LAPORAN KELOLAAN 1
DI PSTW BUDI MULIA 1 CIPAYUNG
STASE GERONTIK
DISUSUN OLEH
RANI HANDAYANI, S.Kep
NPM. 165140027
BAB I
2
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena
penyakit ini menyerang tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara
perlahan - lahan. Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima
tahun menyerang lensa mata.
Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan
meningkat dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan
diobati. Kebutaan merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi
yang serius bagi setiap negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence
Research Group (2004) memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita penyakit
mata dan kebutaan didunia akan mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut
menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan meningkat terutama bagi mereka
yang telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi usia, semakin tinggi pula
resiko kesehatan mata. WHO memiliki catatan mengejutkan mengenai kondisi
kebutaan didunia, khususnya dinegara berkembang.
Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya
berada di negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara
tertinggi di Asia Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut Spesialis Mata
dari RS Pondok Indah Dr Ratna Sitompul SpM, tingginya angka kebutaan di
Indonesiadisebabkan usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat.
karena beberapa penyakit mata disebabkan proses penuaan. Artinya semakin
banyak jumlah penduduk usia tua, semakin banyak pula penduduk yang
berpotensi mengalami penyakit mata.
Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah
katarak (0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak
merupakan kelainan mata yang terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh.
Dalam keadaan normal jernih dan tembus cahaya. Selama ini katarak banyak
diderita mereka yang berusia tua. Karena itu, penyakit ini sering diremehkan
kaum muda. Hal ini diperkuat berdasarkan data dari Departemen Kesehatan
Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia mengalami kebutaan karena
katarak dan rata - rata diderita yang berusia 40 - 55 tahun.
Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak
diantara mereka tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak
terjadi karena proses degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang.
3
Bahkan, dari data statistik lebih dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun
menderita katarak, sekitar 55 persen orang berusia 75 - 85 tahun daya
penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan, 2008).
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny. T usia 75 thn di
ruang cempaka PSTW 1 cipayung, di dapatkan masalah keperawatan pada Ny. T
dengan katarak yaitu resiko jatuh, intoleransi aktivitas dan defisit perawatan diri
sehingga penulis tertarik untuk membuat Asuhan Keperawatan Gerontik pada
Ny. T dengan tujuan agar meminimalisir resiko jatuh pada Ny.T
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Katarak
2.1.1 Defenisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya (Ilyas,
2008). Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum
kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003)
5
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan
lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi pada
semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).
Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm, yang
terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan. Kuat dan
tidak elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan bentuk bola mata dan
memberikan proteksi terhadap bangunan - bangunan halus dibawahnya.
o Sclera
o Kornea
o Koroid
o Badan (korpus) siliare
o Iris
o Retina
o Fundus optic ,Lensa dan Badan vitreus
Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat memutar bola mata
pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan mata. Pergerakan mata yang
terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan untuk smemungkinkan fovea sentralis
pada masing - masing mata untuk menerima gambaran pada waktu yang
sama.gambaran berfokus dari fovea masing - masing mata, ditranmisikan ke area optic
darikorteks serebri, tempat otak menginterpretasikan dua gambaran sebagai suatu
gambaran (Istiqomah, 2003).
1. Fisik
2. Kimia
3. Penyakit predisposisi
4. Genetik dan gangguan perkembangan
5. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
6. Usia
(Tamsuri, 2008)
1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1 tahun.
2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
1. Katarak traumatika
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul
maupun tajam. Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata
(katarak monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X,
Radioaktif, dan benda asing.
2. Katarak toksika
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia
tertentu. Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti
kortikosteroid dan chlorpromazine.
3. Katarak komplikata
terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai itu, katarak ini
juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus,
hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan miopia
atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.
1. Katarak insipient
Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak
bercak kekeruhan yang tidak teratur.
2. Katarak imatur
7
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi
bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak
kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun -
tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun
tak akan mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).
2.1.6 Komplikasi
1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,
sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.
2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga
mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003).
1. Uji mata
2. Keratometri
3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis
4. A-scan ultrasound (echography)
5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya
bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth, 2001).
2.1.8. Penatalaksanaan
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan
laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru
yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar
melalui kanula.
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai
ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka penanganan
biasanya konservatif. Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari - hari
pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja,
ambulasi, dan lain - lain, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling
cocok bagi masing - masing penderita.
2.2.1. Pengkajian
9
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien(Nursalam, 2001)
Menurut Doenges Marylin diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien dengan
penyakit katarak adalah:
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).
3. Gangguan sensori-perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan
sensori/status organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d menurunnya
ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap
rangsang.s
4. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi, prognosis, pengobatan
b/d tidak mengenal sumber informasi , salah interprestasi informasi, keterbatasan
kognitif.
2.2.3. Perencanaan
Diagnosa Keperawatan 1
Intervensi:
Mandiri:
o Diskusi apa yang terjadi pada pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas,
penampilan, balutan mata.
Rasional : Membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkankerja sama dalam
pembatasan yang diperlukan.
o Beri pasien posis bersandar, kepala tinggi, atau mirng ke sisi yang tak sakit sesuai
keinginan.
Rasional : Istirahat hanya beberapa menit sampai beberapa jam pada bedah rawat
jalan atau menginap semalam bila terjadi komplikasi. Menurunkan tekanan pada
mata yang sakit, meminimalkan resiko perdarahan atau stres pada jahitan terbuka.
o Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata ,
membongkok.
Rasional : Menurunkan stres pada area operasi/menurunkan TIO
o Ambulasi dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anestesi.
Rasional : Memerlukan sedikit regangan dari pada penggunaan pispot, yang dapat
meningkatkan TIO.
o Dorong nafas dalam, batuk untuk bersihan paru.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan koping, menurunkan TIO.
11
Kolaborasi:
Diagnosa Keperawatan 2
Intervensi
Mandiri:
o Gunakan /tunjukan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam keluar
dengan tisu basah/ bola kapas untuk tiap usap, ganti balutan , dan masukan lensa
kontak bila menggunakan.
Rasional : Teknik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi
silang.
o Tekankan pentingnya tidak menyentuh /menggaruk mata yang dioperasi.
Rasional : Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi.
o Observasi /diskusikan tanda terjadinya infeksi contoh kemerahan , kelopak
bengkak , drainase purulen. Indentifikasi tindakan kewaspadaan bila terjadi ISK.
Rasional : Infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur dan memerlukan upaya
intervensi. Adanya ISK meningkatkan kontaminasi silang.
Kolaborasi:
Diagnosa Keperawatan 3
Intervensi
Mandiri
Diagnosa Keperawatan 4
Intervensi
Mandiri:
o Diskusikan kemungkinan efek/ interaksi antara obat mata dan masalah medis
pasien, contoh peningkatan hipertensi,PPOM, diabetes. Ajarkan metode yang tepat
memasukkan obat tetes untuk meminimalkan efek sistemik.
Rasional : Penggunaan obat mata topiukal, contoh agen simpatomimetik , penyekat
beta ,dan agen antikolinergik dapat menyebabkan TD meningkat pada pasien
hipertensi;pencetus dispenea pada pasien PPOM; gejala krisis hipoglikemik pada
diabetes tergantung pada insulin. Tindakan benar dapat membatasi absorpsi dalam
sirkulasi sistemik, meminimalkan masalah seperti interaksi obat dan efek sistemik
tak diinginkan.
o Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip; mengangkat berat, mengejan
saat defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung; penggunaan sprei,
bedak bubuk, merokok (sendiri/orang lain).
Rasional : Aktivitas yang menyebabkan mata lelah /regang, manuver Valsava ,atau
meningkatkan TIO dapat mempengaruhi hasil bedah dan mencetus pendarahan.
Catatan: Iritasi pernapasan yang menyebabkan batuk/bersin dapat meningkatkan
TIO.
o Dorong aktivitas pengalih seperti mendengar radio, berbincang-bincang, menonton
televisi.
Rasional : Memberikan masukan sensori, mempertahankan rasa normalitas, melalui
waktu lebih mudah bila tak mampu menggunakan penglihatan secara penuh.
Catatan:menonton televisi frekuensi sedang menuntut sedikit gerakan mata dan
sedikit menimbulkan stres dibanding membaca.
o Anjurkan pasien memeriksa ke dokter tentang aktivitas seksual.
Rasional : Dapat meningkatkan TIO, menyebabkan cedera kecelakaan pada mata.
o Tekankan kebutuhan untuk menggunakan kaca pelindung selama hari
pembedahan / penutup pada malam.
Rasional : Mencegah cedera kecelakaan pada mata dan menurunkan risiko
peningkatan TIO sehubungan dengan berkedip atau posisi kepala.
o Anjurkan pasien tidur telentang, mengatur intensitas lampu dan menggunakan
kacamata gelap bila keluar / dalam ruangan terang, keramas dengan kepala
belakang (bukan kedepan), batuk dengan mulut/mata terbuka.
Rasional : Mencegah cedera kecelakaan pada mata.
o Anjurkan mengatur posisi pintu sehingga mereka terbuka atau tertutup penuh;
pindahkan perabot dari lalu lalang jalan.
Rasional : Menurunkan penglihatan perifer atau gangguan kedalaman persepsi
dapat menyebabkan pasien jalan kedalam pintu yang terbuka sebagian atau
menabrak perabot.
15
2.2.4 Evaluasi
Diagnosa Keperawatan 1
Diagnosa Keperawatan 2
Diagnosa Keperawatan 3
Diagnosa Keperawatan 4
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
A. Data Biografi
Nama : Ny. T
JK : Perempuan
Tempat & Tanggal lahir : jakarta / usia 67 tahun
Gol. Darah :O
Pendidikan terakhir : tamat SMP
Agama : islam
Status perkawinan : menikah
TB/BB : 145cm / 40kg
Penampilan : klien tampak kulit sudah keriput, warna rambut
putih dan hitam, berjalan tertatih, kedua bola mata
keruh dan putih, kurang merawat diri tampak acak
acakan, kuku panjang dan kotor
Ciri ciri tubuh : tua, postur tubuh kecil dan pendek
Alamat : ruang cempaka
17
B. Riwayat keluarga
Genogram
C. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : tak ada
Alamat pekerjaan : tak ada
Berapa jarak dari rumah : - km
Alat transportasi : tak ada
Pekerjaan sebelumnya : ibu rumah tangga
Berapa jarak dari rumah : - km ( klien sudah lupa )
Alat transportasi : angkot
Sumber sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan :
Kondisi tempat tinggal : rumah kontrakan
Jumlah orang yang tinggal di rumah : sebelumnya klien tinggal bersama
suami dan anaknya, anaknya sudah menikah dan tak lagi dijakarta.
Suaminya sudah meninggal karena usia yang sudah tua, klien diantar
oleh lurah ke panti
Derajat privasi : tak ada
Tetangga terdekat : (klien sudah lupa)
Alamat/ telepon : tak ada
D. Riwayat Rekreasi
a. Hobi / minat : tidak ada
b. Keanggotaan organisasi : mengikuti kegiatan posyandu lansia
c. Kegiatan keagamaan : tidak ada
18
G. Obat-Obatan
Nama : protexinal, dasabion dan OBH batuk
Dosis : 3x1 sehari
Bagaimana / kapan menggunakannya : Diminum pagi,siang dan sore hari
H. Alergi
Klien mengatakan memiliki alergi terhadap debu.
I. Status Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit serius / kronik :
Klien mengatakan tidak pernah memiliki riwayat katarak, dulu klien mengeluh
sering mudah lelah pada penglihatan. Dulu klien pernah memeriksakan diri ke
dokter dan dinyatakan mempunyai katarak.
b. Perawatan di RS:
Klien mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit
c. Operasi :
Klien mengatakan tidak pernah melakukan operasi apapun
J. Status Fisiologis
a. Bagaimana postur tulang belakang lansia:
Kifosis (membungkuk)
19
3. Hidung
a. Bentuk : Simetris
b. Peradangan : Tidak ada
c. Penciuman : Tidak terganggu
d. Nyeri tekan : Tidak
20
Nilai
42-54 : mampu melakukan aktifitas
28-41 : mampu melakukan sedikit bantuan
14-27 : mampu melakukan bantuan maksimal
14 : tidak mampu melakukan
Kesimpulan : Indek Katz klien adalah A yang artinya klien mandiri dalam hal
makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian, dan mandi
2. Masalah emosional
a. Pertanyaan tahap 1
24
Kesimpulan:
Pada pertanyaan tahap 1 klien tidak mengalami kesulitan tidur, banyak pikiran, ataupun
murung, sehinnga masalah emosional klien baik.
3. Tingkat kerusakan intelektual
a. SPMSQ (short portable mental status quesioner).
Ajukan beberapa pertanyaan pada daftar dibawah ini:
17-3= 14
14-3= 11
JUMLAH B= 7 S= 3
Interpretasi:
Salah 0 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
c. kertas
4 Perhatian dan 5 2 Meminta klien berhitung mulai
kalkulasi dari 100 kemudian kurangi 7
sampai 5 tingkat.
Jawaban:
1. 93
2. 86
3. 79
4. 72
5. 65
5 Mengingat 3 1 Minta klien untuk mengulangi
ketiga obyek pada poin ke 2 (tiap
poin nilai 1).
a. Kursi
b. Meja
c. Kertas
6 Bahasa 9 1 a. Menanyakan pada
klien tentang benda (sambil
menunjukan benda tersebut):
Lantai
2 b. Minta klien untuk
mengulangi kata berikut:
tidak ada, dan, jika/ tetapi
3 c. Minta klien untuk
mengikuti perintah berikut
yang terdiri 3 langkah:
1. Ambil kertas ditangan
anda
2. Lipat dua
3. Taruh di lantai
1 d. Perintahkan pada
klien untuk hal berikut (bila
aktifitas sesuai perintah nilai
satu poin).
27
Kesimpulan:
Dari ke 6 poin yang diajukan, klien mendapatkan skor 30 yang artinya klien tidak
memiliki gangguan kognitif.
C. (Rasa kegagalan):
3 Saya merasa saya benar-benar gagal sebagai seseorang (orang tua, suami, istri).
2 Seperti melihat ke belakang hidup saya, semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan.
28
D. (Ketidakpuasan):
3 Saya tidak puas dengan segalanya.
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun.
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan.
0 Saya tidak merasa tidak puas.
E. (rasa bersalah):
3 Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tidak berharga.
Saya merasa sangat bersalah.
2 Saya merasa buruk atau tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik.
1 Saya tidak merasa benar-benar bersalah.
0
F. (Tidak menyukai diri sendiri):
Saya benci diri saya sendiri.
3 Saya muak dengan diri saya sendiri.
2 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri.
1 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri.
0 G. (Membahayakan diri sendiri):
Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan.
3 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri.
2 Saya merasa lebih mati.
1 Saya tidak mempunyai pikiran mengenai membahayakan diri sendiri.
0
H. (Menarik diri dari sosial):
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli pada
mereka semua.
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka.
2 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya.
Saya tidak kehilangan minat pada orang lain.
29
1
0 I. (Keragu-raguan):
Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali.
Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan.
3 Saya berusaha mengambil keputusan.
2 Saya membuat keputusan yang baik.
1
0 J. (Perubahan gambaran diri):
Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan.
Saya merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan saya, dan
3 ini membuat saya tidak menarik.
2 Saya kuatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik.
Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya.
1
0 K. (Kesulitan kerja):
Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali.
Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu.
Ini memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan sesuatu.
3 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya.
2
L. (Keletihan):
1 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu.
0 Saya lelah untuk melakukan sesuatu.
Saya lelah lebih dari yang biasanya.
Saya tidak lebih lelah dari biasanya.
3
2 M. (Anoreksia):
1 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali.
0 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang.
Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya.
Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.
3
2
30
1
0
Penilaian:
0-4 Depresi tidak ada atau minimal.
5-7 Depresi ringan.
8-15 Depresi sedang.
16 Depresi berat.
Kesimpulan:
Dari beberapa pertanyaan di atas tentang depresi didapatkan nilai 2 yang artinya klien
tidak mengalami depresi atau depresi minimal.
Penilaian:
Pernyataan yang dijawab: selalu (poin 2), kadang-kadang (poin 1), hampir tidak pernah
(poin 0).
Nilai <3: disfungsi keluarga sangat tinggi.
4-6: disfungsi keluarga sedang.
Kesimpulan:
31
Skor APGAR keluarga yang didapatkan klien yaitu 7 yang artinya tidak ada disfungsi
keluarga.
3. Jenis Minuman
(1) Air putih (2) Teh(3) Kopi (4) susu
(5) lainnya, jelaskan
e. Pola BAK
1. Frekwensi BAK
(1) 1 3 kali sehari
(2) 4 6 kali sehari
(3) > 6 kali sehari
2. Warna urine
33
Aktifitas Score
Makan 0 5 10
0 = Bantuan penuh
5 = Bantuan untuk memotong, mengoles mentega, modifikasi diet
10 = independent
Mandi 0 5
0 = Menbutuhkan bantuan
5 = independent (menggunakan shower)
Berdandan 0 5
0 = Perlu bantuan
5 = independent berbedak/menyisir/gosok gigi/mencukur
Memasang Baju 0 5 10
0 = Dengan bantuan
5 = Dengan bantuan 50%
10 = independent (mengancing baju, restleting)
Ke Toilet 0 5 10
0 = Butuh Bantuan Penuh
5 = Butuh Bantuan 50%
10 = independent (menghidupkan, dressing, wiping)
Naik tangga 0 5 10
0 = Tidak bisa
5 = Membutuhkan bantuan
10 = independent
Interpretasi hasil:
0 20 : Ketergantungan penuh
21 61 : Ketergantungan berat/sangat tergantung
62 90 : Ketergantungan moderat
91 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
Kesimpulan: Skor indeks barthel klien yaitu 100 yang artinya klien mandiri dalam
memenuhi aktivitasnya sehari-hari
R. Pengkajian Lingkungan
A. Pemukiman
1. Luas bangunan:-
2. Bentuk bangunan:
(1) Rumah (2) Petak (3) Asrama (4) Paviliun
3. Jenis bangunan:
(1) Permanen (2) Semi permanen (3) Non permanen
4. Atap rumah
(1) Genting (2) Seng (3) Ijuk (4) Kayu
(5) Asbes
5. Dinding
36
Pandangan kabur
Perdarahan
intraokuler
Diagnosa keperawatan :
dibadan )
Hari Pertama
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas permasalahan yang ditemukan pada
pasien. Asuhan keperawatan pada Ny.T (lansia dengan Katarak). Didalam melakukan
pengkajian, masalah yang ditemukan pada pasien ada sedikit perbedaan antara teori dan
praktek. Adapun lingkup pembahasan kasus ini sesuai dengan proses keperawatan
yaitu : Pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
A. PENGKAJIAN
Dalam melaksanakan pengkajian dalam memperoleh data, penulis melakukan
dengan cara wawancara atau tanya jawab, observasi dan pemeriksaan fisik langsung
terhadap pasien. Disamping itu penulis juga mendapatkan data dari catatan medic klien.
Dari hasil pengkajian pasien penulis mendapatkan data bahwa pasien kurang
mengetahui diit yang tepat untuk katarak yang dideritanya.Selain itu, penulis juga
menemukan data mengenai BB klien, dimana dari data yang didapat, klien memiliki BB
yang lebih dari normal.
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa apa yang dialami lansia hamper
sama dengan yang dialami orang lain pada umumnya yaitu memiliki pengetahuan yang
kurang dan memiliki BB yang berlebih. Pada Ny. T tidak ditemukan adanya tanda dan
44
gejala yang dialami oleh para lansia lainnya dimana menurut teori, lansia pada
umumnya memiliki penurunan berbagai fungsi organ seperti kognitif, gastrointestinal
dan lain-lain, namun tidak pada Ny. T.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pengumpulan analisis data, penulis mendapatkan dua diagnose
pada Ny. T yaitu Gangguan Presepsi Sensori : penglihatan ,Defisit perawatan diri
Resiko jatuh ,hal ini menunjukkan bahwa pada Ny. T belum terjadi proses degenerative
walaupun sudah tergolong dalam lansia. Hal ini sudah sangat jelas tidak sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa pada lansia terdapat degenerative pada fungsi organ
penglihatan
C. PERENCANAAN
Perencanaan yang dilakukan adalah untuk mencapai tujuan dan sasaran untuk
Ny.H dengan dua masalah penulis menyusun rencana sebagai berikut :
D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah mengaplikasikan rencana keperawatan yang
telah dibuat, dan melihat respon dari pelaksanaan keperawatan selain merealisasikan
rencana tindakan juga tetap mengobservasi keadaan pasien dan memberikan
penyuluhan. Dalam melakukan implementasi, klien sangat kooperatif sehingga untuk
diagnose pertama penulis hanya melakukan 1x pertemuan dan dapat meningkatkan
pengetahuan klien. Untuk diagnose kedua sedikit susah untuk mendapatkan hasil yang
maksimal mengingat waktu yamgb singkat untuk meingimplementasikan rencana yang
telah dibuat ditambah dengan motivasi klien yang rendah dalam melakukan olahraga
E. EVALUASI
Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan selama 1 hari kepada Ny. T
untuk mengatasi masalah tingkat pengetahuan klien, penulis menyimpulkan tingkat
pengetahuan klien bertambah, sedangkan untuk mengatasi masalah nutrisi lebih dari
kebutuhan tubuh belum tampak kemajuan yang berarti.
46
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Proses menua merupakan kombinasi dari bermacam-macam faktor yang saling
berkaitan. Fungsi masing-masing organ pada usia lanjut menurun secara kualitatif dan
kuantitatif, dan ini sudah dimulai sejak usia 30 tahun. Telah diuraikan berbagai penyakit
yang mungkin timbul pada lansia dengan pencegahan dan
penatalaksanaannya.Bagaimana menjaga kebugaran pada lansia dengan olahraga dan
pedoman umum gizi seimbang. Menjadi tua adalah proses alamiah, tetapi tentu saja
setiap orang mendambakan untuk tetap sehat di usia tua. Hal ini sesuai dengan slogan
Tahun Usia Lanjut WHO: do not put years to life but life into years, yang artinya usia
panjang tidaklah ada artinya bila tidak berguna dan bahagia, mandiri sejauh mungkin
dengan mempunyai kualitas hidup yang baik.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada lansia harus memperhatikan
berbagai aspek baik itu bio, psiko, sosio, cultural, karena tidak semua lansia sudah
benar-benar mengalami kemunduran fungsi organ.
B. SARAN
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan pada mahasiswa dan pembaca
adalah:
1. Dalam membuat makalah, kelompok/pun individu diharapkan dapat menjelaskan
asuhan keperawatan pada lansia dengan Katarak.
47
2. Proses penuaan yang dialami dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis
dan sosial bagi pasien dan keluarga. Oleh karena itu perawat sebaiknya meningkatkan
pendekatan-pendekatan melalui komunikasi terapeutik, sehingga akan tercipta
lingkungan yang nyaman dan kerja sama yang baik dalam memberikan asuhan
keperawatan gerontik.
3. Perawat sebagai anggota tim kesehatan yang paling banyak berhubungan dengan
pasien dituntut meningkatkan secara terus menerus dalam hal pemberian informasi dan
pendidikan kesehatan sesuai dengan latar belakang pasien dan keluarga.
4. Dalam penulisan makalah ini penujlis menyadari banyak sekali kekurangan, oleh
karena itu, koreksi dari berbagai pihak sangat dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
48
Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.