Anda di halaman 1dari 5

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKAIRAAT
PALU
REFKA
30 MARET 2017

REFERAT KASUS

Disusun Oleh:

A.Yanuar Fauzi
(11 777 030)

Pembimbing : dr. Patmawaty , Sp.KJ

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU

2017

1
REFLEKSI KASUS

Nama : Tn. N

Umur : 36 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Ds Tolai

Pekerjaan : wiraswasta

Agama : Islam

Status perkawinan : Menikah

Pendidikan : SMA

Tanggal pemeriksaan : 30 Maret 2017

Tempat pemeriksaan : Ruangan Salak RSJ Mandani

A. Deskripsi Kasus
Pasien laki-laki umur 36 tahun datang di RSJ Madani diantar keluarga
karena Mengamuk. Mengamuk terjadi karena minum obat tidak teratur dan
ditemukan berkelahi dengan tetangga akibat kesalahpahaman dengan warga.
Pasien juga sering tidak sadar nonton tv hingga 2x24 jam , membanting pintu,
dan pasien juga mengaku bahwa dipaksa oleh oleh om dan sepupu datang
kerumah sakit. Pasien merasa gelisah dan mengamuk karena pasien merasa
minum obat psikiatri dilarang karena mengandung obat terlarang.

2
Pasien merasa om dan sepupu yang memasukkan pasien di rs ingin
mengambil harta dan tanah kelurga. Semenjak itu pasien mulai tampak murung.
Menurut keluarga Pasien mengaku bahwa pasien mulai tampak stress saat
mengalami permasalahan hubungan percintaan dan mulai sering mengamuk.
Menurut keluarga Pasien mengaku bahwa pasien pernah mendengar
bisikkan. Dan mudah emosi disertai susah tidur.
B. Emosi yang Terlibat
Kasus ini menarik untuk dibahas karena pasien kooperatif dan juga ini
baru yang ketiga kali pasien masuk RSJ sehingga perlu digali lebih lanjut
mengenai kehidupannya dan masalah yang selama ini pasien rasakan
C. Evaluasi
a. Pengalaman Baik
Pasien merasa nyaman dan saling percaya dengan pemeriksa.
b. Pengalaman Buruk
Pemeriksa selalu berbicara dengan agak keras karena pasien

D. Analisis
Berdasarkan deskripsi kasus diatas, kasus ini merupakan pasien dengan
skizofrenia. Hal ini dapat dijelaskan dari terpenuhinya criteria diagnostic
berdasarkan PPDGJ III yaitu terdapat setidaknya 1 dari gejala psikotik berikut:
adanya gangguan pikiran (thought of echo, thought insertion, thought
withdrawal, thought broadcasting), atau gangguan isi piker seperti waham
(delusi), gangguan persepsi seperti halusinasi, ilusi, depersonalisasi,
derealisasi; atau setidaknya 2 dari gejala berikut: halusinasi panca indera apa
saja yang menetap, arus pikiran terputus, irelevan atau neologisme; perilaku
katatonik, dan gejala negative seperti apatis, bicara jarang, respon emosional
tumpul dan tidak wajar; dimana gejala telah berlangsung selama >1 bulan dan
harus ada perubahan hidup pasien dalam halperilaku, pekerjaan dsb.1,3
Pada pasien ini, didapatkan gangguan persepsi, yaitu halusinasi auditorik
dan visual, dimana pasien selalu mendengarkan bisikan dan pasien bisa melihat
dan berdikskusi dengan orang yang telah lama meninggal. Gangguan emosi
berupa mood disforia,dan afek menyempit yaitu ekspresi pasien sangat sedikit dan
terbatas.
Pasien tidak digolongkan kedalam gangguan mental organic, ataupun
gangguan akibat penyalahgunaan NAPZA, karena berdasarkan riwayat pasien
tidak pernah sebelumnya/tidak sedang menderita penyakit fisik tertentu.

3
Adapun untuk tipe skizofrenia, dapat diklasifikasikan dalam Skizofrenia
tidak ter, hal ini disebabkan karena memenuhi kriteria skizofrenia dan dapat
digolongkan pada tipe paranoid karena dilihat dari adanya waham (waham
kebesaran) dan halusinasi yang menonjol pasien sehingga didiagnosis kedalam
F29.9 Skizofrenia YTT
Pada pasien dengan skizofrenia, terapi yang diberikan yaitu psikofarmaka
dan non-psikofarmaka.Psikofarmaka yaitu dengan memberikan obat psikotropik
antipsikotik, karena gejala sasaran obat untuk menghilangkan gejala psikotik.
Adapun yang diberikan yaitu jenis tipikal: haloperidol Obat ini merupakan
obat golongan butirofenon, yang bekerja secara tipikal atau spesifik pada reseptor
dopamine di otak,suatu neurotransmitter yang bertanggungjawab pada mood,
tingkah laku. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 0,5 mg, tablet 1,5 dan tablet 5
mg.4Pada pasien ini diberikan dosis inisial dengan tablet 5 mg 2x2 . Pasien ini
juga diberikan obat Diazepam injeksi ampul 10mg/2cc karena gelisah. Obat ini
merupakan relaxan otot.
Untuk terapi non-psikofarmaka, dapat dilakukan psikoterapi, berdasarkan
tujuannya, dapat dibedakan atas psikoterapi suportif, psikoterapi edukatif,
psikoterapi rekonstruktif.3
E. Kesimpulan
- Gangguan skizofrenia dapat ditegakkan berdasarkan adanya gejala
psikotik oleh pasien, baik gejala positif atau gejala negative, yang
memenuhi pedoman diagnostic, seperti PPDGJ III
- Skizofrenia tipe paranoid ditandai dengan adanya halusinasi dan waham
yang menonjol
- Pasien skizorenia diterapi dengan pemberian antipsikosis, dengan
pemilihan obat pertama yaitu haloperidol dosis rendah.

DAFTAR PUSTAKA

4
1. Maslim R, 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya,
Jakarta.
2. Maslim R, 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
(Psychotropic Medication). Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma
Jaya, Jakarta.
3. Elvira S, Hadisukanto G, 2013. Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai