Barangkali masih ingat pelajaran Kimia saat SMA dulu, katalisator adalah zat yang membantu
mempercepat suatu reaksi kimia. Sintesis FT adalah paradigma anorganik, jelas tak bisa dikaitkan ke
analisis tipe kerogen, TOC, rock-eval pyrolysis. Kalau di lingkungan geotektonik, bahan bakunya
hanya CO atau CO2 hasil dekarbonasi karbonat yang masuk ke wilayah termal tinggi dan H dari proses
serpentinisasi peridotit yang dibantu air laut.
Bagaimana melakukan peringkat prospek dan menghitung GCF-nya ? Tentu akan lain sekali dengan
paradigma organik, juga menghitung volumetriknya. Belum ada yang spesifik tentang hal ini, tetapi
yang saya bayangkan adalah menghitung : ketebalan karbonat, domain termal, berapa mudah degradasi
termal karbonat, dll. Perangkap, reservoir, penyekat, dan jalur migrasi bisa sama dengan paradigma
organik, yang berbeda hanya source rock dan proses maturasi serta ekspulsinya.
Dalam siklus Wilson, kebanyakan sintesis FT di lingkungan geotektonik ini yaitu pada tahapan
subduction dan collision, dengan syarat ada lapisan karbonat tebal yang masuk ke zone collision dan
subduction. Di Indonesia Timur, kandidat seperti itu banyak terjadi. Kalau benar terjadi, generated
hydrocarbons-nya akan masuk ke pro-foreland basin atau retro-foreland basin hasil collision.
Sintesis Fischer-Tropsch (FT) (Fischer dan Tropsch, 1923) merupakan suatu sintesis teknik kimia
yang menghasilkan hidrokarbon sintetik dari gas-gas carbon monoxide atau carbon dioxide dan
hidrogen dengan menggunakan katalis metallic iron atau iron-oxide. Hidrokarbon sintetik ini wujudnya
bisa seperti gas, minyak maupun lilin persis seperti hidrokarbon organic dari pematangan kerogen.
Jerman dalam PD II membuat hidrokarbon sintetik ini, setahunnya bisa tujuh juta barel dihasilkan atau
satu juta ton setahun. Tahun 1980, sebuah perusahaan di Afrika Selatan mampu membuat minyak
sintetik melalui sintesis FT 127,000 bbl/hari. .
Proses F-T synthesis seperti fotosintesis yaitu menghasilkan senyawa organic melalui hidrogenasi
(penambahan gugus H) secara katalitik (menggunakan katalisator) dan melakukan polimerisasi reduktif
carbon monoxide atau carbon dioxide. Untuk membuat senyawa yang mirip campuran hidrokarbon,
ikatan carbon-oxygen harus dilepaskan dulu dan menggantinya dengan ikatan carbon-carbon atau
carbon-hydrogen melalui hidrogenasi. Katalis yang digunakan untuk keperluan ini umumnya logam
Golongan 8 (besi, kobal, nikel, platina, dll) atau oksidanya.
Kondisi-kondisi FT synthesis ini bisa terjadi di alam. Bahan dasar dan energi yang dibutuhkan
sintesis FT berlimpah di Bumi ( CO2 atau CO, hydrogen, dan metallic iron atau iron oxide; dan
bahang/panas).
Di Bumi, CO2 tersimpan dalam bentuk batuan karbonat, dulunya asal CO2 ini dari atmosfer purba.
Simpanan CO2 di batuan karbonat ini 10.000 kali lebih banyak daripada yang ada di atmosfer.
Simpanan CO2 di dalam batuan ini akan dibebaskan kembali melalui metamorfisme dan dekarbonasi.
Temperatur yang diperlukan untuk decarbonation terdapat di wilayah wilayah subduction, intrusi
magmatik, dan rifting. Dekarbonasi ini akan menghasilkan CO2 yang naik dari tempat dalam ke
wilayah-wilayah accretionary prisms, backarc basins, foreland basin di collision zone, baik dengan atau
tanpa aktivitas volkanisme.
Metallic iron-yang merupakan katalis utama F-T tak banyak terdapat di Bumi, dan walaupun ada
cepat mengalami peracunan oleh sulfide, sulfate, dan chloride ions. Tetapi, catalysts F-T synthesis dapat
juga dilakukan oleh iron oxides magnetite dan hematite yang lebih berlimpah kberadaannya dan kurang
terpengaruh oleh sulfur poisoning daripada metallic iron.
Szatmari (Szatmari, 1989), ahli dari Petrobras yang telah banyak melakukan penelitian sistem
hidrokarbon anorganik, melakukan eksperimen sintesis FT dan menunjukkan bahwa serpentinisasi
dalam lingkungan yang kaya CO2 menghasilkan partial conversion CO2 menjadi hydrocarbons,
khsusnya metana. methane. Pembentukan hidrokarbon menggunakan F-T synthesis bisa terjadi selama
lithospheric plate interaction.
Lingkungan geotektonik yang paling sesuai untuk sintesis FT adalah subduction and collision zones
in sebab subducted sediments-nya banyak mengandung carbonates atau ophiolite sheet-nya rebah
(overthrusting) di atas karbonat. Air dan degassed carbon dioxide karena panas, naik dari subducted
sediments sepanjang dasar ophiolites, menimbulakn kondisi serpentinisasi, reducsi H 2O dan CO2, and
sintesisnya menuu hydrocarbons. Berat ophiolite thrust sheets membantu migrasi fluida yang
dihasilkan. Keberadaan vertical faults sebagai conduits cukup penting.
source : http://geologi.iagi.or.id/2008/06/12/eksplorasi-abiogenic-oil/
2. Petroleum System
Komponen geologi dan berbagai proses mulai dari terbentuknya hidrokarbon pada source rocks
hingga terakumulasi. Komponen-komponen tersebut adalah batuan sumber/source rocks, maturasi,
reservoir, migrasi, perangkap/trap, dan batuan penyekat/seal .
1. Source Rock
Source rocks atau batuan induk adalah endapan sedimen yang mengandung material organik
yang apabila terpanaskan menghasilkan minyak dan gas bumi. Material organik yang terdapat pada
endapan sedimen tersebut dinamakan kerogen.
Berdasarkan komposisi unsur-unsur kimia yaitu karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O), pada
awalnya kerogen dibedakan menjadi 3 tipe utama yaitu kerogen tipe I, tipe II, dan tipe III, yang
selanjutnya ditemukan kerogen tipe IV.
Maturasi adalah proses perubahan secara biologis, fisika, dan kimia dari kerogen menjadi
hidrokarbon. Proses maturasi berawal sejak endapan sedimen yang kaya bahan organik terendapkan.
Pada tahapan ini, terjadi reaksi pada temperatur rendah yang melibatkan bakteri anaerobik yang
mereduksi oksigen, nitrogen dan belerang sehingga menghasilkan konsentrasi hidrokarbon.
Proses ini terus berlangsung sampai suhu batuan mencapai 50 celcius. Selanjutnya, efek
peningkatan temperatur menjadi sangat berpengaruh sejalan dengan tingkat reaksi dari bahan-bahan
organik kerogen, karena temperatur terus mengingkat sejalan dengan bertambahnya kedalaman,
efek pemanasan secara alamiah ditentukan oleh seberapa dalam batuan induk tertimbun (gradien
geothermal).
Maturasi terjadi pada batuan induk yang mencapai kondisi (tekanan & temperatur) tertentu atau
biasa dinamakan kitchen, apabila batuan induk sudah matang, hidrokarbon akan mengalami gaya
bouyancy untuk selanjutnya bermigrasi.
Pada temperatur diatas 50C minyak dapat dihasilkan atau pada kedalaman sekitar 1000 m lalu
terhenti pada suhu 150C atau pada kedalaman sekitar 5000 m. Sedangkan pada temperatur tinggi
diatas 150C hanya menyisakan gas terutama methane (dry gas) yang terbentuk secara signifikan
sejalan dengan bertambahnya temperatur & kedalaman.
Gambar di bawah menunjukkan skema maturation modelling, dari penampang ini dapat
diprediksikan apakah berada dalam oil/gas window.
3. Migrasi
Migrasi adalah proses transportasi hidrokarbon dari batuan sumber menuju reservoir. Proses
migrasi berawal dari migrasi primer (primary migration), yakni transportasi dari batuan induk ke
batuan reservoir lapisan penyalur (carrier bed). Lalu diikuti oleh migrasi sekunder (secondary
migration), yakni migrasi dalam batuan reservoirnya itu sendiri menuju tempat akumulasi.
4. Reservoir
Reservoir adalah batuan yang mempunyai poroitas dan permeabilitas yang baik untuk
menyimpan dan mengalirkan fluida.
Jenis reservoir umumnya batu pasir dan batuan karbonat dengan porositas 15-30% (baik porositas
primer maupun sekunder) serta permeabilitas minimum sekitar 1 mD (mili Darcy) untuk gas dan
10 mD untuk minyak ringan (light oil).
5. Trap
adalah suatu keadaan yang dapat menyebabkan terjebaknya/terakumulasinya hidrokarbon.
Dibawah ini adalah jenis-jenis perangkap hidrokarbon :
6. Seal ( Batuan penyekat )
Seal adalah batuan penyekat yang bersifat impermeabel, biasanya merupakan batu
serpih/shale, anhydrite dan garam, membentuk barrier atau penutup diatas maupun disekitar
reservoir.
source : http://inibumi.blogspot.co.id/2009/10/petroleum-system.html