat
ditandaiolehmemintanyainformasi,ketidakadekuatannya
mengikutiinstruksi.

C.Intervensi

DiagnosaKeperawatan1.:
Nyeri(akut/kronis)berhubungandenganstressdanketegangan,
iritasi/tekanansyaraf,vasospasme,peningkatanintrakranial
ditandaidenganmenyatakannyeriyangdipengaruhiolehfaktor
misal,perubahanposisi,perubahanpolatidur,gelisah.
Tujuan:Nyerihilangatauberkurang
KriteriaHasil:

*Klienmengungkapkanrasanyeriberkurang
*Tandatandavitalnormal
*pasientampaktenangdanrileks.

Intervensi:
*Pantautandatandavital,intensitas/skalanyeri.
Rasional:Mengenaldanmemudahkandalammelakukan
tindakankeperawatan.
*Anjurkanklienistirahatditempattidur.
Rasional:istirahatuntukmengurangiintesitasnyeri.
*Aturposisipasiensenyamanmungkin
Rasional:posisiyangtepatmengurangipenekanandan
mencegahketeganganototsertamenguranginyeri.
*Ajarkanteknikrelaksasidannapasdalam
Rasional:relaksasimengurangiketegangandanmembuat
perasaanlebihnyaman.
*Kolaborasiuntukpemberiananalgetik.
Rasional:analgetikbergunauntukmenguranginyerisehingga
pasienmenjadilebihnyaman.

DiagnosaKeperawatan2.:
Kopingindividualtakefektifberhubungandenganketidak
adekuatanrelaksasi,metodekopingtidakadekuat,kelebihan
bebankerja.
Tujuan:kopingindividumenjadilebihadekuat
KriteriaHasil:

*Mengidentifikasiprilakuyangtidakefektif
*Mengungkapkankesadarantentangkemampuankopingyang
dimiliki.
*Mengkajisituasisaatiniyangakurat
*Menunjukkanperubahangayahidupyangdiperlukanatau
situasiyangtepat.

Intervensi:

*Kajikapasitasfisiologisyangbersifatumum.
Rasional:Mengenalsejauhdanmengidentifikasipenyimpangan
fungsifisiologistubuhdanmemudahkandalammelakukan
tindakankeperawatan.
*Sarankanklienuntukmengekspresikanperasaannya.
Rasional:klienakanmerasakankelegaansetelah
mengungkapkansegalaperasaannyadanmenjadilebihtenang.
*Berikaninformasimengenaipenyebabsakitkepala,
penenangandanhasilyangdiharapkan.
Rasional:agarklienmengetahuikondisidanpengobatanyang
diterimanya,danmemberikanklienharapandansemangatuntuk
pulih.
*Dekatipasiendenganramahdanpenuhperhatian,ambil
keuntungandarikegiatanyangdapatdiajarkan.
Rasional:membuatklienmerasalebihberartidandihargai.

DiagnosaKeperawatan3.:
Kurangpengetahuan(kebutuhanbelajar)mengenaikondisidan
kebutuhanpengobatanberhubungandenganketerbatasan
kognitif,tidakmengenalinformasidankurangmengingat
ditandaiolehmemintanyainformasi,ketidakadekuatannya
mengikutiinstruksi.
Tujuan:pasienmengutarakanpemahamantentangkondisi,efek
prosedurdanprosespengobatan.
KriteriaHasil:

*Melakukanproseduryangdiperlukandanmenjelaskanalasan
darisuatutindakan.
*Memulaiperubahangayahidupyangdiperlukandanikutserta
dalamregimenperawatan.

Intervensi:

*Kajitingkatpengetahuankliendankeluargatentang
penyakitnya.
Rasional:megetahuiseberapajauhpengalamandan
pengetahuankliendankeluargatentangpenyakitnya.
*Berikanpenjelasanpadakliententangpenyakitnyadan
kondisinyasekarang.
Rasional:denganmengetahuipenyakitdankondisinya
sekarang,kliendankeluarganyaakanmerasatenangdan
mengurangirasacemas.
*Diskusikanpenyebabindividualdarisakitkepalabila
diketahui.
Rasional:untukmengurangikecemasankliensertamenambah
pengetahuanklientetangpenyakitnya.
*Mintakliendankeluargamengulangikembalitentangmateri
yangtelahdiberikan.
Rasional:mengetahuiseberapajauhpemahamankliendan
keluargasertamenilaikeberhasilandaritindakanyang
dilakukan.
*Diskusikanmengenaipentingnyaposisiatauletaktubuhyang
normal
Rasional:agarklienmampumelakukandanmerubah
posisi/letaktubuhyangkurangbaik.
*Anjurkanpasienuntukselalumemperhatikansakitkepala
yangdialaminyadanfaktorfaktoryangberhubungan.
Rasional:denganmemperhatikanfaktoryangberhubungan
kliendapatmengurangisakitkepalasendiridengantindakan
sederhana,sepertiberbaring,beristirahatpadasaatserangan.

C.Evaluasi

Evaluasiadalahperbandinganyangsistemikatauterencana
tentangkesehatanpasiendengantujuanyangtelahditetapkan,
dilakukandengancaraberkesinambungan,denganmelibatkan
pasien,keluargadantenagakesehatanlainnya.(Carpenito,
1999:28)
TujuanPemulanganpadavertigoadalah:

1.Nyeridapatdihilangkanataudiatasi.
2.Perubahangayahidupatauperilakuuntukmengontrolatau
mencegahkekambuhan.
3.Memahamikebutuhanataukondisiprosespenyakitdan
kebutuhanterapeutik.

DAFTARPUSTAKA

LyndaJuallcarpernito,RencanaAsuhankeperawatandan
dokumentasikeperawatan,DiagnosisKeperawatandanMasalah
Kolaboratif,ed.2,EGC,Jakarta,1999.
MarilynnE.Doenges,RencanaAsuhanKeperawatanpedoman
untukperencanaandanpendokumentasianpasien,ed.3,EGC,
Jakarta,1999.
http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/14415Terapi
Akupunkturuntuk
Vertigo.pdf/144_15TerapiAkupunkturuntukVertigo.html
KangLS,.PengobatanVertigodenganAkupunktur,Cermin
DuniaKedokteranNo.144,Jakarta,2004.
TINJAUAN TEORITIS KLIEN DENGAN MENIERES DISEASE

A. Anatomi Dan Fisiologi

Organ telinga terbagi menjadi 3 bagian yang terdiri dari :


Auris externa / telinga luar
Terdiri dari :
Auricula / daun telinga
o Helix, anti helix, crus helix, targus, concha, lobulus
Canalis auditorius externus / liang telinga luar
o Lubang : meatus acustikus externus
o Saluran : canalis acustikus externus
o Terdiri : tulang rawan (1/3), tulang (2/3)
Auris media / telinga tengah
Terdiri dari:
- Membran thympani yang berarti: menghubungkan auris externa
dan media, dan terdiri dari pars flacida (lembek), pars tensa (tegang)
- Tuba Eustachii yaitu Menghubungkan cavum thymphani dengan
nasofaring , terdiri : pars oseus (1/3 lateral), pars cartilaginosa / pars
membranasea (2/3 medial)
- Cavum thymphani cirri- cirinya yaitu: Bentuk kubus irreguler,
volume 0,25ccBerhubungan dengan nasofaring, antrum mastoidea
Sedangkan isi cavum thymphani :
Tulang pendengaran : maleus, incus, stapes
Ligamen : malei lateral, superior, incudis posterior
Tendo otot : tensor thymphani, stapedius
Saraf : chorda thymphani, n stapedius
- Mastoid dan selule dibentuk : pars squamosa, pars petrosa,
mengandung rongga udara : selule
Auris interna / telinga dalam
Terdiri dari : tulang : labirintus osseus terdiri : cochlear, vestibularis,
canalis semicirkularis, sedangkan Labirin membranaseus terdiri dari :
- ductus cochlearis yang berfungsi untuk pendengaran n. cochealis
- saculus fungsi untuk gerakan vertikal dan urtikulus fungsinya
untuk gerakan horizontal, linier
- ductus semicirkularis terdapat ampula: yang terdiri dari anterior,
lateral, posterior, fungsinya untuk percepatan sirkuler (horizontal, dan
vertical). ( sumber: Handout dari dr. Teddy Nugroho, dan Ns.
Nurulistyawan TP, S.Kep Sistem Persepsi dan Sensori ).

B. Definisi
Meniere disease adalah suatu penyakit yang ditandai oleh serangan
berulang vertigo (perasaan berputar), tuli dan tinnitus (telinga
berdenging). (Sumber: www.smartnet.com)
Meniere disease adalah suatu sindrom yang terdiri dari serangan
vertigo, tinnitus, dan berkurangnya pendengaran secara progresif.
Sedangkan Pengertian vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang
artinya memutar. Dan vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak
dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain,
terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan
tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing
saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala
somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual,
muntah) dan pusing. Untuk tinnitus merupakan gangguan pendengaran
dengan keluhan selalu mendengar bunyi, namun tanpa ada rangsangan
bunyi dari luar. Sumber bunyi tersebut berasal dari tubuh penderita itu
sendiri, meski demikian tinnitus hanya merupakan gejala, bukan
penyakit, sehingga harus di ketahui penyebabnya. ( Sumber:
Keperawatan Medikal Bedah PSIK FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
keperawatan di indonesia memperawatkan internet dan
menginternetkan perawat).
Meniere disease adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum
diketahui dan mempunyai trias gejala yang khas,yaitu gangguan
pendengaran,tinnitus dan serangan vertigo ( Sumber: Kapita Selekta
Kedokteran, Edisi 3 , jilid 1 ).
C. Etiologi
Etilogi dari penyakit ini belum diketahui secara pasti namun terdapat
berbagai teori, menjelaskan penyakit Meniere masa kini dianggap
sebagai keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan cairan telinga
tengah yang abnormal yang disebabkan oleh malapsorbsi dalam sakus
endolimfatikus. Namun, ada bukti menunjukkan bahwa banyak orang
yang menderita penyakit Meniere mengalami sumbatan pada duktus
endolimfatikus. Apapun penyebabnya, selalu terjadi hidrops
endolimfatikus, yang merupakan pelebaran ruang endolimfatikus. Baik
peningkatan tekanan dalam sistem ataupun ruptur membran telinga
dalam dapat terjadi dan menimbulkan gejala Meniere. ( Sumber:
http://dastodebelto.blogspot.com )
D. Tipe-Tipe Dari Menieres Disease
Ada beberapa tipe yang menyebabkan penyakit menieres disease
yaitu terdiri dari:
a. Penyakit Meniere vestibular yaitu: dengan ditandai dengan adanya
vertigo episodic sehubungan dengan tekanan dalam telinga tanpa
gejala koklear.
Tanda dan gejalanya:
Vertigo hanya bersifat episodic
Penurunan respons vestibuler atau tak ada respons total pada telinga
yang sakit
Tak ada gejala koklear
b. Penyakit Meniere klasik
Tanda dan gejala:
Mengeluh vertigo
Kehilangan pendengaran sensorineural berfluktuasi
tinitus
c. Penyakit Meniere koklea sering dikenali dengan adanya kehilangan
pendengaran sensorineural progresif sehubungan dengan tnitus dan
tekanan dalam telinga tanpa temuan atau gejala vestibuler.
Tanda dan gejala:
Kehilangan pendengaran berfluktuasi
Tekanan atau rasa penuh aural
Tinnitus
Kehilangan pendengaran terlihat pada hasil uji
Tak ada vertigo.
( Sumber: Ziyya Urrahman, Keperawatan Medikal Bedah PSIK FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta keperawatan di indonesia memperawatkan
internet dan menginternetkan perawat ).
E. Patofisiologi
Penyakit Meniere disebabkan oleh penumpukan cairan dalam
kompartemen dari telinga bagian dalam, yang disebut labirin. labirin
berisi organ keseimbangan (saluran setengah lingkaran dan organ
otolithic) dan pendengaran (koklea). Hal ini memiliki dua bagian:
labirin tulang dan labirin membran. Labirin membran diisi dengan
cairan yang disebut endolymph, di organ keseimbangan, merangsang
reseptor sebagai benda bergerak. Reseptor kemudian mengirimkan
sinyal ke otak tentang posisi tubuh dan gerakan. Pada koklea, cairan
yang dikompresi dalam merespon suara getaran, yang merangsang sel-
sel indera yang mengirimkan sinyal ke otak. Pada penyakit Meniere,
penumpukan endolymph di labirin mengganggu sinyal keseimbangan
dan normal pendengaran antara telinga bagian dalam dan otak.
Kelainan ini menyebabkan gejala vertigo dan lain dari penyakit
Meniere. Penyakit Meniere masa kini dianggap sebagai keadaan
dimana terjadi ketidakseimbangan cairan telinga tengah yang
abnormal yang disebabkan oleh malapsorbsi dalam sakus
endolimfatikus. Namun, ada bukti menunjukkan bahwa banyak orang
yang menderita penyakit Meniere mengalami sumbatan pada duktus
endolimfatikus. Apapun penyebabnya, selalu terjadi hidrops
endolimfatikus, yang merupakan pelebaran ruang endolimfatikus. Baik
peningkatan tekanan dalam sistem ataupun ruptur membran telinga
dalam dapat terjadi dan menimbulkan gejala Meniere. ( Sumber:
http://dastodebelto.blogspot.com )
F. Manifestasi Klinik
Gejalanya berupa seangan vertigo tak tertahankan episodic yang
sering disertai mual dan/atau muntah, yang berlangsung selama 3-24
jam dan kemudian menghilang secara perlahan. Secara periodik,
penderita merasakan telinganya penuh atau merasakan adanya
tekanan di dalam telinga.
Kehilangan pendengaan sensorineural progresif dan fluktuatif.Tinnitus
bisa menetap atau hilang-timbul dan semakin memburuk sebelum,
setelah maupun selama serangan vertigo. Pada kebanyakan penderita,
penyakit ini hanya menyerang 1 telinga dan pada 10-15% penderita,
penyakit ini menyerang kedua telinga. ( Sumber: Ziyya Urrahman,
Keperawatan Medikal Bedah PSIK FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
keperawatan di indonesia memperawatkan internet dan
menginternetkan perawat ).

Ketidakseimbangan cairan ditelinga tengah

G. Patways

BAB III
MANAJEMEN KLIEN DENGAN MENIERES DISEASE

A. Penatalaksanaan Medis

Pasien harus dirawat di rumah sakit, berbaring dalam posisi yang


meringankan keluhan diberikan diet rendah garam dan pemberian
diuretik ringan.obat-obatan sistomatik anti vertigo seperti
dimenhidrinat 3x50 mg atau prometazin 3x25 mg,obat vasodilator
perofer seperti papaverin dan betahistin,atau operasi shunt.dapat
pulah diberikan obat antiiskemia dan neurotonik.adaptasi dengan
latihan dan fisioterapi. ( Sumber: http://dastodebelto.blogspot.com
)

B. Penatalaksanaan Keperawatan Penunjang Medis


Dari pentalaksanaan keperawatan penunjang medis ialah berupa:
1. Tes gliserin :pasien diberikan minuman gliserin 1,2 ml/kg BB setelah
diperiksa tes kalori dan audiogram.setelah dua jam diperiksa kembali
dan dibandingkan.
2. Audiogram :tuli sensorineural,terutama nada rendah dan
selanjutnya dapat ditemukan rekrutinen.( Sumber:
http://dastodebelto.blogspot.com )

C. Manajemen Diet
Banyak pasien dapat mengontrol gejala dengan mematuhi diet rendah
garam (2000 mg/hari). Jumlah natrium merupaka salah satu faktor
yang mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Retensi natrium
dan ciran dapat memutuskan keseimbangan halus antara endolimfe
dan perilimfe di dalam telinga dalam.
Garam Natrium terdapat secara alamiah dalam bahan makanan atau
ditambahkan kemudian pada waktu memasak atau mengolah. Makanan
berasal dari hewan biasanya lebih banyak mengandung garam Natrium
daripada makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Garam Natrium yang ditambahkan ke dalam makanan biasanya berupa
ikatan : natrium Chlorida atau garam dapur, soda kue, Natrium
Benzoat atau senyawa yang digunakan untuk mengawetkan daging
seperti cornet beef.
Makanan yang diperbolehkan adalah:
1. Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam natrium, yang
berasal dari tumbuh-tumbuh, seperti yang biasa kita konsumsi yaitu
antara lain :
Beras, kentang, ubi, mie tawar, maezena, hunkwee, terigu, gula
pasir.
Kacang-kacangan dan hasil oleh kacang-kacangan seperti kacang
hijau, kacang merah, kacang tanah, kacang tolo, tempe, tahu tawar,
oncom.
Sayuran dan buah-buahan
Bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, jahe, kemiri,
kunyit, kencur.
2. Bahan makanan berasal dari hewan dalam jumlah terbatas.
Makanan yang perlu dibatasi:
1. Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam Natrium,
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti :
Roti biskuit, kraker, cake dan kue lain yang dimasak dengan garam
dapur dan atau soda.
Dendeng, abon, corned beef, daging asap, bacon, ham, ikan asin,
ikan pindang, sarden, ebi, udang kering, telur asing, telur pindang.
Acar, asinan sayuran dalam kaleng.
Asinan buah, manisan buah, buah dalam kaleng.
Garam dapur, vetsin, soda kue, kecap, maggi, terasi, petis, taoco,
tomato ketcup.
2. Otak, ginjal, paru-paru, jantung dan udang mengandung lebih
banyak natrium. Sebaiknya bahan makanan ini dihindarkan.
Kafein dan nikotin merupakan stimulan vasoaktif, dan menghindari
kedua zat tersebut dapat mengurangi gejala. Ada kepercayaan bahwa
serangan vertigo dipicu oleh reaksi alergi terhadap ragi dalam alkohol
dan bukan karena alkoholnya. ( Sumber: Ziyya Urrahman,
Keperawatan Medikal Bedah PSIK FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
keperawatan di indonesia memperawatkan internet dan
menginternetkan perawat ).
VERTIGO
PENDAHULUAN
Mungkin semua orang pernah mengalami vertigo.
Sewaktu kita masih anak anak, kita pernah bermain memutar-
mutar tubuh kita. Ketika kita berhenti berputar, terasa atau
terlihat sekeliling kita bergerak. Ini adalah vertigo.
Jumlah penderita gangguan keseimbangan atau vertigo
yang mendatangi rumah sakit atau praktek dokter sulit
ditentukan. Karena disadari bahwa gangguan keseimbangan
dapat disebabkan oleh beragam penyakit. Sehingga dapat
dibedakan jumlah penderita vertigo yang mengunjungi praktek
dokter spesialis Telinga-Hidung-Tenggorok atau penyakit Saraf.
Vertigo sering disertai oleh gangguan system otonom
seperti rasa mual, muntah dan mungkin keringat yang
berlebihan serta pucat. Hal ini dikarenakan apparatus vestibular
dihubungkan dengan pusat otonom dalam formation retikularis
batang otak.
Istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan vertigo
berbeda-beda misalnya pusing, pening, rasa berputar,
sempoyongan, rasa seperti melayang atau merasakan badan atau
dunia sekelilingnya berputar-putar dan berjungkir balik.
Keseimbangan bergantung pada empat system berbeda
yang tidak saling tergantung. Pertama. System vestibular yang
menangkap gerakan akselerasi dan persepsi gravitasi.
Rangsangan proprioseptif dari sensasi posisi sendi serta tonus
otot member informasi menyangkut hubungan antara kepala dan
bagian tubuh lainnya. Yang ketiga, penglihatan member persepsi
dari sensasi posisi, kecepatan, dan orientasi. Yang terakhir,
semua sensasi ini di integrasikan pada batang otak dan
serebelum.

DEFINISI
Vertigo ialah ilusi bergerak. Ada yang menyebutnya
sebagai halusinasi gerakan. Penderita merasakan atau melihat
lingkungannya bergerak, padahal lingkungannya diam, atau
penderita merasakan dirinya bergerak padahal tidak.
Pada umumnya vertigo dijelaskan sebagai adanya
ketidakseimbangan atau gangguan keseimbangan. Vertigo
berasal dari bahasa Yunani yang berarti sensasi bergerak atau
berputar. Vertigo disebut subjektif bila penderita merasa dirinya
yang bergerak atau berputar. Vertigo disebut objektif bila
penderita melihat sekelilingnya yang bergerak atau berputar.

ANATOMI
Jaringan saraf yang terkait dalam proses sindrom vertigo :
1. Reseptor alat keseimbangan tubuh: reseptor mekanis di
vestibulum, reseptor cahaya di retina, reseptor mekanis
di kulit, otot, dan persendian.
2. Saraf aferen, berperan menghantarkan impuls ke pusat-
pusat keseimbangan di otak: saraf vestibular, saraf optic,
saraf spinoserebelaris.
3. Pusat-pusat keseimbangan inti vestibulum, serebelum,
korteks serebri, hipotalamus, pusat saraf otonom di
batang otak, inti okulomotorius, formation retikularis.

PATOFISIOLOGI
Keseimbangan yang normal membutuhkan bahwa kita
secara akurat dapat mengidentifikasi posisi kita terhadap
lingkungan, dapat mengidentifikasi gerakan kita dan mengontrol
gerakan kita. Tugas ini dilakukan oleh seperangkat system saraf
yang mengkoordinasi informasi sensorik mengenai kita dan
lingkungan.
Penglihatan (vision) mensuplai informasi mengenai
posisi dan gerakan objek, somato-sensorik (rasa raba dan
proprioseptif) member masukan mengenai posisi dari tubuh
serta bagian-bagiannya, dan input dari vestibular memberikan
informasi mengenai gerak kepala dan posisi kepala sehubungan
dengan gravitasi, input sensorik ini kemudian diolah di otak,
yang kemudian menciptakan tingkah yang dibutuhkan untuk
mempertahankan keseimbangan dan orientasi sewaktu kita
melakukan kegiatan atau aktivitas sehari-hari.
Tetapi bila oleh suatu sebab terjadi hal-hal yang
menyimpang, impuls yang berasal dari kanalis semisirkularis
mencapai nucleus motorik otot-otot mata (nistagmus), medula
spinalis (rasa tidak mantap dari kecenderungan untuk jatuh pada
waktu berjalan dan berdiri) dan pusat otonom dalam formation
retikularis (berkeringat, pucat).

PENYEBAB VERTIGO
1. Penyakit system vestibular perifer
Benda asing, radang (labirinitis), trauma, perdarahan,
gangguan saraf VIII (karena trauma, infeksi)
2. Penyakit susunan saraf pusat :
Iskemia otak, infeksi, trauma kepala, tumor, epilepsy.
3. Kelainan endokrin (hormonal) :
Hipotiroid, hipoglikemik, menstruasi, menopause.
4. Kelainan psikiatri :
Depresi, neurosa, cemas, fobia.
5. Kelainan mata.
6. Intoksikasi makananan, minuman, dan obat-obatan :
Streptomisin, antikonvulsan, antihipertensi, penenang,
alcohol, gentamisin kinin.

KLASIFIKASI VERTIGO
Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang
otak, serebelum atau otak) atau di perifer (telinga dalam, atau
saraf vestibular).

VERTIGO SENTRAL
Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di
batang otak atau di serebelum. Untuk menentukan gangguan di
batang otak, apakah terdapat gejala lain yang khas bagi
gangguan di batang otak, misalnya diplopia, parestesia,
perubahan sensibilitas dan fungsi motorik, rasa lemah.
Perlu dicari gejala gangguan serebelar lainnya, seperti
gangguan koordinasi. Penderita gangguan serebelar mungkin
mempunyai kesulitan dalam melaksanakan gerak supinasi dan
pronasi tangannya secara berturut-turut (dysdiadokinesia).
Percobaan tunjuk hidung (penderita disuruh
menunjuk jari pemeriksaan dan kemudian setelah itu menunjuk
hidungnya) dilakukannya dengan buruk dan terlihat adanya
gejala atakia.

VERTIGO PERIFER
Lamanya vertigo berlangsung :
a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa
detik
Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional
benigna. Dapat dicetuskan oleh perubahan posisi kepala.
Berlangsung beberapa detik dan kemudian mereda.
Paling sering penyebabnya idiopatik (tidak diketahui),
namun dapat juga diakibatkan oleh trauma di kepala,
pembedahan di telinga atau oleh neuronitis vestibular.
Prognosis umumnya baik, gejala menghilang secara
spontan.
b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit
atau jam
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati
berulang. Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu
ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan
tinitus.
c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari
sampai beberapa minggu
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering
datang ke unit darurat. Pada penyakit ini, mulainya
vertigo dan nausea serta muntah yang menyertainya
ialah mendadak, dan gejala ini dapat berlangsung
beberapa hari sampai beberapa minggu. Fungsi
pendengaran tidak terganggu pada neuronitis vestibular.
Pada pemeriksaan fisik mungkin dijumpai nistagmus.
Benign positional vertigo adalah bentuk vertigo yang
menyerang dalam jangka waktu pendek namun berulang-
ulang. Gejalanya hanya dalam hitungan detik tetapi bisa
cukup berat, seringkali muncul setelah kita terserang
infeksi virus atau adanya peradangan dan kerusakan di
daerah telinga tengah. Gejalanya bisa muncul jika kita
menggerakkan kepala tiba-tiba, misalnya saat menoleh
dengan gerakan yang cepat.

DIAGNOSIS
Anamnesa
Kata-kata yang digunakan penderita untuk menyatakan
vertigo atau gangguan keseimbangan lainnya beragam. Harus
ditanyakan apakah ada pengaruh sikap atau perubahan sikap
terhadap munculnya vertigo. Posisi mana yang dapat memicu
vertigo. Penting ditanyakan keadaan apalagi, selain perubahan
posisi, yang dapat membuat gejala vertigo bertambah berat.
Sesekali ditemukan penderita mengeluh bahwa masukan visual
saja cukup untuk mencetuskan vertigo. Keluhan rasa tidak stabil
pada gangguan vestibular menjadi lebih buruk bila fiksasi
penglihatan dihilangkan. Lain halnya gangguan serebelum,
ketidakseimbangan tidak dipengaruhi oleh atau bertambah buruk
oleh fiksasi visual. Salah satu keadaan yang dapat mengganggu
penderita dengan gangguan vestibular ialah rasa disorientasi
(orientasi terganggu). Ada penderita yang aparat vestibular
perifernya rusak, mengeluhkan osilopsia (= suatu ilusi bahwa
benda yang diam tampaknya bergerak maju mundur). Gangguan
vestibular sering mengakibatkan nausea (rasa enek) dan bila
dapat mengakibatkan muntah, keadaan ini lebih mencolok pada
lesi perifer dan kurang pada penyakit serebelar. Vertigo yang
berasal dari gangguan di telinga dalam umumnya timbul
mendadak. Permulaan yang gradual cenderung berasal dari
susunan saraf pusat. Gejala yang timbul intermiten dijumpai
pada penyakit telinga dalam. Dan gejala yang terus menerus
dicurigai adanya kelainan di susunan saraf pusat. Umumnya
lebih sentral letak kelainannya, lebih lama berlangsungnya
keluhan vertigo. Bila keluhan vertigo meningkat bila penderita
berubah posisi, hal ini menunjukkan bahwa gangguan ada di
system vestibular, baik yang perifer maupun yang sentral. Bila
vertigo timbul hanya pada posisi tertentu, dicurigai ada
disfungsi otolit, seperti pada vertigo posisional benigna.
Pemeriksaan
1. Gejala objektif daripada vertigo ialah adanya nistagmus
Nistagmus mempunyai ciri sesuai gerakannya (misalnya
jerk dan pedunlar), menurut bidang gerakannya
(horizontal, rotatoar, vertical, campuran), arah gerakan,
amplitude dan lamanya nistagmus berlangsung.
Dianggap berasal dari susunan saraf pusat (sentral) yaitu
nistagmus yang vertikal murni, nistagmus yang berubah
arah, nistagmus yang sangat aktif namun tanpa vertigo.
Didapat pada gangguan vestibular perifer yaitu
nistagmus yang rotatoar.
2. Tes Romberg dipertajam
Pada tes ini penderita berdiri dengan kaki yang satu di
depan kaki yang lainnya, tumit kaki yang satu berada di
depan jari-jari kaki yang lainnya (tandem). Lengan
dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup. Orang
normal mampu berdiri dalam sikap Romberg yang
dipertajam selama 30 detik atau lebih.
3. Tes melangkah di tempat (stepping test)
Penderita disuruh berjalan di tempat, dengan mata
ditutup, sebanyak 50 langkah dengan kecepatan seperti
berjalan biasa. Harus berusaha agar tetap ditempat dan
tidak beranjak selama tes ini. Tes ini dapat mendeteksi
gangguan sistem vestibular. Kedudukan akhir dianggap
abnormal bila penderita beranjak lebih dari 1 meter atau
badan terputar lebih dari 30 derajat.
4. Salah tunjuk (past pointing)
Penderita disuruh merentangkan lengannya dan
telunjuknya menyentuh telunjuk pemeriksa. Kemudian ia
disuruh menutup mata, mengangkat lengannya tinggi-
tinggi dan kemudian kembali ke posisi semula. Pada
gangguan vestibular didapatkan salah tunjuk (deviasi)
demikian juga dengan gangguan serebelar.
5. Maneuver Nylen Barany atau Manuver Hallpike
Untuk membangkitkan vertigo dan nistagmus posisional
pada penderita dengan gangguan sistem vestibular dan
dilakukan maneuver Hallpike. Pada tes ini penderita
disuruh duduk di tempat tidur periksa. Kemudian ia
direbahkan sampai kepala bergantung di pinggir tempat
tidur dengan sudut sekitar 30 derajat dibawah horizon
kepala ditolehkan ke kiri. Tes kemudian diulang dengan
kepala melihat lurus, dan diulangi lagi dengan kepala
menoleh ke kanan. Penderita disuruh tetap membuka
matanya agar pemeriksa dapat melihat kapan muncul
nistagmus.
6. Tes kalori
Kepala penderita diangkat ke belakang (menengadah)
sebanyak 60 derajat (tujuannya ialah agar bejana lateral
di labirin berada dalam posisi vertical, dengan demikian
dapat dipengaruhi secara maksimal oleh aliran konveksi
yang diakibatkan oleh endolimf). Tabung suntik
berukuran 20 ml dengan ujung jarum yang dilindungi
dengan karet berukuran nomor 15 diisi dengan air
bersuhu 30 C. air disemprotkan ke liang telinga dengan
kecepatan 1 ml/detik. Arah nistagmus ialah ke sisi yang
berlawanan dengan sisi telinga yang dialiri. Arah
gerakan dicatat, frekuensinya juga (biasanya 3-5x/detik),
dan lamanya biasanya1/2-2 menit. Setelah beristirahat 5
menit, telinga kedua dites.
7. Elektronistagmografi
Pada pemeriksaan ini diberikan stimulus kalori ke liang
telinga dan lamanya serta cepatnya nistagmus yang
timbul dicatat pada kertas, menggunakan teknik yang
mirip dengan elektrokardiografi.
8. Posturografi
Dalam mempertahankan keseimbangan terdapat 3 unsur
yang memainkan peranan penting, yaitu sistem visual,
vestibular, dan somatosensorik. Dengan tes posturografi
dapat dievaluasi sistem visual, vestibular dan
somatosensorik.
PENGOBATAN
1. Terapi kausal
Obati penyebab dasarnya
2. Terapi simptomatik (medikamentosa)
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita
seringkali merasa sangat terganggu dengan keluhan
vertigo tersebut, seringkali menggunakan pengobatan
simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian
besar kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa
minggu. Beberapa golongan yang sering digunakan :
ANTIHISTAMIN
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat
anti vertigo. Antihistamin yang dapat meredakan
vertigo seperti obat dimenhidrinat,
difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin
yang mempunyai anti vertigo juga memiliki
aktivitas antikholinergik sentral ini ada kaitannya
dengan kemampuannya sebagai obat antivertigo.
Efek samping yang umum dijumpai ialah sedasi
(mengantuk).
BETAHISTIN
Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang
dapat meningkatkan sirkulasi di telinga dalam,
dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo.
Efek samping Betahistin ialah gangguan di
lambung, rasa enek, dan sesekali rash di kulit.
BETAHISTIN MESYLATE (MERISLON)
Dapat diberikan dengan dosis 6 mg (1 tablet)
12 mg, 3 kali sehari per oral.
BETAHISTIN DI HCL (BETASERC)
Dapat diberikan dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3
kali sehari.
DIMENHIDRINAT (DRAMAMINE)
Lama kerja obat ini ialah 4 6 jam. Dapat diberi
per oral atau parenteral (suntikan intramuscular
dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis 25
mg 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek
samping ialah mengantuk.
DIFHENHIDRAMIN HCL (BENADRYL)
Lama aktivitas obat ini ialah 4 6 jam, diberikan
dengan dosis 25 mg (1 kapsul) 50 mg, 4 kali
sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan
parenteral. Efek samping mengantuk.
ANTAGONIS KALSIUM
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo.
Obat antagonis kalsium Cinnarizine (Stugeron)
dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan.
Merupakan obat supresan vestibular karena sel
rambut vestibular mengandung banyak
terowongan kalsium.
CINNARIZINE (STUGERONE)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular.
Dapat mengurangi respons terhadap akselerasi
angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 30
mg, 3 kali sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek
samping ialah rasa mengantuk (sedasi), rasa cape,
diare atau konstipasi, mulut rasa kering dan
rash di kulit.
FENOTIAZINE
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti
emetic (anti muntah). Namun tidak semua
mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine
(Largactil) dan Prokhlorperazine (Stemetil)
sangat efektif untuk nausea namun kurang
berkhasiat terhadap vertigo.
PROMETHAZINE (PHENERGAN)
Merupakan golongan Fenotiazine yang paling
efektif mengobati vertigo. Lama aktivitas obat ini
ialah 4 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg
25 mg (1 draze), 4 kali sehari per oral atau
parenteral (suntikan intramuscular atau
intravena). Efek samping yang sering dijumpai
ialah sedasi (mengantuk), sedangkan efek
samping ekstrapiramidal lebih sedikit disbanding
obat Fenotiazine lainnya.
KHLORPROMAZINE (LARGACTIL)
Dapat diberikan pada penderita dengan serangan
vertigo yang berat dan akut. Obat ini dapat
diberikan per oral atau parenteral (suntikan
intramuscular atau intravena). Dosis yang lazim
ialah 25 mg (1 tablet) 50 mg, 3 4 kali sehari.
Efek samping ialah sedasi (mengantuk).
OBAT SIMPATOMIMETIK
Obat simpatomimetik dapat juga menekan
vertigo. Salah satunya obat simpatomimetik yang
dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah
efedrin.
EFEDRIN
Lama aktivitas ialah 4 6 jam. Dosis dapat
diberikan 10 -25 mg, 4 kali sehari. Khasiat obat
ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat
anti vertigo lainnya. Efek samping ialah
insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan
menjadi gelisah gugup.
OBAT PENENANG MINOR
Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk
mengurangi kecemasan yang diderita yang sering
menyertai gejala vertigo.efek samping seperti
mulut kering dan penglihatan menjadi kabur.
LORAZEPAM
Dosis dapat diberikan 0,5-1 mg
DIAZEPAM
Dosis dapat diberikan 2-5 mg.
OBAT ANTI KHOLINERGIK
Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat
menekan aktivitas sistem vestibular dan dapat
mengurangi gejala vertigo.
SKOPOLAMIN
Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan
fenotiazine atau efedrin dan mempunyai khasiat
sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg-0,6
mg, 3-4 kali sehari.
3. Terapi fisik
Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk
mengkompensasi gangguan keseimbangan. Namun
kadang-kadang dijumpai beberapa penderita yang
kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini
mungkin disebabkan oleh adanya gangguan lain di
susunan saraf pusat atau didapatkan deficit di sistem
visual atau proprioseptifnya. Kadang-kadang obat tidak
banyak membantu, sehingga perlu latihan fisik
vestibular. Latihan bertujuan untuk mengatasi gangguan
vestibular, membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap
gangguan keseimbangan. Tujuan latihan ialah :
1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau
disekuilibrium untuk meningkatkan kemampuan
mengatasinya secara lambat laun.
2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan
mata.
3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan
Contoh latihan :
1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan
mata ditutup.
2. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi,
fleksi, ekstensi, gerak miring).
3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka,
kemudian dengan mata tertutup.
4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka
kemudian dengan mata tertutup.
5. Berjalan tandem (kaki dalam posisi garis lurus,
tumit kaki yang satu menyentuh jari kaki lainnya
dalam melangkah).
6. Jalan menaiki dan menuruni lereng.
7. Melirikkan mata kea rah horizontal dan vertikal.
8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang
bergerak dan juga memfiksasi pada objek yang diam.
Pencegahan vertigoLangkah-langkah berikut ini dapat
meringankan atau mencegah gejala vertigo:
B. Tidurlah dengan posisi kepala yang agak tinggi.
C. Bangunlah secara perlahan dan duduk terlebih dahulu sebelum
kita berdiri dari tempat tidur.
D. Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang.
E. Hindari posisi mendongakkan kepala, misalnya untuk
mengambil suatu benda dari ketinggian.
Gerakkan kepala secara hati-hati jika kepala kita dalam posisi
datar (horisontal) atau bila leher dalam posisi mendongak.

STATUS NEUROLOGI
No. MR : 35950000
Diagnosis : Vertigo

NAMA (Inisial) : Ny. D MASUK TGL : 04/03/2010


JENIS KELAMIN : Perempuan KELUAR TGL : 10/03/2010
UMUR : 64 th MENINGGAL TGL : -
PEKERJAAN : IRT DOKTER : dr. Ayub L. Pattinama, Sp.S
PENDIDIKAN : - KO-ASSISTEN : Irwandi
AGAMA : Islam
ALAMAT : Cipinang Bali RT 009/003 No. 75 A Cipin Melayu
Makasar

ANAMNESIS
- Auto Anamnesis : Pasien (04/03/2010)
- Allo Anamnesis : -
- Keluhan utama : Pusing berputar
- Keluhan tambahan : Demam, mual, batuk, pilek
- Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien wanita usia 64 tahun datang ke UGD RS UKI
dengan keluhan utama pusing berputar. Keluhan tambahan
ada demam, batuk, pilek.
Kurang lebih 11 jam SMRS pasien merasa pusing
berputar, terus-menerus, makin lama pusing bertambah
berat. Pusing semakin terasa bila pasien duduk, berjalan, dan
bila kepala menengadah. Pusing berkurang bila pasien
berbaring dan menutup mata. Pusing tidak berkurang bila
pasien berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Pusing terjadi
saat pasien merasa nyeri ulu hati, pusing disertai mual.
Pasien menyangkal adanya telinga berdengung, penurunan
pendengaran dan muntah.
Kurang lebih 3 hari yang lalu pasien sudah merasa
demam, batuk, dan pilek. Pasien sudah berobat ke dokter
kemudian diberikan amoksisilin dan obat batuk. Batuk tidak
berdahak.
Kurang lebih 1 bulan yang lalu pasien baru
mengetahui ada tekanan darah tinggi. Pasien menyangkal
pernah berbicara pelo dan lumpuh separoh badan. Pasien
mengatakan dulu pernah kecelakaan tertabrak motor kira-
kira umur 50 tahun. Pasien mengatakan dulu waktu masih
muda sering mengalami pusing tujuh keliling.
Pasien punya kebiasaan merokok, minum kopi dan
teh sejak berumur 15 tahun sampai 63 tahun.

TERAPI YANG TELAH DIDAPAT : Antibiotik + obat batuk


PENYAKIT DAHULU : Pasien mengatakan dulu sering
pusing
tujuh keliling.
MAKAN, MINUM, KEBIASAAN : Pasien suka makanan
berlemak dan
merokok.
KEDUDUKAN DALAM KELUARGA : Ibu rumah tangga
LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL : Kota

PEMERIKSAAN UMUM
KEADAAN UMUM : TSS
KESADARAN : CM KOOPERASI : Kooperatif
NADI : 92 x/menit SUHU : 37.9 0C
TEKANAN DARAH : 140/70 mmHg RESPIRASI : 20 x/menit
UMUR KLINIS : Enam puluhan
BENTUK BADAN : Atletikus
GIZI : Baik
STIGMATA : Tidak ada TROFIK : Baik
KULIT : Coklat TURGOR : Baik
KUKU : Sianosis (-) LAIN-LAIN : Baik
KEL. GETAH BENING : Tidak teraba membesar
PEMBULUH DARAH :
A. Carotis : Palpasi kanan dan kiri : Sama
Auskultasi : Bising tidak ada

PEMERIKSAAN REGIONAL
KEPALA : Normochepali
KALVARIUM : Tidak ada kelainan
MATA : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
HIDUNG : Bentuk biasa, simetris, lapang, sekret +/+
MULUT : Tidak ada kelainan
TELINGA : Tidak ada kelainan
OKSIPUT : Tidak ada kelainan
LEHER : Tidak ada kelainan
TORAKS : Pergerakan dinding dada simetris, kanan = kiri
JANTUNG : BJ I-II Normal, Gallop , Murmur
PARU-PARU : BND Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
ABDOMEN : Perut tampak datar, nyeri tekan , BU (+) 3
x/menit, perkusi timpani, nyeri ketok
HEPAR : Tidak teraba
LIEN : Tidak teraba
VESIA URINARIA : Tidak dilakukan
GENITALIA EKSTERNA : Tidak dilakukan
EKSTREMITAS : Tidak ada kelainan
SENDI-SENDI : Tidak ada kelainan
OTOT-OTOT : Tidak ada kelainan
GERAKAN LEHER : Baik
GERAKAN TUBUH : Baik
NYERI KETOK : -
NYERI SUMBU : -
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
1. TANDA-TANDA PERANGSANGAN MENINGEN
Kaku kuduk : -
Brudzinski I : -
Brudzinksi II : -/-
Kernig : -/-
Laseque : > 700/ > 700

2. GANGGUAN SARAF OTAK


N I (OLFAKTORIUS)
Kanan Kiri
- Penciuman (kualitas) Normosmia, kanan = kiri
N II (OPTIKUS)
Kanan Kiri
- Visus (kasar) Baik Baik
- Buta warna Baik Baik
- Kampus (konfrontasi) Baik Baik
- Funduskopi Tidak dilakukan

N III, IV, VI (OKULOMOTORIUS, TROKHLEARIS,


ABDUSEN)
SIKAP BOLA MATA
PTOSIS : -
STRABISMUS : -
NISTAGMUS : -
EKSOPTALMUS : -
ENOPTALMUS : -
DIPLOPIA : -
DEVIASI KONJUGE : -
PERGERAKAN BOLA MATA
LATERAL KANAN : Baik
LATERAL KIRI : Baik
ATAS : Baik
BAWAH : Baik
BERPUTAR : Baik
PUPIL
BENTUK : Bulat, 3 mm/3 mm
ISOKOR : Isokor
Kanan Kiri
REFLEKS CAHAYA
Langsung + +
Konsensual + +
REFLEKS AKOMODASI + +

N V (TRIGEMINUS)
Kanan Kiri
MOTORIK
MEMBUKA MULUT Baik Baik
GERAKAN RAHANG Baik Baik
MENGGIGIT Baik Baik
SENSORIK Kanan Kiri
RASA RABA
o V1 Baik, kanan = kiri
o V2 Baik, kanan = kiri
o V3 Baik, kanan = kiri
RASA NYERI
o V1 Baik, kanan = kiri
o V2 Baik, kanan = kiri
o V3 Baik, kanan = kiri
RASA SUHU : Tidak dilakukan
RASA SELAPUT LENDIR : Tidak dilakukan
NOKTAH NYERI
- Foramen Supra-orbita : Tidak dilakukan
- Foramen Infra-orbita : Tidak dilakukan
- Foramen Mentale : Tidak dilakukan
REFLEKS
- REFLEKS KORNEA : +/+
- REFLEKS MASETER : (+)

N.VII (FASIALIS)
SIKAP WAJAH (dalam istirahat) : Simetris
MIMIK : Biasa
Kanan Kiri
ANGKAT ALIS Bisa Bisa
KERUT DAHI Bisa Bisa
LAGOFTALMUS Tidak ada Tidak ada
KEMBUNG PIPI Bisa Bisa
MENYERINGAI (SNL) Simetris Simetris
RASA KECAP (2/3 depan) Baik Baik
FENOMENA CHVOSTEK - -

N VIII (VESTIBULOKOKHLEARIS)
VESTIBULARIS
NISTAGMUS : -/-
VERTIGO : +
KOKHLEARIS Kanan Kiri
SUARA BISIK Baik kanan = kiri
GESEKAN JARI Baik kanan = kiri
TES RINNE Tidak dilakukan
TES WEBER Tidak dilakukan
TES SCHWABAH Tidak dilakukan

N. IX, X (GLOSOFARINGEUS, VAGUS)


ARKUS FARING : Simetris, kanan = kiri
PALATUM MOLE : Simetris
UVULA : Ditengah
DISFONI : -
RINOLALI : -
DISFAGI : -
DISATRIA : -
MENELAN : Baik
REFLEKS FARING : +
REFLEKS OKULOKARDIAK : normal
REFLEKS SINUS KAROTIKUS : normal

N .XI (ASESORIUS)
Kanan Kiri
MENOLEH (kanan, kiri) Baik Baik
ANGKAT BAHU Baik Baik

N XII (HIPOGLOSUS)
SIKAP LIDAH DALAM MULUT : Simetris
JULUR LIDAH : Baik, tidak ada deviasi
GERAKAN LIDAH : Baik
TREMOR : -
FASIKULASI : -
ATROFI :-
TENAGA OTOT LIDAH : Baik

3. MOTORIK
1 DERAJAT KEKUATAN OTOT (0-5)
Kanan Kiri
LENGAN - Atas 5 5
- Bawah 5 5
- Lengan 5 5
- Jari 5 5
TUNGKAI - Atas 5 5
- Bawah 5 5
- Kaki 5 5
- Jari 5 5

1 BERDIRI
JONGKOK BERDIRI : Tidak dilakukan
JALAN - Langkah : Tidak dilakukan
- Lenggang lengan : Tidak dilakukan
- Di atas tumit : Tidak dilakukan
- Jinjit : Tidak dilakukan

1 TONUS OTOT (Hiper, normo, hipo, atoni)


Kanan Kiri
LENGAN - Fleksor Normotonus Normotonus
- Ekstensor Normotonus Normotonus TUNGKAI -
Fleksor Normotonus Normotonus
- Ekstensor Normotonus Normotonus

1 TROFI OTOT
Kan
an Kiri
LENGAN Normotrofi Normotrofi
TUNGKAI Normotrofi Normotrofi

1 GERAKAN SPONTAN ABNORMAL

KEJANG : -
TETANI : -
TREMOR : -
KHOREA : -
ATETOSIS : -
BALISMUS : -
DISKINESIA : -
MIOKLONIK : -

4. KOORDINASI
STATIS

Duduk : Tidak dilakukan


Berdiri : Tidak dilakukan
Test Romberg : +

DINAMIS
Telunjuk Hidung : Kanan dan kiri baik
Jari-jari : Kanan dan kiri baik
Tremor Intensi : Tidak ada
Disdiadokinesis : Tidak ada
Dismetri : Tidak ada
Bicara (Disartri) : Tidak ada
Menulis : Baik
5. REFLEKS
REFLEKS TENDO
Kanan Kiri
Biseps ++ ++
Triseps ++ ++
Radius ++ ++
Ulna ++ ++
Knee Pes Reflex ++ ++
Achilles Pes Reflex ++ ++

REFLEKS KULIT
Kulit Perut : +
Kremaster : Tidak dilakukan
Anus Interna : Tidak dilakukan
Anus Eksterna : Tidak dilakukan

REFLEKS ABNORMAL
Kanan Kiri
Babinski - -
Chaddok - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Rossolimo - -
Mendel Behterew - -
Hoffman Tromner - -
Klonus lutut - -
Klonus kaki - -

6.SENSIBILITAS
EKSTEROSEPTIF
Rasa raba : Baik, kanan = kiri
Rasa nyeri : Baik, kanan = kiri
Rasa suhu : Tidak dilakukan

PROPIOSEPTIF
Kanan Kiri
Rasa sikap Baik Baik
Rasa getar (garpu tala) Tidak dilakukan

7.VEGETATIF
MIKSI : Normal
DEFEKASI : Normal
SALIVASI : Baik
SEKRESI KERINGAT : Biasa
FUNGSI SEKS : Tidak dilakukan

8.FUNGSI LUHUR
MEMORI : Baik
BAHASA : Baik
AFEK DAN EMOSI : Baik
VISUOSPATIAL : Baik
KOGNITIF : Baik

9. TANDA REGRESI
REFLEKS MENGHISAP : Tidak ada
REFLEKS MENGGIGIT : Tidak ada
REFLEKS MEMEGANG : Tidak ada
SNOUT REFLEX : Tidak ada

10. PALPASI SARAF TEPI


N. ULNARIS : Tidak teraba
N. AURIKULARIS MAGNUS : Tidak teraba
11. LABORATORIUM
Tanggal: 4/3/2010 Waktu: 17:19
Hematologi
Hb : 12.6 gr%
Leukosit : 5500/l
Trombosit : 250.000/l
Ht : 40 %
GDS : 85 mg/dl
Chemistry
Ureum darah : 21 mg/dl
Kreatinin darah : 0,99 mg/dl (0.60-0.90 mg/dl)
Elektrolit Darah
Na : 145 mmol/L
K : 4.1 mmol/L
Cl : 103 mmol/L

11.RESUME
Pasien wanita usia 64 tahun datang ke UGD RS UKI
dengan keluhan utama pusing berputar. Keluhan tambahan
ada demam, batuk, pilek.
Kurang lebih 11 jam SMRS pasien merasa pusing
berputar, terus-menerus, makin lama pusing bertambah
berat. Pusing semakin terasa bila pasien duduk, berjalan, dan
bila kepala menengadah. Pusing berkurang bila pasien
berbaring dan menutup mata. Pusing tidak berkurang bila
pasien berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Pusing terjadi
saat pasien merasa nyeri ulu hati, pusing disertai mual.
Pasien menyangkal adanya telinga berdengung, penurunan
pendengaran dan muntah.
Kurang lebih 3 hari yang lalu pasien sudah merasa
demam, batuk, dan pilek. Pasien sudah berobat ke dokter
kemudian diberikan amoksisilin dan obat batuk. Batuk tidak
berdahak.
Kurang lebih 1 bulan yang lalu pasien baru
mengetahui ada tekanan darah tinggi. Pasien menyangkal
pernah berbicara pelo dan lumpuh separoh badan. Pasien
mengatakan dulu pernah kecelakaan tertabrak motor kira-
kira umur 50 tahun. Pasien mengatakan dulu waktu masih
muda sering mengalami pusing tujuh keliling.
Pasien punya kebiasaan merokok, minum kopi dan
teh sejak berumur 15 tahun sampai 63 tahun. Pasien suka
makan makanan berlemak.
Dari pemeriksaan umum didapatkan :
Status Generalis
TEKANAN DARAH : 140/70 mmHg
NADI : 92 x/menit
SUHU : 37,9 0C
RESPIRASI : 20x/menit

Status Neurologis
Rangsang Meningeal : -

Saraf Otak : Baik


Motorik : 5555 5555 Normotonus, Eutrophi

5555 5555
Gerakan spontan abnormal : Tidak ada
Koordinasi : Tes Romberg +
Sensibilitas : Baik
Fungsi Luhur : Baik

Laboratorium
Kreatinin darah : 0,99 mg/dl (0.60-0.90 mg/dl)

DIAGNOSIS
Klinis : Vertigo tipe sentral
Topis : Sistem vertebro-basiler
Etiologi : Insufisiensi vertebro-basiler

DIAGNOSIS BANDING : Vertigo tipe perifer, TIA, Epilepsi

TERAPI
Diet : Biasa + RG III
IVFD : I RL/24 jam
MM :
- Acyclovir 4 x 200 mg
- Amoksisilin 3 x 500 mg
- Sumagesik 3 x 1 tab

PEMERIKSAAN ANJURAN
- EKG
- CT Brain
- Rontgen thorak
- H2TL
- Ureum darah
- Elektrolit

PROGNOSIS
- Ad vitam : Bonam
- Ad sanationum : Bonam
- Ad functionum : Bonam

FOLLOW UP
5 Maret 2010 (PH 1)
S) Pusing berputar berkurang
O)
St. Generalis
KU : TSS Kes : CM
TD : 140/80 mmHg Nd : 84 x/menit
RR : 20 x/menit Sh : 36,50C
St. Neurologis
Rangsang Meningeal :
Saraf Kranial : Tidak ada kelainan

Motorik : 5555 5555


5555 5555

Koordinasi : Tes Romberg +


Refleks Fisiologis : ++/++
Refleks Patologis : -/-
Sensibilitas : Baik
Fungsi Luhur : Baik
A) DK : Vertigo tipe sentral
DT : Sistem vertebro-basiler
DE : Insufisiensi vertebro-basiler

P) Diet : Biasa + RG III


IVFD : I RL + Brainolin 100 mg/24 jam
MM/
- Acyclovir 4 x 200 mg
- Amoksisilin 3 x 500 mg
- Sumagesik 3 x 1 tab
- Simvastatin 1 x 20 mg
- Acran injeksi 2 x 1 ampul

6 Maret 2010 (PH 2)


S) Pusing berputar berkurang dari hari sebelumnya
O)
St. Generalis
KU : TSS Kes : CM
TD : 130/80 mmHg Nd : 78 x/menit
RR : 20 x/menit Sh : 36,50C
St. Neurologis
Rangsang Meningeal :
Saraf Kranial : Tidak ada kelainan

Motorik : 5555 5555


5555 5555

Koordinasi : Tes Romberg +


Refleks Fisiologis : ++/++
Refleks Patologis : -/-
Sensibilitas : Baik
Fungsi Luhur : Baik
A) DK : Vertigo tipe sentral
DT : Sistem vertebro-basiler
DE : Insufisiensi vertebro-basiler
P) Diet : Biasa + RG III
IVFD : I RL + Brainolin 100 mg/24 jam
MM/
- Acyclovir 4 x 200 mg
- Amoksisilin 3 x 500 mg
- Sumagesik 3 x 1 tab
- Simvastatin 1 x 20 mg
- Acran injeksi 2 x 1 ampul

7 Maret 2010 (PH 3)


S) Pusing berputar berkurang dari hari sebelumnya
O)
St. Generalis
KU : TSS Kes : CM
TD : 130/80 mmHg Nd : 80 x/menit
RR : 20 x/menit Sh : 36,50C
St. Neurologis
Rangsang Meningeal :
Saraf Kranial : Tidak ada kelainan

Motorik : 5555 5555


5555 5555

Koordinasi : Baik
Refleks Fisiologis : ++/++
Refleks Patologis : -/-
Sensibilitas : Baik
Fungsi Luhur : baik
A) DK : Vertigo tipe sentral
DT : Sistem vertebro-basiler
DE : Insufisiensi vertebro-basiler
P) Diet : Biasa + RG III
IVFD : I RL + Brainolin 100 mg/24 jam
MM/
- Acyclovir 4 x 200 mg
- Amoksisilin 3 x 500 mg
- Sumagesik 3 x 1 tab
- Simvastatin 1 x 20 mg
- Acran injeksi 2 x 1 ampul

8 Maret 2010 (PH 4)


S) Pusing berputar berkurang dari hari sebelumnya
O)
St. Generalis
KU : TSS Kes : CM
TD : 150/80 mmHg Nd : 80 x/menit
RR : 20 x/menit Sh : 36,50C
St. Neurologis
Rangsang Meningeal :
Saraf Kranial : Tidak ada kelainan

Motorik : 5555 5555


5555 5555

Koordinasi : Baik
Refleks Fisiologis : ++/++
Refleks Patologis : -/-
Sensibilitas : Baik
Fungsi Luhur : Baik
A) DK : Vertigo tipe sentral
DT : Sistem vertebro-basiler
DE : Insufisiensi vertebra-basiler
P) Diet : Biasa + RG III
IVFD : I RL + Brainolin 100 mg/24 jam
MM/
- Acyclovir 4 x 200 mg
- Amoksisilin 3 x 500 mg
- Sumagesik 3 x 1 tab
- Simvastatin 1 x 20 mg
- Acran injeksi 2 x 1 ampul
- Amlodipine 5 mg
- Ascardia 80 mg
- OBH syrup 3 x 1 C

9 Maret 2010 (PH 5)


S) -
O)
St. Generalis
KU : TSS Kes : CM
TD : 120/70 mmHg Nd : 80 x/menit
RR : 20 x/menit Sh : 36,6 0C
St. Neurologis
Rangsang Meningeal :
Saraf Kranial : Tidak ada kelainan

Motorik : 5555 5555


5555 5555

Koordinasi : Baik
Refleks Fisiologis : ++/++
Refleks Patologis : -/-
Sensibilitas : Baik
Fungsi Luhur : Baik
A) DK : Vertigo tipe sentral
DT : Sistem vertebra-basiler
DE : Insufisiensi vertebra-basiler
P) Diet : Biasa + RG III
IVFD : I RL + Brainolin 100 mg/24 jam
MM/
- Simvastatin 1 x 20 mg
- Acran injeksi 2 x 1 ampul
- Amloidipine 5 mg
- Ascardia 80 mg
- OBH syrup 3 x 1 C

10 Maret 2010 (PH 6)


S) -
O)
St. Generalis
KU : TSR Kes : CM
TD : 120/70 mmHg Nd : 80 x/menit
RR : 20 x/menit Sh : 36,6 0C
St. Neurologis
Rangsang Meningeal :
Saraf Kranial : Tidak ada kelainan

Motorik : 5555 5555


5555 5555

Koordinasi : Baik
Refleks Fisiologis : ++/++
Refleks Patologis : -/-
Sensibilitas : Baik
Fungsi Luhur : Baik
A) DK : Vertigo tipe sentral
DT : Sistem vertebra-basiler
DE : Insufisiensi vertebra-basiler
P) Diet : Biasa + RG III
IVFD -
MM/
- Simvastatin 1 x 20 mg
- Amloidipine 5 mg
- Ascardia 80 mg
- OBH syrup 3 x 1 C

DAFTAR PUSTAKA
Lumbantobing, SM. Vertigo Tujuh Keliling. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta 2003.
Lumbantobing, SM. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan
Mental. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta 2003.
Mahar Marjono, Priguna S. Neurologi Klinis Dasar. Dian
Rakyat. Jakarta 2003.
www. Keluarga sehat.com
www. Info_sehat.com
MENIERE DISEASE

PENYAKIT MENIERE
(HIDROPS LABIRIN IDIOPATIK)

PENDAHULUAN
Pada tahun 1861, Proper Meniere seorang dokter Perancis
menggambarkan manifestasi klinik yang berkaitan dengan
hidrops endolimfatik yang ditandai oleh berbagai kumpulan
gejala berupa vertigo yang episodic, gangguan pendengaran,
tinnitus dan rasa penuh atau tertekan di dalam telinga.
Kemudian pada tahun 1938 Hallpike dan Cairns melaporkan
tentang gambaran histopatologi berupa perubahan dilatasi
sistem endolimf yang disertai dengan degenerasi elemen-
elemen sensorik koklea dan alat vestibuler. Sejak saat itu,
pemeriksaan mikroskopis pada os temporal yang terkena telah
berhasil memberikan gambaran patologik yang tepat secara
jelas, sementara etiologinya tetap kabur. 1,2,3
Timbulnya penyakit Meniere biasanya antara dekade keempat
dan keenam; jarang terjadi di masa kecil atau setelah dekade
ke delapan. Pria terkena lebih sering daripada perempuan
(Sade dan Yani 1984; Stahle et al 1978.). Penyakit ini dimulai
pada satu telinga dengan serangan yang sangat tidak teratur,
yang pada awalnya umumnya dengan peningkatan frekuensi
dan kemudian menurun dalam perjalanan beberapa tahun.
Pasien pada awalnya bebas dari keluhan pada interval
serangan-bebas, tapi kemudian terjadi peningkatan defisit
seperti hypofunction vestibular perifer unilateral, tinnitus
unilateral dan gangguan pendengaran (biasanya frekuensi
rendah).Tingkat fluktuasi defisit ini tidak biasa bila
dibandingkan dengan penyakit telinga yang lain. Sedangkan
timbulnya penyakit ini sesisi, telinga yang lain juga bisa
menjadi terpengaruh setelah beberapa waktu.
Semakin lama kita mengikuti seorang pasien dengan penyakit
Meniere, semakin sering seseorang melihat penyakit bilateral
(Morrison 1986). Pada tahap awal (durasi sampai 2 tahun),
sekitar 15% dari kasus bilateral; 30-60% menjadi bilateral
setelah satu atau dua dekade. Secara umum diakui bahwa
perjalanan penyakit Meniere relatif jinak, memiliki tingkat
kesembuhan (dari episode serangan tetapi tidak untuk
gangguan pendengaran kronis) sekitar 80% dalam waktu 5-10
tahun (Friberg et al. 1984). Kesembuhan spontan dari
serangan tersebut mungkin terjadi ketika ada fistula membran
permanen memisahkan endolymph dan perilymph, yang
memungkinkan drainase, terus-menerus tanpa gejala
endolymph kelebihan.

ETIOLOGI
Penyebab pasti dari penyakit Meniere belum diketahui.
Beberapa teori melaporkan beberapa faktor resiko yang dapat
menimbulkan penyakit ini adalah :
1. Gangguan lokal keseimbangan garam dan air, yang
menyebabkan edema endolimf.
2. Gangguan regulasi otonomi sistem endolimf.
3. Alergi lokal telinga dalam, yang menyebabkan edema dan
gangguan kontrol otonom.
4. Gangguan vaskularisasi telinga dalam, terutama stria
vaskularis.
5. Gangguan duktus atau sakus endolimfatik yang
mengganggu absorbsi endolimf.
6. Perubahan hubungan dinamika tekanan perilimf dan
endolimf yang mungkin berhubungan dengan perubahan
anatomik di dalam pembuluh endolimf dan akua duktus
koklea.
7. Manifestasi lokal labirin pada penyakit sistemik metabolik
yang mengenai baik tiroid maupun metabolisme glukosa atau
keduanya.
8. Berkaitan dengan beberapa kelainan os temporal termasuk
berkurangnya pneumatisasi dari mastoid dan hipoplasi
akuaduktus vestibuler. Kantong endolimf terlalu kecil dan
berada dalam posisi abnormal di bawah labirin.
9. Terdapat bukti adanya penimbunan kompleks imun dalam
endolimf pada pasien dengan penyakit Meniere memperkuat
dugaan bahwa penyakit ini merupakan suatu gangguan imun.

GAMBARAN KLINIS
Penyakit Meniere biasanya ditemukan antara dekade keempat
dan keenam; jarang terjadi di masa kecil atau setelah dekade
ke delapan. Pria terkena lebih sering daripada perempuan.
Sifatnya yang khas adalah terdapat adanya periode aktif yang
bervariasi lamanya yang diselingi oleh periode remisi yang
lebih panjang yang juga bervariasi lamanya.
Gejala dan tanda khas penyakit Meniere yaitu serangan
pertama sangat berat berupa vertigo yang episodik, gangguan
pendengaran yang berfluktuasi, tinnitus, serta rasa penuh dan
tertekan di dalam telinga.1,4
GAMBARAN HISTOPATOLOGI
Pengetahuan mengenai proses patologi pada penyakit Meniere
telah diperoleh melalui penelitian tulang temporal pada orang-
orang yang menderita penyakit ini. Perubahan utama hidrops
endolimfatik adalah dilatasi sakulus dan skala media di dalam
koklea. Dilatasi koklea ini dibuktikan dengan adanya
peregangan membrane Reissner di dalam labirin, membran ini
dapat robek atau mengalami prolaps masuk ke dalam ruang
labirin yang lain. Pecahnya atau robeknya membran ini
menyebabkan bercampurnya endolimf dan perilimf
mengakibatkan perubahan natrium dan kalium fisiologik.
Biasanya tidak ditemukan perubahan struktural dan unsur
sensorik atau neural telinga bagian dalam dengan hidrops.
Ditemukan fibrosis serabut saraf koklea, degenerasi sel rambut
dan atrofi stria vaskularis pada pasien-pasien dengan penyakit
Meniere, tetapi perubahan ini mungkin juga akibat faktor
umur. Atrofi stria vaskularis dapat juga ditemukan pada telinga
yang normal.1

DIAGNOSIS
Penyakit Meniere didiagnosis berdasarkan (1,2,3,4,5,6,7,8):
1. Riwayat gejala klinis
Muncul pertama kali pada orang yang relatif berusia muda
(biasanya sekitar 30 tahun)
a. Gangguan pendengaran berfluktuasi, terjadi pada saat
serangan atau sekitar serangan vertigo. Biasanya dialami satu
telinga, tidak sama pada kedua telinga.
b. Vertigo episodik, biasanya berlangsung 2 24 jam. Vertigo
sering sangat cepat dan diperparah dengan gerakan kepala.
Sering disertai muntah, berkeringat, jantung berdebar dan
kecemasan.
c. Tinitus
d. Perasaan tertekan atau rasa penuh di dalam telinga
e. Deviasi gaya berjalan dan kecenderungan untuk jatuh.
Terdapat periode remisi di mana pasien merasa cukup normal,
walaupun sesingkat beberapa hari atau lebih dari 10 tahun.
2. Pemeriksaan fisik terdapat tuli saraf
Pemeriksaan kalori pada alat vestibuler biasanya menunjukkan
penurunan fungsi pada telinga yang bersangkutan baik
terhadap rangsangan panas ataupun dingin.
3. Pemeriksaan audiogram, untuk mengidentifikasi pasien-
pasien dengan gangguan pendengaran yang khas pada
penyakit Meniere.
4. ENG, suatu tes keseimbangan untuk mengetahui gangguan
pada sistem kesetimbangan
5. BERA (Brainsten Evoked Response Audiometry) untuk
mengetahui kerusakan sistem keseimbangan telinga bagian
dalam.
6. EcoG (Electro Cochleography)
7. Laboratorium
8. Radiologik : CT Scan, MRI

KRITERIA DIAGNOSIS
The American Academy of Ophthalmology and Otolaryngology,
Head and Neck Surgery pada tahun 1995 merumuskan kriteria
penyakit Meniere :
Certain Menieres disease
konfirmasi histopatologi adanya hidrops endolymphatic
gejala-gejala seperti dalam kriteria " definite Menieres
disease"
Definite Menieres disease
dua atau lebih serangan vertigo, masing-masing berlangsung
lebih dari 20 menit
audiometri menunjukkan gangguan / kehilangan
pendengaran dalam setidaknya pada satu pemeriksaan
tinnitus atau terasa penuh pada telinga yang terkena
penyebab lainnya dikecualikan
Probable Menieres Disease
setidaknya satu episode vertigo
audiometri menunjukkan gangguan / kehilangan
pendengaran dalam setidaknya pada satu pemeriksaan
tinnitus atau terasa penuh pada telinga yang terkena
penyebab lainnya dikecualikan
Possible Meniere's disease
vertigo episodik tetapi tanpa kehilangan pendengaran
gangguan pendengaran sensorineural, berfluktuasi atau
tetap, dengan disekuilibrium, tetapi tanpa vertigo dengan
episode yang pasti
penyebab lainnya dikecualikan.
DIAGNOSIS DIFERENSIAL DAN PROBLEM KLINIS
Serangan pertama penyakit Meniere harus dibedakan dari
defisit vestibular akut unilateral, misalnya sehubungan dengan
neuritis vestibular. Durasi serangan sangat membantu:
penyakit Meniere biasanya berlangsung beberapa jam dan
paling banyak satu hari, sedangkan pada neuritis vestibular
mereka beberapa hari terakhir. Gejala yang menyertainya juga
membantu untuk diagnosis, misalnya, "gejala telinga" pada
penyakit Meniere dan tanda inflamasi mata dan gangguan
pendengaran dalam sindrom Cogan atau gangguan
pendengaran dan tanda-tanda mungkin infark dari AICA /
arteri labirin. Gangguan sistem motor okular sentral atau
fungsi vestibular sentral juga terjadi setelah infark lacunar.
Keadaan langka, berulang tiba-tiba jatuh, disebut vestibular
drop attack (krisis otolithic Tumarkin's), yang terjadi pada
tahap awal atau akhir penyakit Meniere tanpa pemicu pasti,
tanda-tanda awal atau gangguan kesadaran, sulit untuk
membedakan dari drop attack yang disebabkan oleh iskemia
vertebrobasilar (Baloh et al 1990.). Serangan tersebut
ternyata hasil dari fluktuasi tekanan endolymphatic disebabkan
oleh eksaserbasi sepihak dari otoliths dan reaksi postural
vestibulospinal yang tidak memadai.
Diagnosis diferensial penting lainnya adalah migren basilar /
vestibular, yang dapat terwujud tidak hanya dalam bentuk
serangan pendek, tetapi juga sebagai serangan yang
berlangsung beberapa jam. Tanda-tanda bahwa serangan itu
adalah migren vestibular adalah: (1) gangguan pusat motorik
mata selama interval bebas serangan, (2) tidak adanya
gangguan pendengaran yang progresif walaupun banyak
serangan, (3) asosiasi dengan gejala neurologis lain seperti
rasa tebal pada wajah (migrain basilar), (4) nyeri kepala dan
leher, dan (5) memberikan respon terhadap pengobatan
profilaksis dengan beta-blocker. Dalam literatur baru-baru ini
ditemukan ada indikasi peningkatan hubungan antara penyakit
Meniere dan migren vestibular (Radtke et al. 2002). Vestibular
paroxysmia, yang disebabkan oleh kompresi neurovaskular,
juga ditandai dengan serangan berulang vertigo dan / atau
kadang-kadang gejala telinga yang lain. Serangan ini,
bertentangan dengan penyakit Meniere, biasanya hanya
berlangsung beberapa detik.2

PENGOBATAN 1,2,6
1. Terapi konservatif
a. Keseimbangan air dan elektrolit
b. Diet tinggi protein, rendah natrium dikombinasikan dengan
pemberian ammonium klorida. Konsumsi garam dibatasi
sampai 1500 mg per hari.
c. Kombinasi dengan diuresis (HCT 50 mg)
d. Pemberian kalium klorida untuk mencapai kadar natrium
serum dan inhibitor anhidrase karbonik yang rendah.
2. Terapi farmakologik
a. Vasodilator : asam nikotinat 50 150 mg pada saat perut
kosong
Histamin difosfat 2-4 tetes sublingual 2 kali sehari sebelum
makan.
b. Antihistamin : dimenhidrinat
c. Antiemetik
d. Sedatif
e. Kortikosteroid : Prednison 80 mg selama 7 hari kemudian
diturunkan bertahap
3. Terapi bedah
a. Dibuat shunt endolimfatik-subarakhnoid
b. Labirinektomi

REFERENSI
1. Runtuwene T, Penyakit Meniere. Dalam Joesoef AA,
Kusumastuti K editor. Neuro-otologi Klinis Vertigo. Kelompok
Studi Vertigo, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
Pengurus Pusat PERDOSSI. Airlangga University Press.
Surabaya 2002 : 17 : 142-5
2. Saeed SR. Fortnightly Review : Diagnosis and Treatment of
Menieres Disease. BMJ 1998 ; 316 : 368-72
3. Hain TC, Meniere's Disease. Available at
http://www.dizziness-and balance.com / disorders /
menieres /menieres.html Page last modified : September 4,
2010
4. Brandt T, Dieterich M, Strupp M. Vertigo and Dizziness :
common complaints. Springer-Verlag London Limited 2005 :
2 : 64-6
5. Pirodda A, Brandolini C, Raimondi MC, Ferri GG, Modugno
GC, Borghi C. Meniere's disease: update of etiopathogenetic
theories and proposal of a possible model of explanation. Acta
Clin Belg. 2010 May-Jun;65(3):170-5
6. Chandra B. Tatalaksana Vertigo. Dalam Hadinoto S, Wirawan
RB, Soetedjo editor. Vertigo diagnosis dan tatalaksana. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 1994 : 43-64
7. Hazell J. Information on Mnire's syndrome. Available at
http://www.tinnitus.org /home /frame /meniere.htm
8. http://www.menieres-guidebook.com/2009

Anda mungkin juga menyukai