Anda di halaman 1dari 49

1

LAPORAN KELOLAAN 1
DI PSTW BUDI MULIA 1 CIPAYUNG
STASE GERONTIK

DISUSUN OLEH
RANI HANDAYANI, S.Kep
NPM. 165140027

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
JAKARTA
2017

BAB I
2

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena
penyakit ini menyerang tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara
perlahan - lahan. Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima
tahun menyerang lensa mata.
Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan
meningkat dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan
diobati. Kebutaan merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi
yang serius bagi setiap negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence
Research Group (2004) memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita penyakit
mata dan kebutaan didunia akan mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut
menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan meningkat terutama bagi mereka
yang telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi usia, semakin tinggi pula
resiko kesehatan mata. WHO memiliki catatan mengejutkan mengenai kondisi
kebutaan didunia, khususnya dinegara berkembang.
Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya
berada di negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara
tertinggi di Asia Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut Spesialis Mata
dari RS Pondok Indah Dr Ratna Sitompul SpM, tingginya angka kebutaan di
Indonesiadisebabkan usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat.
karena beberapa penyakit mata disebabkan proses penuaan. Artinya semakin
banyak jumlah penduduk usia tua, semakin banyak pula penduduk yang
berpotensi mengalami penyakit mata.
Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah
katarak (0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak
merupakan kelainan mata yang terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh.
Dalam keadaan normal jernih dan tembus cahaya. Selama ini katarak banyak
diderita mereka yang berusia tua. Karena itu, penyakit ini sering diremehkan
kaum muda. Hal ini diperkuat berdasarkan data dari Departemen Kesehatan
Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia mengalami kebutaan karena
katarak dan rata - rata diderita yang berusia 40 - 55 tahun.
Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak
diantara mereka tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak
terjadi karena proses degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang.
3

Bahkan, dari data statistik lebih dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun
menderita katarak, sekitar 55 persen orang berusia 75 - 85 tahun daya
penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan, 2008).
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny. T usia 75 thn di
ruang cempaka PSTW 1 cipayung, di dapatkan masalah keperawatan pada Ny. T
dengan katarak yaitu resiko jatuh, intoleransi aktivitas dan defisit perawatan diri
sehingga penulis tertarik untuk membuat Asuhan Keperawatan Gerontik pada
Ny. T dengan tujuan agar meminimalisir resiko jatuh pada Ny.T

1.2. Tujuan Penulisan


1.2.1. Tujuan Umum
Untuk memberikan gambaran yang nyata tentang asuhan keperawatan pada Ny.
T dengan Gangguan Sistem Penglihatan Katarak di ruang cempaka PSTW 1
cipayung Jakarta Timur
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Untuk melakukan pengkajian Pada Ny. T dengan Gangguan Sistem
Penglihatan Katarak di ruang cempaka PSTW 1 cipayung Jakarta Timur
2. Untuk merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. T dengan Gangguan
Sistem Penglihatan Katarak di ruang cempaka PSTW 1 cipayung Jakarta
Timur.
3. Untuk menyusun rencana tindakan pada Ny. T dengan Gangguan Sistem
Penglihatan Katarak di ruang cempaka PSTW 1 cipayung Jakarta Timur.
4. Untuk melaksanakan rencana tindakan keperawatan pada Ny. T dengan
Gangguan Sistem Penglihatan Katarak di ruang cempaka PSTW 1
cipayung Jakarta Timur.
5. Untuk mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada Ny. T dengan
Gangguan Sistem Penglihatan Katarak di PSTW 1 cipayung Jakarta
Timur.

1.3. Manfaat Penulisan


1. Bagi PSTW 1 Cipayung Jakarta Timur diharapkan laporan kasus ini
sebagai bahan masukan dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada
Ny. T dengan Gangguan Sistem Penglihatan Katarak di ruang cempaka
PSTW 1 cipayung
2. Bagi pasien diharapkan hasil penulisan laporan kasus ini sebagai bahan
masukan dalam menambah pengetahuan dan manfaat dari Asuhan
4

Keperawatan dengan Gangguan Sistem Penglihatan Katarak di ruang


cempaka PSTW 1 cipayung
3. Bagi institusi diharapkan hasil penulisan laporan kasus ini sebagai bahan
bacaan dan referensi dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada para
lansia dengan Gangguan Sistem Penglihatan Katarak
4. Manfaat bagi penulis diharapkan hasil penulisan laporan ini sebagai
pengalaman langsung tentang Asuhan Keperawatan pada Ny. T dengan
Gangguan Sistem Penglihatan Katarak di ruang cempaka PSTW 1
Cipayung Jakarta Timur

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Katarak

2.1.1 Defenisi

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya (Ilyas,
2008). Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum
kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003)
5

Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan
lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi pada
semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).

2.1.2 Anatomi Fisiologi

Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm, yang
terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan. Kuat dan
tidak elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan bentuk bola mata dan
memberikan proteksi terhadap bangunan - bangunan halus dibawahnya.

Didalam mata ada 3 lapisan yaitu :

1. Lapisan luar, yang terdiri dari :

o Sclera
o Kornea

2. Lapisan tengah, yang terdiri dari :

o Koroid
o Badan (korpus) siliare
o Iris

3. Lapisan dalam, yang terdiri dari :

o Retina
o Fundus optic ,Lensa dan Badan vitreus

Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat memutar bola mata
pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan mata. Pergerakan mata yang
terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan untuk smemungkinkan fovea sentralis
pada masing - masing mata untuk menerima gambaran pada waktu yang
sama.gambaran berfokus dari fovea masing - masing mata, ditranmisikan ke area optic
darikorteks serebri, tempat otak menginterpretasikan dua gambaran sebagai suatu
gambaran (Istiqomah, 2003).

2.1.3 Etiologi Katarak


6

Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :

1. Fisik
2. Kimia
3. Penyakit predisposisi
4. Genetik dan gangguan perkembangan
5. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
6. Usia

(Tamsuri, 2008)

2.1.4 Klasifikasi Katarak

Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1 tahun.
2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun

Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :

1. Katarak traumatika
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul
maupun tajam. Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata
(katarak monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X,
Radioaktif, dan benda asing.
2. Katarak toksika
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia
tertentu. Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti
kortikosteroid dan chlorpromazine.
3. Katarak komplikata
terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai itu, katarak ini
juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus,
hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan miopia
atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.

Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :

1. Katarak insipient
Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak
bercak kekeruhan yang tidak teratur.
2. Katarak imatur
7

Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan


terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi
dangkal.
3. Katarak matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan
lensa.
4. Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat
mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa (Tamsuri,
2008).

2.1.5 Manifestasi Klinis Katarak

Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya pasien


mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional
sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan. Temuan
objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga
retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.

Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi
bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak
kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun -
tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun
tak akan mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).

2.1.6 Komplikasi

Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami


penyakit katarak adalah sebagai berikut :

1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,
sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.
2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga
mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003).

2.1.7. Pemeriksaan Diagnostik


8

1. Uji mata
2. Keratometri
3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis
4. A-scan ultrasound (echography)
5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya
bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth, 2001).

2.1.8. Penatalaksanaan

Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan
laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru
yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar
melalui kanula.

Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai
ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka penanganan
biasanya konservatif. Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari - hari
pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja,
ambulasi, dan lain - lain, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling
cocok bagi masing - masing penderita.

Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk


bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang
terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi. Pembedahan katarak
adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun
keatas. Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesia local (retrobulbar atau
peribulbar, yang dapat mengimobilisasi mata). Obat penghilang cemas dapat diberikan
untuk mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan dengan draping bedah.

Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak :


ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya
penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang
menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain,
seperti retinopati diabetika (Suddarth, 2001).

2.2 Asuhan Keperawatan

2.2.1. Pengkajian
9

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien(Nursalam, 2001)

` Adapun data-data dari pengkajian Katarak adalah:

a. Aktivitas /Istirahat : Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas biasanya/ hobi


sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b. Makanan/cairan : Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut)
c. Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas),sinar
terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,
kesulitan memfokus kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,
kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Dan tandanya ytaitu
Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), Pupil menyepit ddan
merah/mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat),dan Peningkatan air
mata.
d. Nyeri/Kenyamanan : Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata berair
(glaukoma kronis), Nyeri tiba tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar
mata, sakit kepala (glaukoma akut).
e. Penyuluhan / Pembelajaran : Gejala yaitu Riwayat keluarga glaukoma, diabetes,
gangguan sistem vaskuler, Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh
peningkatan tekanan vena), dan ketidakseimbangan endokrin, diabetes
(glaukoma).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon


manusia ( status kesehatan dan resiko perubahan sosial) dari individu atau kelompok.
Dimana perawat secara kontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberi intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan , menurunkan,membatasi, mencegah dan
merubah (Nursalam, 2001)

Menurut Doenges Marylin diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien dengan
penyakit katarak adalah:

1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan intraokuler,


kehilangan vitreous.
10

2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).
3. Gangguan sensori-perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan
sensori/status organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d menurunnya
ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap
rangsang.s
4. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi, prognosis, pengobatan
b/d tidak mengenal sumber informasi , salah interprestasi informasi, keterbatasan
kognitif.

2.2.3. Perencanaan

Perencanaan adalah meliputi perkembangan strategi desain untuk mencegah,


mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diindetifikasi pada diagnosa
keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan
menyimpulkan rencana dokumentasi(Nursalam,2001).

Menurut Doengoes Intervensi yang dilakukan pada pasien katarak adalah:

Diagnosa Keperawatan 1

Intervensi:

Mandiri:

o Diskusi apa yang terjadi pada pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas,
penampilan, balutan mata.
Rasional : Membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkankerja sama dalam
pembatasan yang diperlukan.
o Beri pasien posis bersandar, kepala tinggi, atau mirng ke sisi yang tak sakit sesuai
keinginan.
Rasional : Istirahat hanya beberapa menit sampai beberapa jam pada bedah rawat
jalan atau menginap semalam bila terjadi komplikasi. Menurunkan tekanan pada
mata yang sakit, meminimalkan resiko perdarahan atau stres pada jahitan terbuka.
o Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata ,
membongkok.
Rasional : Menurunkan stres pada area operasi/menurunkan TIO
o Ambulasi dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anestesi.
Rasional : Memerlukan sedikit regangan dari pada penggunaan pispot, yang dapat
meningkatkan TIO.
o Dorong nafas dalam, batuk untuk bersihan paru.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan koping, menurunkan TIO.
11

o Anjurkan menggunakan teknik manajemen stres contoh, bimbingan imajinasi,


visualisasi, nafas dalam dan latihan relaksasi.
Rasional : Digunakan untuk melindungi dari cedera kecelakaan dan menurunkan
gerakan mata
o Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.
Rasional : Ketidak nyamanan mungkin karena prosedur pembedahan; nyeri akut
menunjukkan TIO ddan/atau perdarahan, terjadi karena regangan atau tak diketahui
penyebabnya (jaringan sembuh banyak vaskularisasi, dan kapiler sangat rentan).
o Minta pasien untuk membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri mata tajam
tiba-tiba. Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan. Observasi hifema
(perdarahan pada mata) pada mata dengan senter sesuai indikasi.
Rasional : Menunjukkan proplaps iris atau ruptur luka disebabkan oleh kerusakan
jahitan atau tekanan mata.
o Observasi pembengkakan luka, bilik anterior kempes, pupil berbentuk buah pir.
Rasional : Mual/muntah dapat meningkatkan TIO, memerlukan tindakan segera
untuk mencegah cedera okuler

Kolaborasi:

o Berikan obat sesuai indikasi dokter :


Antiemetik, contoh proklorperazin (Compazine)
Rasional : Diberikan untuk menurunkan TIO bila terjadi peningkatan.
Membatasi kerja enzim pada produksi akueus humor.
Beri obat sesuai indikasi: Asetazolamin (Diamox).
Rasional : Diberikan untuk melumpuhkan otot siliar untuk dilatasi dan istirahat
iris setelah pembedahan bila lensa tidak terganggu.
Analgesik, contoh Empirin dengan kodein, asetaminofen (Tyenol).
Rasional : Digunakan untuk ketidaknyamanan ringan, meningkatkan istirahat/
mencegah gelisah, yang dapat mempengaruhi TIO.

Diagnosa Keperawatan 2

Intervensi

Mandiri:

o Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati mata.


Rasional : Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area
operasi.
12

o Gunakan /tunjukan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam keluar
dengan tisu basah/ bola kapas untuk tiap usap, ganti balutan , dan masukan lensa
kontak bila menggunakan.
Rasional : Teknik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi
silang.
o Tekankan pentingnya tidak menyentuh /menggaruk mata yang dioperasi.
Rasional : Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi.
o Observasi /diskusikan tanda terjadinya infeksi contoh kemerahan , kelopak
bengkak , drainase purulen. Indentifikasi tindakan kewaspadaan bila terjadi ISK.
Rasional : Infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur dan memerlukan upaya
intervensi. Adanya ISK meningkatkan kontaminasi silang.

Kolaborasi:

Beri obat sesuai indikasi:

o Antibiotik (topikal , parenteral, atau subkonjungtival).


Rasional : Sediakan topikal diguna setelah profilaksis, dimana terapi lebih agresif
diperlukan bila terjadi infeksi.catatan: Steriod mungkin ditambahkan pada
antibiotik topikal bila pasien mengalami implantasi IOL.
o Streoid.
Rasional : Digunakan untuk menurunkan inflamasi.

Diagnosa Keperawatan 3

Intervensi

Mandiri

o Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau keduanya terlibat.


Rasional : Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan
penglihatan terjadi lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut
pada laju yang berbeda. Tetapi biasanya hanya saja satu mata diperbaiki per
prosedur.
o Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain diareanya.
Rasional : Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan. Menurunkan
cemas dan disorientasi pascaoperasi.
o Observasi tanda-tanda dan gejala gajala disorientasi ; pertahankan pagar tempat
tidur sampai benar-benar sembuh dari anestesia.
13

Rasional : Terbangun dalam lingkungan yang tidak dikenal dan mengalami


keterbataasan penglihatan dapat mengakibatkan bingung pada orang tua.
Menurunkan resiko jatuh bila pasien bingung/ tak kenal ukuran tempat tidur.
o Pendengkatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dan menyentuh sering; dorong
orang terdekat tinggal dengan pasien.
Rasional : Memberi rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan
bingung.
o Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat
terjadi bila menggunakan tetes mata.
Rasional : Gangguan penglihatan/ iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan
mata tetapi secara bertahap menurun dengan penggunaan.catatan: iritasi lokal harus
dilaporkan ke dokter, tetapi jangan hentikan penggunaan obat sementara.
o Ingatkan pasien bila menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar
kurang lebih 25%, penglihatan perifer hilang , dan buta titik mungkin ada.
Rasional : Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan
bingung, penglihatan/ meningkatkan risiko cedera sampai pasien belajar untuk
mengkompensasi.
o Letakkan barang yang dibutuhkan /posisi bel pemanggil dalam jangkauan pada sisi
yang tak dioperasi.
Rasional : Memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan
panggilan untuk pertolongan bila diperlukan.

Diagnosa Keperawatan 4

Intervensi

Mandiri:

o Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis tipe prosedur/lensa.


Rasional : Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dengan
program pascaoperasi.
o Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin, beritahu untuk melaporkan
penglihatan berawan.
Rasional : Pengawasan periodik menurunkan risiko komplikasi serius. Pada
beberapa pasien kapsul posterior dapat menebal atau menjadi berkabut dalam 2
minggu sampai beberapa tahun pascaoperasi, memerlukan terapi laser untuk
memperbaiki defisit penglihatan.
o Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
Rasional : Dapat bereaksi silang/campur dengan obat yang diberikan.
14

o Diskusikan kemungkinan efek/ interaksi antara obat mata dan masalah medis
pasien, contoh peningkatan hipertensi,PPOM, diabetes. Ajarkan metode yang tepat
memasukkan obat tetes untuk meminimalkan efek sistemik.
Rasional : Penggunaan obat mata topiukal, contoh agen simpatomimetik , penyekat
beta ,dan agen antikolinergik dapat menyebabkan TD meningkat pada pasien
hipertensi;pencetus dispenea pada pasien PPOM; gejala krisis hipoglikemik pada
diabetes tergantung pada insulin. Tindakan benar dapat membatasi absorpsi dalam
sirkulasi sistemik, meminimalkan masalah seperti interaksi obat dan efek sistemik
tak diinginkan.
o Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip; mengangkat berat, mengejan
saat defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung; penggunaan sprei,
bedak bubuk, merokok (sendiri/orang lain).
Rasional : Aktivitas yang menyebabkan mata lelah /regang, manuver Valsava ,atau
meningkatkan TIO dapat mempengaruhi hasil bedah dan mencetus pendarahan.
Catatan: Iritasi pernapasan yang menyebabkan batuk/bersin dapat meningkatkan
TIO.
o Dorong aktivitas pengalih seperti mendengar radio, berbincang-bincang, menonton
televisi.
Rasional : Memberikan masukan sensori, mempertahankan rasa normalitas, melalui
waktu lebih mudah bila tak mampu menggunakan penglihatan secara penuh.
Catatan:menonton televisi frekuensi sedang menuntut sedikit gerakan mata dan
sedikit menimbulkan stres dibanding membaca.
o Anjurkan pasien memeriksa ke dokter tentang aktivitas seksual.
Rasional : Dapat meningkatkan TIO, menyebabkan cedera kecelakaan pada mata.
o Tekankan kebutuhan untuk menggunakan kaca pelindung selama hari
pembedahan / penutup pada malam.
Rasional : Mencegah cedera kecelakaan pada mata dan menurunkan risiko
peningkatan TIO sehubungan dengan berkedip atau posisi kepala.
o Anjurkan pasien tidur telentang, mengatur intensitas lampu dan menggunakan
kacamata gelap bila keluar / dalam ruangan terang, keramas dengan kepala
belakang (bukan kedepan), batuk dengan mulut/mata terbuka.
Rasional : Mencegah cedera kecelakaan pada mata.
o Anjurkan mengatur posisi pintu sehingga mereka terbuka atau tertutup penuh;
pindahkan perabot dari lalu lalang jalan.
Rasional : Menurunkan penglihatan perifer atau gangguan kedalaman persepsi
dapat menyebabkan pasien jalan kedalam pintu yang terbuka sebagian atau
menabrak perabot.
15

o Dorong pemasukan cairan adekuat, makan berserat/kasar; gunakan pelunak feses


yanbg dijual bebas, bila diindikasikan.
Rasional : Mempertahankan konsistensi feses untuk menghindari mengejan.
o Identifikasi tanda/ gejala memerlukan upaya evaluasi medis, contoh nyeri tajam
tiba-tiba, penurunan penglihatan , kelopak bengkak, drainase purulen, kemerahan,
mata berair, fotofobia.
Rasional :Intervensi dini dapat mencegah terjadinya komplikasi serius,
kemungkinan kehilangan penglihatan.

2.2.4 Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (Nursalam, 2001).

Diagnosa Keperawatan 1

o Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.


o Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor risiko dan
untuk melindungi diri dari cedera.
o Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.

Diagnosa Keperawatan 2

o Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen, eritema,


dan demam.
o Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah /menurunkan risiko infeksi.

Diagnosa Keperawatan 3

o Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.


o Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
o Mengidentifikasi/ memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.

Diagnosa Keperawatan 4

o Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan.


o Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan
16

BAB III

TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN

Tanggal pengkajian : 03 April - 2017

A. Data Biografi
Nama : Ny. T
JK : Perempuan
Tempat & Tanggal lahir : jakarta / usia 67 tahun
Gol. Darah :O
Pendidikan terakhir : tamat SMP
Agama : islam
Status perkawinan : menikah
TB/BB : 145cm / 40kg
Penampilan : klien tampak kulit sudah keriput, warna rambut
putih dan hitam, berjalan tertatih, kedua bola mata
keruh dan putih, kurang merawat diri tampak acak
acakan, kuku panjang dan kotor
Ciri ciri tubuh : tua, postur tubuh kecil dan pendek
Alamat : ruang cempaka
17

Telp : tak ada


Orang yang dekat dihubungi : petugas setempat, klien tak memiliki keluarga
yang bisa dihubungi
Hubungan dengan usila : tak ada
Alamat : tak ada
Telp : tak ada

B. Riwayat keluarga

Genogram

C. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : tak ada
Alamat pekerjaan : tak ada
Berapa jarak dari rumah : - km
Alat transportasi : tak ada
Pekerjaan sebelumnya : ibu rumah tangga
Berapa jarak dari rumah : - km ( klien sudah lupa )
Alat transportasi : angkot
Sumber sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan :
Kondisi tempat tinggal : rumah kontrakan
Jumlah orang yang tinggal di rumah : sebelumnya klien tinggal bersama
suami dan anaknya, anaknya sudah menikah dan tak lagi dijakarta.
Suaminya sudah meninggal karena usia yang sudah tua, klien diantar
oleh lurah ke panti
Derajat privasi : tak ada
Tetangga terdekat : (klien sudah lupa)
Alamat/ telepon : tak ada
D. Riwayat Rekreasi
a. Hobi / minat : tidak ada
b. Keanggotaan organisasi : mengikuti kegiatan posyandu lansia
c. Kegiatan keagamaan : tidak ada
18

d. Liburan / perjalanan : klien jarang bepergian jauh

E. Sumber / Sistem Pendukung Yang Digunakan


Klien mengatakan apabila sakit biasanya klien sering berobat di Puskemas dan
kontrol kesehatan tiap bulan di klinik panti
F. Status Kesehatan Saat Ini

a. Keluhan kesehatan utama : Klien mengeluh batuk pilek


Riwayat penyakit sekarang:
Klien mengatakan tidak mengeluh apa-apa, hanya saja batuk pilek yang sudah 2
hari diderita cukup mengganggu aktifitasnya.
b. Pengetahuan/pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan:
Klien mengatakan Kalau mata saya sudah mulai kabur saya hanya membiarkan
saja rasa kabur tersebut dan tidak memberikan obat apapun

G. Obat-Obatan
Nama : protexinal, dasabion dan OBH batuk
Dosis : 3x1 sehari
Bagaimana / kapan menggunakannya : Diminum pagi,siang dan sore hari
H. Alergi
Klien mengatakan memiliki alergi terhadap debu.
I. Status Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit serius / kronik :
Klien mengatakan tidak pernah memiliki riwayat katarak, dulu klien mengeluh
sering mudah lelah pada penglihatan. Dulu klien pernah memeriksakan diri ke
dokter dan dinyatakan mempunyai katarak.
b. Perawatan di RS:
Klien mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit
c. Operasi :
Klien mengatakan tidak pernah melakukan operasi apapun

J. Status Fisiologis
a. Bagaimana postur tulang belakang lansia:
Kifosis (membungkuk)
19

b. Tanda-tanda vital dan keadaan umum:


Keadaan umum : Cukup
Tingkat kesadaran : Composmentis
Suhu : 36,3 0C
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
Respirasi : 20x/menit
Tinggi badan : 147 cm
BB:58 kg : Naik : - kg Turun : 2 kg

K. Pengkajian Head To Toe


1. Kepala
a. Kebersihan : Bersih
b. Kerontokan rambut : Tidak ada
c. Warna : Putih
d. Keluhan : Tidak ada
2. Mata
a. Penglihatan : Penglihatan menurun dibuktikan dengan klien tidak
bisa membaca tulisan kecil dengan jelas jika tidak
memakai kacamata
b. Riwayat katarak : Tidak
c. Pandangan kabur : Ya
d. Nyeri tekan : Tidak
e. Keluhan : Klien mengatakan penglihatan saya kabur apalagi
kalau melihat orang dari jarak jauh dan juga saat
melihat tulisan Saya tidak bisa membaca kalau tidak
pakai kacamata
f. Penggunaan kacamata : Ya

3. Hidung

a. Bentuk : Simetris
b. Peradangan : Tidak ada
c. Penciuman : Tidak terganggu
d. Nyeri tekan : Tidak
20

g. Keluhan : Tidak ada


4. Mulut dan tenggorokan
a. Kebersihan : Baik
b. Peradangan/stomatitis : Tidak
c. Gigi geligi : Ompong
d. Radang gusi : Tidak
e. Lesi : Tidak ada
f. Kesulitan mengunyah : Ya
g. Kesulitan menelan : Tidak
h. Keluhan : Jika makan-makanan yang keras klien tidak bisa
mengunyah
5. Telinga
a. Kebersihan : Bersih
b. Peradangan : Tidak
c. Pendengaran : Terganggu ketika diajak berbicara dengan volume
suara yang pelan kadang klien tidak bisa mendengar
pertanyaan yang diajukan oleh perawat sehingga
perawat harus mengulangi pertanyaan dengan volume
suara agak keras dan sedikit mendekat kepada klien.
6. Leher
a. Kaku kuduk : Tidak ada
b. Nyeri tekan : Tidak
e. Benjolan/massa : tidak ada
d. Keluhan : Tidak ada
7. Dada
a. Bentuk dada : Normal chest
b. Retraksi : Tidak
c. Keluhan : Tidak ada
8. Abdomen
a. Bentuk : Distend
b. Nyeri tekan : Tidak
c. Supel : Ya
d. Bising usus : Ada frekwensi 18 kali/menit
e. Massa : Tidak ada
21

f. Keluhan : Tidak ada


9. Genetalia
a. Kebersihan : Tidak terkaji
b. Haemoroid : Tidak ada
c. Keluhan : Tidak ada
10. Ekstremitas
a. Postur tubuh : Membungkuk/lordosis
b. Rentang gerak : Maksimal
c. Deformitas : Tidak
d. Tremor :Tidak
e. Nyeri : Iya, pada lutut dan pinggang
f. Pembengkakan sendi : Tidak
g. Penggunaan alat bantu :Tidak
h. Refleks
Area Kanan Kiri
Biceps + +
Triceps + +
Knee + +
Achiles + +
Keterangan:
Refleks +: normal
Refleks -: menurun/meningkat
11. Integumen
a. Kebersihan : Baik
b. Warna : Tidak
c. Kelembaban : Lembab
d. Lesi : Tidak ada
e. Turgor : 2 detik
f. Akral : Hangat
g. Pruritus : Tidak ada
h. Perubahan tekstur : Tidak
i. Perubahan tekstur : Tidak
g. Gangguan pada kulit : Tidak ada
12. Hasil Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar asam urat : 2,2 mg/dl
22

b. kadar gula darah : 80 mg/dl


c. GDS : 150 mg/dl
L. Pengkajian Keseimbangan Untuk Lansia
A. Pengkajian Posisi Dan Keseimbangan (Sullivan)
No Tes koordinasi Keterangan Nilai
1 Berdiri dengan postur normal 3
2 Berdiri dengan postur normal, menutup mata 3
3 Berdiri dengan kaki rapat 3
4 Berdiri dengan satu kaki 3
5 Berdiri, fleksi trunk dan berdiri ke posisi netral 3
6 Berdiri, lateral dan fleksi trunk 3
7 Berjalan, tempatkan tumit salah satu kaki didepan 3
jari kaki yang lain
8 Berjalan sepanjang garis lurus 3
9 Berjalan mengikuti tanda gambar pada lantai 3
10 Berjalan menyamping 3
11 Berjalan mundur 3
12 Berjalan mengikuti lingkaran 3
13 Berjalan pada tumit 2
14 Berjalan dengan ujung kaki 2
Jumlah 40
Keterangan

4 : mampu melakukan aktifitas dengan lengkap


3: mampu melakukan aktifitas dengan bantuan
2 : mampu melakukan aktifitas dengan bantuan maksimal
1 : tidak mampu melakukan aktifitas

Nilai
42-54 : mampu melakukan aktifitas
28-41 : mampu melakukan sedikit bantuan
14-27 : mampu melakukan bantuan maksimal
14 : tidak mampu melakukan

Kesimpulan: Pada pengkajian posisi dan keseimbangan didapatkan nilai 40 yang


artinya klien mampu melakukan aktifitas dengan bantuan
M. Pengkajian Psikososial
1. Hubungan dengan orang lain:
(1) Tidak dikenal
23

(2) Sebatas kenal


(3) Mampu berinteraksi
(4) Mampu kerjasama
2. Kebiasaan lansia berinteraksi dengan tetangga:
(1) Sering
(2) Jarang
(3) Tidak pernah
3. Stabilitas emosi:
(1) Labil
(2) Stabil
(3) Iritabel
(4) Datar
N. Pengkajian Fungsional Lansia
1. Aktivitas kehidupan sehari-hari
Katz indeks aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL)
A : Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian,
dan mandi.
B : Kemandirian dalam semua hal, kecuali satu dari fungsi tersebut.
C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.
D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi
tambahan.
E : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, dan
satu fungsi tambahan.
F : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil,
berpindah, dan satu fungsi tambahan.
G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.
Lain-lain: Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan
sebagai C, D, E, atau F.

Kesimpulan : Indek Katz klien adalah A yang artinya klien mandiri dalam hal
makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian, dan mandi

2. Masalah emosional
a. Pertanyaan tahap 1
24

(1) Apakah klien mengalami susah tidur


(2) Ada masalah atau banyak pikiran
(3) Apakah klien murung atau menangis sendiri
(4) Apakah klien sering was-was atau kuatir
Lanjutkan pertanyaan tahap 2 jika jawaban
ya 1 atau lebih.
b. Pertanyaan tahap 2
(1) Keluhan >3 bulan/>1 bulan 1 kali dalam satu bulan
(2) Ada masalah atau banyak pikiran
(3) Ada gangguan atau masalah dengan orang lain
(4) Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter
(5) Cenderung mengurung diri
>1 atau = 1 jawaban ya, maka ada masalah
gangguan emosional.
Gangguan emosional

Kesimpulan:
Pada pertanyaan tahap 1 klien tidak mengalami kesulitan tidur, banyak pikiran, ataupun
murung, sehinnga masalah emosional klien baik.
3. Tingkat kerusakan intelektual
a. SPMSQ (short portable mental status quesioner).
Ajukan beberapa pertanyaan pada daftar dibawah ini:

Benar Salah Nomor Pertanyaan


1 Tanggal berapa hari ini ? 03
2 Hari apa sekarang ? senin
3 Apa nama tempat ini ? Rumah
4 Dimana alamat anda ? Jakarta
5 Berapa umur anda ? 75
6 Kapan anda lahir ? 1942
7 Siapa presiden Indonesia ? Jokowi
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ? ----
9 Siapa nama ibu anda ? Suningsih
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru, secara menurun.
20-3= 17
25

17-3= 14
14-3= 11
JUMLAH B= 7 S= 3

Interpretasi:
Salah 0 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat

Kesimpulan: Dari 10 pertanyaan yang diajukan kien dapat menjawab 7 pertanyaan.


Sehingga kesimpulannya fungsi intelektual klien utuh.

O. Identifikasi Aspek Kognitif


a. MMSE (Mini Mental Status Exam)
No Aspek Kognitif Nilai Maksimal Nilai Kriteria
Klien
1 Orientasi 5 4 Menyebutkan dengan benar
Tahun : 2017
Musim : Hujan
Tanggal: 03
Hari : senin
Bulan : april
2 Orientasi 5 4 Dimana sekarang kita berada?
Negara : Indonesia
Propinsi: DKI Jakarta
Kabupaten/kota: Jakarta Timur
Kelurahan: Cipayung
Gang : --
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal:
kursi, meja, kertas), kemudian
ditanyakan kepada klien,
menjawab:
a. kursi
b. meja
26

c. kertas
4 Perhatian dan 5 2 Meminta klien berhitung mulai
kalkulasi dari 100 kemudian kurangi 7
sampai 5 tingkat.
Jawaban:
1. 93
2. 86
3. 79
4. 72
5. 65
5 Mengingat 3 1 Minta klien untuk mengulangi
ketiga obyek pada poin ke 2 (tiap
poin nilai 1).
a. Kursi
b. Meja
c. Kertas
6 Bahasa 9 1 a. Menanyakan pada
klien tentang benda (sambil
menunjukan benda tersebut):
Lantai
2 b. Minta klien untuk
mengulangi kata berikut:
tidak ada, dan, jika/ tetapi
3 c. Minta klien untuk
mengikuti perintah berikut
yang terdiri 3 langkah:
1. Ambil kertas ditangan
anda
2. Lipat dua
3. Taruh di lantai
1 d. Perintahkan pada
klien untuk hal berikut (bila
aktifitas sesuai perintah nilai
satu poin).
27

0 tutup mata anda


e. Perintahkan
kepada klien untuk menulis
kalimat dan menyalin
gambar.
Klien dapat menulis
Total nilai 30 22
Interpretasi hasil :

24 30 : tidak ada gangguan kognitif


18 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat

Kesimpulan:
Dari ke 6 poin yang diajukan, klien mendapatkan skor 30 yang artinya klien tidak
memiliki gangguan kognitif.

b. Inventaris Depresi Beck (IDB)


Skor Pernyataan
A. (Kesedihan):
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tidak dapat menghadapinya.
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya.
1 Saya merasa sedih atau galau.
0 Saya tidak merasa sedih.
B. (Pesimisme):
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat
membaik.
2 Saya merasa saya tidak mempuyai apa-apa untuk memandang ke depan.
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan.
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil tentang masa depan.

C. (Rasa kegagalan):
3 Saya merasa saya benar-benar gagal sebagai seseorang (orang tua, suami, istri).
2 Seperti melihat ke belakang hidup saya, semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan.
28

1 Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada umumnya.


0 Saya tidak merasa gagal.

D. (Ketidakpuasan):
3 Saya tidak puas dengan segalanya.
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun.
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan.
0 Saya tidak merasa tidak puas.

E. (rasa bersalah):
3 Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tidak berharga.
Saya merasa sangat bersalah.
2 Saya merasa buruk atau tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik.
1 Saya tidak merasa benar-benar bersalah.
0
F. (Tidak menyukai diri sendiri):
Saya benci diri saya sendiri.
3 Saya muak dengan diri saya sendiri.
2 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri.
1 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri.
0 G. (Membahayakan diri sendiri):
Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan.
3 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri.
2 Saya merasa lebih mati.
1 Saya tidak mempunyai pikiran mengenai membahayakan diri sendiri.
0
H. (Menarik diri dari sosial):
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli pada
mereka semua.
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka.
2 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya.
Saya tidak kehilangan minat pada orang lain.
29

1
0 I. (Keragu-raguan):
Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali.
Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan.
3 Saya berusaha mengambil keputusan.
2 Saya membuat keputusan yang baik.
1
0 J. (Perubahan gambaran diri):
Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan.
Saya merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan saya, dan
3 ini membuat saya tidak menarik.
2 Saya kuatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik.
Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya.
1
0 K. (Kesulitan kerja):
Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali.
Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu.
Ini memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan sesuatu.
3 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya.
2
L. (Keletihan):
1 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu.
0 Saya lelah untuk melakukan sesuatu.
Saya lelah lebih dari yang biasanya.
Saya tidak lebih lelah dari biasanya.
3
2 M. (Anoreksia):
1 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali.
0 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang.
Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya.
Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.
3
2
30

1
0
Penilaian:
0-4 Depresi tidak ada atau minimal.
5-7 Depresi ringan.
8-15 Depresi sedang.
16 Depresi berat.

Kesimpulan:
Dari beberapa pertanyaan di atas tentang depresi didapatkan nilai 2 yang artinya klien
tidak mengalami depresi atau depresi minimal.

P. Identifikasi Aspek Fungsi Sosial


a. APGAR Keluarga
1. Saya puas bisa kembali pada keluarga saya untuk membantu pada waktu ada
sesuatu yang menyusahkan saya. (adaptasi) = selalu (2)
2. Saya puas dengan cara keluarga saya membicarakan sesuatu dan
mengungkapkan masalah dengan saya. (hubungan) = hampir tidak pernah (0)
3. Saya puas bahwa keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas. (pertumbuhan) = selalu (2)
4. Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan afek dan berespon
terhadap emosi saya, seperti marah, sedih, atau mencintai. (afek) = kadang-kadang
(1)
5. Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya menyediakan waktu bersama-
sama = selalu (2)

Penilaian:
Pernyataan yang dijawab: selalu (poin 2), kadang-kadang (poin 1), hampir tidak pernah
(poin 0).
Nilai <3: disfungsi keluarga sangat tinggi.
4-6: disfungsi keluarga sedang.

Kesimpulan:
31

Skor APGAR keluarga yang didapatkan klien yaitu 7 yang artinya tidak ada disfungsi
keluarga.

Q. Pengkajian Perilaku Terhadap Kesehatan


1.Kebiasaan merokok:
(1) > 3 batang sehari
(2) < 3 batang sehari
(3) Tidak merokok
2. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari:
a. Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi
1. Frekwensi makan
(1) 1 kali sehari
(2) 2 kali sehari
(3) 3 kali sehari
(4) Tidak teratur
2. Jumlah makanan yang dihabiskan
(1) 1 porsi dihabis
(2) porsi yang dihabiskan
(3) < porsi yang dihabiskan
(4) Lain-lain
3. Makanan tambahan
(1) Dihabiskan
(2) Tidak dihabiskan
(3) Kadang-kadang dihabiskan

b. Pola pemenuhan cairan


1. Frekwensi minum
(1) < 3 gelas sehari
(2) > 3 gelang sehari
2. Jika jawaban < 3 gelas sehari, alasan
(1) Takut kencing malam hari
(2) Tidak haus
(3) Persediaan air minum terbatas
(4) Kebiasaan minum sedikit
32

3. Jenis Minuman
(1) Air putih (2) Teh(3) Kopi (4) susu
(5) lainnya, jelaskan

c. Pola kebiasaan tidur


1. Jumlah waktu tidur
(1) <4 jam (2) 4-6 jam (3) >6 jam
Keluhan: Tidak ada
2. Gangguan tidur berupa
(1) Insomnia (2) Sering terbangun
(3) Sulit mengawali (4) Tidak ada gangguan
3. Penggunaan waktu luang ketika tidak tidur
(1) Santai (2) Diam saja
(3) Ketrampilan (4) Kegiatan keagamaan

d. Pola eliminasi BAB


1. Frekwensi BAB
(1) 1 kali sehari
(2) 2 kali sehari
(3) Lainnya, jelaskan .........
2. Konsisitensi
(1) Encer (2) Keras (3) Lembek (4) Padat
3. Gangguan BAB
(1) Inkontinensia alvi
(2) Konstipasi
(3) Diare
(4) Tidak ada

e. Pola BAK
1. Frekwensi BAK
(1) 1 3 kali sehari
(2) 4 6 kali sehari
(3) > 6 kali sehari
2. Warna urine
33

(1) Kuning jernih


(2) Putih jernih
(3) Kuning keruh
3. Gangguan BAK
(1) Inkontinensia urine
(2) Retensi urine
(3) Lainnya, jelaskan
f. Pola aktifitas
1. Kegiatan produktif lansia yang sering dilakukan
(1) Membantu kegiatan dapur
(2) Berkebun
(3) Pekerjaan rumah tangga
(4) Ketrampilan tangan
2. Pola pemenuhan kebersihan diri mandi
(1) 1 kali sehari
(2) 2 kali sehari
(3) 3 kali sehari
(4) < 1 kali sehari
3. Memakai sabun
(1) ya (2) tidak
4. Sikat gigi
(1) 1 kali sehari
(2) 2 kali sehari
(3) Tidak pernah, alasan karena sudah tidak ada giginya
5. Menggunakan pasta gigi
(1) ya (2) tidak
6. Kebiasaan berganti pakaian bersih
(1) 1 kali sehari
(2) > 1 kali sehari
(3) Tidak ganti
6. Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
34

Nama Pasien: NY.T Tanggal: 03 April 2017

Aktifitas Score

Makan 0 5 10
0 = Bantuan penuh
5 = Bantuan untuk memotong, mengoles mentega, modifikasi diet
10 = independent

Mandi 0 5
0 = Menbutuhkan bantuan
5 = independent (menggunakan shower)

Berdandan 0 5
0 = Perlu bantuan
5 = independent berbedak/menyisir/gosok gigi/mencukur

Memasang Baju 0 5 10
0 = Dengan bantuan
5 = Dengan bantuan 50%
10 = independent (mengancing baju, restleting)

Buang Hajat (buang air besar) 0 5 10


0 = incontinensia Alvy (menggunakan barium enema)
5 = Kadang tidak tertahan (tid
10 = Dapat mengontrol

Buang Air Kecil 0 5 10


0 = Menggunakan kateter
5 = Kadang ngompol
10 = Bisa mengontrol

Ke Toilet 0 5 10
0 = Butuh Bantuan Penuh
5 = Butuh Bantuan 50%
10 = independent (menghidupkan, dressing, wiping)

Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur 0 5 10 15


0 = Bantuan penuh
5 = Saat berpindah membutuhkan 2 orang untuk membantu
35

10 = Bantuan minimal 1 orang


15 = independent

Berjalan di jalan yang datar 0 5 10 15


0 = immobilisasi atau < 50 yards
5 = Selalu menggunakan kursi roda
10 = Berjalan dengan bantuan 1 orang> 50 yards
15 = independent (but may use any aid; for example, stick) > 50 yards

Naik tangga 0 5 10
0 = Tidak bisa
5 = Membutuhkan bantuan
10 = independent

TOTAL (0 - 100) 100

Interpretasi hasil:
0 20 : Ketergantungan penuh
21 61 : Ketergantungan berat/sangat tergantung
62 90 : Ketergantungan moderat
91 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri

Kesimpulan: Skor indeks barthel klien yaitu 100 yang artinya klien mandiri dalam
memenuhi aktivitasnya sehari-hari
R. Pengkajian Lingkungan
A. Pemukiman
1. Luas bangunan:-
2. Bentuk bangunan:
(1) Rumah (2) Petak (3) Asrama (4) Paviliun
3. Jenis bangunan:
(1) Permanen (2) Semi permanen (3) Non permanen
4. Atap rumah
(1) Genting (2) Seng (3) Ijuk (4) Kayu
(5) Asbes
5. Dinding
36

(1) Tembok (2) Kayu (3) Bambu (4) Lainya


6. Lantai
(1) Semen (2) Tegel (3) Keramik (4) Tanah
(5) Lainnya ...............
7. Kebersihan lantai
(1) Bersih dan tidak licin(2) Kurang
8. Lantai kamar mandi
(1) Licin (2) Tidak licin
9. Ventilasi
(1) < 15% luas lantai (2) 15% luas lantai
9. Pencahayaan
(1) Baik
(2) Kurang, Jelaskan: Pencahayaan dalam rumah kurang, sehingga terlihat gelap
pada siang hari. Pada malam hari di bagian dalam rumah hanya diterangi oleh lampu
5 watt
Lantai rumah bersih dan tidak licin namun lantai kamar mandi sedikit licin.
10. Pengaturan penataan perabot
(1) Baik (2) Kurang
11. Kelengkapan alat rumah tangga
(1) Lengkap (2) Tidak lengkap, Jelaskan
S. Sanitasi
1. Penyediaan air bersih (MCK):
(1) PDAM (2) Sumur (3) Mata air (4) Sungai
(5) Lainnya
2. Penyediaan air minum
(1) Air rebus sendiri (2) Beli (aqua) (3) Air biasa tanpa rebus
3. Pengelolaan jamban
(1) Bersama (2) Kelompok (3) Pribadi (4) Lainnya.......
4. Jenis jamban :
(1) Leher angsa (2) Cemplung terbuka(3) Cemplung tertutup (4)
Lainnya ......
5. Jarak dengan sumber air
(1) < 10 meter (2) > 10 meter
6. Sarana pembuangan air limbah (SPAL):
37

(1) Lancar (2) Tidak lancar


7. Petugas sampah
(1) Ditimbun (2) Dibakar (3) Daur ulang
(4) Dibuang sembarang tempat (5) Dikelola dinas
8. Polusi udara
(1) Pabrik (2) Rumah tangga (3) Industri (4) Tidak ada
9. Pengelolaan binatang pengerat
(1) Tidak (2) Ya, (*) Dengan racun (*) Dengan
alat
(*) Lainnya ..........
T. FASILITAS
1. Peternakan
(1) Ada (2) Tidak
2. Perikanan
(1) Ada (2) Tidak
3. Sarana olah raga
(1) Ada (2) Tidak Jenis: lapangan olahraga
4. Taman
(1) Ada (2) Tidak
5. Ruang pertemuan
(1) Ada (2) Tidak
6. Sarana hiburan
(1) Ada (2) Tidak
7. Sarana ibadah
(1) Ada (2) Tidak Jenis Masjid

U. Keamanan Dan Transportasi


A. Keamanan
1. Sistem keamanan lingkungan (1) Ada (2) Tidak
2. Penanggulangan kebakaran (1) Ada (2) Tidak
3. Penanggulangan bencana (1) Ada (2) Tidak
B. Transportasi
1. Kondisi jalan masuk
38

(1) Rata (2) Tidak rata (3) Licin


(4) Tidak licin
2. Jenis transportasi yang dimiliki
(1) Mobil (2) Sepeda motor (3) Lainnya
Jumlah 1
C.Komunikasi
1. Sarana komunikasi
(1) Ada (2) Tidak ada
2. Jenis komunikasi yang digunakan dalam panti
(1) Telphon (2) Kotak surat (3) Fax
(4) Handphone
3. Cara penyebaran informasi
(1) Langsung (2) Tidak langsung (3) Lainnya
Tabel Analisa Data

No. Data Etiologi Problem


1 Ds : Klien mengatakan Gangguan Gangguan Presepsi
pandangan tidak jelas, penerimaan sensori/ Sensori : penglihatan
pandangan berkabut. status organ indera
Do : Visus berkurang, penglihatan
penurunan ketajaman
penglihatan, dan terdapat
kekeruhan pada lensa mata. Katarak
2 Ds : Klien mengatakan tidak Penurunan fungsi Defisit perawatan diri
bisa melihat dengan jelas, penglihatan
pandangan kabur.
Do : Klien tidak dapat banyak
bergerak, kondisi tubuh tidak
rapi dan tampak acak - acakan.
3 Ds : Klien mengatakan, tolong Kerusakan fungsi Resiko Jatuh
antar saya ke tempat tidur sensori penglihatan
suster
Do : Klien tampak meminta
tolong, mengulurkan tangan, Kehilangan vitreus
dan tertatih
39

Pandangan kabur

Perdarahan
intraokuler

Diagnosa keperawatan :

1. Gangguan Presepsi Sensori : penglihatan


2. Defisit perawatan diri
3. Resiko jatuh

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN NY. T DENGAN GANGGUAN SISTEM


PENGLIHATAN (KATARAK) DI RUANG CEMPAKA PSTW 1 CIPAYUNG
JAKARTA TIMUR

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Gangguan Setelah dilakukan 1. Tentukan ketajaman 1. Penemuan dan
presepsi sensori tindakan keperawatan penglihatan, penanganan awal
penglihatan selama 2 x 24 jam kemudian catat komplikasi dapat
diharapkan terjadi apakah satu atau dua mengurangi resiko
peningkatan ketajaman mata terlibat dan kerusakan lebih
penglihatan dalam batas observasi tanda lanjut
situasi individu, tanda orientasi
mengenal gangguan
2. Orientasi klien 2. Meningkatkan
sensori dan
terhadap lingkungan keamanan
berkompensasi terhadap
mobilitas dalam
perubahan yang terjadi.
lingkungan
Dengan kriteria hasil :
- Mengenal gangguan 3. Perhatikan tentang 3. Cahaya yang kuat
sensori dan suram atau menyebabkan rasa
berkompensasi penglihatan kabur tidak nyaman
terhadap perubahan atau iritasi mata, setelah penggunaan
disekitar dimana dapat terjadi tetes mata dilator
- Mengidentifikasi / bila menggunakan
memperbaiki tetes mata
40

potensial bahaya 4. Letakkan barang 4. Memudahkan klien


dalam lingkungan yang dibutuhkan untuk menjangkau
didekat klien
2 Resiko jatuh Setelah dilakukan 1. Diskusikan apa yang 1. Kondisi mata post
tindakan keperawatan terjadi tentang operasi
selama 2 x 24 jam kondisi pasca mempengaruhi
diharapkan klien operasi (jika klien visus pasien
mampu memahami pernah dioperasi),
kemungkinan yang bisa nyeri, pembatasan
menyebabkan cedera aktifitas, penampilan
akibat pandangan yang dan penglihatan
kabur. Dengan kriteria 2. Beri posisi 2. Posisi menentukan

hasil : bersandar, kepala kenyamanan klien

- Menunjukkan tinggi atau miring ke

perubahan perilaku, sisi yang tak sakit

pola hidup untuk sesuai keinginan

menurunkan factor pada saat tidur


3. Batasi aktivitas 3. Aktivitas berlebih
resiko dan
seperti mampu
melindungi diri dari
menggerakkan meningkatkan
cidera
- Mengubah kepala tiba tiba, tekanan intraokuler

lingkungan sesuai menggaruk mata, mata

dengan indikasi membongkok

untuk meningkatkan 4. Ambulasi dengan 4. Visus mulai


keamanan bantuan : berkurang, resiko
menyangga untuk ke cedera semakin
kamar mandi/ tinggi
tongkat yang bisa
digunakan saat tak
ada petugas
41

5. Hindarkan klien dari 5. Menurunkan resiko


lantai yang basah terpleset pada saat
pada saat jalan
pembersihan
ruangan
6. Anjurkan klien 6. Mengurangi
untuk selalu minta aktivitas untuk
tolong pada orang menurukan resiko
sekitar untuk cidera
mengambil makan
atau mau mengambil
sesuatu
3 Defisit Setelah dilakukan 1. Bantu klien mandi 1. Lansia dengan
perawatan diri tindakan keperawatan di pagi hari gangguan
selama 2 x 24 jam penglihatan butuh
diharapkan klien dampingan saat
mampu memenuhi mandi di pagi
perawatan diri nya
2. Berikan pakian yang 2. Pakaian yang
Dengan kriteria :
nyaman dan hindari panjang akan
- Penampilan bersih
- Kuku jari tangan jenis pakaian yang membuat klien

dan kaki pendek panjang lewat dari susah berjalan dan


- Klien terlihat segar kaki dapat
menimbulkan
resiko jatuh akibat
tersangkut pada
saat jalan

3. Bantu klien 3. Membantu


memotong kuku jari memotong kuku
tangan dan kaki jari tangan dan
kaki menghidari
resiko luka akbiat
garukan (misal nya
dimata atau
42

dibadan )

4. Bantu klien menyisir 4. Rambut yang rapi


rambut dan dan penggunaan
memakaikan kerudung yang
kerudung benar akan
memberikan
kenyamanan diarea
wajah sehinggan
meminimalisir
gatal di area wajah

CATATAN PERKEMBANGAN PADA NY.T DIRUANG CEMPAKA PSTW 1


CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

Hari Pertama

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


/ Jam Keperawatan petugas
04/ Gangguan 1. Mentukan ketajaman S : klien mengatakan : Rani
april presepsi sensori penglihatan, - Mata sebelah kiri tak Handayani
2017 penglihatan kemudian catat bisa melihat/ gelap.
Jam apakah satu atau dua Mata sebelah kanan
17.00 mata terlibat dan kabur
- Ia suster
19.00 observasi tanda
O : Klien tampak :
wib tanda orientasi
2. Mengorientasi klien Ku : sedang dan lemah Kes :
terhadap lingkungan cm
3. Memerhatikan
- Kedua bola mata
penglihatan kabur
berkabut (warna putih)
atau iritasi mata, - Susah melihat terutama
43

dimana dapat terjadi mata sebelah kiri


- Meminta bantuan untuk
bila menggunakan
megambil makanan
tetes mata
4. Meletakkan barang malam
yang dibutuhkan A : masalah belum teratasi
didekat klien (seperti P:
air minum dan - intervensi 2 dan 4 di
makanan) pertahankan
- jelaskan pada klien
secara sederhana
penurunan fungsi
penglitahannya

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas permasalahan yang ditemukan pada
pasien. Asuhan keperawatan pada Ny.T (lansia dengan Katarak). Didalam melakukan
pengkajian, masalah yang ditemukan pada pasien ada sedikit perbedaan antara teori dan
praktek. Adapun lingkup pembahasan kasus ini sesuai dengan proses keperawatan
yaitu : Pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

A. PENGKAJIAN
Dalam melaksanakan pengkajian dalam memperoleh data, penulis melakukan
dengan cara wawancara atau tanya jawab, observasi dan pemeriksaan fisik langsung
terhadap pasien. Disamping itu penulis juga mendapatkan data dari catatan medic klien.
Dari hasil pengkajian pasien penulis mendapatkan data bahwa pasien kurang
mengetahui diit yang tepat untuk katarak yang dideritanya.Selain itu, penulis juga
menemukan data mengenai BB klien, dimana dari data yang didapat, klien memiliki BB
yang lebih dari normal.
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa apa yang dialami lansia hamper
sama dengan yang dialami orang lain pada umumnya yaitu memiliki pengetahuan yang
kurang dan memiliki BB yang berlebih. Pada Ny. T tidak ditemukan adanya tanda dan
44

gejala yang dialami oleh para lansia lainnya dimana menurut teori, lansia pada
umumnya memiliki penurunan berbagai fungsi organ seperti kognitif, gastrointestinal
dan lain-lain, namun tidak pada Ny. T.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pengumpulan analisis data, penulis mendapatkan dua diagnose
pada Ny. T yaitu Gangguan Presepsi Sensori : penglihatan ,Defisit perawatan diri
Resiko jatuh ,hal ini menunjukkan bahwa pada Ny. T belum terjadi proses degenerative
walaupun sudah tergolong dalam lansia. Hal ini sudah sangat jelas tidak sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa pada lansia terdapat degenerative pada fungsi organ
penglihatan

C. PERENCANAAN
Perencanaan yang dilakukan adalah untuk mencapai tujuan dan sasaran untuk
Ny.H dengan dua masalah penulis menyusun rencana sebagai berikut :

DP 1: Kurang pengetahuan b.d Kurangnya keinginan untuk mencari informasi , kurang


informas

1. Kaji tingkat pengetahuan pasien.


2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang
tepat.
4. Informasikan diit yang tepat untuk klien.
DP2: Ketidak seimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d Intake yang berlebih
terhadap kebutuhan metabolism tubuh
1. Diskusikan bersama pasien mengenai hubungan antara intake makanan, latihan, dan
penurunan BB
2. Diskusikan bersama pasien mengenai kebiasaan, gaya hidup dan factor herediter
yang dapat mempengaruhi BB.
3. Diskusikan bersama pasien mengenai risiko yang berhubungan dengan BB berlebih
dan penurunan BB.Perkirakan BB badan ideal pasienBeri pujian/reward saat pasien
beraktivitas/olahraga untuk menurunkan BB
4. Anjurkan klien untuk melakukan olahraga rutin.
45

D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah mengaplikasikan rencana keperawatan yang
telah dibuat, dan melihat respon dari pelaksanaan keperawatan selain merealisasikan
rencana tindakan juga tetap mengobservasi keadaan pasien dan memberikan
penyuluhan. Dalam melakukan implementasi, klien sangat kooperatif sehingga untuk
diagnose pertama penulis hanya melakukan 1x pertemuan dan dapat meningkatkan
pengetahuan klien. Untuk diagnose kedua sedikit susah untuk mendapatkan hasil yang
maksimal mengingat waktu yamgb singkat untuk meingimplementasikan rencana yang
telah dibuat ditambah dengan motivasi klien yang rendah dalam melakukan olahraga

E. EVALUASI
Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan selama 1 hari kepada Ny. T
untuk mengatasi masalah tingkat pengetahuan klien, penulis menyimpulkan tingkat
pengetahuan klien bertambah, sedangkan untuk mengatasi masalah nutrisi lebih dari
kebutuhan tubuh belum tampak kemajuan yang berarti.
46

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Proses menua merupakan kombinasi dari bermacam-macam faktor yang saling
berkaitan. Fungsi masing-masing organ pada usia lanjut menurun secara kualitatif dan
kuantitatif, dan ini sudah dimulai sejak usia 30 tahun. Telah diuraikan berbagai penyakit
yang mungkin timbul pada lansia dengan pencegahan dan
penatalaksanaannya.Bagaimana menjaga kebugaran pada lansia dengan olahraga dan
pedoman umum gizi seimbang. Menjadi tua adalah proses alamiah, tetapi tentu saja
setiap orang mendambakan untuk tetap sehat di usia tua. Hal ini sesuai dengan slogan
Tahun Usia Lanjut WHO: do not put years to life but life into years, yang artinya usia
panjang tidaklah ada artinya bila tidak berguna dan bahagia, mandiri sejauh mungkin
dengan mempunyai kualitas hidup yang baik.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada lansia harus memperhatikan
berbagai aspek baik itu bio, psiko, sosio, cultural, karena tidak semua lansia sudah
benar-benar mengalami kemunduran fungsi organ.

B. SARAN
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan pada mahasiswa dan pembaca
adalah:
1. Dalam membuat makalah, kelompok/pun individu diharapkan dapat menjelaskan
asuhan keperawatan pada lansia dengan Katarak.
47

2. Proses penuaan yang dialami dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis
dan sosial bagi pasien dan keluarga. Oleh karena itu perawat sebaiknya meningkatkan
pendekatan-pendekatan melalui komunikasi terapeutik, sehingga akan tercipta
lingkungan yang nyaman dan kerja sama yang baik dalam memberikan asuhan
keperawatan gerontik.

3. Perawat sebagai anggota tim kesehatan yang paling banyak berhubungan dengan
pasien dituntut meningkatkan secara terus menerus dalam hal pemberian informasi dan
pendidikan kesehatan sesuai dengan latar belakang pasien dan keluarga.
4. Dalam penulisan makalah ini penujlis menyadari banyak sekali kekurangan, oleh
karena itu, koreksi dari berbagai pihak sangat dibutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA
48

Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis,


Binarupa Aksara, Jakarta.

Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan


gawat Darurat Medis, Binarupa Aksara, Jakarta.

Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little


Brown and Company. Boston

Depsos RI. (. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut


Usia Dalam Panti. Depsos RI. Jakarta

...........(1993). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan


I. Depkes Ri. Jakarta

...........(1994). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan


II. Depkes Ri. Jakarta
49

Anda mungkin juga menyukai