Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN HIPERTIROID

1.1 Definisi

Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid

lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikosis merupakan istilah yang

digunakan dalam manifestasi klinis yang terjadi ketika jaringan tubuh

distimulasi oleh peningkatan hormon tiroid. Angka kejadian pada hipertiroid

lebih banyak pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-

40 tahun (Black,2009)
Hipertiroidisme adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi berlebihan.

Gangguan ini dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid hipofisis, atau

hipotalamus. (Elizabeth J.Corwin:296)


Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan terhadap

pengaruh metabolik terhadap hormon tiroid yang berlebihan (Price &

Wilson:337)
Krisis tiroid merupakan suatu keadaan klinis hipertiroidisme yang paling berat

mengancam jiwa, umumnya keadaan ini timbul pada pasien dengan dasar

penyakit Graves atau Struma multinodular toksik, dan berhubungan dengan

faktor pencetus: infeksi, operasi, trauma, zat kontras beriodium, hipoglikemia,

partus, stress emosi, penghentian obat anti tiroid, ketoasidosis diabetikum,

tromboemboli paru, penyakit serebrovaskular/strok, palpasi tiroid terlalu kuat.


Kesimpulan menurut kelompok, Hipertiroidisme merupakan suatu keadaan

dimana didapatkan kelebihan hormon tiroid yang ditemukan bila suatu

jaringan memberikan hormon tiroid belebihan yang akan memburuk menjadi

krisis tiroid.

1
1.2 Etiologi

Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :

a) Penyakit Graves

Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang operaktif dan merupakan

penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya

turunan. Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah

penyakit autonoium, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah

yaitu tyroid stimulating.

Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan

TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres,

merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap

sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga

double vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung

pada tinggi rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi

merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.

b) Toxic Nodular Goiter

Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu

atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu

tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang

berlebihan.

c) Tiroiditis

2
Dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis postpartum, dan tiroiditis

tersembunyi.

a. Tiroiditis subakut
Pada tiroiditis subakut terjadi pembesaran kelenjar tiroid dan biasanya

hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan .


b. Tiroiditis postpartum
Tiroiditis postpartum terjadi sekitar 8% wanita setelah beberapa bulan

melahirkan. Penyebabnya diyakini autoimun. Seperti halnya dengan

tiroiditis subakut, tiroiditis postpartum sering mengalami hipotiroidisme

sebelum kelenjar tiroid benar-benar sembuh.


c. Tiroiditis tersembunyi
Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan karena autoimun dan pasien tidak

mengeluh nyeri, tetapi mungkin juga trejadi pembesaran kelenjar.

Tiroiditis tersembunyi dapat mengakibatkan tiroiditis permanen.

1.3 Patofisiologi

Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika

dan tiroiditis. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid

membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normal, disertai dengan banyak

hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga

jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan

pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan 5-15 kali lebih

besar dari pada normal. Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma

menurun, karena ada sesuatu yang menyerupai TSH, Biasanya bahan-bahan

ini adalah antibody immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating

3
Immunoglobulin), yang berkaitan dengan reseptor yang mengikat TSH.

Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi CAMP dalam sel, dengan hasil

akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme

konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang

panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH

yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang

disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh

kelenjar hipofisis anterior. Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid dipaksa

mensekresikan hormon hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi

pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Peningkatan

hormon tiroid menyebabkan peningkatan metabolisme, meningkatnya

aktivitas saraf simpatis. Peningkatan metabolisme rate menyebabkan

peningkatan produksi panas tubuh sehingga pasien mengeluarkan banyak

keringat dan penurunan toleransi terhadap panas. Laju metabolisme yang

meningkat menimbulkan peningkatan kebutuhan metabolik, sehingga berat

badan pasien akan berkurang karena membakar cadangan energi yang

tersedia. Keadaan ini menimbulkan degradasi simpanan karbohidrat, lemak

dan protein sehingga cadangan protein otot juga berkurang. Peningkatan

aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada sistem kardiovaskuler yaitu dengan

menstimulasi peningkatan reseptor beta adregenik, sehingga denyut nadi

menjadi lebih cepat, peningkatan cardiac output, stroke volume, aliran darah

perifer serta respon terhadap sekresi dan metabolisme hipothalamus, hipofisis

dalam hormon gonad, sehingga pada individu yang belum pubertas

4
mengakibatkan keterlambatan dalam fungsi seksual, sedangkan pada usia

dewasa mengakibatkan penurunan libido, infertile dan menstruasi tidak

teratur. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang

penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan

sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme

ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15

kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal.

Nadi yang takikardia atau diatas normal juga merupakan salah satu efek

hormone tiroid pada system kardiovaskular. Eksopthalamus yang terjadi

merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan

periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.


Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika.

Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua

sampai tiga kali dari ukuran normal, disertai dengan banyak hiperplasia dan

lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini

lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar.

Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan 5-15 kali lebih besar dari pada

normal. Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun, karena ada

sesuatu yang menyerupai TSH, Biasanya bahan-bahan ini adalah antibody

immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin),

yang berkaitan dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut

merangsang aktivasi CAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah

hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme konsentrasi TSI

meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada

5
kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya

berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh

TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis

anterior. Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid dipaksa mensekresikan

hormon hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-

sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Peningkatan hormon tiroid

menyebabkan peningkatan metabolisme, meningkatnya aktivitas saraf

simpatis. Peningkatan metabolisme rate menyebabkan peningkatan produksi

panas tubuh sehingga pasien mengeluarkan banyak keringat dan penurunan

toleransi terhadap panas. Laju metabolisme yang meningkat menimbulkan

peningkatan kebutuhan metabolik, sehingga berat badan pasien akan

berkurang karena membakar cadangan energi yang tersedia. Keadaan ini

menimbulkan degradasi simpanan karbohidrat, lemak dan protein sehingga

cadangan protein otot juga berkurang. Peningkatan aktivitas saraf simpatis

dapat terjadi pada sistem kardiovaskuler yaitu dengan menstimulasi

peningkatan reseptor beta adregenik, sehingga denyut nadi menjadi lebih

cepat, peningkatan cardiac output, stroke volume, aliran darah perifer serta

respon terhadap sekresi dan metabolisme hipothalamus, hipofisis dalam

hormon gonad, sehingga pada individu yang belum pubertas mengakibatkan

keterlambatan dalam fungsi seksual, sedangkan pada usia dewasa

mengakibatkan penurunan libido, infertile dan menstruasi tidak teratur.

Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita

hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf

6
yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini

menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali

perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi

yang takikardia atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormone

tiroid pada system kardiovaskular. Eksopthalamus yang terjadi merupakan

reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-

otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.

1.4 WOC HIPERTIROID

Penyakit Graves
(antibody
reseptor Nodul
Tiroiditi
merangsang Tiroid
s
aktivitas tiroid Toksik

Sekresi
hormone
tiroid yang

Hipertiroi
d

Hipermetabolis Gerakan
Aktivitas kelopak mata
me meningkat
simpatik relative
berlebih lambat
terhadap bola
Perubaha
n Infiltrasi
konduksi limfosit, sel
listrik mast ke jar.
jantung 7 Orbital & otot-
otot
Penuruna Ketidak
n BB seimbang
an energy
dengan
kebutuha Beban
n tubuh kerja Eksoftalm
jantung us
meningka

Perubahan
nutrisi
kurang dari Resiko
Aritmia kekurang
kebutuhan
Takikar an
di integritas
Kurang
informasi
Resiko
kelelah penurunan
an curah
Kurang jantung
pengetua 1.5 Manifestasi Klinis
han
1. Sistem kardiovaskuler

Meningkatnya heart rate, stroke volume, kardiak output, peningkatan


kebutuhan oksigen otot jantung, peningkatan vaskuler perifer resisten, tekanan
darah sistole dan diastole meningkat 10-15 mmHg, palpitasi, disritmia,
kemungkinan gagal jantung, edema.

2. Sistem pernafasan

Cepat dan dalam, bernafas pendek, penurunan kapasitas paru.

3. Sistem perkemihan

Retensi cairan, menurunnya output urin.

4. Sistem gastrointestinal

8
Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu makan, penurunan berat
badan, diare, peningkatan penggunaan cadangan adipose dan protein,
penurunan serum lipid, peningkatan sekresi gastrointestinal, hiponatremia,
muntah dan kram abdomen.

5. Sistem muskuloskeletal

Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan, tremor.

6. Sistem integumen

Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah hangat, tidak toleran panas,
keadaan rambut lurus, lembut, halus dan mungkin terjadi kerontokan rambut.

7. Sistem endokrin

Biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.

8. Sistem saraf

Meningkatnya refleks tendon dalam, tremor halus, gugup gelisah, emosi tidak
stabil seperti kecemasan, curiga tegang dan emosional.

9. Sistem reproduksi

Amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunnya libido, impoten.

10. Eksoftalmus

Yaitu keadaan dimana bola mata menonjol ke depan seperti mau keluar.
Eksoftalmus terjadi karena adanya penimbunan karbohidrat kompleks yang
menahan air dibelakang mata. Retensi cairan ini mendorong bola mata
kedepan sehingga bola mata nampak menonjol keluar rongga orbita. Pada
keadaan ini dapat terjadi kesulitan dalam menutup mata secara sempurna
sehingga mata menjadi kering, iritasi atau kelainan kornea.

9
1.6 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Laboratorium

1. Serum T3, terjadi peningkatan (N: 70 250 ng/dl atau 1,2 3,4 SI unit)
T3 serum mengukur kandungan T3 bebas dan terikat, atau total T3 total, dalam
serum. Sekresinya terjadi sebagai respon terhadap sekresi TSH dan T 4.
Meskipun kadar T3 dan T4 serum umumnya meningkat atau menurun secara
bersama-sama, namun kadar T4 tampaknya merupakan tanda yang akurat
untuk menunjukan adanya hipertiroidisme, yang menyebabkan kenaikan kadar
T4 lebih besar daripada kadar T3.
2. Serum T4, terjadi peningkatan (N: 4 12 mcg/dl atau 51 154 SI unit)
Tes yang paling sering dilakukan adalah penentuan T4 serum dengan teknik
radioimmunoassay atau peningkatan kompetitif. T4 terikat terutama dengan
TBG dan prealbumin : T3 terikat lebih longgar. T4 normalnya terikat dengan
protein. Setiap factor yang mengubah protein pangikat ini juga akan
mengubah kadar T4.
3. Indeks T4 bebas, meningkat (N: 0,8 2,4 ng/dl atau 10 31 SI unit)
4. T3RU, meningkat (N: 24 34 %)
5. TRH Stimulating test, menurun atau tidak ada respon TSH
Tes Stimulasi TRH merupakan cara langsung untuk memeriksa cadangan TSH
di hipofisis dan akan sangat berguna apabila hasil tes T3 dan T4 tidak dapat
dianalisa. Pasien diminta berpuasa pada malam harinya. Tiga puluh menit
sebelum dan sesudah penyuntikan TRH secara intravena, sampel darah
diambil untuk mengukur kadar TSH. Sebelum tes dilakukan, kepada pasien
harus diingatkan bahwa penyuntikan TRH secara intravena dapat
menyebabkan kemerahan pasa wajah yang bersifat temporer, mual, atau
keinginan untuk buang air kecil
6. Tiroid antibodi antiglobulin antibodi, titer antiglobulin antibodi tinggi (N: titer
< 1 : 100)
7. Tirotropin reseptor antibodi (TSH-RAb), terjadi peningkatan pada penyakit
graves
8. Ambilan Iodium Radioaktif
Tes ambilan iodium radioaktif dilakukan untuk mengukur kecepatan
pengambilan iodium oleh kelenjar tiroid. Kepada pasien disuntikan atau
radionuklida lainnya dengan dosis tracer, dan pengukuran pada tiroid

10
dilakukan dengan alat pencacah skintilas (scintillation counter) yang akan
mendeteksi serta menghitung sinar gamma yang dilepaskan dari hasil
penguraian dalam kelenjar tiroid.
Tes ini mengukur proporsi dosis iodium radioaktif yang diberikan yang
terdapat dalam kelenjar tiroid pada waktu tertentu sesudah pemberiannya. Tes
ambilan iodium-radioaktif merupakan pemeriksaan sederhana dan
memberikan hasil yang dapat diandalkan. Penderita hipertiroidisme akan
mengalami penumpukan dalam proporsi yang tinggi (mencapai 90% pada
sebagian pasien).
9. CT Scan tiroid
Mengetahui posisi, ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine radioaktif (RAI)
diberikan secara oral kemudian diukur pengambilan iodine oleh kelenjar
tiroid. Normalnya tiroid akan mengambil iodine 5 35 % dari dosis yang
diberikan setelah 24 jam. Pada pasien hipertiroid akan meningkat.
10. USG
Untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah massa
atau nodule. Pemeriksaan ini dapat membantu membedakan kelainan kistik
atau solid pada tiroid. Kelainan solid lebih sering disebabkan keganasan
dibanding dengan kelainan kistik. Tetapi kelainan kistikpun dapat disebabkan
keganasan meskipun kemungkinannya lebih kecil.
11. EKG, untuk menilai kerja jantung, mengetahui adanya takhikardi, atrial
fibrilasi dan perubahan gelombang P dan T

1.7 Penatalaksanaan Medis

1. Terapi Umum
a. Obat antitiroid
Biasanya diberikan sekitar 18-24 bulan. Contoh obatnya: propil tio
urasil(PTU), karbimazol.- Pemberian yodium radioaktif, biasa untuk pasien
berumur 35 tahun/lebih atau pasien yang hipertiroidnya kambuh setelah
operasi.
Cara ini dipilih untuk pasien yang pembesaran kelenjar tiroid-nya tidak bisa
disembuhkan hanya dengan bantuan obat-obatan, untuk wanita hamil
(trimester kedua), dan untuk pasien yang alergi terhadap obat/yodium

11
radioaktif. Sekitar 25% dari semua kasus terjadi penyembuhan spontan dalam
waktu 1 tahun.

2. Farmakoterapi
Obat-obat antitiroid selain yang disebutkan di atas adalah:
a. Carbimazole (karbimasol)
Berkhasiat dapat mengurangi produksi hormon tiroid. Mula-mula dosisnya
bisa sampai 3-8 tablet sehari, tetapi bila sudah stabil bisa cukup 1-3 tablet saja
sehari. Obat ini cukup baik untuk penyakit hipertiroid. Efek sampingnya yang
agak serius adalah turunnya produksi sel darah putih (agranulositosis) dan
gangguan pada fungsi hati. Ciri-ciri agranulositosis adalah sering sakit
tenggorokan yangtidak sembuh-sembuh dan juga mudah terkena infeksi serta
demam. Sedangkan ciri-ciri gangguan fungsi hati adalah rasa mual, muntah,
dan sakit pada perut sebelah kanan, serta timbulnya warna kuning pada bagian
putih mata, kuku, dan kulit.
b. Kalmethasone (mengandung zat aktif deksametason)
Merupakan obat hormon kortikosteroid yang umumnya dipakai sebagai obat
anti peradangan. Obat ini dapat digunakan untuk menghilangkan peradangan
di kelenjar tiroid (thyroiditis).
c. Artane (dengan zat aktif triheksilfenidil)
Obat ini sebenarnya obat anti parkinson, yang dipakai untuk mengatasi gejala-
gejala parkinson, seperti gerakan badan yang kaku, tangan yang gemetar dan
sebagainya. Di dalam pengobatan hipertiroid, obat ini dipakai untuk
mengobati tangan gemetar dan denyut jantung yang meningkat. Namun
penggunaan obat ini pada pasien dengan penyakit hipertiroid harus berhati-
hati, bahkan sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan denyut jantung
yang cepat (takikardia). Pada pasien yang denyut nadinya terlalu cepat (lebih
dari 120 kali per menit) dan tangan gemetar biasanya diberi obat lain yaitu
propranolol, atenolol, ataupun verapamil.

3. Terapi Lain
Adapun pengobatan alternatif untuk hipertiroid adalah mengkonsumsi bekatul.
Para ahli menemukan bahwa dalam bekatul terdapat kandungan vitamin B15,
yang berkhasiat untuk menyempurnakan proses metabolisme di dalam tubuh
kita. Selain hipertiroid, vitamin B15 juga dapat digunakan untuk mengobati

12
diabetes melitus, hipertensi, asma, kolesterol dan gangguan aliran pembuluh
darah jantung (coronair insufficiency), serta penyakit hati. Selain itu, vitamin
B15 juga dapat meningkatkan pengambilan oksigen di dalam otak, menambah
sirkulasi darah perifer dan oksigenisasi jaringan otot jantung.

1.8 Komplikasi

a. Eksoftalmus

Keadaan dimana bola mata pasien menonjol keluar. Hal ini disebabkan
karena penumpukan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola mata.
Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves.

b. Penyakit jantung

Terutama kardioditis dan gagal jantung. Tekanan yang berat pada jantung
bisa menyebabkan ketidakteraturan irama jantung yang bisa berakibat fatal
(aritmia) dan syok.

c. Stroma tiroid (tirotoksitosis)

Pada periode akaut pasien mengalami demam tinggi, takhikardi berat,


derilium dehidrasi dan iritabilitas yang ekstrem. Keadaan ini merupakan
keadaan emergensi, sehingga penanganan harus lebih khusus. Faktor
presipitasi yang berhubungan dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang
tidak terdiagnosis dan tidak tertangani, infeksi ablasi tiroid, pembedahan,
trauma, miokardiak infark, overdosis obat. Penanganan pasien dengan stroma
tiroid adalah dengan menghambat produksi hormon tiroid, menghambat
konversi T4 menjadi T3 dan menghambat efek hormon terhadap jaringan
tubuh. Obat-obatan yang diberikan untuk menghambat kerja hormon tersebut
diantaranya sodium ioded intravena, glukokortokoid, dexsamethasone dan
propylthiouracil oral. Beta blokers diberikan untuk menurunkan efek
stimulasi sarap simpatik dan takikardi.

d. Krisis tiroid (thyroid storm)

13
Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang
menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien
hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan hormon tiroid
dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi,
tremor, hipertermia, dan apabila tidak diobati dapat menyebabkan kematian.

14
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HIPERTIROID

Asuhan Keperawatan pada Aritmia :

A. Pengkajian

a. Identitas pasien
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status
perkawinan, dan penanggung biaya.

b. Riwayat penyakit

a. Keluhan utama
Pasien merasa perutnya tidak enak dan sering buang air besar dengan
konsistensi cair.
b. Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit hipertiroid.

c. Pengkajian fisik

1. Aktivitas/istirahatat
Tanda dan gejala : insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah gangguan
koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.

2. Sirkulasi

Tanda dan gejala : disritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur,


peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat, takikardia saat
istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis palpitasi, nyeri dada
(angina).

15
3. Eliminasi

Tanda dan gejala : urine dalam jumlah banyak, perdarahan dalam feses,
diare.

4. Integritas ego

Tanda dan gejala : mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik,
emosi labil, (euphoria sedang sampai delirium), depresi.

5. Makanan dan cairan


Tanda dan gejala : kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan
meningkat makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah,
pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah pretibial
6. Neurosensori

Tanda : bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku
seperti :bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium, psikosis,
stupor, koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan beberapa bagian
tersentak-sentak, hiperaktif, reflex tendon dalam (RTD).

7. Nyeri atau kenyamanan

Gejala : nyeri orbital, fotofobia.

8. Pernafasan
Tanda : frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru (pada
krisis tirotoksikosis).
9. Keamanan

Gejala: tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi


terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan

Tanda: suhu meningkat diatas 374oc, diaphoresis, kulit halus, hangat dan
kemerahan, rambut tipis, mengkilap dan lurus, eksoftalmus retraksi, iritasi

16
pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada
pretibial) yang menjadi sangat parah.

10. Seksualitas

Tanda: penurunan libido, hipomenorea, amenorea dan impoten.

11. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : adanya riwayat keluarga yang mengalami masalah tiroid, riwayat


hipotiroidisme, terapi hormone tiroid/pengobatan antitiroid, dilakukan
pembedahan tiroidektomi sebagian.

B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

No. Dx Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi & Rasional


1. Risiko tinggi Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
terhadap perubahan
keperawatan, diharapkan
1. Auskultasi bising usus
nutrisi kurang dari Rasional :
kebutuhan nutrisi pasien dapat
Bising usus hiperaktif
kebutuhan
terpenuhi kembali dengan
mencerminkan peningkatan
berhubungan
kriteria hasil :
motilitas lambung yang
dengan peningkatan
1. Pasien tidak lesu dan lemas
menurunkan atau mengubah fungsi
metabolisme
2. Pasien makan habis satu
absorbsi
porsi 2. Catat dan laporkan adanya
3. Berat badan pasien anoreksia,kelemahan umum atau
meningkat nyeri,nyeri abdomen,munculnya
4. Pasien menjadi lebih segar mual dan muntah
Rasional : peningkatan aktifitas
dan berenergi
adrenergik dapatmenyebabkan
gangguan sekresi insulin atau
terjadi resisten yang mengakibatkan
hiperglikemia,
polidipsia,poliuria,perubahan

17
kecepatan dan kedalaman
perbafasan ( tanda asidosis
metabolik )
3. Pantau masukan makanan setiapa
hari dan timbang berat badan setiap
hari dan laporkan adanya
penurunan
Rasional : penurunan berat badan
terus menerus dalam keadaan
masukan kalori yang cukup
merupakan indikasi kegagalan
terhadap terapi anti tiroid

Kolaborasi :
1. Konsultasikan dengan ahli gizi
untuk memberikan diet tinggi
kalori, protein, karbohidrat dan
protein
Rasional : mungkin memerlukan
bantuan untuk menjamin
pemasukan zat zat makanan yang
adekuat dan mengidentifikasikan
makanan pengganti yang paling
sesuai
2. Berikan obat sesuai indikasi :
glukosa, vitamin B kompleks.
Insulin (dengan dosis yang kecil).
Rasional : diberikan untuk
memenuhi kalori yang diperlukan
dan mencegah atau mengobati
hipoglikemia. Dilakukan dalam
mengendalikan glukosa darah jika
kemungkinan ada peningkatan.

18
2. Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan Evaluasi adanya nyeri dada
teradap penurunan ( intensitas,lokasi, durasi)
keperawatan, diharapkan
curah jantung resiko tinggi teradap vCatat adanya disritmia jantung
penurunan curah jantung dapatv Catat adanya tanda dan gejala
berhubungan
teratasi dengan criteria hasil: penurunan cardiac putput
dengan hipertiroid vMonitor status kardiovaskuler
Pompa jantung efektif
tidak terkontrol, Status sirkulasi dalam rentangv Monitor status pernafasan yang
menandakan gagal jantung
keadaan yang normal
TTV normal v Monitor abdomen sebagai indicator
hipermetabolisme, penurunan perfusi
peningkatan beban v Monitor balance cairan
kerja jantung v Monitor adanya perubahan tekanan
darah
v Monitor respon pasien terhadap efek
pengobatan antiaritmia
v Atur periode latihan dan istirahat
untuk menghindari kelelahan
v Monitor toleransi aktivitas pasien
v Monitor adanya dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu
v Anjurkan untuk menurunkan stress
Pertahankan catatan intake dan output
yang akurat
Pasang urin kateter jika
diperlukan
Monitor status hidrasi
( kelembaban membran mukosa,
nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik ), jika diperlukan
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor adanya pulsus paradoksus
Monitor adanya pulsus alterans

19
Monitor jumlah dan irama jantung
Monitor bunyi jantung
Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer

3. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Mandiri :


integritas jaringan keperawatan, diharapkan
1. Observasi periorbital , gangguan
berhubungan gangguan integritas jaringan penutup mata , lapang pandang ,
dengan mekanisme dapat hilang dengan kriteria penglihatan yang sempit ,air mata
perlindungan mata: hasil : yang berlebihan. Catat adanya
eksoftalmus. 1. Flushing (-) fotophobia , rasa adanya benda di
2. Tidak tampak adanya
luar mata dan nyeri pada mata
pruritus lagi Rasional : manifestasi umum dari
3. Ekshothalamus (-)
stimulasi adrenergik yang
berlebihan berhubungan dengan
tirotoksikosis yang memerlukan
intervensi pendukung sampai
revolusi krisis dapat
menghilangkan simpomatologis
2. Evaluasi ketajaman mata,
laporkan adanya pandangan yang
kabur atau pandangan ganda
( diplopia )
Rasional : otfalmatopi infiltrat
adalah akibat dari peningkatan
jaringan retro-orbita, yang
menciptakan eksoftalmus dan
infiltrasi limfosit dari otot
ekstarokuler yang menyebabkan

20
kelelahan.
3. Anjurkan pasien menggunakan
kaca mata gelap ketika terbangun
dan tutup dengan penutup mata
selama tidur sesuai kebutuhan
Rasional :melindungi kerusakan
kornea jika pasien tidak dapat
mentup mata dengan sempurna
karena edema atau karena fibrosis
bantalan lemak.

Kolaborasi :
1. Berikan obat sesuai indikasi :
Obat tetes mata metilselulosa,
ACTH, prednison.
Rasional : sebagai lubrikasi mata ,
diberikan untuk menurunkan
radang yang berkembang dengan
capat
2. Berikan obat sesuai indikasi obat
antitiroid
Rasional : dapat menurunkan
tanda/gejala atau mencegah
keadaan yang semakin memburuk.

4. Kelelahan Setelah dilakukan tindakan Mandiri :


berhubungan keperawatan diharapkan pasien
1. Pantau tanda vital dan catat nadi
dengan tidak merasa kelelahan lagi baik saat istirahat maupun saat
hipermetabolik dengan kriteria hasil : melakukan aktivitas
Rasional :nadi secara luas
dengan peningkatan
1. Tidak menunjukkan
meningkat dan bahkan saat
kebutuhan energi. kegelisahan
istirahaat, takikardia ( diatas 160 x/
2. Dapat melakukan aktivitas
menit ) mungkin akan ditemukan
semampunya
2. Catat berkembangnya takipnea,

21
dispnea , pucat , dan sianosis
Rasional : kebutuhan dan konsumsi
oksigen akan ditingkatkan pada
keadaan hipermetabolik , yang
merupakan potensial akan terjadi
hipoksia saat melakukan aktifitas
3. Berikan/ciptakan lingkungan
yang tenang, ruangan yang dingin ,
turunkan stimulas sensori ,warna
warna yang sejuk dan musik santai
(t enang )
Rasional :menurunkan stimulasi
yang kemungkinan besar dapat
menimbulkan agitasi, hiperaktif dan
insomnia
Kolaborasi
1. Berikan obat sesuia indikasi :
sedatif misal : phenobarbital
( luminal ) , tranquilizer misal :
klordiazepoksida ( librium )
Rasional : untuk mengatasi keadaan
(gugup) , hiperaktif dan insomnia
5. Kurang Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
pengetahuan keperawatan diharapkan
1. Tinjau ulang proses penyakit dan
berhubungan pengetahuan pasien mengenai harapan masa datang
Rasional : memberikan
dengan kurang penyakit bertambah dengan
pengetahuan dasar dimana pasien
pemajanan, kriteria hasil :
dapat menentukan pilihan
mengingat, 1. Dapat menjelaskan mengenai
berdasarkan informasi
kesalahan penyakitnya
2. Berikan informasi yang tepat
interpretasi 2. Dapat melakukan pendidikan
dengan keadaan individu
informasi, tidak kesehatan yang telah didapat Rasional : faktor psikogenik sering
mengenal sumber kali sangat penting dalam
informasi memunculkan atau eksosabasi dari

22
penyaakit ini
3. berikan informasi tandadan gejala
dari hipertiroid dan kebutuhan kan
evaluasi secarateratur
Rasional: pasein yang mendapatkan
pengobatan hipertiroid besar
kemungkinannya mengalami
hipertiroid yang dapat terjadi segera
setelah pengobatan atau selama 5
tahun kemudian

23
Daftar Pustaka

Dwi Tri Martiana Rahayu, dkk. Hipertiroid.

http://tiaraaskep.blogspot.com/2008/11/hipertiroid.html. Diakses tanggal

28 November 2014.

Thamrin, Zulkifli Ukki .Hipertiroidisme.

http://zulkiflithamrin.blogspot.com/2007/05/hipertiroidisme.html. Diakses

tanggal 28 November 2014.

http://kyfi.wordpress.com/2011/03/16/hipertiroid. Diakses tanggal 28

November 2014

http://endocrinesurgery.ucla.edu/patient_education_adm_hypothyroidism.h

tml. Diakses tanggal 28 November 2014

Mansjoe , .Arif M, dkk.2001. Kapita selekta kedokteran, Ed. 3, cet. 1 .

Jakarta: Media Aesculaplus

24

Anda mungkin juga menyukai